• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembagian Maqashid Al-Syariah

BAB II LANDASAN TEORI

D. Konsep Maqashid Syariah

2. Pembagian Maqashid Al-Syariah

Maqashid Al-Syariah mengandung empat aspek. Aspek tersebut adalah sebagai berikut:

a. Tujuan awal dari syariat yakni kemaslahatan manusia di dunia dan di akhirat

b. Syariat sebagai sesuatu yang harus dipahami

c. Syariat sebagai suatu hukum taklif yang harus dilakukan

d. Tujuan syariat adalah membawa manusia ke bawah naungan hukum.71

Aspek pertama berkaitan dengan muatan dan hakikat maqashid al-syariah. Aspek pertama ini sebagai inti dapat terwujud melalui pelaksanaan taklif atau pembebanan hukum terhadap para hamba sebagai aspek ketiga. Aspek kedua berkaitan dengan dimensi bahasa agar syariat dapat dipahami sehingga dicapai kemaslahatan yang dikandungnya. Aspek ketiga berkaitan dengan pelaksanaan ketentuan-

70Ibid., h.64

71 Ibid.,h.70

ketentuan syariat dalam rangka mewujudkan kemaslahatan. Aspek yang terskhir berkaitan dengan kepatuhan manusia sebagai mukallaf di bawah dan terhadap hukum-hukum Allah SWT.

Dalam rangka pembagian Maqashid Al-Syariah, aspek pertama sebagai aspek inti menjadi fokus analisis. Sebab, aspek pertama berkaitan dengan hakikat pemberlakuan syariat oleh Tuhan. Hakikat atau tujuan awal pemberlakuan syariat adalah untuk mewujudkan kemaslahatan manusia.

Maslahat dapat dibagi dengan melihat kepada beberapa segi.

Dari segi tujuan yang hendak dicapai, maslahat terbagi menjadi dua yaitu sebagai berikut:

a. Mendatangkan manfaat kepada manusia,baik bermanfaat untuk hidup di dunia, maupun di akhirat. Manfaat tersebut ada yang langsung dirasakan seperti orang yang sedang kehausan diberi minumsegar. Ada pula yang manfaatnya dapat dirasakan sebagai yang tidak menyenangkan. Misalnya pemebrian obat kina kepada orang yang sedang sakit malaria.72

b. Menghindari kemudharatan,baik dalam dunia maupun akhirat.

Mudharat juga ada yang dapat langsung dirasakan seperti minum khamar yang langsung teler. Ada pula mudharat yang

72 Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh, (Jakarta: Kencana, 2008), h. 233

dirasakan kemudian hari, bahkan sebelumnya tidak pernah dirasakan. Misalnya berzina dengan pelacur yang berpenyakit.73 Kemaslahatan itu dapat terwujud apabila lima unsur pokok dapatdiwujudkan dan dipelihara. Unsur pokok tersebut menurutal- Syatibi adalah sebagai berikut:

a. Agama

Islam menjaga hak kebebasan, dan kekebasan yang pertama adalah kebebasan berkeyakinan dan beribadah: setiap pemeluk agama berhak atas agama dan mazhabnya, ia tidak boleh dipaksa untuk meninggalkannya menuju agama dan mazhab lain, juga tidak boleh ditekan untuk dipindah dari keyakinannya untuk masuk Islam.74 Dasar hak ini sesuai firman allah SWT Surah al-Baqarah ayat 256:



tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam);

Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat.75

b. Jiwa

Jiwa merupakan sumber hikmah (pengertahuan), sinar hidayah, cahaya mata hati, dan media kebahagiaan manusia di dunia dan akhirat. Dengan akal, surat perintah dari Allah SWT disampaikan,

73 Ibid.

74 Ahmad Al-Mursi Husain Jauhar, Maqashid Syariah, (Jakarta: AMZAH, 2009), h.1

75 Qs. al-Baqarah (2): 256

dengannya pula manusia berhak menjadi pemimpin di muka bumi.

