yang dihadapi dapat diidentifikasi, diukur, dipantau, dikendalikan, dan dilaporkan secara tepat.
Sejalan dengan berbagai perkembangan organisasi, regulasi, dan lingkungan bisnis, kebijakan manajemen risiko BCA senantiasa disesuaikan dengan mengacu pada ketentuan yang berlaku dan international best practice. Bersamaan dengan itu, BCA juga terus meningkatkan risk awareness melalui pelatihan manajemen risiko untuk seluruh unit kerja.
FOKUS MANAJEMEN RISIKO TAHUN 2021
BCA selalu mengedepankan prinsip kehati-hatian dalam menjalankan strategi bisnisnya dengan menerapkan kaidah manajemen risiko dan memenuhi ketentuan yang berlaku, serta tetap mempertimbangkan perkembangan yang terjadi pada lingkungan bisnis.
Sepanjang tahun 2021, Bank memfokuskan manajemen risiko pada beberapa aktivitas utama:
• Melakukan restrukturisasi kredit secara proaktif bagi debitur yang terdampak COVID-19 sesuai dengan kebijakan regulator. Skema restrukturisasi disesuaikan dengan analisis kondisi dan kebutuhan debitur. BCA juga berpartisipasi dalam program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) melalui penyaluran subsidi bunga bagi debitur UMKM yang memenuhi kriteria ketentuan regulator dan penjaminan kredit bagi UMKM maupun non UMKM dari penjamin yang ditunjuk pemerintah.
PENDUKUNG BISNIS
Manajemen Risiko
Penerapan Manajemen Risiko secara disiplin menjadi landasan yang kokoh bagi BCA dalam menghadapi kondisi lingkungan usaha yang dinamis
• Menerapkan PSAK 71 sebagai pengganti PSAK 55 mengenai “Instrumen Keuangan” yang berlaku efektif pada tanggal 1 Januari 2020. Perubahan tersebut terutama terkait dengan klasifikasi dan pengukuran instrumen keuangan, penggunaan expected loss dalam perhitungan penurunan nilai aset keuangan dan perbaikan model akuntansi hedging. Sehubungan dengan pandemi COVID-19 yang berdampak pada ketidakpastian perekonomian, BCA terus melakukan identifikasi dan monitoring secara berkelanjutan serta membentuk Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN).
• Mengembangkan panduan kerja versi digital (PAKAR) untuk kredit Korporasi, Komersial, SME, Konsumen, dan Kartu Kredit, serta Manual Ketentuan Kredit (MKK) Antarbank.
• Mengembangkan aplikasi Integrated Risk Management Information System (IRMIS) untuk mendukung penyusunan laporan profil risiko BCA, risiko terintegrasi, dan laporan kecukupan permodalan terintegrasi.
• Melakukan kajian risiko operasional atas adanya penyesuaian proses kerja maupun layanan nasabah dalam kondisi pandemi, serta memberikan rekomendasi mitigasi yang dapat menyeimbangkan sisi risiko dan layanan.
• Melakukan kajian risiko pasar atas diskontinuitas LIBOR dan penggunaan suku bunga referensi alternatif atau alternative reference rates (ARRs), menyiapkan sistem yang dapat mengakomodasi transaksi derivatif dengan menggunakan suku bunga referensi alternatif (ARRs).
2_AR BCA 2021 RiskMgt INA8_DAY3.indd 140 3/1/22 16:51
Laporan Tahunan 2021 PT Bank Central Asia Tbk
141
Selain itu, BCA melakukan stress test secara berkala untuk mengukur dampak perubahan faktor makroekonomi terhadap kondisi permodalan, likuiditas, kualitas aset, dan laba Bank berdasarkan skenario yang ditetapkan. Hasil stress test secara umum menunjukkan bahwa BCA memiliki posisi permodalan dan likuiditas yang solid dalam mengantisipasi estimasi kerugian dari potensi risiko yang dihadapi dalam berbagai skenario yang memburuk.
Untuk menentukan model bisnis dan interaksi dengan profil risiko secara keseluruhan, BCA memperhatikan besarnya risiko dan tren yang dipaparkan di Laporan Profil Risiko Bank serta faktor-faktor yang mendukung dalam analisa kecukupan modal.
Pada tahun 2022, BCA akan menjalankan beberapa inisiatif sebagai berikut:
1. Melanjutkan pengembangan infrastruktur yang diperlukan untuk perhitungan ATMR Risiko Kredit, Operasional dan Pasar menggunakan pendekatan standar baru yang akan diimplementasikan pada Januari 2023 sesuai dengan ketentuan regulator.
