• Tidak ada hasil yang ditemukan

H. Hipotesis

I. Sistematika Pembahasan

1) Macam-macam hasil belajar

menyelesaikan masalah dengan caranya sendiri” (Setiawan, 2017:

18). Maka dari itu, hasil belajar terhadap pemahaman memiliki tingkatan satu tingkat lebih tinggi dari tipe hasil belajar pengetahuan yang memiliki sifat menghafal. Karenanya pada tingkat pemahaman memerlukan kemampuan sebagai pemahaman makna maupun arti dari sebuah konsep (Sudjana, 2013: 51).

b. Keterampilan Proses

Katerampilan proses merupakan keterampilan yang melibatkan pada prkembangan keterampilan dasar mental, fisik dan sosial yang mendasar sebagai penggerak yang lebih tinggi dalam diri siswa. Keterampilan dapat menggunakan akal, pikiran, dan nalar terhadap perubahan secara efektif dan efisien demi mencapai hasil tertentu masuk dalam kreativitas.

c. Sikap

Sikap cenderung berhubungan dengan lingkungan dengan cara, pola, metode, dan teknik, tertentu terhadap dunia sekitar baik berupa individu maupun objek tertentu. Sikap mengacu pada tindakan dan perilaku. kemudian hubungannya dengan hasil belajar, yakni sikap terhadap pemaham konsep. Dalam pemahaman konsep, lebih dominan yang berperan sangat penting dalam bidang kognitif.

b. Kognitif

Gagasan untuk membentuk sistem klasifikasi hasil belajar.

Sejak tahun 1948 mengadakan pertemuan informal para penguji perguruan tinggi yang bergabung pada American Psychological Association Conventional (Konvensi Asosiasi Psikolog Amerika) bertempat di Boston. Pertemuan ini merupakan bagian dari seri informasi tahunan para penguji di perguruan tinggi (Kuswana, 2014: 09). Kelompok kerja ini duduk pada keanggotaan asosiasi,

adalah mempertimbangakan dalam memecahkan masalah yang mana memiliki kaitannya dengan penggolongan sasaran hasil pendidikan dan pengorganisasian.

Dikutip dari buku Bloom (1956: 6) karakter taksonomi yang bersifat tingkatan diharapkan pengguna memahami posisi dari tujuan tertentu hubungannya dengan sasaran hasil belajar (Kuswana; 2014: 11). Selain itu, taksonomi merupakan klasifikasi logis menggambarkan terminologi yang benar sehingga dapat digunakan secara konsisten dan relevan dengan teori dan prinsip psikologi (Kuswana, 2014: 11). Menurut suatu taksonomi yang lengkap mencakup tiga domain utama, ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Pertama pada ranah kognitif, fokus utama terhadap hasil yang berhubungan dengan daya ingat tentang pengetahuan, keterampilan, serta kemampuan intelektual. Bagaian kedua dari taksonomi adalah ranah afektif, memiliki sasaran hasil objektif yang menggambarkan dalam perubahan sikap. Ketiga, ranah keterampilan motorik, ranah ini jarang dilakukan terhadap suatu sekolah menengah maupun perguruan tinggi, namun dibidang pendidik lain terutama yang tertarik pada ranah keterampilan motorik sebagai sasaran hasil pendidikan.

Tujuan utama dalam menciptakan taksonomi dari sasaran hasil pendidikan untuk memudahkan komunikasi “peristiwa belajar” (Kuswana, 2014: 13). Taksonomi yang dirancang

merupakan sarana mengklasifikasikan perilaku yang diharapkan terkait dengan proses mental maupun pemikiran sebagai hasil dari pengalaman pendidikan. Menurut Gagne, perlu adanya mengidentifikasi dan mengklasifikasikan hasil belajar, lalu menganalisis dari komponen-komponen prosedural dari belajar.

Gagne menyatakan yang mampu mempengaruhi belajar adalah dari faktor lingkungan dan kondisi eksternal lainnya yang dapat berubah dan juga mampu dikendalikan.