76Allah SWT berfirman dalam surah al- Isra‟ ayat 70:





dan Sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan[862], Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.77

c. Keturunan

Yang dimaksud keturunan adalah keturunan dalam lembaga keluarga. Keturunan merupakan gharizah atau insting bagi seluruh mahluk hidup, yang dengan keturunan itu berlangsunglah kelanjutan kehidupan manusia. Dalam hal ini,pelanjutan manusia yaitu dalam keluarga, sedangkan yang dimaksuddengan keluarga adalah keluarga yang dihasilkan melalui perkawinan yang sah.78 Perintah Allah SWT diantaranya pada suratan-Nur ayat 32



dan kawinkanlah orang-orang yang sediriandiantara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu79

76 Ahmad Al-Mursi Husain Jauhar, Maqashid Syariah, h.91

77 al- Isra‟ (17): 70

78 Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh, (Jakarta: Kencana, 2008), h. 237

79 Qs.an-Nur (24): 32

d. Akal

Akal merupakan unsur yang sangat penting bagi kehidupan manusia dari mahluk Allah lainnya. Oleh karena itu, Allah memerintahkan manusia untuk selalu memeliharanya. Segala bentuk tindakan yang membawa kepada wujud dan sempurnanya akal itu adalah perbuatan baik. Ditemukan dalam al-Qur‟an isyarat Allah yang mendorong manusia menuntut ilmu. 80Diantaranya adalah dalam surat al-Mujadilah ayat 11:



Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu da orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.81

e. Harta

Harta merupakan salah satu kebutuhan inti dalam kehidupan, dimana manusia tidak akan bisa terpisah darinya. Hal ini sesuai firman Allah SWT dalam surah ak-Kahfi ayat 46:



harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia82 Dalam usaha mewujudkan dan memelihara lima unsur pokok tersebut, Al-Syatibi membagi kedalam tiga tingkat maqashid al- syariah, yaitu sebagai berikut:

a. Maqashid al-Daruriyat, yaitu sesuatu yang sangat perlu dipelihara seandainya tidak, maka akan membawa kepada ketidak berartinya

80Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh, h. 237

81 Qs. al-Mujadilah (58):11

82 Qs. Al-Kahfi (18):46

kehidupan. Maqashid al-Daruriyat dimaksudkan untuk memelihara lima unsur pokok dalam kehidupan manusia.

b. Maqashid al-Hajiyat, yaitu sesuatu kebutuhan untuk memeliharanya, namun apabila tidak dipelihara tidak membawa pada hancurnya kehidupan, tetapi hanya menimbulkan kesulitan atau kekurangan dalam melaksanakannya. Maqashid al-Hajiyat dimaksudkan untuk menghilangkan kesulitan atau menjadikan pemeliharaan terhadap lima unsur pokok menjadi lebih baik lagi.

c. Maqashid al-Tahsiniyat, yaitu sesuatu yang sebaiknya dilakukan untuk mendapatkan manfaat dan sebaiknya ditinggalkan untuk menghindari kemudharatan. Maqashid al-Tahsiniyat dimaksudkan untuk penyempurnaan pemeliharaan lima unsur pokok.83

83Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh, h. 240

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

B. Jenis dan sifat penelitian 1. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian lapangan (field reearch). Penelitian lapangan yaitu suatu penelitian yang dilakukan dilapangan atau dilokasi penelitian, suatu tempat yang dipilih sebagai lokasi untuk menyelidiki gejala objektif yang terjadi dilokasi tersebut, yang juga dilakukan untuk penyusunan laporan ilmiah.84

Dalam penelitian ini, peneliti memilih jenis penelitian lapangan karena penelitian lapangan berusaha menggambarkan kehidupan dan tindakan-tindakan manusia secara nyata dan khusus pada lokasi tertentu dengan sebuah kasus tertentu pula.

Penelitian lapangan ini akan mengungkapkan secara mendalam tentang Pelaksanaan Sistem Pembagain Waris Atas Harta dalam Perkawinan Adat Jawa Menurut Perspektif Maqashid Syariah di desa Raman Aji, Kecamatan Raman Utara.

84Abdurrahmat Fathoni, Metodologi Penelitian & Teknik Penyusunan Skripsi, (Jakarta:

Rineka Cipta, 2011), h. 95.

