• Tidak ada hasil yang ditemukan

B. Kajian Teori

1. Majelis Taklim

a. Pengertian Majelis Taklim

Majelis taklim berasal dari dua kata, yaitu kata majelis dan kata taklim. Dalam bahasa Arab kata majelis adalah bentuk isim makan (tempat). Kata kerja dari jalasa yang artinya “”tempat duduk, tempat sidang, dewan”16. Kata taklim dalam bahasa Arab merupakan masdar dari kata kerja اَ م َ لَ يَ عََ ت- لَ مَ عَََ ي-َ مَ لَ ع yang mempunyaii arti “pengajaran”17.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian majelis taklim adalah pertemuan atau perkumpulan orang banyak atau bangunan tempat orang berkumpul”18 Dari pengertian etimologis tentang majelis taklim diiatas dapat dikatakan bahwa majelis adalah

“tempat untuk melaksanakan pengajaran atau pengajian agama Islam”

Selain itu ada beberapan tokoh yang memaparkan pengertian majelis taklim. Muhsin menyatakan bahwa majelis taklim adalah tempat atau lembaga pendidikan, pelatihan, dan kegiatan belajar

16 Warson-Munawwir, Kamus Indonesia-Arab (surabaya: Pustaka Progessif, 2007), 202

17 Ibid, 78

18 Departemen Pendidikan dan kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pustaka, 1999), 615

mengajar dalam mempelajari, mendalami, dan memahami ilmu pengetahuan agama Islam dan sebagai wadah dalam melaksanakan berbagai kegiatan yang memberikan kemaslahatan kepada jamaah dan masyarakat sekitarnya.19

Menurut Effendy Zarkasi mengatakan “majelis taklim merupakan bagian dari model dakwah dewasa ini sebagai forum belajar untuk mencapai suatu tingkat pengetahuan agama”. Uga mengartikan majelis taklim sebagai “Lembaga pendidikan non-formal Islam yang memiliki kurikulum sendiri, diselenggarakan secara berkala dan teratur, dan diikuti oleh jamaah yang reltif banyak”20

Helmawati menuturkan bahwa majelis taklim adalah tempat memberitahukan, menerangkan, dan mengabarkan suatu ilmu, baik ilmu agama maupun ilmu pengetahuan dan keterampilan yang dilakukan secara berulang-ulang sehingga maknanya dapat membekas pada diri muta’allim untuk kemudian ilmu yang disampaikan bermanfaat, melahirkan amal saleh, memberi petunjuk ke jalan kebahagiaan dunia akhirat, untuk mencapai ridha Allah SWT, serta untuk menanamkan dan memperkokoh akhlak.21

Dari beberapa pendapat tokoh di atas, penulis menyimpulkan pengertian dari majelis taklim dapat diartikan sebagaian kelompok atau suatu komunitas muslim yang menyelenggarakan kegiatan pendidikan

19 Muhsin MK, Manajemen Majelis Ta’lim: Petunjuk Praktis Pengelolaan dan Pembentukannya, (Jakarta: Pustaka Intermasa, 2009), 1.

20 Ibid, 5

21 Helmawati, Pendidikan Nasional dan Optimalisasi Majelis Ta’lim, 85-86

dan pengajaran agama Islam. Majelis taklim juga meliputi semua masalah pendidikan dan pengajaran agama Islam, tanpa dibatasi oleh jenis kelamin dan status sosial jamaahnya.

b. Perkembangan Majelis Taklim

Arti penting kehadiran pengajian majelis taklim ini masih dirasakan masyarakat sampai sekarang, bahkan tingkat kepentingan masyarakat terhadap kehadiran pengajian di majelis taklim cenderung terus meningkat. Oleh karena itu dapat dipahami bila sekarang ini kehadiran pengajian di majelis-majelis taklim semakin nyaring terdengar disebabkan karena kegiatan-kegiatannya. 22

