KAJIAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu
3. Media Cetak
a. Defenisi Media Cetak
Media cetak merupakan media tertua yang ada di muka bumi.
Media cetak berawal dari media yang disebut dengan acta diuna dan acta senatus dikerajaan romawi, kemudian berkembang pesat setalah Johanes Guttenberg menemukan musim cetak hingga kini sudah beragam bentuknya, seperti surat kabar, tabloid dan majalah.
Internal Assessment of the Organization
What are our Streights? What are you
Weakness?
SWOT ANALYSIS
What are our Opportunities?
What are our Treath?
External Assessment of the Environment
Rudi Susilana dan Cepi Riyana berpendapat bahwa media cetak adalah media visual yang disajikan dalam bentuk huruf dan dibuat melalui proses percetakan yang berisikan tentang informasi, (2008, 14).
Menurut Ronald H. Anderson menyatakan bahwa media cetak biasanya berarti bahan bacaan yang diproduksi secara profesional, seperti buku, majalah dan bahan cetakan lainnya. Selain itu fotocopy atau hasil reproduksi sendiri juga termasuk media cetak, (1994, 161).
Media cetak juga dapat digunakan dalam pengajaran karena media cetak mempunyai beberapa kemampuan, khususnya kemampuan dalam tujuan kognitif (Ronald Anderson, 1994: 170).
Media cetak secara umum lantaran perannya kian tergeser oleh dominasi media televisi dan internet, MARS Indonesia melakukan survei terbaru tentang “Perilaku Belanja Konsumen Indonesia 2009”, termasuk di dalamnya perilaku belanja media di delapan kota (Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Makassar, Medan, Balikpapan, Palembang) dengan jumlah responden sebanyak 5. 476 orang.
Gambar 2.2 : Hasil survei pembaca koran di beberapa daerah
Dari survei tersebut terungkap, bahwa market share koran memang tergerus cukup dalam, sehingga secara total konsumennya kini tinggal 39,3%. Di antara delapan kota tersebut, konsumen/ pembaca koran tertinggi pada Palembang dengan porsi 51,3%, disusul kemudian Makassar sebanyak 45,6%, dan Semarang 43,5%. Artinya, di tiga kota tersebut minat baca koran dari warganya masih cukup tinggi.
Sebaiknya, konsumen koran yang terendah terdapat di Balikpapan dengan porsi 24,6%. Jakarta memiliki konsumen koran sebanyak 36,8%,sementara Surabaya 38,9%, dan bandung 40,9%.
Tercatat, beberapa media cetak di Indonesia juga memiliki Website. Perkembangannya pun mengalami peningkatan. Bahkan, media yang secara hukum belum memiliki perusahaan cetak dapat menyebarkan informasinya melalui media internet. Tantangannya, berita atau informasi yang disajikan tidak lagi dibatasi pada edisi harian atau mingguan, tetapi berpotensi dalam edisi jam, misalnya saja situs detik.com.
Media Cetak Media Online
Kompas www.kompas.com
Media Indonesia http://mediaindonesia.com
Jakarta Post www.thejakartapost.com
Tempo www.tempo.co.id
Jawa Pos www.jawapos.com
Tabel 2.1 : Contoh media cetak dan integrasinya menjadi media online
b. Jenis - jenis Media Cetak 1) Surat Kabar Harian
Sebagai suatu medium dan industri, surat kabar diletakkan pada tepi keseimbangan suatu perubahan signifikan dalam peran dan operasionalnya. Perubahan hubungan antara surat kabar dan pembacanya merupakan bagian pergolakan ini. Ketika kita merasa tidak asing membaca dan mendengarkan komentar seperti ini, CEO perusahaan teknologi Padova, “secara pribadi, saya percaya bahwa sebagian besar dari kita akan melihat hampir punahnya karya cetak dalam masa hidup kita. Surat kabar di masa lalu telah berkali – kali menghadapi tantangan yang serupa namun masih tetap bertahan”
(Baran, 2012: 130).
Menurut Onong Uchjana Effendy (2003:241) mengatakan bahwa surat kabar adalah lembaran tercetak yang memuat laporan yang terjadi di masyarakat dengan ciri – ciri terbit secara periodik, bersifat umum isinya termasa atau aktual, mengenal apa saja di seluruh dunia yang mengadung nilai – nilai untuk diketahui khalayak pembaca.
Menurut Renald Kasali (1992:99), surat kabar adalah suatu dokumen atau segala hal yang dikatakan orang lain dan rekaman peristiwa yang ditangkap oleh sang jurnalis dan dirubah dalam bentuk kata – kata, gambar, foto dan sebagainya.
