• Tidak ada hasil yang ditemukan

Larangan Menikah Terhadap Anak perempuan Di Tinjau Dari

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS

C. Pembahasan Temuan

3. Larangan Menikah Terhadap Anak perempuan Di Tinjau Dari

Dalam tinjauan hukum Islam, larangan orang tua terhadap anak perempuan yang hendak menikah sebelum memiliki pekerjaan tetap tidak memiliki dasar hukum yang kuat. Seperti di kompilasi Hukum Islam

“bahwa perkawinan merupakan jalinan akad yang sangat kuat (mitsaqon

70 Hikmatullah, Fiqih Munakahat (Jakarta: Edu Pustaka 2021)

67

ghalidzan) dalam mentaati perintah Allah SWT, karena melakukannya akan dinilai sebagai ibadah kepada Allah SWT. Tujuan utama dari melakukan ibadah menikah ini untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawaddah, warahmah”. Islam mendorong perkawinan sebagai salah satu sarana untuk menjaga kesucian dan kehormatan individu serta mencegah perbuatan zina. Oleh karena itu, larangan semacam itu dapat dianggap sebagai pembatas yang tidak beralasan terhadap hak-hak dasar individu untuk menikah.

Pendapat ulama’ tentang nikah antara lain: 1) Ulama hanafiyah berpendapat bahwa kata nikah itu mengandung arti secara hakiki untuk hubungan kelamin. Bila berarti juga untuk lainnya seperti untuk akad adalah dalam arti majazi yang memerlukan penjelasan untuk maksud tersebut. 2) Ulama’ Syafi’iyah berpendapat bahwa kata nikah itu berarti akad dalam arti yang sebenarnya (hakiki), dapat berarti juga hubungan kelamin, namun dalam arti tidak sebenarnya (majazi). Penggunaan kata untuk bukan arti sebenarnya itu memerlukan penjelasan di luar kata itu sendiri.

Jika orang tua memiliki kekhawatiran terkait dengan ekonomi keluarga anak perempuan nantinya, atau stabilitas masa depan anak perempuan, sebaiknya mereka komunikasi secara terbuka dan membangun pemahaman bersama. Tujuan utama dari adanya komunikasi untuk mencapai kesepakatan bersama antara orang tua dan anak perempuan.

Dalam keluarga yang berkewajiban untuk mencari nafkah adalah seorang suami (kepala keluarga) dan istri sebagai ibu rumah tangga.

Kebutuhan keluarga semua yang mencukupi adalah suami. ulama’ syafi’i

berpendapat bahwa kadar nafkah dapat dilihat dari ukuran nafkah bagi orang miskin dan orang yang berada dalam kesulitan adalah suatu mud.

Bagi orang yang berada dalam kemudahan adalah mud. Patokan ini menjadi suatu indikator dalam pemenuhan nafkah yang menjadi hak dan kewajiban suami. meskipun demikian dalam pendapat madzhab imam syafi’i tidak dijelaskan terkait penetapan besaran nafkah dengan batas kecukupan.

Mendapatkan suami yang masih belum mapan bukan persoalan untuk tidak dibolehkan berlangsungnya perkawinan. Jika mendapatkan suami yang masih belum mapan atau belum memiliki pekerjaan tetap maka istri bisa membantu suami, dan istri bekerja atas izin suami.

Selanjutnya kaca mata untuk menyorot adanya fenomena yang terjadi pada penelitian ini adalah dengan adanya maslahah. Maslahah artinya penetapan suatu hukum, tiada lain kecuali untuk menerapkan kemaslahatan umat manusia. Menarik suatu manfaat untuk mengurangi bahaya atau menghilangkan kesulitan manusia.

Sesuai dengan tujuan hukum Islam atau kemaslahatan maka terkait dengan larang orang tua kepada anak perempuan yang hendak menikah ini, sudah sesuai dengan teori maslahah. Hal ini sebagaimana teori maslahah ada tiga macam, dharuriyah, hujiyah, dan taksiniyah.

Sebagaimana dalam kategori maslahah ini berada pada wilayah hajjiyah.

Karena ketika suami yang mempunyai tanggung jawab untuk mencari nafkah tidak maksimal, sementara istri tidak bekerja maka keluarga itu akan mengalami kesulitan, ini yang dinamakan maslahah hujjiyah.