Majelis taklim merupakan lembaga pendidikan yang tertua dalam sejarah Islam dan tidak dapat dilepaskan dari perjalanan dakwah Islamiyah sejak awal, yang dimulai saat Rasulullah SAW mengadakan kegiatan kajian dan pengajian di rumah Arqam bin Abil Arqam (Baitul Arqam) sebagai tempat pertemuan dengan sahabat-sahabat dan pengikutnya sekaligus mengajarkan dasar-dasar atau pokok-pokok agama Islam yang dilaksanakan secara sembunyi-sembunyi ketika beliau masih berada di Mekkah23

Setelah Rasulullah SAW hijrah dan menetap di Madinah, maka kegiatan pengajian dan pembinaan agama diadakan di masjid Nabawi.

Sampai akhirnya majelis ini diasuh oleh para ulama-ulama terkenal dan

22 Ahmad sabrini , “Internalisasi Nilai Keislaman Melalui Majelis Taklim”, Jurnal Ilmu dakwah, Vol.5 No. 16 (Juli-Desember, 2010), 59

23 Asnil Aidah Ritongah, “Al-Kaffah”, Jurnal Kajian Sosial Keagamaan, Vol.2 No. 2 (Juli- Desember 2014), 147

terkemuka serta dikunjungi para jamaah. Sejak saat itulah proses kegiatan pengajian atau majelis taklim dilaksanakan di masjid-masjid hingga sekarang, seperti pengajian di Masjidil Haram, yang diikuti oleh umat Islam dari berbagai bangsa di seluruh penjuru dunia. Selanjutnya di Indonesia kegiatan pengajian sudah ada sejak pertama Islam datang, ketika itu pun dilaksanakan dari rumah ke rumah, surau ke surau, masjid ke masjid. Adapun berdirinya pengajian yang secara formal menggunakan nama majelis taklim di mulai dari masyarakat di Jakarta dan sekitarnya. Ia baru populer setelah terbentuknya organisasi Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT) di Jakarta pada 1 Januari 1981.

Organisasi yang pembentukannya di motori Tutty Alawiyah AS tersebut tercatat memiliki anggota sebanyak 3.000 majelis taklim.24

Meski telah melampaui beberapa fase perubahan zaman, eksistensi majelis taklim cukup kuat dengan tetap memelihara pola dan tradisi yang baik sehingga mampu bertahan di tengah kompetisi lembaga-lembaga pendidikan keagamaan yang bersifat formal.

Bedanya, kalau dulu majelis taklim hanya sebatas tempat pengajian yang dikelola secara individual oleh kiai sekaligus merangkap sebagai pengajar. Maka dalam perkembangan selanjutnya, majelis taklim telah menjadi lembaga atau institusi yang menyelenggarakan pengajaran atau pengajian agama Islam dan dikelola dengan cukup baik oleh individu, atau perorangan, kelompok, maupun lembaga (organisasi). Dengan

24 Ibid, 149

demikian majelis taklim mejadi lembaga pendidikan keagamaan alternatif bagi mereka yang tidak memiliki cukup tenaga, waktu dan kesempatan menimba ilmu agama di jalur pendidikan formal. Inilah yang menjadikan majelis taklim memiliki nilai dan karakteristik tersendiri dibanding lembaga pendidikan keagamaan lainnya. 25

c. Fungsi dan Tujuan Majelis Taklim

Majelis taklim sebagai lembaga pendidikan non formal memiliki bebarapa fungsi, di antaranya:

1) Fungsi keagamaan, yakni membina dan mengembangkan ajaran Islam dalam rangka membentuk masyarakat yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT.

2) Fungsi pendidikan, yakni menjadi pusat kegiatan belajar masyarakat (Learning society), keterampilan hidup, dan kewirausahaan.

3) Fungsi sosial, yakni menjadi wahana silaturrahmi, menyampaikan gagasan, dan sekaligus sarana dialog antar ulama, umara dan umat.

