• Tidak ada hasil yang ditemukan

Latihan Soal

Dalam dokumen BUKU AJAR MANAJEMEN KEUANGAN II (Halaman 72-75)

BAB 5. Struktur Modal

5.8. Latihan Soal

1. PT Dalmonte mempunyai hutang dan laba bersih yang sama yaitu Rp 120.000.00 dengan tingkat bunga per tahun 12%. Jika diketahui biaya modal sendiri 18%, Maka hitunglah biaya modal perusahaannya ?

2. PT Dana dan PT Kesempatan memiliki laba operasi yang sama yaitu sebesar Rp 25.000.000. Perbedaannya PT Dana tidak memiliki hutang dan mempunyai modal sendiri sebesar 15% dan PT Kesempatan memiliki hutang sebesar Rp 45.000.000 dengan tingkat bunga 12% setahun dan mempunyai modal sendiri sebesar 17%.

(Dengan pendekatan MM menggunakan proses arbitrage)

Kebijakan Dividen Kebijakan Dividen

BAB 6

Materi Pokok :

1. Teori Kebijakan Dividen 2. Divident Payout Ratio

3. Faktor Yang Mempengaruhi Dividen

Sub Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (Sub CPMK) :

Mahasiswa mampu menjelaskan kontroversi dividen, factor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen

Indikator :

1. Mengemukakan kebijakan dividen yang dilakukan perusahan.

2. Menjelaskan dampak dividen pada nilai perusahaan

6.1. Teori Kebijakan Dividen

Kebijakan dividen (dividend policy) merupakan keputusan apakah laba yang diperolehperusahaan pada akhir tahun akan dibagi kepada pemegang saham dalam bentuk dividen atauakan ditahan untuk menambah modal guna pembiayaan investasi di masa yang akan datang.Kebijakan dividen merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dengan keputusanpendanaan perusahaan. Salah satu kebijakan yang harus diambil oleh manajemen yaitumemutuskan apakah laba bersih yang diperoleh selama satu periode dibagi semua atau dibagisebagian untuk dividen dan sebagian lagi tidak dibagi (menjadi laba ditahan). Rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio) menentukan jumlah laba dibagi dalam bentuk dividen kas danlaba yang ditahan sebagai sumber pendanaan. Apabila perusahaan memutuskan untukmembagi semua laba bersih yang diperoleh sebagai dividen, maka berarti tidak ada laba yangditahan dan akhirnya memperkecil sumber dana intern yang dapat digunakan mengembangkanusaha. Jika perusahaan memutuskan tidak membagikan laba yang diperoleh sebagai dividenakan dapat memperbesar sumber dana intern yang dapat digunakan mengembangkan usahaatau re-investasi. Jika laba yang ditahan dalam jumlah besar, berarti laba yang akan dibayarkansebagai dividen menjadi lebih kecil. !engan demikian aspek penting dari kebijakan dividenadalah menentukan alokasi laba yang sesuai di antara pembayaran laba sebagai dividendengan laba yang ditahan di perusahaan. Rasio pembayaran dividen menunjukkan persentaselaba perusahaan yang dibayarkan kepada pemegang saham biasa berupa dividen kas.

Cash dividen atau dividen kas merupakan bagian laba yang dibagikan kepada parapemegang saham. Ada dua jenis dividen yaitu : 1. Dividen saham preferen yang dibayarkansecara tetap dalam tertentu. 2. Dividen saham biasa yang dibayarkan kepada para pemegangsaham apabila perusahaan mendapat laba.

Beberapa Pendapat tentang Kebijakan Dividen

Ada dua pendapat mengenai relevansi kebijakan dividen, yaitu (1) pendapat yang menyatakan bah&a dividen tidak relevan, dan (2) pendapat yang menyatakan bahwa dividen adalah relevan dalam kaitannya dengan kemakmuran pemegang saham.

