IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINTIFIK PADA
94 Kumpulan Gagasan: PENDIDIKAN MENJADI PRIORITAS menitikberatkan pada aspek kognitif, dengan beban yang terlalu berat bagi siswa, dan kurang memperhatikan pendidikan karakter.
Era globalisasi yang ditandai dengan derasnya arus informasi dari berbagai media yang tidak terbendung membuat guru harus mampu menyelaraskan atau menangkal dampak informasi sehingga anak tidak terjebak pada kontradiksi antara informasi dari media dengan apa yang diterima di kelas. Guru mempunyai tugas baru dalam menghadapi anak didik yang bisa lebih lama menghabiskan waktunya di depan televisi atau komputer daripada di sekolah/kelas. Dapatkah kelas menjadi lebih menarik daripada televisi atau bahkan mampu memberi panduan dalam menghadapi arus informasi dari berbagai media.
Selain itu apa yang terjadi di luar gerbang sekolah, seperti kemiskinan, kelaparan, kejalahatan dan penyalahgunaan obat-obat terlarang maupun pergaulan anak yang tidak bersekolah, sangat mewarnai keberadaan anak di sekolah. Guru diharapkan dapat memahami masalah-masalah sosial tersebut dan dapat berperan serta dalam mengatasinya. Guru harus pula mampu menyeimbangkan tradisi dan modernisasi, antara pemikiran serta pendidikan anak yang dibawa ke sekolah dengan isi kurikulum sehingga antara kelas dan dunia luar tidak lagi seperti bumi dan langit. Guru pun harus mengusahakan agar proses pembelajaran juga terjadi di luar sekolah secara fisik, dengan mengupayakan agar anak didik mendapat pengalaman belajar di luar lokasi sekolah sehingga mereka dapat melihat keterkaitan antara kurikulum dengan kehidupan sehari-hari.
Dalam Kurikulum 2013, bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang disebut-sebut mengalami perombakan total, selain mata pelajaran matematika dan sejarah. Jika dalam Kurikulum 2006 mata pelajaran bahasa Indonesia lebih mengedepankan pada keterampilan berbahasa (dan bersastra) sebagai sarana komunikasi, maka dalam Kurikulum 2013 ini bahasa Indonesia tidak saja digunakan komunikasi, tetapi juga sebagai sarana mengembangkan kemampuan berpikir dan bernalar. Hal ini dilatarbelakangi
hasil PISA (Programe International Student Assesment) pada tahun 2011 yang menunjukkan bahwa lebih dari 95% siswa Indonesia hanya mampu membaca pada level menengah, sementara siswa Taiwan mampu membaca pada tingkat tinggi dan mahir. Hal itu merefleksikan bahwa yang diajarkan di Indonesia berbeda dengan yang diujikan atau distandarkan secara internasional. Pembelajaran bahasa di negara lain menuntut keterampilan membaca sebagai sarana untuk memecahkan masalah yang memerlukan pemikiran.
Apa yang dikemukakan PISA senada dengan hasil studi Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) pada tahun yang sama menunjukkan bahwa kemampuan menalar siswa juga masih sangat rendah.
Hanya lima persen siswa Indonesia yang mampu memecahkan persolan yang membutuhkan pemikiran, sedangkan sisanya sebesar 95% hanya sampai pada level menengah, yaitu memecahkan persoalan yang bersifat hapalan.
Berkaitan dengan uraian di atas, kemudian muncul pertanyaan:
Bagaimana pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia dalam Kurikulum 2013?
Identifikasi dan Rumusan Masalah
Beberapa permasalahan yang dapat diidentifikasi berdasarkan latar belakang di atas, serta hasil kegiatan pendampingan yang dilakukan (khususnya mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia) antara lain:
1. Pemahaman guru terhadap materi esensial mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia
2. Pemahaman guru terhadap jenis-jenis dan struktur teks
3. Penerapan pendekatan saintifik pada pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia
4. Pemanfaaatan berbagai media dan sumber belajar
5. Penerapan tiga ranah (sikap, pengetahuan dan keterampilan) pada proses pembelajaran dan evaluasi bahasa dan sastra Indonesia
96 Kumpulan Gagasan: PENDIDIKAN MENJADI PRIORITAS Berdasarkan identifikasi masalah, maka dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia?