44

2. Sifat Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif. Deskriptif kualitatif adalah sebuah penelitian yang data-datanya diperoleh dari kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.85 Dalam penelitian deskriptif kualitatif, data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Dengan demikian laporan ini berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan. Data diperoleh dari naskah wawancara, catatan lapangan, foto, videotepe, dokumen pribadi, catatan atau memo, dan dokumen resmi lainnya.86

Dari penjelasan diatas, peneliti menyimpulkan jika yang dimaksud dengan deskriptif kualitatif yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa hasil wawancara yang ditulis atau lisan dari orang-orang dan pelaku yang dapat diamati. Data tersebut digali untuk mengungkapkan suatu kejadian atau fakta, fenomena, dan keadaan yang terjadi saat penelitian berlangsung dengan kosep atau teori yang sudah baku. Oleh karena itu, bentuk data yang digunakan berbentuk wawancara dan dokumentasi.

E. Sumber Data

Sumber data pada penelitian ini berasal dari perkataan, tindakan dan dokumen yang diperlukan. Pengumpulan sumber data di dalam penelitian ini dapat dibagi menjadi 2 macam yaitu:

85 Uhar Suharsaputra, Penelitian, (Bandung: Refika Aditama, 2012), h.181.

86 Ibid,

1. Sumber Data Primer

Menurut Suratman, sumber data primer adalah sumber data yang langsung dan segera diperoleh untuk tujuan penelitian.87 Sumber data primer menghasilkan Data primer yaitu merupakan data yang di dapat dari sumber pertama baik dari individu atau perseorangan seperti hasil dari wawancara atau hasil pengisian kuesioner yang biasa dilakukan oleh peneliti.88

Kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau diwawancarai merupakan sumber data utama. Sumber data utama dicatat melalui catatan tertulis atau melalui perekam, pengambilan foto atau film.89

Pada penelitian ini teknik yang digunakan adalah Cluster Random Sampling atau biasa disebut sampling Area Random Sampling.

Cara ini digunakan apabila populasinya heterogen, dimana didalamnya terdiri dari kelompok-kelompok (cluster) yang didalamnya masih mengandung unit populasi yang heterogen.90

Dalam penelitian ini, yang menjadi Populasi adalah seluruh masyarakat desa Raman Aji, dimana populasi itu sendiri adalah keseluruhan subjek penelitian.91 Sedangkan yang menjadi sampel

87 Winarno Surakhmad, Pengantar Penelitian Dasar Metode Teknik, (Bandung: Tarsito, 1998), h. 168

88Husein Umar, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada,jilid II, 2009), h. 42.

89Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, h. 80.

90 Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum, ( Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2012), h.124

91 Beni Ahmad Saebeni, Manajemen Penelitian, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2013), h.

173

adalah masyarakat dusun 07, dimana sampel merupakan sebagian atau wakil populasi yang diteliti.92 Pengambilan sampel pada dusun 07 berdasarkan banyaknya masyarakat yang beradat Jawa di dusun tersebut dibandingkan dengan dusun-dusun lain. Oleh sebab itu, yang menjadi sumber data primer adalah masyarakat dusun 07 desa Raman Aji, kecamatan Raman Utara yang berkaitan dengan informasi yang diperlukan pada penelitian ini. Berikut merupakan sumber data primer yang peneliti wawancarai berasal dari tokoh masyarakat, tokoh adat, dan tokoh agama:

No Tokoh Masyarakat Tokoh Adat Tokoh Agama

1. Sucipto Suwito Sopingi

2. Kiman Sadirin Sumardi

2. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder adalah sumber-sumber dari bahan bacaan.

Sumber sekunder terdiri dari atas berbagai macam, dari surat pribadi, kitab harian, notula rapat perkumpulan, sampai dokumen-dokumen resmi.93

Berdasarkan pengertian tersebut di atas, sumber data sekunder pada penelitian ini adalah sumber pendukung yang berupa tulisan dan penelitian yang berkaitan dengan pembahasan penelitian ini. Data

92 Ibid.,h. 174

93 S. Nasution, Metode Research, (Jakarta, PT. Bumi Aksara : 2006, jilid VIII) h. 143.

Sekunder yang diperoleh dari literatur-literatur kepustakaan seperti buku, internet,dan lain-lain.

