BAB VI PEMBAHASAN
6.4 Evaluasi Product Program PPI Rumah Sakit X
6.4.5 Limbah Infeksius
Hasil observasi terhadap limbah infeksius mendapatkan skor yaitu 100% untuk standar PPI 7.4, 66% untuk standar PPI 7.4.1, dan 100%
untuk standar PPI 7.5. Secara umum, pelaksanaan PPI dalam bidang limbah infeksius sudah berjalan dengan baik, yaitu dari regulasi yang sudah lengkap dimulai dari regulasi pengelolaan limbah rumah sakit hingga regulasi pengelolaan benda tajam dan jarum, serta pelaksanaan pengelolaan limbah yang sudah teratur dan sesuai dengan alur yang sudah ditentukan.
Pengurangan risiko infeksi melalui pengelolaan limbah infeksius dilakukan dengan kegiatan sebagai berikut:
1. Pengelolaan limbah cairan tubuh infeksius
Pengelolaan terhadap limbah cairan tubuh infeksius dilakukan dengan membuang cairan ke spoel hoek yang kemudian akan dialirkan menuju IPAL rumah sakit, sehingga tidak mencemari lingkungan rumah sakit dan menimbulkan risiko penyakit infeksi (Satiti, 2017).
2. Penanganan dan pembuangan darah dan komponen darah
Penanganan terhadap darah dalam hal ini sudah dilaksanakan dengan baik, yaitu dengan melakukan pembuangan darah yang bersifat cair menuju spoel hoek, yang kemudian akan dialirkan menuju IPAL rumah sakit. Sementara itu untuk limbah berupa darah yang menggumpal atau sudah berbentuk padat akan dimasukkan dalam kantung plastik berwarna kuning dan masuk ke dalam TPS limbah B3 (Satiti, 2017).
3. Pemulasaran jenazah dan bedah mayat
Pemulasaran jenazah telah dilakukan dengan alur yang sudah terstruktur dimana jenazah yang diangkut menggunakan ambulance dibawa menuju tempat pemandian terlebih dahulu, dengan petugas yang menggunakan APD lengkap, setelah itu jenazah disimpan dalam ruang jenazah dengan papan peringatan bahwa tidak diperbolehkan ada pengunjung yang masuk, serta
110 petugas yang masuk ke ruang pemulasaran harus menggunakan APD. Namun, pada ruang pemulasaran jenazah belum didapati adanya form checklist supervisi yang menunjukkan belum adanya kegiatan pengawasan oleh petugas PPI (Satiti, 2017).
4. Pengelolaan limbah cair
Limbah cair yang dihasilkan oleh rumah sakit X seluruhnya akan dialirkan menuju instalasi pengolahan air limbah (IPAL) yang letaknya berada di bagian belakang rumah sakit. Pengelolaan terhadap limbah cair di rumah sakit X selama ini sudah berlangsung dengan baik, dengan dilakukan pemantauan kualitas air limbah secara rutin per 6 bulan sekali oleh pihak ketiga. Selain itu kegiatan pemantauan air limbah sudah dilakukan pencatatan setiap hari oleh petugas dalam form pemantauan limbah cair rumah sakit.
Menurut Mallapiang (2019), pengelolaan limbah infeksius dalam rumah sakit juga tidak luput dari limbah benda tajam atau jarum yang telah digunakan selama kegiatan di rumah sakit. Penanganan terhadap limbah jarum perlu dilakukan dengan baik karena dapat menimbulkan risiko Needle Stick Injury (NSI), khususnya pada jarum yang telah digunakan atau tercemar dengan darah atau cairan tubuh. Berikut merupakan pengelolaan limbah benda tajam dan jarum yang dilakukan di rumah sakit:
1. Identifikasi jenis wadah
Dalam pembuangan benda tajam dan jarum yang telah digunakan dalam kegiatan pelayanan kesehatan, perlu adanya wadah yang mampu menahan tusukan jarum serta aman dan tidak mudah tertembus. Pewadahan jarum dan benda tajam di rumah sakit X dilakukan dengan menggunakan safety box, yaitu kotak berwarna kuning yang dilengkapi dengan keterangan berisi limbah berbahaya.
Selain itu, sebagai langkah penghematan anggaran di rumah sakit X, dilakukan pewadahan limbah benda tajam dan jarum menggunakan jerigen yang merupakan bekas wadah obat-obatan. Wadah tersebut oleh petugas dinilai lebih aman dan dapat menampung limbah lebih banyak sehingga dapat menghemat penggunaan safety box di rumah sakit.
111 2. Pembuangan
Pembuangan limbah benda tajam dan jarum akan dimasukkan ke dalam TPS B3 terlebih dahulu, kemudian setiap 1 minggu 2 kali akan diangkut menggunakan jasa transporter limbah B3 yang akan dibawa menuju perusahaan yang bergerak di bidang pemusnahan limbah B3 dan bekerja sama dengan rumah sakit. Hal ini dilakukan mengingat perlu izin khusus untuk mengelola incinerator dan biaya pengoperasian yang cukup besar, sehingga pihak rumah sakit X bekerja sama dengan pihak ketiga dalam mengelola limbah B3 dan limbah infeksius agar tidak mencemari lingkungan.
3. Surveilans proses pembuangan
Pembuangan limbah ke TPS dilakukan dengan pencatatan setiap limbah akan dibuang. Pencatatan dilakukan dengan menimbang limbah terlebih dahulu dan dilakukan desinfeksi untuk menghilangkan risiko menyebarnya infeksi, setelah itu dilakukan pencatatan dalam logbook harian yang berisi data tentang jenis limbah dan berat limbah. Selain itu, surveilans risiko infeksi yang dapat terjadi selama pembuangan limbah juga dilakukan agar tidak terjadi kecelakaan dan penyebaran infeksi yang terjadi akibat dari pengelolaan limbah benda tajam dan jarum.
4. Laporan tertusuk jarum dan benda tajam
Ketika ada petugas yang tertusuk benda tajam dan jarum, khususnya yang telah terkena darah dan cairan tubuh, maka akan dilakukan pelaporan terhadap petugas PPI rumah sakit, dengan menelusuri bagaimana kejadian tersebut dapat terjadi, menelusuri jenis penyakit pasien yang menggunakan jarum tersebut, dan pemantauan kesehatan petugas yang tertusuk jarum. Hal tersebut dilakukan untuk mencegah kemungkinan terjadinya risiko penyakit infeksi dan memastikan bahwa petugas dalam keadaan aman.
Penanganan terhadap limbah infeksius dan B3 khususnya di rumah sakit perlu dilakukan dengan baik serta mengacu pada peraturan dan regulasi yang ada sehingga dapat meminimalisir risiko infeksi yang dapat terjadi dari pajanan limbah infeksius. Selain itu, limbah infeksius yang berasal dari unit hingga dibawa ke TPS perlu dikelola dengan hati-hati, yaitu dari pengangkutan limbah yang perlu ditentukan terlebih dahulu jalur
112 pengangkutannya, serta pada limbah cair darah, perlu dilakukan pembuangan ke dalam spoel hoek terlebih dahulu untuk mencegah penyebaran infeksi nosokomial dari unit pelayanan hingga ke unit-unit lainnya (Madjid, 2019).