Adapun strategi kognitif, didefinisikan sebagai metakognitif dan ide sebagai pemecah masalah. Berpikir merupakan keterampilan berpikir dan berbicara, selain itu tentang kemungkinan keberadaan keterampilan dari suatu bentuk kontrol eksklusif yang mengatur pengelolaan strategi. (Kuswana; 2014:

79). Williams mengungkapkan terdapat empat perilaku kognitif yakni:

1) Kelancaran, mengmenitikhasilkan sejumlah besar gagasan 2) Fleksibilitas, dapat mengubah kategori

3) Orisinalitas, mampu dengan pikiran yang unik

4) Elaborasi, dapat mengambil satu ide dan menambahkan (Kuswana, 2014: 84)

Quellmalz (1987: 95) yang dikutip dalam buku Kuswana (2014: 100) mengungkapkan menitik beratkan terhadap pemikiran tingkat tinggi, oleh sebab itu diperlukan subjek yang ada pada

ranah berbeda dan mampu memecah masalah pada kehidupan dunia nyata. Dalam hal ini diilustrasikan dalam proses menganalisis, membandingkan, meyimpulkan, dan mengevaluasi dalam ranah subjek ilmu masyarakat, sastra, dan eksakta (Kuswana, 2014: 100).

Sedangkan dalam buku Suardi (2019: 121) menurut Jerome Bruner (1966) mengatakan seseorang yang pengikut setia teori kognitif, khususnya dalam studi perkembangan fungsi kognitif, ia menandai perkembangan kognitif siswa dapat diukur sebagai berikut :

a. Perkembangan intelektual, ditandai dengan tampak kemajuan kemajuan yang terlihat dalam proses stimulus yang diberikan.

b. Peningkatan pengetahuan tergantung pada penyimpanan informasi yang sebenarnya.

c. Perkembangan intelektual tercermin dari kemampuan berbicara terhadap diri sendiri maupun pada orang lain, berkaitan dengan tingkat kepercayaan diri siswa.

d. Interaksi yang sistematis antara guru maupun orang tua, hal tersebut sangat diperlukan untuk perkembangan kognitifnya.

e. Bahasa sebagai kunci perkembangan kognitif, karena bahasa sebagai alat komunikasi antar manusia.

f. Kemampuan menyajikan solusi alternatif secara bersamaan.

c. Indikator Ranah Kognitif

Keberhasilan hasil belajar dapat dikatakan berhasil bila telah mencapai indikator kognitif yang menjadi tujuan pendidikan.

Dimyati Mudjiono dalam Wahyuningsih (2020: 74-78) mengatakan bahwa tujuan pendidikan berdasarkan hasil belajar siswa secara umum dapat bedakan menjadi tiga, yaitu : aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotorik.

a) Aspek kognitif (C1-C6)

Kategorisasi tujuan ranah kognitif oleh Bloom, mengemukakan terdapat 6 kelas tingkatan yakni:

(1) Mengingat (C1)

Dalam ranah ini, siswa diminta menghubungkan kembali tema-tema yang spesifik dan universal, mengingat kembali proses.

(2) Pemahaman (C2)

Pemahaman mengacu pada hakikat sesuatu, yaitu suatu bentuk pemahaman atau pengertian yang membuat seseorang mengetahui apa yang dikomunikasikan, dan dapat menggunakan materi atau ide yang dikomunikasikan itu tanpa harus menghubungkannya dengan materi lain.

(3) Penggunaan/penerapan (C3)

Lavel ini siswa harus memiliki kemampuan menerapkan gagasan, prosedur, metode, rumus, teori, prinsip, terhadap berbagai keadaan.

(4) Analisis (C4)

Pada tataran ini dapat diartikan sebagai memecahan suatu komunikasi (peristiwa dan pengertian) menjadi unsur penyusun sehingga ide (pemahaman, konsep) relatif menjadi lebih, dimana ide-ide tersebut kemudian tidak berbelit-belit tetapi langsung pada intinya.

(5) Evaluasi (C5)

Evaluasi merupakan nilai materi dan metode untuk tujuan tertentu. Evaluasi mengacu pada penentuan secara kuantitatif atau kualitatif mengenai nilai materi atau metode untuk suatu maksud dengan memenuhi tolak ukur tertentu.

(6) Menciptakan (C6)

Menyatukan elemen menjadi satu kesatuan untuk membentuk koheren serta fungsional. Reorganisasi unsur ke dalam pola maupun struktur baru.