1. Pendapat Tentang Ketidakrelevanan Dividen (Irrelevant Theory)

Pendapat ini dikemukakan oleh Modigliani dan Miller. Modigliani dan Miller (MM) memberikan argumentasi bahwa pembagian laba dalam bentuk dividen tidak relevan. MM menyatakan bahwa, dividend payout ratio (DPR) hanya merupakan bagian kecil dari keputusan pendanaan perusahaan. DPR tidak mempengaruhi kekayaan pemegang saham. MM beragumentasi bahwa nilai perusahaan ditentukan tersendiri oleh kemampuan aktiva perusahaan untuk menghasilkan laba atau kebijakan investasi. Jadi dalam rangka membagilaba perusahaan menjadi dividen

dan laba yang ditahan tidak mempengaruhi nilai perusahaan dalam hal ini MM berasumsi bahwa adanya pasar modal sempurna di mana tidak ada biaya transaksi, biaya pengambangan (floatation cost) dan tidak ada pajak.

2. Pendapat Tentang Relevansi Dividen (Relevant Theory)

Pendapat ini mencoba membantah pendapat ketidakrelevanan pembayaran dividen.

Sejumlah argumentasi diajukan untuk mendukung posisi yang kontradiksi yaitu bah&a dividenadalah relevan untuk kondisi yang tidak pasti. !engan kata lain, para investor dapat dipengaruhi oleh kebijakan dividen. pendapat ini terutama ditujukan untuk keadaan yang penuhketidakpastian. Argumen-argumen tersebut antara lain:

a. Preferensi atas Dividen

Para investor tertentu mungkin mempunyai pilihan dividen daripada keuntungan sebagaiakibat perubahan harga saham (capital gain). Pembayaran dividen merupakan alternatif pemecahan dalam kondisi ketidakpastian para investor tentang kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan (profitabilitas) perusahaan. Dividen akan diterima saat ini dan terusmenerus tiap tahun, sedangkan capital gain akan diterima untuk waktu yang akan datang jika harga saham naik. Dengan demikian perusahaan yang membayar dividen akan memecahkan ketidakpastian investor lebih a&al dari perusahaan yang tidak membayar dividen.

b. Pajak atas investor

Pajak memiliki banyak pengaruh yang beda-beda. karena pajak capital gain lebih kecildaripada pajak penghasilan dividen, maka perusahaan mungkin lebih menguntungkan untuk menahan laba tersebut. Sebaliknya apabila pajak penghasilan dividen lebih kecil daripada pajakcapital gain, maka lebih menguntungkan bila perusahaan membayar dividen. Sedangkan mengenai perpajakan ini tergantung pada peraturan pajak di masing-masing negara.

c. Biaya pengambangan

Biaya pengambangan (floatation cost) adalah biaya yang berhubungan denganpenerbitan surat berharga, seperti biaya pertanggungan emisi, biaya konsultasi hukum,pendaftaran saham dan percetakan. Ketidakrelevanan pembayaran dividen didasarkan padapemikiran bahwa pada saat terdapat peluang investasi yang menguntungkan namun dividen tetap dibayarkan, maka dana yang dikeluarkan oleh perusahaan harus diganti dengan danayang diperoleh dari pendanaan eksternal. Padahal dana eksternal tersebut menimbulkan biaya pengambangan, sehingga adanya biaya pengambangan menyebabkan keputusan menahan laba lebih baik daripada membayar dividen.

d. Biaya transakasi dan pembagian sekuritas

Biaya transaksi yang terjadi di dalam penjualan sekuritas (surat berharga) cenderunguntuk menghambat proses arbitrase. Para pemegang saham yang

berkeinginan mendapat laba sekarang, harus membayar biaya transaksi bila menjual sahamnya untuk memenuhi distribusi kas yang mereka inginkan karena pembayaran dividennya kurang. Pasar yang sempurna juga mengasumsikan bahwa sekuritas dapat dibagi (divisible) secara tak terbatas. Namun kenyataaannya bahwa unit sekuritas terkecil adalah satu lembar saham. Hal ini akan menjadi alat untuk menghindari penjualan saham sebagai pengganti dividen yang kurang. Sebaliknya para pemegang saham tidak menginginkan pembayaran dividen untuk tujuan konsumsi. Hal ini menunjukkan bahwa biaya transaksi dan masalah pembagian sekuritas tidak menguntungkanpara pemegang saham.

e. Perbatasan institusional

Hukum sering membatasi jenis-jenis saham biasa yang boleh dibeli para investor institusional (lembaga) tertentu. Sering pemerintah melarang lembaganya untuk investasisaham pada perusahaan yang tidak memberikan dividen. Misalnya perusahaan asuransi ji&ahanya boleh investasi saham yang selalu membayar dividen secara kontinyu. Untuk itu perusahaan yang selalu membagi labanya sebagai dividen, lebih disukai daripada perusahaanyang menahan labanya

