• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL & PEMBAHASAN

4.2 Pembahasan

Dari hasil observasi diatas yang dilakukan maka dilakukan penjelasan setiap stasiun pada pembahasan dibawah ini.

4.2.1 Stasiun 1

Pada stasiun 01 terdapat dua jenis sampel maket kristal yang diamati sehingga memiliki beragam bentuk maket kristal yang memiliki kristal nomor 03 dan 30 mempunyai sistem kristal isometrik dan heksagonal yang berbeda. Maket kristal

Isometrik a=b=c α=β=¥=90°

Tetragonal a=b≠c α=β=¥=90°

Tetragonal a=b≠c α=β=¥=90°

Ortorombik a=b≠c α=β=¥=90°

29 dengan nomor 3 berbentuk sistem kristal isometrik memiliki sumbuh a=b=c bersama sudut α=β=¥=90° dan mempunyai contoh mineral emas. Maket kristal dengan nomor 30 memiliki sistem kristal heksagonal dengan hubungan sumbu a=b=d≠c serta hubungan sudut α=β=120°,¥=90° dan mempunyai mineral apatit.

4.2.2 Stasiun 2

Pada stasiun 2 terdapat dua jenis sampel maket kristal yang diamati sehingga memiliki beragam bentuk maket kristal yang memiliki kristal nomor 04 dan 23 mempunyai sistem kristal tetragonal dan trigonal yang berbeda. Maket kristal dengan nomor 04 berbentuk sistem kristal tetragonal memiliki sumbuh a=b≠c bersama sudut α=β=¥=90° dan mempunyai contoh mineral rutil. Maket kristal dengan nomor 23 memiliki sistem kristal trigonal dengan hubungan sumbu a=b=d≠c serta hubungan sudut α=β=¥=120° dan mempunyai mineral cinabar.

4.2.3 Stasiun 3

Pada stasiun 3 terdapat dua jenis sampel maket kristal yang diamati sehingga memiliki beragam bentuk maket kristal yang memiliki kristal nomor 02 dan 27 mempunyai sistem kristal isometrik dan monoklin yang berbeda. Maket kristal dengan nomor 02 berbentuk sistem kristal isometrik memiliki sumbuh a=b=d=c bersama sudut α=β=¥=90° dan mempunyai contoh mineral azurit. Maket kristal dengan nomor 27 memiliki sistem kristal monoklin dengan hubungan sumbu a≠b≠d≠c serta hubungan sudut α=β=¥=90°/¥≠90° dan mempunyai mineral cinabar.

4.2.4 Stasiun 4

Stasiun 4 memiliki dua sampel, sampel 21 memiliki sistem kristal heksagonal karena memiliki empat sumbu di mana panjang sumbu a, b, dan d sama, tetapi tidak sama dengan panjang sumbu c, dan sudut α dan β masing-masing 120° dan contoh mineralnya apatit, sedangkan sudut γ adalah 90°. Sedangkan pada sampel 32 memiliki sistem kristal tetragonal karena memiliki tiga sumbu di mana panjang sumbu a dan b

30 sama dan tidak sama dengan panjang sumbu c, dan sudut kristalografi α, β, dan γ masing-masing 90° dan contoh mineralnya rutil.

4.2.5 Stasiun 5

Stasiun 5 memiliki dua sampel dengan sistem kristal yang berbeda. Sampel 11 memiliki sistem kristal tetragonal karena memiliki tiga sumbu di mana panjang sumbu a dan b sama dan tidak sama dengan panjang sumbu c, dan sudut α, β, dan γ masing- masing 90° dan contoh mineralnya rutil. Sedangkan pada sampel 14 memiliki contoh mineral emas dan sistem kristal isometrik karena memiliki tiga sumbu di mana panjang sumbu a, b, dan c sama, dan sudut kristalografi α, β, dan γ masing-masing 90°.

4.2.6 Stasiun 6

Pada stasiun 6 terdapat dua jenis sampel maket kristal yang diamati sehingga memiliki beragam bentuk maket kristal yang memiliki kristal nomor 18 dan 24 mempunyai sistem kristal isometrik dan heksagonal yang berbeda. Maket kristal dengan nomor 3 berbentuk sistem kristal isometrik memiliki sumbuh a=b=c bersama sudut α=β=¥=90° dan mempunyai contoh mineral stibnit. Maket kristal dengan nomor 30 memiliki sistem kristal heksagonal dengan hubungan sumbu a=b=d≠c serta hubungan sudut α=β=120°,¥=90° dan mempunyai mineral apatit.

4.2.7 Stasiun 7

Pada stasiun 7, sampel 08 memiliki sistem kristal tetragonal yang terdiri dari 3 sumbu yaitu a, b, dan c dengan perbandingan a=b≠c dan sudutnya α=β=γ=90˚ serta contoh mineralnya rutil . Sedangkan pada sampel 29, memiliki sistem kristal ortorombik yang terdiri dari 3 sumbu yaitu a, b, dan c dengan perbandingan a=b≠c dan sudut kristalografi α=β=γ=90˚ dan memiliki contoh mineral stibnit.