69

Sebagaimana pendapat imam malik adalah suatu maslahah yang sesuai dengan tujuan, prinsip, dan dalil-dalil syara’, yang berfungsi untuk menghilangkan kesempitan, baik yang bersifat dharuriyah (primer) maupun hajjiyah (sekunder).71 Sebagaimana pendapat imam syafi’i dan para pembesar golongan hanafiyah memakai maslahah dalam permasalahan yang tidak dijumpai dasar hukumnya yang sahih. Namum mereka mensyaratkan dasar hukum yang mendekati hukum sahih.

Dalam praktiknya yang berada di lapangan, masyarakat berusaha mencari keseimbangan antara nilai-nilai agama dan kondisi sosial dan ekonomi dalam mempertimbangkan perkawinan anak perempuan. Dalam situasi di mana calon mempelai perempuan belum memiliki pekerjaan tetap, dan keluarga dapat mencari solusi alternatif seperti membantu dalam mencari pekerjaan setelah pernikahan guna untuk mendukung pasangan dalam mencapai stabilitas keuangan bersama-sama.

71 Rachmat, Ilmu Ushul Fiqih (Bandung: Pustaka Setia, 2015)

70

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Diketahui bekerja merupakan bentuk gerak manusia terhadap apa yang dibutuhkan untuk hidupnya, dan menghasilkan pundi-pundi rupiah untuk mencukupi kebutuhannya. Bekerja merupakan bentuk amal saleh kita baik laki-laki maupun perempuan di hadapan Allah SWT. Adanya faktor orang tua melarang anak perempuan menikah sebelum memiliki pekerjaan tetap di Desa Rowotengah adalah kekhawatiran orang tua terhadap anak yang apabila menikah mendapatkan pasangan yang masih belum bisa mencukupi kehidupan anaknya. Dengan itu orang tua menahan adanya pernikahan sebelum bekerja untuk kemaslahatan anak. Maka dengan cara bekerja terlebih dahulu untuk mencapai kemaslahatan tersebut.

2. Orang tua adalah seseorang yang wajib kita hormati dalam hal keputusan yang terbaik untuk anaknya. Dalam menanggapi orang tua melarang anak menikah sebelum bekerja ini, merupakan bentuk yang terbaik untuk anak.

Menikah juga mengikat antara seorang laki-laki dengan perempuan guna memperoleh keturunan yang baik, dan sesuai ketentuan syariat islam.

Upaya ini adanya larangan menikah sebelum bekerja ini, bisa terselesaikan dengan maslahah. Maslahah yaitu adanya manfaat baik secara asal maupun melalui suatu proses, seperti menghasilkan kenikmatan dan faedah, ataupun pencegahan dan penjagaan, seperti menjauhi kemudharatan dan penyakit. Sesuai dengan tujuan hukum islam atau

71

dengan kemaslahatan ini, merupakan hal yang berkaitan dengan menghilangkan kesulitan manusia untuk mencapai kemaslahatan.

3. Dalam tinjauan hukum Islam, larangan orang tua terhadap anak perempuan yang hendak menikah sebelum memiliki pekerjaan tetap tidak memiliki dasar hukum yang kuat. Seperti di kompilasi Hukum Islam bahwa perkawinan merupakan jalinan akad yang sangat kuat (mitsaqon ghalidzan) dalam mentaati perintah Allah SWT, karena melakukannya akan dinilai sebagai ibadah kepada Allah SWT. Tujuan utama dari melakukan ibadah menikah ini untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawaddah, warahmah. Islam mendorong perkawinan sebagai salah satu sarana untuk menjaga kesucian dan kehormatan individu serta mencegah perbuatan zina. Kaca mata untuk menyorot adanya fenomena yang terjadi pada penelitian ini adalah dengan menggunakan maslahah.

B. Saran

1. Utamanya pada masyarakat selain di tempat peneliti adalah jangan melarang anak perempuan yang sudah waktunya menikah, karena nanti berakibat banyak mudharat yang terjadi di anak perempuan. Orang tua lebih baik mencari solusi untuk kebaikan anak perempuan.

2. Anak perempuan yang dilarang untuk menikah, bisa menolak atau menerima, karena tidak bolehnya menikah untuk kemaslahatan anak.

3. Selanjutnya jika ada penelitian yang serupa dengan skripsi ini, bisa dijelaskan secara runtun dan sistematis.

72 DAFTAR PUSTAKA

Arnanda, Sapta Safira. “Pandangan Hukum Islam Tentang Orang Tua Melarang Anak Menikah Sebelum Menyelesaikan Kuliah, Studi di Perumahan Bukit Sukabumi Indah, Kecamatan Sukabumi, Kota Bandar Lampung”. Skripsi, Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung, 2022.

