D. Manfaat Penelitian
II. TINJAUAN PUSTAKA
5. Pemahaman Konsep Matematis
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pemahaman berasal dari kata paham yang berarti pengertian, pendapat, pikiran, aliran, haluan, pandangan, mengerti dengan benar, tahu benar, pandai dan mengerti benar. Konsep matematis sendiri memiliki makna sebagai konsep dalam pembelajaran matematika. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep matematis adalah mengerti dengan benar tentang konsep dalam pembelajaran matematika.
Sanjaya (2013: 87) berpendapat bahwa pemahaman konsep matematis adalah suatu kemampuan matematis siswa yang berupa pemahaman suatu materi dimana siswa dapat mengungkapkan kembali materi pelajaran tersebut dengan bahasanya sendiri dan menggunakan konsep itu untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Hal ini sejalan dengan pendapat Alamsyah (Dayanti dkk, 2021) pemahaman konsep adalah kecakapan siswa dengan pengetahuan beberapa materi pelajaran yang tidak hanya menghafal dan mengingat sejumlah konsep yang telah disampaikan, tetapi dapat menyampaikan kembali dalam representasi lain yang telah dimengerti, memberikan pendapat menurut pandangannya dan mampu menerapkan konsep berdasarkan pengetahuan yang didapat.
Purnomo (2018: 3) mengatakan bahwa kemampuan pemahaman matematis adalah salah satu tujuan penting dalam pembelajaran, memberikan pengertian bahwa materi-materi yang diajarkan kepada siswa bukan hanya sebagai hafalan, namun lebih dari itu. Dengan adanya pemahaman siswa akan mengerti konsep dalam materi pembelajaran. Salah satu tujuan dari setiap materi yang disampaikan oleh guru adalah pemahaman matematis. Karena pada dasarnya guru adalah pembimbing siswa untuk mencapai konsep yang telah ditentukan.
17 Bartell et. al. (Radiusman, 2020) mengatakan bahwa kegiatan pemahaman konsep terhadap siswa tidak selamanya dilakukan di dalam kelas. Siswa mampu memahami konsep matematika melalui kegiatan sehari-hari. Pengalaman dalam kegiatan sehari-hari mampu membuat siswa sekolah dasar memperoleh berbagai informasi yang baru memungkinkan mereka untuk melihat pola, hubungan antara berbagai pengetahuan. Selain mengembangkan pemikiran matematika siswa, aktivitas sehari-hari juga mampu menumbuhkan pemahaman konsep matematika.
Untuk mengukur pemahaman konsep matematis siswa, perlu ada alat ukur atau yang disebut dengan indikator. Indikator pemahaman konsep matematis siswa yang digunakan dalam penelitian ini berpatokan pada Peraturan Dirjen Dikdasmen Depdiknas No 506/C/PP/2004 tanggal 11 November 2004 tentang penilaian. Dalam peraturan tersebut diuraikan bahwa indikator siswa memahami konsep matematis adalah mampu:
a) Menyatakan ulang suatu konsep.
b) Mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan konsepnya.
c) Memberi contoh dan bukan contoh dari konsep.
d) Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis.
e) Mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup dari suatu konsep.
f) Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu.
g) Mengaplikasikan konsep atau algoritma pada pemecahan masalah.
Adapun indikator pemahaman konsep menurut Sumarmo (Rahayu & Pujiastuti, 2018) yaitu:
1) Menyatakan ulang sebuah konsep;
2) Mengklasifikasi objek-objek menurut sifat-sifat tertentu (sesuai dengan konsepnya);
3) Memberikan contoh dan noncontoh dari konsep;
4) Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis;
5) Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep;
6) Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu;
18 7) Mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah. (Depdiknas,
Tentang Sistem Penilaian Nasional. Departemen Pendidikan Nasional)
Susanto (R, Isnarto, & Mulyono, 2019) mengkategorikan pemahaman dalam beberapa aspek dengan kriteria-kriteria sebagai berikut:
1) Pemahaman merupakan kemampuan untuk menginterpretasikan dan menerangkan segala sesuatu; ini berarti seseorang yang telah memahami sesuatu akan mampu menerangkan atau menjelaskan kembali apa yang telah ia terima.
Selain itu, seseorang yang telah memahami, akan mampu menafsirkan secara luas sesuai dengan keadaan yang ada di sekitarnya. Ia juga mampu menghubungkan kondisi yang ada saat ini dan yang akan datang.