6.2. Divident Payout Ratio

Dividend payout ratio adalah rasio jumlah total dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham terhadap laba bersih perusahaan. Biasanya dinyatakan dalam persentase. Beberapa perusahaan membayarkan dividen dari seluruh laba bersih mereka kepada pemegang saham. Namun ada juga yang hanya membayarkan sebagian dari laba perusahaan. Jika suatu perusahaan membayar sebagian dari laba untuk dividen, maka sisanya disebut laba ditahan. Laba ditahan ini biasanya digunakan perusahaan untuk melunasi utang maupun diinvestasikan kembali, sehingga disebut rasio pembayaran saja.

Ada tiga cara menghitung dividend payout ratio:

1. Membagi Dividen dengan Laba Bersih

Cara menghitung dividend payout ratio yang pertama adalah menggunakan rumus nilai pembayaran dividen dibagi jumlah laba bersih perusahaan dalam satu tahun.

Dividend Payout Ratio = Pembayaran Dividen : Laba Bersih Contoh:

Contoh cara menghitung dividend payout ratio dari laporan keuangan idx pada perusahaan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA). Pembayaran dividen kas 2021 sebesar Rp 13,73 triliun, sementara laba bersih sebesar Rp 31,41 triliun.

Dividend payout ratio = Rp 13,73 triliun : Rp 31,41 triliun = 43,7%.

2. Menggunakan Rasio Retensi

Dividend payout ratio juga bisa dihitung dengan menggunakan rumus rasio retensi.

Rasio retensi atau retention ratio adalah rasio yang menunjukkan persentase saldo laba ditahan dibanding laba bersih perusahaan.

Saldo laba ditahan (retained earnings) dalam laporan keuangan idx dapat ditemukan pada bagian Laporan Perubahan Ekuitas. Ditunjukkan pada bagian saldo laba yang belum ditentukan penggunaannya.

Rasio Retensi = Saldo Laba (Laba Ditahan) : Laba Bersih Dividend payout ratio = 1 – Rasio Retensi Contoh:

PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO) mencatatkan saldo laba (laba ditahan) per 31 Desember 2021 sebesar Rp 1 triliun (saldo laba ditahan yang belum ditentukan penggunaannya. Sementara laba bersih SIDO sebesar Rp 1,26 triliun.

Rasio Retensi = Rp 1 triliun : Rp 1,26 triliun = 0,79

Dividend payout ratio = 1 – 0,79 = 0,21 atau sama dengan 21%.

3. Menggunakan Dividend per Share dan Earning per Share

Cara lain menghitung dividend payout ratio adalah dengan menggunakan dividend per share (DPS) dan earning per share (EPS). DPS adalah dividen per lembar saham, sedangkan EPS adalah laba per saham.

DPS = Jumlah Dividen yang Dibayarkan : Jumlah Lembar Saham EPS = Laba Bersih : Jumlah Lembar Saham Beredar

Dividend payout ratio = DPS : EPS Contoh:

PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dalam laporan keuangan tahun 2021 Pembagian laba untuk dividen = Rp 12,12 triliun

Jumlah saham yang beredar = 151.559.001.604 lembar Laba bersih = Rp 30,75 triliun.

DPS = Rp 12,12 triliun : 151,56 miliar lembar = Rp 79,96 EPS = Rp 30,75 triliun : 151,56 miliar lembar = Rp 202,89 Dividend payout ratio = Rp 79,96 : Rp 202,89 = 0,39 atau 39%.

Manfaat Dividend Payout Ratio Bagi Investor

Dividend payout ratio dapat menunjukkan tingkat kematangan perusahaan. Sebuah perusahaan baru pasti berorientasi pada pertumbuhan. Tujuannya untuk memperluas,

mengembangkan produk baru, dan ekspansi ke pasar baru dengan menginvestasikan kembali sebagian besar atau seluruh laba bersihnya. Makanya, jika perusahaan tersebut memiliki dividend payout ratio yang rendah, bahkan nol sangat wajar. Persentase 0%

untuk perusahaan yang tidak membayar dividen dan 100% bagi perusahaan yang membagikan seluruh laba bersih sebagai dividen.