2. Melanjutkan penyesuaian proses kerja internal maupun layanan nasabah sebagai respons atas pandemi COVID-19, dengan memperhatikan keseimbangan antara kenyamanan dan keamanan layanan nasabah, keselamatan nasabah dan karyawan, serta penerapan manajemen risiko.
Kualitas Kredit
Pandemi COVID-19 yang terjadi secara global sejak awal tahun 2020 menyebabkan penurunan aktivitas ekonomi sehingga berdampak signifikan terhadap kinerja dan kemampuan bayar dari semua segmen nasabah kredit BCA.
Oleh karenanya, BCA menerbitkan beberapa kebijakan dan ketentuan untuk menjaga kualitas kredit dan mendukung program PEN, antara lain:
1. Kebijakan restrukturisasi fasilitas kredit untuk debitur yang terdampak COVID-19 sebagai tindak lanjut dari Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) No. 11/POJK.03/2020 tanggal 13 Maret 2020 tentang Stimulus Perekonomian Nasional sebagai Kebijakan Countercyclical Dampak Penyebaran Coronavirus Disease (COVID-19) serta POJK No. 17/POJK.03/2021 tanggal 10 September 2021 dan POJK No. 48/POJK.03/2020 tanggal 3 Desember 2020 perihal Perubahan Kedua atas Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 11/POJK.03/2020.
2. Ketentuan mengenai penjaminan kredit UMKM terdampak COVID-19 dalam rangka pemulihan ekonomi nasional sebagai tindak lanjut dari Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia (PMK) No.
71/PMK.08/2020 tanggal 23 Juni 2020 perihal Tata Cara Penjaminan Pemerintah Melalui Badan Usaha Penjaminan yang Ditunjuk dalam rangka Pelaksanaan Program Pemulihan Ekonomi Nasional.
2_AR BCA 2021 RiskMgt INA8_DAY3.indd 141 3/1/22 16:51
Laporan Tahunan 2021 PT Bank Central Asia Tbk
142
3. Ketentuan mengenai subsidi bunga untuk kredit usaha mikro, kecil dan menengah dalam rangka Program PEN, sebagai tindak lanjut dari PMK No. 150/
PMK.05/2021 tanggal 26 Oktober 2021 tentang Tata Cara Pemberian Subsidi Bunga/Subsidi Margin Dalam Rangka Mendukung Pelaksanaan Program Pemulihan Ekonomi Nasional dan PMK No. 50/PMK.05/2021 tanggal 27 Mei 2021 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan No. 138/PMK.05/2020 tentang Tata Cara Pemberian Subsidi Bunga/Subsidi Margin dalam rangka Mendukung Pelaksanaan Program Pemulihan Ekonomi Nasional dan PMK No. 138/PMK.05/2020 tanggal 25 September 2020 tentang Tata Cara Pemberian Subsidi Bunga/Subsidi Margin dalam rangka Mendukung Pelaksanaan Program Pemulihan Ekonomi Nasional.
4. Ketentuan mengenai penjaminan kredit untuk pelaku usaha korporasi (Non UMKM) yang terdampak COVID-19 dalam rangka pemulihan ekonomi nasional, sebagai tindak lanjut dari PMK No. 98/PMK.08/2020 tanggal 28 Juli 2020 dan PMK No. 32/PMK.08/2021 tanggal 1 April 2021 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan No. 98/PMK.08/2020 tentang Tata Cara Penjaminan Pemerintah untuk Pelaku Usaha Korporasi melalui Badan Usaha Penjaminan yang Ditunjuk dalam rangka Pemulihan Ekonomi Nasional.
5. Relaksasi Kredit Usaha Rakyat (KUR) terdampak COVID-19 untuk menindaklanjuti Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian (Permenko) No. 3 tahun 2021 tanggal 17 Mei 2021 tentang Perubahan
Keempat atas Permenko No. 6 tahun 2020 tentang Perlakuan Khusus Bagi Penerima Kredit Usaha Rakyat Terdampak Pandemi COVID-19, Permenko No. 19 tahun 2020 tanggal 30 Desember 2020 tentang Perubahan Ketiga atas Permenko No. 6 tahun 2020, Permenko No. 16 tahun 2020 tanggal 19 Agustus 2020 tentang Perubahan Kedua atas Permenko No. 6 tahun 2020, Permenko No. 8 tahun 2020 tanggal 06 Mei 2020 tentang Perubahan atas Permenko No. 6 tahun 2020 dan Permenko No. 6 tahun 2020 tanggal 14 April 2020 tentang Perlakuan Khusus Bagi Penerima Kredit Usaha Rakyat Terdampak Pandemi COVID-19.