Bungin, Burhan. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media, 2007 Busriyanti, Fiqih Munakahat, Jember: STAIN press, 2013.

Departemen Agama RI, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, Jakarta, 2001.

Departemen Agama RI. Al-Hikmah Al-Quran dan terjemahan. Bandung:

Diponegoro, 2010.

Departemen Agama RI. Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, Jakarta: 2001.

Fauzi, Ahmad. “Analisis Hukum Islam Terhadap Orang Tua Yang Melarang Anaknya Nikah Dini (Studi Kasus Desa Penghidupan Kecamatan Kampar kiri Tengah Kabupaten Kampar.” Skripsi, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, 2021.

Ghozali, Abdul Rahman. Fiqih Munakahat. Jakarta: Prenada Media Grup, 2003.

Hartono, Metodologi Penelitian, Yogyakarta: Nusa Media, 2011.

Moleong, Lexy J Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2017.

Noor, Juliansyah. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Kencana, 2011.

Nurfadila, Afni. “Sikap Orang Tua Yang Melarang Anaknya Menikah Sebelum Mapan Di Desa Kayu Aro Kecamatan Kampar Utara Kabupaten Kampar Menurut Perspektif Hukum Islam”. Skripsi, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Pekan Baru, 2021.

Prodjodikoro, Wirjono. Hukum Perkawinan Indonesia. Bandung: 1974.

Rachmat, Ilmu Ushul Fiqih Bandung: Pustaka Setia, 2015.

Saebani, Beni Ahmad. Fiqih Munakahat. Bandung: Pustaka Setia, 2001.

Sidiq, Umar dan Moh. Miftachul Choiri. Metode Penelitian Kualitatif di Bidang Pendidikan. Ponorogo: Nata Karya, 2019

Soekanto, Soerjono. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: UI Press, 1984.

Syarifudin, Amir. Hukum Perkawinan di Indonesia, Jakarta: Kencana, 2006.

Tihami dan Sohari Sahrani. Fiqih Munakahat Kajian Fiqih Nikah Lengkap.

Jakarta: PT. Raja GrafindoPersada, 2014.

73

Tim penyusun. pedoman penulisan karya ilmiah. Jember: UIN Kiai Achmad Siddiq Jember, 2021.

Undang-Undang Perkawinan di Indonesia dan Peraturan Pelaksanaan. (Jakarta:

PT. Pradya Paramita, No. 1/1945) pasal 2.

Yunus, Mahmud. Kamus Arab Indonesia, Yayasan Penyelenggara Penterjemah Jakarta, 1973.

Yusuf, Tabrani. Pendidikan Agama Islam. Bandung: Angkasa, 1997

Yeni Pebrianti, “Kajian Penyusunan Dokumen Sistem Panduan, Prosedur, dan Formulir Guna mendukung Management Mutu Perpustakaan” Jurnal Pari, 2 Desember 2016.

LAMPIRAN-LAMPIRAN

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Naila Margaretha

Nim : S20191049

Jurusan / prodi : Hukum Keluarga Fakultas : Syari’ah

Institusi : UIN KHAS Jember

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Tinjauan Hukum Islam Tentang Orang Tua Melarang Anak Perempuan Menikah Sebelum Memiliki Pekerjaan Tetap (Studi Kasus Desa Rowotengah, Kecamatan Sumberbaru)” adalah hasil penelitian/karya sendiri, kecuali pada kutipan-kutipan yang dirujuk.

Apabila kemudian hari ternyata hasil penelitian ini terdapat unsur-unsur penjiplakan dan ada klaim dari orang lain, maka saya bersedia untuk di proses sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Dengan demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya untuk dapat di gunakan semestinya.

Jember, 15 Juni 2023 Saya yang menyatakan

Naila Margaretha NIM. S20191049

DOKUMENTASI

Dokumentasi 4.2

Wawancara keluarga Bapak Arif, Ibu Anis, anak perempuan Aurel

Dokumentasi 4.3

Wawancara keluarga Bapak Wasil, Ibu Munanjar, anak perempuan Sofa

Dokumentasi 4.4

Wawancara keluarga Bapak Suyitno, Ibu Yani, anak perempuan Lana

Dokumentasi 4.5

Wawancara tokoh agama Papak Lukman

Dokumentasi 4.6

Wawancara tokoh agama Ibu Nurul Widad

Dokumen terkait