• Tidak ada hasil yang ditemukan

Metode perhitungan emisi sumber bergerak

UCAPAN TERIMA KASIH

Satuan 1 Satuan 1 jam 24 jam 1 tahun

2.9 Metode perhitungan emisi

2.9.2 Metode perhitungan emisi sumber bergerak

Hal | 41 Survei dan kuesioner

Survei dan kuesioner umumnya digunakan untuk mendapatkan data spesifik emisi pencemar dan sumber pencemar pada suatu fasilitas. Metode ini juga dapat digunakan untuk mengumpulkan data lokal atau nasional untuk kategori sumber tertentu. Ruang lingkup survei harus ditentukan sejak tahap perencanaan inventarisasi. Misalnya, suatu survei yang rinci mentargetkan semua fasilitas dalam satu kategori sumber atau mencatat pencemar-pencemar spesifik. Cara ini akan mengurangi jumlah responden yang dihubungi dan meningkatkan kualitas data karena kuesioner disusun khusus untuk jenis-jenis sumber tertentu dengan proses-proses yang sejenis. Alternatif lainnya, sasaran survei bisa saja tidak hanya mencakup sumber-sumber spesifik atau dibatasi pada pencemar-pencemar yang akan diinventarisir. Cara ini akan memerlukan desain kuesioner survei yang lebih generik, dan konsekuensinya adalah bahwa data yang dihasilkan pun akan kurang rinci dan kurang akurat. Cara mana pun yang diambil, instansi terkait perlu memastikan ketersediaan tenaga dan dana untuk melaksanakan survei, mulai dari perancangan, pengiriman melalui pos atau survei tatap muka, pengolahan, dan analisa hasil survei.

Pertimbangan pakar (engineering judgement)

Metode pertimbangan pakar dilakukan apabila metode-metode lainnya seperti faktor emisi,

keseimbangan materi, uji cerobong, atau analisa bahan bakar tidak memungkinkan untuk dilaksanakan.

Dalam metode ini, estimasi emisi dibuat oleh seorang pakar yang menguasai proses dan mekanisme timbulnya emisi sumber tidak bergerak atau area di wilayah tesebut berdasarkan kaidah-kaidah keilmuan yang berlaku yang kemudian memberikan pertimbangan. Pertimbangan pakar ini bisa berupa penerapan ide-ide yang spekulatif atau inovatif, faktor emisi yang tidak terdokumentasi, atau keseimbangan materi awal. Namun demikian, metode pertimbangan pakar merupakan pilihan terakhir.

Hal | 42 Karakteristik mesin

Setiap jenis mesin memiliki karakteristik emisi tersendiri. Mesin pembakaran empat langkah (4-tak) cenderung mengemisikan CO, HC, dan NOx, namun emisi partikulatnya umumnya rendah (Heck dkk., 2002). Mesin 2-tak memiliki karakteristik emisi yang sama tetapi lebih kotor karena penggunaan campuran oli yang berlebihan (yang menghasilkan emisi oli yang tidak terbakar) dan penggunaan oli dengan kandungan asap tinggi (Hensher dan Button, 2003). Sepeda motor 2-tak dan bajaj umumnya terdapat di negara-negara berkembang. Di Indonesia, jumlah sepeda motor 2-tak telah berkurang banyak (0.03% dari jumlah sepeda motor saat ini). Mesin diesel pada truk dan bis cenderung mengeluarkan CO dan HC yang lebih rendah dibandingkan mesin bensin, tetapi NOx dan partikulatnya lebih tinggi (Meyer dan Miller, 2001).

Teknologi kendaraan

Dalam dekade terakhir, teknologi kendaraan memegang peranan yang penting dalam mengurangi emisi kendaraan-kendaraan baru (Eisinger, 2005). Semakin maju teknologi, semakin ketat ambang batas emisi.

Di negara-negara seperti Amerika Serikat, Eropa Barat, dan Jepang, penelitian dan pengembangan selama 30 tahun telah berhasil mengurangi emisi sebanyak 95%, yaitu sebesar target pengurangan yang

ditetapkan dalam peraturan di negara-negara tersebut (Colville dkk., 2001; Walsh, 1994).

Di Indonesia, ambang batas emisi gas buang kendaraan bermotor tipe baru dan kendaraan bermotor yang sedang diproduksi diberlakukan efektif secara bertahap mulai 1 Januari 20053. Ambang batas emisi ini ekivalen dengan standar EURO II yang diberlakukan di negara-negara Uni Eropa pada 19964, dan sejak 1 Januari 2006 standar yang lebih ketat yaitu EURO IV telah diberlakukan di Uni Eropa. Untuk kendaraan lama, ambang batas emisi di Indonesia mengacu pada Peraturan Menteri No. 5/2006 tentang Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Lama. Untuk sepeda motor tipe baru, ambang batas yang berlaku adalah EURO III (Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 10/2012).