Di sisi lain, perusahaan yang lebih tua dan mapan, tetapi membayarkan dividen sedikit kepada pemegang saham dianggap ujian bagi investor. Dividend payout ratio juga berguna untuk menilai keberlanjutan dividen. Perusahaan enggan memangkas dividen karena dapat menurunkan harga saham dan mencerminkan kemampuan manajemen yang buruk. Jika dividend payout ratio perusahaan lebih dari 100%, artinya membayarkan lebih banyak dividen kepada pemegang saham daripada laba bersihnya.

Perusahaan akan dipaksa menurunkan jumlah pembayaran dividen atau menghentikan pembayaran. Selain itu, rasio yang terus meningkat dapat menunjukkan bisnis yang sehat dan matang. Namun bila rasio yang melonjak pertanda dividen menuju ke arah tidak berkelanjutan.

6.3. Faktor Yang Mempengaruhi Dividen

Menurut Van Horne dan Wachowicz (2009), terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen, yaitu sebagai berikut:

1. Likuiditas perusahaan

Likuiditas dari suatu perusahaan merupakan faktor yang penting yang harus dipertimbangkan sebelum mengambil keputusan untuk menetapkan besarnya dividen yang akan dibayarkan kepada para pemegang saham. Oleh karena itu, semakin kuatnya posisi likuiditas perusahaan maka makin besar kemampuannya untuk membayar dividen. Hal ini berarti bahwa makin kuat posisi likuiditas suatu perusahaan terhadap prospek kebutuhan dana diwaktu-waktu mendatang, maka makin tinggi rasio pembayaran dividennya

2. Kebutuhan dana untuk membayar hutang

Apabila perusahaan menetapkan bahwa pelunasan utangnya akan diambilkan dari laba ditahan, berarti perusahaan harus menahan sebagian besar dari pendapatannya untuk keperluan tersebut, hal ini berarti bahwa hanya sebagian kecil saja dari pendapatan atau earnings yang dapat dibayarkan sebagai dividen, dengan kata lain perusahaan harus menetapkan dividend payout ratio yang rendah.

3. Tingkat pertumbuhan perusahaan

Semakin cepat tingkat pertumbuhan suatu perusahaan, maka makin besar kebutuhan akan dana untuk membiayai pertumbuhan perusahaan tersebut. Semakin besar kebutuhan dana waktu mendatang untuk membiayai pertumbuhannya, perusahaan tersebut biasanya lebih senang untuk menahan pendapatannya daripada dibayarkan

sebagai dividen kepada para pemegang saham dengan mengingat batasan-batasan biayanya. Hal ini berarti bahwa makin cepat tingkat pertumbuhan perusahaan maka semakin besar kesempatan untuk memperoleh keuntungan, makin besar bagian dari pendapatan yang ditahan dalam perusahaan, yang ini berarti semakin rendah dividend payout ratio nya.

4. Peluang ke pasar modal

Suatu perusahaan yang besar dan telah berjalan dengan baik, mempunyai catatan profitabilitas dan stabilitas data, akan mempunyai peluang besar untuk masuk ke pasar modal dan bentuk pembiayaan-pembiayaan eksternal lainnya. Tetapi, perusahaan yang baru atau bersifat coba-coba akan lebih banyak risiko bagi penanam modal potensial. Kemampuan perusahaan untuk menaikkan modalnya atau dana pinjaman dari pasar modal akan teratas sehingga perusahaan seperti ini harus menahan lebih banyak laba untuk membiayai operasinya. Jadi, perusahaan yang sudah mapan cenderung untuk memberi tingkat pembayaran yang lebih tinggi daripada perusahaan kecil atau baru.

5. Pengawasan terhadap perusahaan dana yang berasal

Ada perusahaan yang mempunyai kebijakan hanya membiayai ekspansinya dengan dana yang berasal dari sumber intern saja. Kebijakan tersebut dijalankan atas dasar pertimbangan bahwa kalau ekspansinya dibiayai dengan dana yang berasal dari hasil penjualan saham baru akan melemahkan kontrol dari kelompok dominan di dalam perusahaan. Demikian pula kalau membiayai ekspansi dengan hutang akan memperbesar risiko finansialnya. Mempercatakan pada pembelanjaan intern dalam rangka usaha mempertahankan kontrol terhadap perusahaan, berarti mengurangi dividend payout ratio