F. Teknik Pengumpulan Data

Sesuai dengan penelitian yang peneliti lakukan yang bersifat deskriptif kualitatif, maka sebagaimana layaknya studi kualitatif yang mengadakan penelitian terhadap lapangan, maka pengumpulan datanya dilakukan langsung oleh peneliti dengan menggunakan metode wawancara dan dokumentasi.

1. Wawancara

Wawancara (deep interview) adalah suatu bentuk komunikasi verbal jadi semacam percakapan yang bertujuan memperoleh informasi.

Di dalam wawancara pertanyaan dan jawaban diberikan secara verbal.

Biasanya komunikasi dilakukan di dalam keadaan saling berhadapan, namun bisa juga komunikasi dilakukan melalui telepon.94

Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, dengan bertatap muka antara narasumber (orang yang diwawancarai) dengan pewawancara (orang yang mewawancarai). Wawancara dapat dilakukan face to face atau menggunakan via telephon.

Di dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis wawancara terstruktur, karena peneliti telah mengetahui informasi apa saja yang

94Ibid,.h 113.

dibutuhkan di dalam penelitian ini. Instrumen wawancara yang digunakan berupa pertanyaan-pertanyaan lisan.

2. Dokumentasi

Metode dokumentasi yaitu pengumpulan data yang bersumber dari tulisan atau dokumen.95 Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.96 Metode ini dilakukan dengan cara mengumpulkan dan mempelajari data yang ada, dan berkaitan dengan pembahasan penelitian.

Dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa dokumentasi adalah kumpulan catatan atau gambar yang dijadikan bukti dalam sebuah penelitian yang diambil dari berbagai sumber, yaitu bersumber dari Masyarakat di desa Raman Aji, Kecamatan Raman Utara.

G. Teknik Analisis Data

Setelah data terkumpul maka proses analisis data berlangsung linier.

Bermula dari perumusan masalah, kemudian perumusan hipotesis, penyusunan alat pengukuran (instrument pengumpul data), selanjutnya mengumpul data kemudian dilakukan analisis dan akhirnya penulisan laporan penelitian.97

95W. Gulo, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT. Grasindo,jilid III, 2004), h. 123.

96Sugiyono, Metode Penelitian Menejemen,( Bandung: ALFABETA, 2013), h. 396.

97 Cholid Narbuko dkk, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010, jilid II), hal. 43.

Peneliti menggunakan data yang diperoleh di dalam bentuk wawancara yang kemudian hasil wawancara tersebut dianalisa dengan menggunakan cara berfikir induktif. Rancangan Induktif diawali dengan pengamatan yang spesifik dan membangun ke arah suatu pola yang umum.98 Dengan kata lain, analisa induktif merupakan analisa yang berangkat dari pemikiran khusus ke umum. Proses Pembagian Waris atas Harta Perkawinan yang terdapat pada Masyarakat Adat Jawa di desa Raman Aji saat ini.

Dari metode analisis tersebut, peneliti mencoba menganalisis Pelaksanaan Sistem Pembagian Waris atas Harta dalam Perkawinan Adat Jawa Menurut Perspektif Maqashid Syariah yang ada di desa Raman Aji, Kecamatan Raman Utara, Kabupaten Lampung Timur.

98 Michael Quinn Patton, Metode Evaluasi Kualitatif, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h. 16

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

D. Gambaran Umum Desa Raman Aji Kecamatan Raman Utara 1. Sejarah Singkat Berdirinya Desa Raman Aji

Desa Raman Aji dibuka pada tahun 1955 oleh NV Sukadana dengan membuka tanah yang masih berupa hutan rimba belantara yang masih dihuni beraneka macam binatang buas, setelah hutan dibuka kemudian didatangkan Penduduk Transmigrasi dari Pulau Jawa.