Karakteristik bahan bakar

Bahan bakar motor adalah produk yang kompleks dan mengandung berbagai senyawa yang mempe- ngaruhi kualitas udara. Senyawa-senyawa ini secara langsung dapat memicu timbulnya pencemar yang berbahaya selama pembakaran atau penyimpanan, atau dapat secara tidak langsung merusak alat pengendali emisi. Variasi bahan bakar berasal dari karakteristik minyak mentah yang menjadi bahan baku atau dari karakteristik kilang minyak itu sendiri. Bahan aditif dapat pula ditambahkan ke dalam bahan bakar minyak untuk tujuan tertentu, diantaranya adalah untuk meningkatkan kinerja mesin dan mengurangi dampak negatif lingkungan.

Spesifikasi bahan bakar di Indonesia mengacu pada Surat Keputusan (SK) Direktur Jenderal Minyak dan Gas (Dirjen Migas) No. 3674 K/24/DJM/2006 tentang Bahan Bakar Minyak Jenis Bensin yang Dipasarkan di Dalam Negeri dan SK Dirjen No. 3675 K/24/DJM/2006 tentang Standar dan Mutu Bahan Bakar Minyak Jenis Minyak Solar yang Dipasarkan di Dalam Negeri. Dalam spesifikasi ini, bensin dengan angka RON (Research Octane Number) 88 dibagi atas bensin bertimbel dan tanpa timbel. Pada bensin bertimbel kandungan timbel maksimum yang diperbolehkan adalah 0,3 g/L. Sedangkan pada bensin RON 88 tanpa timbel dan bensin dengan RON 91 dan 95, kandungan timbel maksimum yang diperbolehkan adalah 0,0013 g/L. Untuk minyak solar, terdapat 2 kategori yaitu minyak solar dengan angka setana 48 yang

3Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 141/2003 tentang Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Tipe Baru dan Kendaraan Bermotor yang Sedang Diproduksi (Current Production)

4 Directives 94/12/EC, 96/69/EC, 91/542/EEC EU Emission Standards

Hal | 43 kandungan sulfur maksimum yang diperbolehkan adalah 3500 ppm dan minyak solar dengan angka setana 51 yang kandungan sulfur maksimum yang diperbolehkan adalah 500 ppm.

Usia dan perawatan kendaraan

Sejalan dengan usia pakai kendaraan, komponen-komponen mesin pun mengalami penurunan kinerja yang akan menyebabkan emisi meningkat. Pada kendaraan yang dirawat dengan baik, peningkatan emisi tidak signifikan, tetapi pada kendaraan yang tidak dirawat dengan baik peningkatan emisi terjadi lebih cepat. Di negara-negara berkembang kendaraan-kendaraan yang tidak terawat merupakan sumber emisi yang penting; data memperkirakan bahwa 10% dari jumlah seluruh kendaraan mengeluarkan 50% emisi HC dan CO (Hickman, 1994). Distribusi emisi NOx juga bersifat condong, walaupun kecondongannya lebih sedikit dibandingkan dengan distribusi emisi HC dan CO.

Perilaku berkendara dan penggunaan kendaraan

Perilaku berkendara mempengaruhi emisi kendaraan. Emisi semua pencemar akan lebih tinggi apabila kendaraan dikemudikan pada beban yang berat (akselerasi tinggi) atau pergantian beban yang cepat.

Ketika akselerasi tinggi, kendaraan mengalami pengayaan bahan bakar; selama itu campuran bahan bakar yang berlebihan akan membebani alat pengendali emisi dan mengemisikan CO seratus kali lebih cepat dari kondisi normal dan HC sepuluh kali lebih cepat (Brundell-Freij dkk., 2005).

Perilaku mengemudi yang agresif, seperti misalnya melakukan pengereman mendadak atau akselerasi yang cepat mempengaruhi emisi gas buang. Pada keadaan lalu lintas yang padat, kendaraan berhenti lebih sering dibandingkan pada kondisi lalu lintas yang lancar sehingga meningkatkan emisi gas buang.

Secara umum, metode perhitungan emisi untuk setiap sumber dapat dirangkum seperti pada Tabel 10.

Tabel 10 Penggunaan metode perhitungan emisi

Sumber titik Sumber area Sumber bergerak

Continuous emission monitoring

Uji cerobong

Faktor emisi x data aktivitas

Keseimbangan materi

Analisa bahan bakar

Model emisi

Survei dan kuesioner

Faktor emisi x data aktivitas

Keseimbangan materi

Model emisi

Model emisi

Faktor emisi x data aktivitas

Analisa bahan bakar

Hal | 44

3. STRATEGI DAN PENDEKATAN PENYUSUNAN INVENTARISASI EMISI