2. Kendala atau hambatan apa yang dialami guru dalam implementasi pendekatan saintifik pada pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia?
Tujuan Penelitian
1. Mengetahui bagaimana implementasi pendekatan saintifik pada pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia
2. Mengetahui kendala atau hambatan dalam implementasi pendekatan saintifik pada pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia.
Manfaat
1. Mengetahui proses pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia dalam Kurikulum 2013
2. Mengetahui kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran yang mengacu pada Kurikulum 2013
PEMBAHASAN
Seperti sudah disebutkan pada bagian lain tulisan ini, dalam Kurikulum 2013, bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang disebut- sebut mengalami perombakan total, selain mata pelajaran matematika dan sejarah. Jika dalam Kurikulum 2006 mata pelajaran bahasa Indonesia lebih mengedepankan pada keterampilan berbahasa (dan bersastra) sebagai sarana komunikasi, maka dalam Kurikulum 2013 ini bahasa Indonesia tidak saja digunakan komunikasi, tetapi juga sebagai sarana mengembangkan kemampuan berpikir dan bernalar.
Dalam implementasinya pembelajaran bahasa Indonesia dalam Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan berbasis teks, di mana untuk jenjang SD diajarkan sebanyak 30 jenis teks, SMP 45 jenis teks, dan SMA 60
jenis teks. Khusus untuk SMP, misalnya, teks yang disajikan dikelompokkan menjadi teks cerita, teks faktual, dan teks tanggapan. Dua kelompok yang disebut terakhir merupakan teks nonsastra yang masing-masing dapat dibagi lebih lanjut menjadi teks laporan dan teks prosedural, serta teks transaksional dan teks ekspositori. Sementara itu, teks cerita merupakan jenis teks sastra yang dapaty dirinci menjadi teks cerita naratif dan teks cerita nonnaratif.
Dalam prawacana buku bahasa Indonesia dalam Kurikulum 2013 dikatakan bahwa pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks dilaksanakan dengan menerapkan prinsip bahwa (1) bahasa hendaknya dipandang sebagai teks, bukan semata-mata kumpulan kata-kata atau kaidah-kaidah kebahasaan, (2) penggunaan bahasa merupakan proses pemilihan bentuk- bentuk kebahasaan untuk mengungkapkan makna, (3) bahasa bersifat fungsional, yaitu penggunaan bahasa yang tidak pernah dapat dilepaskan dari konteks karena dalam bentuk bahasa yang digunakan itu tercermin ide, sikap, nilai, dan ideologi penggunanya, dan (4) bahasa merupakan sarana pembentukan kemampuan berpikir manusia.
Belajar bahasa Indonesia dalam Kurikulum 2013 tidak sekedar memakai bahasa Indonesia untuk menyampaikan materi belajar, tetapi juga mempelajari masalah makna dan pemilihan kata yang tepat. Selama ini ini pembelajaran BI tidak dijadikan sarana pembentuk pikiran, padahal teks merupakan satuan bahasa yang memiliki struktur berpikir yang lengkap.
Karena itu pembelajaran BI harus berbasis teks, karena teks merupakan ungkapan pikiran manusia yang lengkap yang di dalamnya termasuk situasi dan konteks. Dalam pembelajaran bahasa yang berbasiskan teks, bahasa Indonesia diajarkan bukan sekadar sebagai pengetahuan bahasa, melainkan sebagai teks yang berfungsi untuk menjadi sumber aktualisasi diri penggunanya pada konteks sosial-budaya akademis. Melalui pembelajaran berbasis teks pula siswa dituntut untuk bisa menganalisis dan berimajinasi tentang berbagai masalah sosial dan belajar menggali solusinya.
98 Kumpulan Gagasan: PENDIDIKAN MENJADI PRIORITAS Pilihan pada pembelajaran bahasa berbasis teks membawa implikasi metotodologis. Implikasi tersebut muncul karena teks merupakan satuan bahasa yang mengandung pikiran dengan struktur yang lengkap. Itu sebabnya, dalam pembelajaran bahasa berbasis teks tidak boleh melihat bahasa secara parsial, melainkan secara utuh. Pembelajaran bahasa berbasis teks bukanlah belajar keping-keping atau serpih-serpih tentang bahasa yang cenderung bertujuan menghafal. Oleh karena itu, dalam pembelajaran teks guru harus benar-benar menyakinkan bahwa pada akhirnya siswa mampu menyajikan teks secara secara mandiri. Mulai dari memberikan contoh teks yang diajarkan (pemodelan), yang di dalamnya tercakup kegiatan menguraikan tujuan sosial teks, struktur teks, penjelasan perangkat kebahasaan yang digunakan dalam menyampaikan tujuan sosial teks; selanjutnya, diikuti dengan kegiatan bersama membangun teks, yang di dalamnya berisi kegiatan siswa dengan bantuan guru atau teman untuk menghasilkan teks sejenis; terakhir kegiatan mandiri membangun teks.