Kendati demikian, BCA masih tetap menyalurkan kredit baru maupun tambahan kepada sebagian besar debitur existing secara hati-hati dengan memperhatikan, antara lain kemampuan dan pengenalan debitur potensial, sektor usaha maupun lokasi usaha secara lebih mendalam.
BCA senantiasa menerapkan disiplin manajemen risiko dalam penyaluran kredit sehingga rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) tetap terkendali. Pada akhir Desember 2021, rasio NPL berada pada level 2,2% dibanding tahun sebelumnya sebesar 1.8%. Pencapaian ini masih berada dalam batas risk appetite Bank yang didukung oleh penerapan kebijakan relaksasi kredit sesuai dengan POJK No. 11/POJK.03/2020, yang menegaskan bahwa restrukturisasi akibat COVID-19 dapat dikategorikan sebagai pinjaman dengan kolektibilitas Lancar untuk debitur yang memenuhi kriteria.
Kredit yang Direstrukturisasi (tidak konsolidasi, dalam miliar Rupiah)
2021 2020 2019 Naik / (turun) 2021 Naik / (turun) 2020
Nominal % Nominal %
Performing Loan 73.600 93.259 6.506 (19.659) -21,1% 86.753 1.333,4%
Lancar 64.918 88.005 3.145 (23.087) -26,2% 84.860 2.698,1%
Dalam Perhatian Khusus 8.682 5.254 3.361 3.428 65,2% 1.893 56,3%
NPL 8.896 4.228 2.642 4.668 110,4% 1.586 60,0%
Kurang Lancar 1.302 1.620 895 (318) -19,6% 725 81,0%
Diragukan 658 592 208 66 11,1% 384 184,1%
Macet 6.936 2.016 1.539 4.920 244,1% 477 31,0%
Total Kredit yang Direstrukturisasi 82.496 97.487 9.149 (14.991) -15,4% 88.338 965,6%
Total Portofolio Kredit 620.640 575.649 588.251 44.991 7,8% (12.602) -2,1%
% Kredit yang Direstrukturisasi terhadap Total Portofolio Kredit
13,3% 16,9% 1,6% n.a -3,6% n.a 15,3%
Pada Desember 2021 restrukturisasi kredit mencapai Rp82,5 triliun, turun 15,4% dibandingkan Desember 2020 yang sebesar Rp97,5 triliun. Penurunan ini terutama berasal dari restrukturisasi kategori lancar yang turun sebesar Rp23,1 triliun atau 26,2% menjadi Rp64,9 triliun, dimana Rp61,9 triliun (10,0% dari total kredit) merupakan kredit yang direstrukturisasi terkait COVID-19. Total kredit yang direstrukturisasi mencapai 13,3% dari total portofolio kredit BCA.
BCA juga mengukur rasio Loan at Risk (LAR) untuk menggambarkan cakupan risiko kredit yang lebih luas. LAR merupakan penjumlahan dari kredit dengan kolektibilitas
“Kredit Bermasalah (NPL)”, “Dalam Perhatian Khusus” dan kredit yang direstrukturisasi dengan kolektibilitas “Lancar”.
2_AR BCA 2021 RiskMgt INA8_DAY3.indd 142 3/1/22 16:51
Laporan Tahunan 2021 PT Bank Central Asia Tbk
143
2021 2020 2019 2021 2020 2019 2021 2020
Nominal % Nominal %
Korporasi 32.913 40.866 7.023 11,5% 15,9% 2,9% (7.953) -19,5% 33.844 481,9%
Komersial & UKM * 37.474 42.658 8.567 18,0% 21,6% 4,0% (5.185) -12,2% 34.092 398,0%
Konsumer 20.435 24.942 7.019 16,6% 21,1% 5,3% (4.508) -18,1% 17.924 255,4%
Total LAR 90.822 108.466 22.609 14,6% 18,8% 3,8% (17.646) -16,3% 85.858 379,8%
* termasuk KPR produktif
** LAR nominal/portofolio kredit per segmen
Pada Desember 2021, total LAR BCA mencapai Rp90,8 triliun atau 14,6% dari total kredit, membaik dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp108,5 triliun. Perbaikan rasio LAR pada semua segmen didukung oleh penurunan kredit restrukturisasi sejalan melandainya kasus COVID-19 sehingga mobilitas masyarakat meningkat dan berdampak positif bagi pulihnya aktivitas bisnis beberapa debitur.