6.4. Soal dan Penyelesaian

Soal 1:

1. Misalkan tahun 2019 PT. C menghasilkan laba bersih sebesar Rp. 1 milyar dan memutuskan untuk menahan laba bersih Rp. 200 juta. Hitung nilai DPR PT. C ! Penyelesaian :

Retention Ratio = Rp. 200.000.000 / Rp. 1.000.000.000 = 0.2 Dividend Payout Ratio = 1 – 0.2 = 0.8 atau sama dengan 80%

Soal 2:

2. PT. BABA memiliki lembar saham sebanyak 12.345.600 lembar. Dividen yang dibagikan pada tahun 2019 adalah Rp. 100 juta dan laba bersihnya Rp. 200 juta.

Berapa nilai DPR PT. BABA?

Penyelesaian :

Cari nilai DPS dengan cara = Rp. 100.000.000 / 12.345.600 = 8.10 Cari nilai EPS dengan cara = Rp. 200.000.000 / 12.345.600 = 16.20 Nilai Dividend Payout Ratio = 8.10 / 16.20 = 0.5 atau 50%.

6.5. Latihan Soal

1. Latihan Soal 1. PT Fajar Memperoleh Laba Bersih Tahun Buku 2017 Sebesar Rp28,56 Triliun. Pada Desember PT Fajar membagikan dividen Rp2,46 Triliun (Dividen Interim) dan Pada April Membagikan Dividen Rp11,22 Triliun (Dividen Full). Maka Berapa DPR nya?

2. PT ABC memiliki lembaran saham sebanyak 24.345.600 lembar. Lantas, dividen yang dibagikan pada tahun 2020 adalah Rp 300 juta dan net profit ataupun laba bersih yang diperoleh PT ABC adalah Rp 600 juta. Lalu, berapakan nilai dividend payout ratio dari PT ABC?

Merger dan Akuisisi Merger dan Akuisisi

BAB 7

Sub Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (Sub CPMK) :

Mahasiswa mampu menjelaskan kebijakan ekspansi, melalui konsolidasi, merger dan akuisisi.

Indikator :

1. Mengemukakan kebijakan ekspansi.

2. Mengidentifikasi dan melakukan penilaian konsolidasi, merger dan akuisisi

Materi Pokok :

1. Manfaat Merger dan Akuisisi

2. Menaksir Akuisisi dengan Pertukaran Saham 3. Frendly Merger/ Hostile Takeover

Merger adalah penggabungan dua perusahaan menjadi satu, dimana perusahaan yang me-merger mengambil/membeli semua assets dan liabilities perusahaan yang di- merger dengan begitu perusahaan yang me-merger memiliki paling tidak 50% saham dan perusahaan yang di-merger berhenti beroperasi dan pemegang sahamnya menerima sejumlah uang tunai atau saham di perusahaan yang baru (Brealey, Myers, & Marcus, 1999, p.598). Definisi merger yang lain yaitu sebagai penyerapan dari suatu perusahaan oleh perusahaan yang lain. Dalam hal ini perusahaan yang membeli akan melanjutkan nama dan identitasnya. Perusahaan pembeli juga akan mengambil baik aset maupun kewajiban perusahaan yang dibeli. Setelah merger, perusahaan yang dibeli akan kehilangan/berhenti beroperasi (Harianto dan Sudomo, 2001, p.640).

Akuisisi adalah pengambil-alihan (takeover) sebuah perusahaan dengan membeli saham atau aset perusahaan tersebut, perusahaan yang dibeli tetap ada. (Brealey, Myers,

& Marcus, 1999, p.598).

7.1. Manfaat Merger dan Akuisisi

Merger dan akuisisi menjadi salah satu alternatif termudah bagi pebisnis yang ingin melakukan ekspansi ke ranah yang lebih luas. Persoalan utama dalam bisnis sebenarnya bukanlah pada bagaimana memulainya, melainkan bagaimana mengembangkan dan mempertahankannya. Salah satu solusi termudah yang dapat dilakukan oleh pebisnis adalah dengan melakukan merger dan/atau akuisisi.

Selain itu, proses semacam ini telah mendapatkan legitimasi melalui aturan yang dibuat oleh pemerintah, sehingga cara ini dianggap sudah sangat aman secara prosedural.