4) Fungsi ekonomi, yakni sebagai sarana tempat pembinaan dan pemberdayaan ekonomi jamaahnya

5) Fungsi seni dan budaya, yakni sebagai tempat pengembangan seni dan budaya Islam

25 Helmawati, Pendidikan Nasional dan Optimalisasi Majelis Ta’lim, 78

6) Fungsi ketahanan bangsa, yakni menjadi wahana pencerahan umat dalam kehidupan beragama, bermasyarakat, dan berbangsa26

Adapun tujuan pendidikan majelis taklim adalah sebagai berikut:

1) Jamaah dapat mengagumi, mencintai dan mengamalkan Al-Quran serta menjadikannya sebagai bacaan istimewa dan pedoman utama 2) Jamaah dapat memahami serta mengamalkan agama Islam dengan

segala aspeknyadengan benar dan tepat 3) Jamaah menjadi muslim yang kaffah

4) Jamaah bisa melaksanakan ibadah harian yang sesuai dengan kaidah keagamaan secara baik dan benar

5) Jamaah mampu menciptakan hubungan silaturrahmi dengan baik dan benar

6) Jamaah memiliki ahlakul karimah dan sebagainya.27 d. Komponen Majelis Taklim

Dari pengertian majelis taklim, dapat diketahui komponen- komponen dalam majelis taklim yaitu:

1) Mu’allim (guru sebagai pengajar), merupakan orang yang menyampaikan materi kajian dalam majelis taklim. Karakteristik mua’allim, yaitu lemah lembut, toleransi, dan santun serta memberikan kemudahan.

2) Muta’allim (murid yang menerima pelajaran) atau bisa disebut dengan jamaah majelis taklim

26 Ibid, 91

27 Muhsin MK, Manajemen Majelis Ta’lim: Petunjuk Praktis Pengelolaan dan Pembentukannya, 15

3) Al-‘ilmu (Materi bahan yang diajarkan atau disampaikan), Materi dalam majelis taklim berisi tentang ajaran Islam. Oleh karena itu, materi atau bahan pengajarannya berupa: tauhid, fiqh, hadits, akhlak, tarikh Islam, ataupun masalah-masalah kehidupan yang ditinjau dari aspek ajaran Islam.

4) Yu’allim (proses kegiatan pengajaran). Proses kegiatan pengajaran dalam mtodologinya merupakan upaya pemindahan pengetahuan dari mua’allim kepada muta’allim. 28

e. Materi Pembelajaran Majelis Taklim

Materi atau bahan adalah apa yang hendak diajarkan dalam majelis taklim. Dengan sendirinya materi ini adalah ajaran Islam dengan segala keluasannya. Islam memuat ajaran tentang tata hidup yang meliputi segala aspek kehidupan, maka pengajaran Islam berarti pengajaran tentang tata hidup yang berisi pedoman pokok yang digunakan oleh manusia dalam menjalani kehidupannya di dunia dan untuk menyiapkan hidup yang sejahtera di akhirat nanti. Dengan demikian materi pelajaran agama Islam luas sekali meliputi seluruh aspek kehidupan.29

Materi dalam majelis taklim berisi tentang ajaran Islam. Oleh karena itu, materi atau bahan pengajarannya, berupa: tauhid, tafsir, hadist, akhlak, tarikh Islam, ataupun masalah-masalah kehidupan yang

28 Helmawati, Pendidikan Nasional dan Optimalisasi Majelis Ta’lim, 87

29 Irpan Abd. Gafar, “Kurikulum & Materi Pendidikan Islam”, Jurnal Hunafa Vol.3. No. 1 (Maret 2006), 45

ditinjau dari aspek ajaran Islam. Penjelasan dari masing-masing teori sebagai berikut:

1) Tauhid adalah, meng-Esa kan Allah dalam mencipta, menguasai, mengatur, dan mengikhlaskan pribadnya hanya kepadanya..

2) Akhlakul karimah, materi ini meliputi akhlak yang terpuji, dan akhlak yang tercela. Akhlak terpuji antara lain, ikhlas, tolong menolong, sabar dan sebagainya. Akhlak tercela meliputi sombong, kikir, sum’ah dan dusta, bohong dan hasud.