Namun, sebelum ketiga tahapan yang berturut-turut dilakukan di atas, guru terlebih dahulu melakukan ikhtiar membangun konteks (apersepsi), yang inti salah satunya, guru menjelaskan secara umum nilai-nilai atau norma- norma yang melatarbelakangi lahirnya teks yang akan menjadi materi pembelajaran.
Implikasi metodologis telah diisyaratkan di dalam Permendikbud No.
65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah tentang perlunya pembelajaran yang dipandu dengan pendekatan saintifik/ilmiah. Upaya penerapan pendekatan saintifik/ilmiah dalam proses pembelajaran ini bisa disebut sebagai ciri khas dan kekuatan tersendiri dari Kurikulum 2013. Banyak ahli meyakini bahwa melalui pendekatan saintifik/
ilmiah, selain dapat menjadikan siswa lebih aktif dalam mengkonstruksi pengetahuan dan keterampilan, juga dapat mendorong siswa untuk melakukan penyelidikan guna menemukan fakta-fakta dari suatu fenomena atau kejadian. Artinya, dalam proses pembelajaran, siswa dibelajarkan dan
dibiasakan untuk menemukan kebenaran ilmiah, bukan diajak beropini apalagi fitnah, dalam melihat suatu fenomena. Mereka dilatih untuk berpikir logis, runut dan sistematis, dengan menggunakan kapasitas berpikir tingkat tinggi (high order thingking). Combie White dalam bukunya yang berjudul:
Curriculum Innovation: A Celebration of Classroom Practice” telah mengingatkan kita mengenai pentingnya membelajarkan siswa tentang fakta-fakta.
Penerapan pendekatan saintifik/ilmiah dalam pembelajaran (bahasa Indonesia) menuntut adanya perubahan setting dan bentuk pembelajaran tersendiri yang berbeda dengan pembelajaran konvensional. Proses pembelajaran terdiri atas lima pengalaman belajar pokok yaitu:
a. mengamati;
b. menanya;
c. mengumpulkan informasi;
d. mengasosiasi; dan e. mengkomunikasikan.
Untuk lebih jelasnya, berikut ini adalah contoh aplikasi dari kelima kegiatan belajar (learning event).
a. Mengamati
Dalam kegiatan mengamati, guru membuka secara luas dan bervariasi kesempatan peserta didik untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan:
melihat, menyimak, mendengar, dan membaca. Guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan (melihat, membaca, mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau objek.
b. Menanya
Dalam kegiatan mengamati, guru membuka kesempatan secara luas kepada peserta didik untuk bertanya mengenai apa yang sudah dilihat, disimak, dibaca atau dilihat. Guru perlu membimbing peserta didik untuk dapat mengajukan pertanyaan: pertanyaan tentang yang hasil pengamatan objek yang konkrit sampai kepada yang abstrak berkenaan dengan fakta,
100 Kumpulan Gagasan: PENDIDIKAN MENJADI PRIORITAS konsep, prosedur, atau pun hal lain yang lebih abstrak. Pertanyaan yang bersifat faktual sampai kepada pertanyaan yang bersifat hipotetik.
Dari situasi di mana peserta didik dilatih menggunakan pertanyaan dari guru, peserta didik masih memerlukan bantuan guru untuk dapat mengajukan pertanyaan, sampai ke tingkat di mana peserta didik mampu mengajukan pertanyaan secara mandiri.
Dari kegiatan kedua dihasilkan sejumlah pertanyaan. Melalui kegiatan bertanya dikembangkan rasa ingin tahu peserta didik. Semakin terlatih dalam bertanya maka rasa ingin tahu semakin dapat dikembangkan.