Untuk lebih jelasnya, mengenai manfaat dari dua model ekspansi bisnis ini simak ulasan berikut:

1. Merger dan akuisisi dapat menghasilkan berbagai keuntungan pajak

Banyak pemerintah menawarkan pemotongan atau pengurangan pajak saat merger atau akuisisi selesai. Di antaranya, Singapura adalah salah satu negara Asia terbaik di mana merger atau akuisisi dapat dilakukan. Membuka bisnis di Singapura dengan menggabungkan atau mengakuisisi perusahaan yang lebih kecil dapat menarik keuntungan pajak yang besar di negara ini.

2. Kemungkinan baru yang ditawarkan oleh pasar baru

Salah satu perjuangan tersulit yang dihadapi pemilik bisnis adalah ketika mereka harus memasuki pasar baru. Beberapa pebisnis mungkin memilih mendirikan cabang dalam rangka memasuki pasar baru di suatu wilayah, hanya saja cara ini tentu tidak lebih efisien bila dibandingkan dengan merger atau akuisisi. Merger

& Akuisisi akan menghemat waktu dan uang bila dibandingkan dengan memulai bisnis dari awal.

Sebagai contoh, ketika pebisnis ingin memasuki pasar Belanda: mereka akan menemui banyak perusahaan kecil yang beroperasi di Belanda dan banyak dari mereka dapat dibeli dan diperluas di pasar di mana mereka sudah memiliki bagian pelanggan setia mereka sendiri. Sebagai bonus, pemilik bisnis asing juga berhak mendapatkan izin tinggal Belanda dan yang mengizinkan pindah ke salah satu negara terbesar di Eropa. Dengan cara ini proses administrasi dan biaya pemasaran dapat Anda tekan.

3. Memperoleh akses yang lebih mudah dalam memperoleh tenaga kerja terampil Salah satu syarat untuk merger atau mengakuisisi perusahaan lain adalah mempertahankan staf dan mengintegrasikannya ke dalam perusahaan baru.

Ini adalah persyaratan hukum yang diberlakukan oleh peraturan nasional dan internasional. Indonesia merupakan salah satu negara yang memberlakukan regulasi ketat terkait merger dan akuisisi. Kabar baiknya adalah jika Anda berencana memulai perusahaan di Dubai dengan mengambil alih bisnis lain, Anda akan mendapatkan keuntungan dari karyawan yang terampil dan berbahasa Inggris karena sebagian besar bekerja di sana berbicara bahasa Inggris.

4. Anda dapat mendiversifikasi portofolio Anda

Salah satu manfaat merger dan akuisisi adalah berkaitan dengan layanan atau produk yang lebih luas yang dapat dieksplorasi. Dengan melakukan merger, portofolio bisnis baru dapat semakin meningkat dan mendapatkan akses ke pangsa pasar yang lebih besar.

Hal ini biasanya terjadi pada perusahaan IT di mana inovasi memainkan peran kunci. Mengambil alih perusahaan Hong Kong bisa menjadi ide yang sangat bagus ketika berbicara tentang inovasi dan pusat IT internasional.

5. Membeli atau merger dengan perusahaan lain biasanya lebih murah

Membangun sentra produksi, gudang, dan fasilitas distribusi semuanya cukup mahal, tetapi membeli atau merger dengan perusahaan, bahkan jika dari negara lain yang sudah memiliki fasilitas seperti itu, ternyata jauh lebih murah daripada membangun yang baru.

Salah satu tujuan negara Asia termurah dari sudut pandang ini adalah Malaysia.

Mendirikan bisnis di Malaysia dengan membeli perusahaan yang sudah ada yang memiliki fasilitas seperti itu dapat berarti ekonomi yang signifikan terkait dengan biaya ekspansi.

6. Akses yang lebih baik ke pasar yang lebih besar

Kembali ke pangsa pasar, negara-negara kecil menjadi pasar pengembangan yang bagus bagi perusahaan. Faktanya, semakin kecil negaranya semakin besar akses ke pasarnya dengan mengambil alih perusahaan di sana. Irlandia adalah salah

satu negara terbaik untuk melakukan itu. Mendirikan bisnis di Irlandia dengan mengambil alih perusahaan kecil tapi terkenal cukup sering ditemui.