2) Pemahaman bukan sekedar mengetahui atau sekedar mengingat kembali pengalaman dan memproduksi apa yang pernah dipelajari. Seseorang yang telah benar benar paham mampu memberikan gambaran, contoh, dan penjelasan yang lebih luas dan memadai.
3) Pemahaman melibatkan proses mental yang dinamis. Seseorang yang paham akan mampu memberikan uraian dan penjelasan yang lebih kreatif, tidak hanya sekedar gambaran dalam satu contoh saja.
4) Pemahaman merupakan suatu proses bertahap yang masing-masing tahap memiliki kemampuan tersendiri, seperti: menerjemahkan, menginterpretasikan, eksplorasi, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.
Berdasarkan beberapa pendapat, dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep matematis adalah kemampuan seseorang menguasai dengan baik konsep dalam pembelajaran matematika. Jika siswa bisa memahami konsep dengan baik, maka siswa tersebut bisa menghubungkan sebuah konsep dengan konsep yang lain.
Indikator yang akan dipakai penelitian ini yaitu: (1) menyatakan ulang sebuah konsep; (2) mengklasifikasikan objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai konsepnya;
(3) memberi contoh dan bukan contoh dari konsep; (4) menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi tertentu; dan (5) mengaplikasikan konsep atau algoritma ke pemecahan masalah.
19 6. Penelitian Relevan
Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Siti Sarniah, Chairul Anwar, dan Rizki Wahyu Yunian Putra yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Auditory Intellectually Repetition Terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis” pada tahun 2019. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa dengan penerapan model pembelajaran Auditory Intellectually Repetition lebih baik dari pada model pembelajaran biasa.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Azza Wildah yang berjudul “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Auditory, Intellectually And Repetition Terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa di Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Kota Jambi” pada tahun 2019. Hasil penelitian ini menunjukkan penerapan model pembelajaran Auditory, Intellectually and Repetition terhadap kemampuan pemahaman konsep matematis siswa pada materi perpangkatan dan bentuk akar di Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Kota Jambi memiliki pengaruh positif yang signifikan.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Selviani Fitri dan Rukmono Budi Utomo yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Auditory, Intellectually, And Repetition Terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep di SMP Pustek Serpong”
pada tahun 2016. Hasil penelitian ini terdapat perbedaan kemampuan pemahaman konsep siswa kelas eksperimen yang diberi model pembelajaran Auditory Intellectually and Repetition (AIR) dan kelas kontrol yang diberi pembelajaran konvensional, sehingga dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Auditory Intellectually and Repetition (AIR) dapat mempengaruhi kemampuan pemahaman konsep siswa kelas VIII di SMP Pustek Serpong.
20 B. Definisi Operasional
Definisi operasional pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pengaruh adalah suatu hal yang dapat memberikan perubahan kepada seseorang.
Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan pengaruh adalah penggunaan pembelajaran kooperatif tipe AIR yang dapat memberikan perubahan terhadap kemampuan pemahaman konsep matematis yang dimiliki oleh siswa. Perubahan yang diharapkan adalah perubahan yang mengarah kepada hal yang lebih baik.
Perubahan yang mengarah kepada hal yang lebih baik ditandai dengan adanya peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.
2. Pembelajaran AIR adalah pembelajaran yang terdiri dari tiga aspek yaitu:
Auditory (mendengarkan), Intellectually (kemampuan berpikir), dan Repetition (pengulangan). Pembelajaran ini memberikan kesempatan pada siswa untuk lebih aktif, karena pembelajarannya yang berpusat pada siswa. Pembelajaran AIR merupakan salah satu dari pembelajaran kooperatif, sehingga dalam proses pembelajaran siswa akan dibentuk dalam kelompok-kelompok kecil. Dengan begitu akan memberikan kesempatan pada siswa untuk melatih sikap kerja sama serta tanggung jawab dalam sebuah kelompok.
3. Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang biasa digunakan oleh guru. Dalam penelitian ini, pembelajaran konvensional yang dimaksud adalah pembelajaran yang biasa digunakan oleh guru sesuai dengan kurikulum 2013.
4. Pemahaman konsep matematis adalah kemampuan seseorang menguasai dengan baik konsep dalam pembelajaran matematika. Dalam pembelajaran matematika pemahaman konsep merupakan kemampuan yang mendasar. Karena dengan memiliki pemahaman konsep yang baik, maka siswa akan dengan mudah mengikuti pembelajaran matematika yang memang pada dasarnya saling berkaitan satu sama lain.