Pada tanggal 04 Desember 1955 Desa Raman Aji didatangkan dari Trannsmigrasi dari Rayon Solo, Kediri dan Banyu Mas Sejumlah + 355 kepala keluarga dengan Jumlah jiwa+ 1.675. Kemudian pada tahun 1956 didatangkan dari Transmigran Spontan Barasal dari daerah Solo, Kediri dan Banyumas sejumlah+101 kepala keluarga dengan jumlah 402 jiwa, kemudian + 436 kepala keluarga dengan jumlah+2.077 Jiwa.99

Penempatan penduduk transmigrasi telah diatur sedemikian rupa oleh pemerintah, lalu kemudian diadakan Pemilihan Pimpinan Rakyat Transmigrasi yaitu dibentuklah Kepala Suku yang berada dibawah naungan Jawatan Transmigrasi, dalam mengatur Tata Pemerintahan pada waktu itu belum bisa dilaksanakan dengan baik karena rombongan Transmigrasi yang masih berada diwilayah Pemerintah Kawedanan Sukadana.100

99 Profil dan Data Desa Raman Aji Kecamatan Raman Utara

100Ibid.

51

Kemudian pada tahun 1957 Desa Raman Aji diadakan Pemilihan Kepala Kampung, pada waktu itu terdiri dari 11 kepala Rombongan yang mencalonkan dari masing-masing Rayon yaitu :

a. Sdr Islam Dari Rayon Kediri I

b. Sdr Warso Rejo Dari Rayon Kediri II c. Sdr Karto Muhajir Dari Rayon Kediri III d. Sdr Sukaji Dari Rayon Kediri IV

e. Sdr Parto Megena Dari Rayon Solo I f. Sdr Hadi Winoto Dari Rayon Solo II g. Sdr Hadi Sungkono Dari Rayon Solo III h. Sdr Karto Migena Dari Rayon Banyu Mas II i. Sdr Abdullah Sairi Dari Rayon Banyu Mas I j. SdrHamdi Dari Rayon Banyumas III k. SdrJaswadi Dari Rayon Banyumas IV101

Dari sejumlah calon tersebut, yang mendapatkan suara terbanyak dan terpilih dalam Pemilihan Kepala Kampung dari 11 calon dimenangkan oleh Sdr. Karto Migeno dari Kepala Rombongan Banyumas II, dan beliau memimpin desa Raman Aji dengan masa Jabatan dari 1957 s/d 1963. Kemudian pada tahun 1963 s /d 1968 desa Raman Aji dipimpin oleh Kepala Desa Bapak Islam.102

Pada tahun 1968, karena masa jabatan kepala desa Raman Aji selama 5 (lima) tahun telah berakhir, maka diadakan pemilihan kepala

101Ibid.

102Ibid.

desa dan dimenangkan oleh Bapak Kudrat Sucipto. Beliau di dalam memimpin desa Raman Aji hanya berjalan 1 (satu) tahun. Lalu pada tahun 1968, desa Raman Aji dipimpin oleh Bapak Abdullah Sahri sampai dengan tahun 1972.

Pada bulan desember tahun 1972 desa Raman Aji mengadakan pemilihan kepala desa, dan yang mendapat suara terbanayak adalah Bapak Sapari dari Purn.TNI AD. Namun dikarenakan beliau meninggal dunia, sehingga untuk mengisi kekosonga, desa Raman Aji dipimpin oleh Bapak M.Somadi.

Pada tahun 1980desa Raman Aji mengadakan pemilihan kepala desa, dan yang mendapat suara terbanyak adalah Bapak Islam. Beliau mengalahkan dua calon yang lain. Beliau memimpin desa Raman Aji sampai dengan tahun 1988. Kemudian pada tahun 1988 kembali diadakan pemilihan kepala desa, adapun yang terpilih adalah Bapak Purn.

TNI Sadjijo. Beliau menjabat sampai tahun 1998.103

Pada tahun 1999 desa Raman Aji mengadakan kembali pemilihan kepala desa, dan yang terpilih untuk menjadi Kepala desaadalah Bapak M. Yasim, beliau terpilih menjadi kepala desa kembali untuk periode selanjutnya, sehingga beliau kembali menjabat sampai dengan pada tahun 2013. Kemudian pada tahun 2013 hingga sekarang, desa Raman Aji dipimpin oleh Kepala Desa yaitu Bapak Masdar.104

103 Profil Desa Raman Aji Kecamatan Raman Utara

104Ibid.