4.2.8 Stasiun 8

Sampel 15 pada stasiun 8 memiliki sistem kristal tetragonal yang memiliki 3 sumbu dengan perbandingan a=b≠c dan sudut α=β=γ=90 dan memiliki contoh

31 mineral rutil˚. Sedangkan sampel 28 pada stasiun 8 memiliki sistem kristal triklin yang memiliki 3 sumbu dengan perbandingan yang berbeda-beda, yaitu a≠b≠c dan sudut kristalografi α≠β≠γ≠90˚dan memiliki contoh mineral albit.

4.2.9 Stasiun 9

Pada stasiun 9, sampel 25 memiliki sistem kristal triklin dengan 3 sumbu yaitu a, b, dan c yang memiliki perbandingan sumbu yang berbeda-beda yaitu a≠b≠c dan sudut kristalografi yang berbeda pula yaitu α≠β≠γ≠90° serta contoh mineral albit.

Sedangkan sampel 01 pada stasiun 9 memiliki contoh mineral emas dan sistem kristal isometrik yang memiliki 3 sumbu yaitu a, b, dan c dengan perbandingan yang sama, yaitu a=b=c dan sudut kristalografi α=β=γ=90°.

4.2.10 Stasiun 10

Sampel 07 pada stasiun 10 memiliki sistem kristal tetragonal dengan tiga sumbu yaitu a, b, dan c, di mana perbandingan a dan b sama sedangkan c berbeda, dan sudut kristalografi α=β=γ=90˚ dan contoh mineralnya rutil. Sedangkan pada sampel 16, sistem kristalnya adalah isometrik dengan tiga sumbu a, b, dan c yang memiliki perbandingan yang sama, yaitu a=b=c dan sudut kristalografi α=β=γ=90˚

serta contoh mineralnya emas.

4.2.11 Stasiun 11

Sampel 12 pada stasiun 11 memiliki contoh mineral apatit sistem kristal heksagonal dengan 4 sumbu a=b=d≠c dan sudut kristalografi α=β=90˚; γ=120˚.

Sedangkan sampel 09 pada stasiun 11 memiliki sistem kristal tetragonal dengan 3 sumbu yaitu a, b, dan c dengan perbandingan yang sama, yaitu a=b≠c dan sudut kristalografi α=β=γ=90˚ dan contoh mineralnya rutil.

4.2.12 Stasiun 12

Sampel 10 pada stasiun 12 memiliki contoh mineral rutil serta sistem kristal tetragonal karena memiliki tiga sumbu yaitu a, b, dan c dengan perbandingan a=b≠c

32 dan sudut α=β=¥=90°. Sementara sampel 13 pada stasiun yang sama memiliki sistem kristal isometrik karena memiliki tiga sumbu yang sama panjang, yaitu a=b=c, dan sudut α=β=¥=90° dan contoh mineralnya emas.

4.2.13 Stasiun 13

Di stasiun 13, sampel 05 memiliki sistem kristal heksagonal dengan empat sumbu di mana a=b=d≠c dan sudut α=β=120°, dan sudut ¥=90° dan memiliki contoh mineral albit. Sedangkan, sampel 26 memiliki sistem kristal triklin dengan 3 sumbu yaitu a, b, dan c, di mana a≠b≠c dan sudut α≠β≠¥≠90° dan contoh mineralnya apatit.

4.2.14 Stasiun 14

Sampel 19 di stasiun 14 memiliki sistem kristal tetragonal dengan 3 sumbu yaitu a, b, dan c, dimana a=b≠c dan α=β=¥=90° dan contoh mineralnya emas.

Sementara itu, sampel 22 di stasiun 14 memiliki contoh mineral emas dan sistem kristal isometrik dengan 3 sumbu yaitu a, b, dan c, dimana a=b=c dan α=β=¥=90°.

4.2.15 Stasiun 15

Di stasiun 15, sampel 20 memiliki sistem kristal isometrik dengan tiga sumbu di mana a=b=c dan sudut α=β=90°, dan memiliki contoh mineral emas. Sedangkan, sampel 31 memiliki sistem kristal tetragonal dengan 3 sumbu yaitu a, b, dan c dengan perbandingan a=b≠c dan sudutnya α=β=γ=90˚ serta contoh mineralnya rutil.

4.2.16 Stasiun 16

Sampel 06 pada stasiun 16 memiliki contoh mineral rutil serta sistem kristal tetragonal dengan 3 sumbu yaitu a, b, dan c. Sumbu a dan b memiliki perbandingan yang sama dengan nilai yang berbeda dengan sumbu c. Sudut antara sumbu a, b, dan c adalah 90°. Sementara itu, sampel 17 memiliki contoh mineral stibnit sistem kristal ortorombik dengan 3 sumbu yaitu a, b, dan c. Sumbu a dan b memiliki perbandingan yang sama dengan nilai yang berbeda dengan sumbu c. Sudut antara sumbu a, b, dan c adalah 90°.

33

BAB V

Dokumen terkait