21 C. Kerangka Pikir
Penelitian tentang pengaruh pembelajaran kooperatif tipe AIR terhadap pemahaman konsep matematis siswa ini merupakan penelitian yang terdiri dari satu variabel bebas dan satu variabel terikat. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah model pembelajaran, sedangkan pemahaman konsep sebagai variabel terikat.
Pembelajaran AIR merupakan salah satu tipe dalam model pembelajaran kooperatif yang mendukung pengembangan pemahaman konsep matematis siswa. Dalam pembelajaran ini, siswa dituntut untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran.
karena dalam pembelajaran ini siswa akan dibagi kedalam kelompok-kelompok kecil sehingga mempermudah siswa untuk saling bertukar pengetahuan. Dengan adanya diskusi kelompok, siswa akan lebih mudah memahami konsep dalam materi yang dipelajari. Dalam pembelajaran kooperatif tipe AIR terdapat tiga fase yaitu auditory, intellectually, dan repetition.
Fase pertama dalam pembelajaran kooperatif tipe AIR adalah auditory. Pada fase ini terdapat dua kegiatan yang akan dilalui oleh siswa yaitu: 1) mendengarkan dan memperhatikan penjelasan yang diberikan oleh guru terkait materi pembelajaran, 2) melakukan diskusi kelompok yang kemudian hasilnya akan dipresentasikan.
Kegiatan yang dilakukan siswa pada fase ini akan mendorong siswa untuk memahami konsep serta menyampaikan kembali konsep yang sudah didapat, mengetahui sifat-sifat suatu objek, sesuai dengan indikator yang ada dalam pemahaman konsep yaitu menyatakan ulang suatu konsep dan mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat tertentu.
Fase kedua dalam pembelajaran kooperatif tipe AIR adalah intellectually. Kegiatan yang dilakukan oleh siswa pada fase ini adalah memikirkan cara menerapkan hasil diskusi serta dapat meningkatkan kemampuan mereka untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikan oleh guru. Dalam kegiatan ini guru akan memberikan permasalahan yang berkaitan dengan materi pembelajaran, kemudian siswa secara
22 berkelompok akan mendiskusikan penyelesaian dari permasalahan yang mereka peroleh. Kegiatan yang dilakukan siswa pada fase ini akan mendorong siswa untuk mengembangkan pemahaman konsep siswa sesuai dengan indikator yang ada dalam pemahaman konsep matematis siswa yaitu: 1) menyatakan ulang suatu konsep, 2) mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat tertentu, 3) memberikan contoh dan bukan contoh, 4) menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu, 5) mengaplikasikan konsep atau algoritma pada pemecahan masalah.
Fase ketiga dalam pembelajaran kooperatif tipe AIR adalah repetition. Pada fase ini siswa akan mendapatkan pengulangan materi dengan cara mendapatkan tugas atau kuis untuk tiap individu. Adanya pengulangan dalam pembelajaran diharapkan mampu membantu siswa untuk mengingat kembali materi yang telah mereka pelajari. Kegiatan yang dilakukan siswa pada fase ini akan mendorong siswa untuk mengembangkan pemahaman konsep siswa sesuai dengan indikator yang ada dalam pemahaman konsep matematis siswa yaitu: 1) menyatakan ulang suatu konsep, 2) mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat tertentu, 3) memberikan contoh dan bukan contoh, 4) menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu, 5) mengaplikasikan konsep atau algoritma pada pemecahan masalah.
Berdasarkan hasil uraian di atas, fase pada pembelajaran kooperatif tipe AIR memberi kesempatan lebih bagi siswa untuk meningkatkan pemahaman konsep matematis siswa. Dalam pembelajaran ini terdapat repetition (pengulangan) berupa pemberian tugas rumah atau kuis, yang membedakan dengan pembelajaran konvensional. Dengan adanya pengulangan berupa kuis ataupun tugas rumah diharapkan mampu meningkatkan pemahaman konsep matematis siswa.
23 D. Anggapan Dasar
Penelitian ini mempunyai beberapa anggapan dasar, yaitu:
1. Seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 2 Merbau Mataram sebelumnya mendapat materi pembelajaran matematika yang sama dan sesuai dengan Kurikulum yang berlaku.
2. Faktor lain yang dapat mempengaruhi kemampuan pemahaman konsep matematis siswa selain pembelajaran kooperatif tipe AIR dan pembelajaran konvensional diabaikan.