2. Letak Geografis

a. Ketinggian Tanah Dari Permukaan Laut : 360 mdl b. Banyaknya curah Hujan: 150 mm/tahun

c. Suhu Rata-Rata : 32 C

d. Topografi : Dataran Rendah

e. Tektur Tanah : Pasiran

f. Tingkat Kemiringan Tanah : 0,5 Derajat105

Desa Raman Aji mempunyai luas + 645.75 Ha dengan jumlah penduduk sebagai berikut:

a. Jumlah KK (Kepala Keluarga) : 1895 KK b. Jumlah jiwa : 5638 jiwa

c. Laki-laki : 2903 jiwa

d. Perempuan : 2788 jiwa

Dengan tingkat pendidikan sebagai berikut:

a. Tidak Tamat SD : 1625 orang

b. SD : 2124 orang

c. SLTP : 794orang

d. SLTA : 1352 orang e. Diploma/Sarjana :134 orang106 Dengan etnis penduduk sebagai berikut:

a. Jawa : 1.743 Orang atau 98,8 % b. Sunda : 16 Orang atau 1,2 %

105 Monografi desa Raman Aji tahun 2014-2015

106Data Penduduk Desa Raman Aji Kecamatan Raman Utara

c. Bali : 0 Orang atau 0 %107

d. Lainya : -

Sedangkan batas-batas desa Raman Aji adalah sebagai berikut :

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Rejo Bingangun Kec, Raman Utara

b. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Sukaraja Nuban Kec.

Batanghari Nuban

c. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Rukti Sediyo Kec.Raman Utara

d. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Sukaraja Nuban Kec.

Batanghari Nuban.108

E. Pembagian Waris Adat Jawa di Desa Raman Aji Kecamatan Raman Utara Kewarisan merupakan masalah yang sangat berkaitan dengan kehidupan manusia, sebab di dalamnya berisi aturan mengenai hak kepemilikan harta bagi setiap manusia. Oleh karena itu, aturan tentang kewarisan harus jelas karena aturan tersebut digunakan sebagai acuan dalam pembagian harta waris.

Saat seseorang meninggal dunia, harta yang ia miliki dibagikan kepada ahli waris yang berhak atas harta si meninggal tersebut. Hak mewarisi

107 Ibid.,

108 Profil desa Raman Aji Kecamatan Raman Utara

harta waris diperoleh atas dasar tiga sebab, yakni karena hubungan kekerabatan, hubungan perkawinan, dan hubungan sebab al-wala‟.109

Menilik pada kenyataannya, hukum waris yang berlaku dikalangan masyarakat Indonesia masih bersifat Pluralisme yaitu penggunaan hukum kewarisannya sesuai dengan suku-suku atau kelompok-kelompok etnik yang ada. Sebagian masyarakat ada yang menggunakan Hukum Waris Islam, Hukum Waris Kitab Undang-Undang Perdata (BW), dan Hukum Waris Adat.110

Berdasarkan wawancara dengan Bapak Suwito selaku tokoh adat desa Raman Aji Kecamatan Raman Utara mengatakan jika masyarakat desa Raman Aji dalam pelaksanaan pembagian harta waris menggunakan kewarisan adat.111 Hal ini sudah dilakukan oleh masyarakat sejak zaman dahulu.

Sebuah Harta, dalam masalah kewarisan memiliki kedudukan yang sangat penting. Mengingat harta merupakan objek dari waris itu sendiri.

Menurut Undang-undang No.1 tahun 1974 Pasal (35-36), dikatakan bahwa”

Harta benda yang diperoleh selama perkawinan menjadi harta bersama”.