Pada Desember 2021, segmen korporasi mengalami penurunan LAR (nominal) sebesar Rp7,9 triliun atau 19,5%
menjadi sebesar Rp32,9 triliun, terutama berasal dari sektor perkebunan dan pertanian. LAR pada segmen komersial &
SME turun sebesar Rp5,2 triliun atau 12,2% menjadi Rp37,5
triliun dimana penurunan terbesar berasal dari sektor tekstil.
Sementara itu, LAR pada segmen konsumer turun sebesar Rp4,5 triliun atau sebesar 18,1%, sebagian besar berasal dari produk KPR dan KKB.
BCA terus memonitor kondisi debitur yang telah merestrukturisasi pinjaman. BCA juga telah membentuk cadangan kerugian penurunan nilai aset sebesar Rp9,3 triliun di tahun 2021 dengan cost of credit 1,6%, pada Desember 2021, posisi pencadangan kredit dengan demikian tercatat sebesar Rp32,2 triliun yang dinilai telah memadai dalam mengantisipasi risiko kredit macet.
Top 10 sektor industri Korporasi, Komersial dan UKM (berdasarkan klasifikasi internal BCA)*
2021 2020 2019
Jasa Keuangan 7,2% 8,3% 7,8%
Perkebunan dan Pertanian 6,5% 7,1% 7,4%
Distribusi, Retailer, dan Toserba 6,2% 6,2% 6,2%
Bahan Bangunan & Besi Konstruksi Lainnya 5,9% 6,1% 6,7%
Minyak Nabati dan Hewani 5,3% 4,1% 2,5%
Telekomunikasi 5,0% 4,1% 3,5%
Properti dan Konstruksi 5,0% 5,3% 5,4%
Transportasi dan Logistik 4,8% 4,6% 4,1%
Infrastruktur Sarana Angkutan 4,6% 3,5% 2,7%
Otomotif dan Alat Transportasi 4,5% 4,3% 5,1%
Total 55,1% 53,5% 51,4%
* Tidak termasuk kredit konsumer dan karyawan
Catatan: Pengelompokkan kredit di atas adalah berdasarkan sektor industri internal BCA, berbeda dengan catatan Laporan Keuangan Audit yang mengacu kepada kategori Laporan Bank Umum sesuai ketentuan regulator.
Diversifikasi penyaluran kredit senantiasa menjadi perhatian BCA sebagai upaya mengelola portofolio kredit termasuk risiko konsentrasi. Bank selalu mengevaluasi pelaksanaan penyaluran kredit dan melakukan pengawasan untuk memastikan tidak terjadi pelampauan limit dan menjaga kualitasnya. Evaluasi kredit mempertimbangkan sektor industri yang memiliki prospek dan kinerja usaha yang baik, pemberian limit untuk pembiayaan tertentu, antara lain dari jenis pembiayaan, kerja sama, grup, lokasi, dan aspek lain disesuaikan dengan tingkat risiko.
Sebagian besar kredit disalurkan dalam denominasi Rupiah sesuai dengan sumber pendanaan yang sebagian besar dalam mata uang Rupiah. Penyaluran pinjaman dalam dolar Amerika Serikat (USD) ditujukan bagi nasabah bisnis yang pendapatan utamanya dalam USD.
Dalam penyaluran kredit infrastruktur, BCA menerapkan manajemen risiko yang prudent dan fokus pada proyek- proyek dengan kelayakan kredit yang baik. BCA memberikan pinjaman sindikasi bersama bank lain dalam pembiayaan
2_AR BCA 2021 RiskMgt INA8_DAY3.indd 143 3/1/22 16:51
Laporan Tahunan 2021 PT Bank Central Asia Tbk
144
proyek infrastruktur berskala besar serta terus mencermati sektor-sektor yang memiliki potensi penyaluran kredit yang baik maupun sektor-sektor yang berpotensi mengalami tekanan.
BCA terus mengembangkan kapabilitas dalam proses kredit untuk penyaluran kredit yang lebih berkualitas dengan memanfaatkan teknologi, seperti machine learning dan data analytics. Bank juga memberikan solusi yang komprehensif atas kebutuhan kredit nasabah dan melakukan pemantauan secara terus-menerus.
Menyadari potensi penurunan kualitas aset, Bank menerapkan Early Warning System (EWS) untuk memantau perubahan kapasitas pembayaran debitur dan mengambil langkah-langkah pencegahan guna meminimalkan risiko kredit bermasalah. BCA secara berkala mengkaji kinerja bisnis dan kinerja keuangan debitur dan segera mengambil tindakan yang diperlukan jika debitur mengalami kesulitan bisnis atau keuangan.