3) Fiqih, adapun isi materi fiqih meliputi tentang sholat, puasa, zakat dan sebagainya. Disamping itu juga dibahas hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman sehari-hari, yang meliputi pengertian wajib, sunnah, halal, haram, makruh dan mubah. Diharapkan setelah mempunyai pengetahuan tersebut jamaah akan patuh dengan semua hukum yang diatur oleh ajaran Islam.

4) Tafsir, adalah ilmu yang mempelajari kandungan Al-Quran berikut penjelasannya, makna dan hikmahnya.

5) Hadits adalah segala perkataan, perbuatan, dan ketetapan dan persetujuan nabi Muhammad yang dijadikan ketetapan atau hukum dalam agama Islam.

6) Tarikh adalah sejarah hidup para Nabi dan para sahabat khususnya Nabi Muhammad.

7) Masalah-masalah kehidupan yang ditinjau dari aspek ajaran Islam merupakan tema yang langsung berkaitan dengan kehidupan

masyarakat yang kesemuanya juga dikaitkan dengan agama, artinya dalam menyampaikan materi tersebut berdasarkan Quran dan hadist.30

f. Metode Pembelajaran Majelis Taklim

Metode berasal dari dua kata yaitu “Meta dan Hodos” Meta artinya melalui dan Hodos artiya jalan, maaka pengertian metode adalah jalan yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan. Metode adalah cara, dalam hal ini cara menyajikan bahan pengajaran dalam majelis taklim untuk mencapai tujuan yang telah diterapkan. Makin baik metode yang dipilih, makin efektif pencapaian tujuan. Metode mengajar banyak sekali macamnya, namun bagi majelis taklim tidak semua metode itu dapat dipakai. Hal ini disebabkan karena perbedaan kondisi dan situasi sekolah dengan majelis taklim.

Sementara itu jika ditinjau dari metode penyajian, majelis taklim bisa dibedakan menjadi empat jenis, yaitu:

1) Majelis taklim yang dikelola dengan metode ceramah. Metode ini dilaksanakan dengan dua cara. Pertama, ceramah umum, dimana ustadz (muallim/kyai) bertindak aktif dengan memberikan pelajaran atau ceramah, sedangkan pesertanya berperan pasif hanya mendengarkan atau menerima materi yang diceramahkan. Kedua, ceramah terbatas, dimana biasanya terdapat kesempatan untuk bertanya jawab. Disini muallim dan jamaah sama-sama aktif.

30 Peraturan Menteri Agama RI No 000912 Tahun 2013, tentang Kurikulum Madrasah 2013 Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab

2) Majelis taklim yang dikelola dengan metode halaqah. Dalam hal ini mu’allim memberikan pelajaran biasanya dengan memegang suatu kitab tertentu.jemaah mendengarkan keterangan pengajar sambil menyimak kitab yang sama atau melihat ke papan tulis dimana pengajar menuliskan apa-apa yang hendak diterangkan.

Bedanya dengan metode ceramah terbatas ialah peranan mu’allim sebagai pembimbing jamaah dengan metode halaqah jauh lebih menonjol. Mu’allim sering kali harus mengulang-ngulang sesuatu bacaan dengan ditirukan oleh jamaah serta membetulkan bacaan yang salah.

3) Majelis taklim yang dikelola dengan metode mudzakarah. Metode ini dilaksanakan dengan cara tukar menukar pendapat atau diskusi mengenai suatu masalah yang telah disepakati untuk dibahas.

Dalam metode ini mu’allim seolah-olah tidak ada, karena semua jamaah biasanya terdiri dari orang-orang yang pengetahuan agamanya setaraf atau jamaahnya terdiri dari pada ulama. Namun demikian, peserta awam biasanya diberi kesempatan.

4) Majelis taklim yang dikelola dengan metode campuran. Artinya satu majelis taklim menyelenggarakan kegiatan pendidikan atau pengajian tidak dengan satu macam metode saja, melainkan dengan berbagai metode secara berselang-seling.31

31 Helmawati, Pendidikan Nasional dan Optimalisasi Majelis Ta’lim,95