Terhadap harta bersama, suami atau istri dapat bertindak atas persetujuan kedua belah pihak. Namun, mengenai harta bawaan dikatakan bahwa “harta bawaan dari masing-masing suami dan istri dan harta benda yang diperoleh

109 Suhairi, Fikih Mawaris, (Yogyakarta: Idea Sejahtera, 2013), h. 26

110 Soepomo, Bab-Bab Tentang Hukum Adat, (Jakarta: Pradnya Paramita, 2007), h. 20.

111 Wawancara kepada Bapak Suwito selaku tokoh Adat Desa Raman Aji Kecamatan

Raman Utara, Tanggal 19 Agustus 2017

masing-masing sebagai hadiah atau warisan adalah di bawah penguasaan masing-masing sepanjang para pihak tidak menentukan lain.112

Di dalam Kompilasi Hukum Islam menyebutkan, jika harta waris adalah harta bawaan ditambah bagian harta bersama setelah digunakan untuk keperluan pewaris selama sakit sampai meninggalnya, biaya pengurusan jenazah, pembayaran hutang, dan pemeberian untuk kerabat.113

Hukum kewarisan adat juga menyebutkan jika yang termasuk kedalam harta waris merupakan harta peninggalan, harta bawaan, harta pemberian, harta pencarian, dan harta kebendaan.114

Kenyataan yang terjadi di desa Raman Aji adalah masyarakat yang menggunakan kewarisan adat dalam pembagian harta warisnya tidak membedakan harta bersama (gono-gini) dan harta bawaan (gawan). Sehingga harta yang akan dibagikan kepada seluruh ahli waris sebagai harta waris adalah seluruh harta yang ada dalam perkawinan, tanpa adanya pemisahan harta bersama dalam sebuah perkawinan. Harta tersebut berupa rumah beserta isinya, pekarangan, dan sawah yang dimiliki dalam keluarga tersebut.115 Masyarakat desa Raman Aji seluruhnya beragama Islam, namun sangat berpegang teguh pada adat istiadat yang berlaku secara turun temurun.

Sistem kekeluargaan yang sangat kental dengan kehidupan masyarakat adat sangat mempengaruhi terhadap penetapan ahli waris, dan banyaknya bagian

112 Hilman Hadikusuma, Pengantar Ilmu Hukum Adat Indonesia, (Bandung: Mandar

Maju, 2003), h. 197

113 Kompilasi Hukum Islam Tentang Hukum Waris Pasal 171

114 Hilman Hadikusuma, Pengantar Ilmu Hukum Adat Indonesia, , h. 198

115 Wawancara dengan Bapak Sadikin selaku tokoh Adat desa Raman Aji, Kecamatan

Raman Utara, Kabupaten Lampung Timur, Tanggal 19 Agustus 2017

harta yang akan diwariskan. Selain itu, masyarakat desa Raman Aji menggunakan kewarisan adat dalam pembagian harta waris bukan karena tidak menjalankan ajaran agama Islam, melainkan menganggap jika kewarisan adat sudah digunakan oleh nenek moyang sejak zaman dahulu, sehingga adat tersebut tidak dapat ditinggalkan begitu saja.116

Berdasarkan wawancara dengan Bapak Kiman selaku Tokoh masyarakat, bahwa Pembagian harta waris dengan menggunakan kewarisan Islam cukup baik, sebab proses pembagiannya hampir sama dengan proses pembagian waros secara adat. Namun masyarakat desa Raman Aji berangggapan jika pembagian waris secara adat Jawa lebih sesuai dengan kebiasaan masyarakat setempat yang sudah mereka pakai sejak zaman dahulu. Mengingat masyarakat desa Raman Aji memiliki suku Jawa, sehingga dalam proses pembagian harta waris tetap menggunakan kewarisan adat. Pembagian waris secara adat dinilai sudah sangat mendarah daging di kalangan masyarakat.117

Dalam pelaksanaan pembagian harta waris, sistem kekerabatan yang sebagian masyarakat desa Raman Aji gunakan adalah sistem kekerabatan patrilineal, dimana kedudukan pria lebih menonjol daripada kedudukan wanita dalam pewarisan.118 Meskipun demikian, dalam proses pembagiannya tetap dilakukan dengan musyawarah dan arahan dari orangtua yang masih

116 Wawancara kepada Bapak Sopingi selaku tokoh Agama Desa Raman Aji Kecamatan Raman Utara, Tanggal 19 Agustus 2017

117 Wawancara dengan Bapak Kiman selaku tokoh masyarakat desa Raman Aji, Kecamatan

Raman Utara, Kabupaten Lampung Timur, Tanggal 19 Agustus 2017

118 ZainudinAli, Pelaksanaan Hukum Waris Di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008),

h.23

Dokumen terkait