Pertanyaan tersebut menjadi dasar untuk mencari informasi yang lebih lanjut dan beragam dari sumber yang ditentukan guru sampai yang ditentukan peserta didik, dari sumber yang tunggal sampai sumber yang beragam.
c. Mengumpulkan
Tindak lanjut dari bertanya adalah menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara. Untuk itu peserta didik dapat membaca buku yang lebih banyak, memperhatikan fenomena atau objek yang lebih teliti, atau bahkan melakukan eksperimen. Dari kegiatan tersebut terkumpullah sejumlah sejumlah informasi.
d. Mengasosiasikan
Informasi yang digali dan dikumpulkan kemudian menjadi dasar bagi kegiatan berikutnya yaitu memeroses informasi untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainnya, menemukan pola dari keterkaitan informasi dan bahkan mengambil berbagai kesimpulan dari pola yang ditemukan.
e. Mengkomunikasikan hasil
Kegiatan berikutnya adalah menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola. Hasil tersebut disampaikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta didik atau kelompok peserta didik tersebut.
Beberapa metode yang dipandang sejalan dengan prinsip-prinsip pendekatan saintifik/ilmiah antara lain: Problem Based learning, Project Baced Learning, Discovery Learning, Inquiry Learning dan Group Investigation. Metode- metode ini berusaha membelajarkan siswa untuk mengenal masalah, merumuskan masalah, mencari solusi atau menguji jawaban sementara atas satu masalah/pertanyaan dengan melakukan penyelidikan (menemukan fakta-fakta melalui penginderaan), pada akhirnya dapat menarik kesimpulan dan menyajikannya secara lisan maupun tulisan.
Apa yang diuraikan di atas, ternyata kenyataan di lapangan masih belum sesuai dengan apa yang diharapkan. Terdapat beberapa kelemahan dan atau kendala dalam implementasi pendekatan saintifik pada pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia berbasis teks, antara lain:
1. Guru belum memahami betul esensi materi pelajaran bahasa dan sastra Indonesia (jenis dan struktur teks), sehingga pembelajaran masih dilakukan secara parsial
2. Guru kurang menguasai metodologi pembelajaran yang variatif, sehingga sering terjebak pada pola pembelajaran yang konvensional 3. Guru belum terbiasa menyiapkan bahan ajar sendiri dengan
memanfaatkan berbagai sumber dan media pembelajaran, sehingga seringkali hanya mengandalkan apa yang ada dalam buku teks
KESIMPULAN
Perubahan pendekatan pembelajaran bahasa Indonesia berdasarkan Kurikulum 2013 memiliki peran yang strategis. Namun, jika guru tidak mampu mengemas pembelajaran sudah pasti akan membuat siswa jenuh, karena setiap kali dan dari waktu ke waktu harus berhadapan dengan teks, teks dan teks. Belum lagi materi yang berhubungan dengan jenis-jenis teks masih kabur dan tumpang tindih, sehingga secara langsung atau tidak langsung akan berdampak pada pembelajaran di dalam kelas. Buku teks yang disediakan pemerintah sudah cukup baik dan banyak membantu.
102 Kumpulan Gagasan: PENDIDIKAN MENJADI PRIORITAS Namun pemahaman guru akan berbagai teks masih belum memadai, tidak sedikit yang belum memahami esensi atau konsep pokok dari jenis-jenis teks yang tercantum dalam kurikulum. Kekurangpahaman guru terhadap berbagai struktur teks akan membuat siswa bingung. Dengan kata lain, agar implementasi kurikulum 2013, khususnya pendekatan saintifik berjalan optimal sesuai yang diharapkan dibutuhkan guru yang dinamis, inovatif dan kreatif.
DAFTAR PUSTAKA
Kaswanti Purwo, Bambang. 2013. “Kurikulum Bahasa Indonesia”. Dalam Harian Kompas, 20 Maret 2013.
Mahsun. 2013. “Pembelajaran Teks dalam Kurikulum 2013”.Dalam harian Media Indonesia, 17 April 2013.
Mahsun. 2013. Pembelajaran Bahasa Indonesia dalam Kurikulum 2013.
Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81 A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum.
Suroso, Eko. 2013. Bahasa sebagai Sarana berpikir dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Kurikulum 2013. Universitas Muhammadiyah Purwokwerto Materi Diklat Pelatihan Kurikulum 2013 bagi Kepala Sekolah.