Dalam penerbitan surat kabar terdiri dari beberapa divisi yang bertanggung jawab langsung maupun yang tidak langsung terhadap sebuah penerbitan surat kabar, (Khomsahrial, 2016:74/75).
Adapun susunan tim redaksi surat kabar sebagai berikut, penanggung jawab surat kabar yaitu pemimpin dari lembaga penerbit surat kabar. Pimimpin redaksi merupakan salah satu dari tim redaksi yang bertugas memimpin rapat redaksi untuk menentukan tema dan topik – topik tulisan setiap edisi surat kabar. Tim redaksi yaitu terdiri dari beberapa orang yang bertugas menyeleksi, meng olah, dan menyunting tulisan yang masuk agar cocok untuk dimuat di surat kabar (dari segi topik dan panjang tulisan). Tim reporter Adalah wartawan yang bekerja untuk mencari berita di lapangan, mewawancarai seseorang dan membuat tulisan hasil lapangan atau wawancara tersebut. Lay–outer Ini adalah orang yang bertugas melakukan rata kiri, naskah, gambar dan bagian – bagian lainnya di dalam surat kabar. Ilustrator adalah orang yang membuat gambar ilustrasi untuk melengkapi sebuah naskah (cerita, atau catatan pengalaman, cerpen puisi dan sebagainya). Kontributor tulisan yaitu seseorang yang punya kepandaian menulis, tetapi tidak masuk kedalam struktur organisasi media.
2) Surat Kabar Mingguan
Jenis media cetak ini lebih banyak dikenal dengan sebutan tabloid. Biasanya berita yang diangkat adalah berita hiburan atau juga
in depth news atau liputan mendalam. Tulisan dalam media ini lebih banyak bergaya feature atau deskriptif.
3) Majalah Mingguan
Jenis ini terbit setiap minggu sekali atau bulanan. Berita yang diangkat adalah berita in depth news dengan jenis berita adalah berita news atau tentang sebuah peristiwa.
4) Bulletin
Media cetak ini biasnya dibuat untuk kalangan tertentu atau internal saja. Media ini biasanya hanya terdiri dari beberapa halaman, serta dibuat dengan konsep sederhana. Bulletin juga tidak dibuat untuk kepentingan komersial.
c. Peran dan Fungsi Media Cetak
Menurut Haris Sumadiria (dikutip dalam Jurnalistik Indonesia), Media cetak memiliki lima fungsi utama yaitu informasi edukasi, koreksi, rekreasi, dan mediasi. Fungsi itulah yang membuat media cetak begitu berpengaruh bagi masyarakat luas. Media cetak dapat membentuk karakter seseorang melalui pesan – pesan yang disampaikan. Terlepas dari pengaruh baik dan buruknya, media cetak tak ubah seperti sebilah pisau yang dapat digunakan sesuai niat si pemegangnya.
Meskipun media cetak dianggap telah tertinggal dibanding pesaingnya, yaitu media digital dan media elektronik, tetapi bukan berarti media cetak tidak mampu menarik pembaca lagi. Terbukti di
Indonesia, masyarakat tetap terus berlangganan koran harian seperti Harian Rakyat Sulsel dan lainnya. Padahal sudah banyak berita online yang beredar di internet secara gratis dan mudah diakses.
d. Karakteristik Media Cetak
Menurut Ir, Budi Santoso, Pemimpin Umum Harian Suara Merdeka dan Ketua Umum Serikat Pers (SGP) mengatakan bahwa media cetak mempunyai beberapa karakteristik yang tidak bisa ditandingi oleh media elektronik seperti televisi dan internet.
Beberapa diantaranya adalah:
1) Membaca merangsang orang untuk berinteraksi dengan aktif berpikir dan mencerna secara reaktif, sehingga lebih berpeluang membuka dialog dengan pembaca atau masyarakat di samping memungkinkan untuk mengulas permasalahan secara lebih mendalam dan spesifik.
2) Media cetak, baik koran atau majalah relatif lebih jelas siapa masyarakat konsumennya. Sementara media elektronik seringkali sulit mengukur dan mengetahui siapa konsumen mereka.
3) Kritik social yang disampaikan melalui media cetak akan lebih berbobot atau lebih efektif karena diulas secara lebih mendalam dan bisa menampung sebanyak mungkin opini pengamat serta aspirasi masyarakat pada umumnya.
4) Media cetak lebih bersifat fleksibel, mudah dibawa ke mana – mana, bisa disimpan (dikliping), bisa dibaca kapan saja dan tidak terikat.
5) Dalam hal penyajian iklan, walaupun media cetak dalam banyak hal kalah menarik dan alternatif dibanding media elektronik namun di segi lain bisa disampaikan secara lebih informatif, lengkap dan spesifik untuk memenuhi kebutuhan masyarakat konsumen.