7. Merger dan akuisisi dapat berarti kekuatan finansial yang lebih besar dan pengaruh yang lebih besar.

Selanjutnya, merger dan akuisisi mewakili pertumbuhan kedua perusahaan yang terlibat dalam transaksi. Selain itu, ini berarti lebih banyak kekuatan finansial sebagai pendapatan yang dihasilkan dengan mengumpulkan pendapatan dari kedua bisnis.

Sebagai reaksi berantai, memiliki kekuatan finansial yang lebih besar juga berarti menempati pangsa pasar yang lebih besar dan memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap pelanggan dengan mengurangi persaingan.

7.2. Menaksir Akuisisi dengan Pertukaran Saham

PT A merencanakan mengakuisisi PT B, data sebagai berikut :

PT A PT B

EPS Rp 2.000 Rp 2.000

Harga/lbr saham Rp 20.000 Rp 8.000

PER 10 x 4 x

Jumlah lbr saham 10 juta 10 juta

EAT Rp 20 M Rp 20 M

Nilai Pasar Equity Rp 200 M Rp 80 M

Perusahaan A dapat membeli PT B dengan harga seperti saat ini dengan menukar saham dan diharapkan tidak terjadi synergy. Hitung EPS, P, PER, Jumlah Lembar Saham, EAT, dan nilai Equity setelah akuisisi ! Kesimpulan ?

Penyelesaian :

PT A PT B PT A (setelah Akuisisi)

EPS Rp 2000 Rp 2.000 Rp 2.857

Harga/lbr saham Rp 20.000 Rp 8.000 Rp 20.000

PER 10x 4x 7x

Jmlh lbr saham 10 juta lbr 10 Juta lbr 14 Juta Lbr

EAT Rp 20 M Rp 20 M Rp 40 M

Nilai Pasar Equity Rp 200 M Rp 80 M Rp 280 M

7.3. Frendly Merger/ Hostile Takeover

Menurut Husnan (1998) tipe merger bila ditinjau dari prosesnya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Friendly merger

Proses ini disepakati oleh dua belah pihak berunding dengan cara sebagai berikut:

Pertama, mengidentifikasikan perusahaan yang akan menjadi target merger dan akuisisi. Kedua, menetukan harga beli yang bersedia dibayarkan pada perusahaan target. Ketiga, manajer perusahaan yang akan membeli perusahaan target untuk melakukan negosiasi. Jika pemegang saham perusahaan target menyetujui, maka penggabungan tersebut dapat dilaksanakan dengan baik melalui pembayaran tunai atau pembayaran dengan saham perusahaan.

2. Hostile takeover

Proses ini terjadi jika perusahaan target yang akan dimerger tersebut berkeberatan dengan alasan harga yang ditetapkan terlalu rendah (undervalue), sehingga terkadang pihak manajer melakukan berbagai cara untuk menggagalkan kegiatan merger ini.

7.4. Soal dan Penyelesaian

Soal :

Sekarang misalkan PT. A (dari soal nomor 5) akan mengakuisisi PT. D yang mempunyai unrelated business, tetapi mempunyai korelasi arus kas yang sangat rendah. Sebagai akibatnya untuk PT. A diperkirakan akan mampu menggunakan hutang lebih banyak tanpa terkena penalty biaya kebangkrutan yang berarti. Diperkirakan setelah mengakuisisi PT. D, PT. A dapat menggunakan hutang senilai Rp. 80 milyar tanpa mengalami perubahan cost of debt.

Pertanyaan :

1. Berapa tambahan PV penghematan pajak (manfaat) dari rencana akuisisi tersebut?

2. Misalkan harga saham PT. D adalah Rp. 3.000 per lembar, dengan jumlah lembar saham sebesar 7 juta lembar. Berapa harga maksimum yang dapat ditawarkan untuk saham PT. D apabila diinginkan 50% manfaat dinikmati oleh pemegang saham PT.

A ?

Penyelesaian :

1. PV Penghematan pajak = 0,35 (Rp. 80M) = Rp. 28 M

Tambahan penghematan pajak = Rp. 28M – Rp. 21M = Rp. 7M 2. Manfaat yang dinikmati oleh pemegang saham D adalah,

50% x Rp. 7M = Rp. 3,5M

Dalam dokumen BUKU AJAR MANAJEMEN KEUANGAN II (Halaman 72-75)

Dokumen terkait