BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.2 Pembahasan
35
isolat bakteri salah satunya Staphylococcus aureus dengan hasil uji sensitivitas terhadap antibiotik Vancomycin dan Linezolid. Kondisi DM akan menurunkan sistem imun dengan menghambat aktivitas leukosit dalam melakukan fagositosis.
Hal ini akan memperlambat waktu pemulihan luka operasi.48 Pasien dengan kondisi komorbid memiliki prevalensi tinggi terkena infeksi seperti sepsis atau bakteremia contohnya akibat Staphylococcus aureus sehingga dibutuhkan terapi empiris untuk mencegah terjadinya sepsis.32
Hasil distribusi frekuensi usia, didapatkan 15 orang berusia ≤20 tahun, 14 orang berusia 21-40 tahun, 16 orang berusia 41-60 tahun, dan 11 orang lainnya berusia ≥ 61 tahun. Pada suatu penelitian di tahun 2023 di Iran, prevalensi usia yang berisiko terkena infeksi kulit pasca operasi berada dalam rentang 18-65 tahun. Pada hasil penelitian ini laki-laki lebih berisiko mengalami infeksi pasca operasi sejalan dengan penelitian di tahun 2018.2 Namun, penelitian yang dilakukan Dias Aghdassi, S.J.S., Schröder, C. & Gastmeier, P menyatakan bahwa jenis kelamin tidak memengaruhi terjadinya infeksi luka operasi secara signifikan. Perihal ini dapat ditinjau lebih lanjut dengan pemeriksaan bakteri dan komorbid dari kedua jenis kelamin.49
Hubungan antara prevalensi Staphylococcus aureus dengan jenis kelamin menunjukkan hasil signifikan. Sampel infeksi luka operasi berjenis kelamin laki- laki lebih banyak yang terinfeksi Staphylococcus aureus dibandingkan perempuan.
Hormon wanita diketahui memengaruhi respons imun sehingga meningkatkan respons neutrofil yang lebih cepat. Secara umum, perempuan cenderung memiliki respons imun lebih kuat terhadap antigen asing daripada laki-laki.50 Kulit laki-laki dan perempuan memiliki jenis susunan kolagen yang berbeda terutama pada bekas luka. Kulit perempuan ditandai dengan penumpukan kolagen III yang tidak terdapat pada laki-laki yang membuat penyembuhan luka operasi cenderung lebih cepat.
Ketebalan kulit perempuan dipengaruhi oleh kadar estrogen. Kulit bekas luka pada perempuan juga memiliki protein FOXN1 yang tinggi. Kandungan protein ini berkontribusi dalam penyembuhan luka melalui epitelialisasi jaringan mesenkim.51
37
Pada uji bivariat One-Way ANOVA didapati hasil prevalensi Staphylococcus aureus yang memiliki hubungan terhadap lama rawatan kasus infeksi luka operasi.
Lama rawat inap pasca bedah lebih dari 3 hari memungkinkan risiko terjadi infeksi.
Pasien yang di rawat di rumah sakit lebih lama cenderung meningkatkan risiko terpaparnya kontaminasi bakteri pada bekas luka. Hal ini sejalan dengan penelitian faktor yang memengaruhi lama hari rawat pasien apendiktomi di RSUP Sanglah Denpasar 2022.7 Satu penelitian yang dilakukan oleh Mujagic E, Marti WR, Coslovsky M, et al. juga menyatakan bahwa antara lama rawatan pasca bedah lebih berpengaruh terhadap infeksi luka operasi daripada pre-operatif. Proses dari luka infeksi melibatkan beberapa faktor seperti kondisi imun pasien dan benda asing.52
Uji sensitivitas antibiotik yang dilakukan pada Staphylococcus aureus mendapatkan hasil beberapa antibiotik yaitu, Amoxicillin, Ceftriaxone, Erithromycin, Linezolid, Nitrofurantoin, Tetracycline, Penicillin, Gentamycin, dan Vancomycin. Pada penelitian sebelumnya, Vancomycin digunakan sebagai terapi lini utama pada suspek MRSA. Hal ini didukung juga dengan laporan pada beberapa studi bahwa Vancomycin, Linezolid, dan Nitrofurantoin masih sensitive digunakan terhadap infeksi Staphylococcus aureus.10
Jenis antibiotik yang memiliki resistensi tinggi terhadap Staphylococcus aureus adalah Erithromycin, Penicillin, dan Amoxicillin. Staphylococcus aureus yang resisten terhadap Penicillin termasuk golongan MRSA. Hasil ini sejalan dengan A.
Shakir, D. Abate, F. Tebeje et al. dengan hasil resistensi Staphylococcus aureus terhadap Penicillin mencapai 100%.17 Strain MRSA pertama kali dijumpai di tahun 1940 dan terus berkembang sampai dekade ini. Staphylococcus aureus menjadi resisten terhadap antibiotik melalui berbagai mekanisme, yaitu mengakuisisi gen mecA yang bertanggung jawab memberikan resistensi terhadap beberapa antibiotik.
Selain itu, Staphylococcus aureus dapat memperoleh gen resistensi dari bakteri lain melalui transfer gen horizontal sehingga terjadi penyebaran resistensi.14
Pada penelitian ini tidak ditemukan hubungan signifikan antara infeksi Staphylococcus aureus dengan usia pasien infeksi luka operasi. Pada studi yang dilakukan oleh McClelland et al. di tahun 2019, dijumpai risiko pasien dengan infeksi Staphylocococcus aureus berada dalam rentang usia 65 tahun atau lebih.8 Perawatan pasien di daerah rumah sakit dengan prevalensi HA-MRSA yang tinggi dianggap sebagai faktor risiko infeksi Staphylococcus aureus. Gambaran infeksi luka operasi dapat dilihat dari munculnya eritem, pus, dan rasa nyeri pada bekas luka operasi.17
Pada penelitian ini, perawatan pasca-operasi terhadap prevalensi Staphylococcus aureus memiliki hubungan signifikan dengan nilai p value = 0,003.
Terdapat 19 sampel dengan lama rawatan kurang dari 3 hari tetapi tidak terinfeksi Staphylococcus aureus, sedangkan yang terinfeksi Staphylococcus aureus terkonfirmasi 2 sampel ≤ 3 hari dan 17 sampel > 3 hari. Hal ini sejalan dengan penelitian Edin M, et al. bahwa ada hubungan bermakna antara lama rawat pasca operasi dengan infeksi luka operasi.52 Berdasarkan uji One-Way ANOVA, dijumpai banyak pasien dengan usia 41-60 tahun dan ≥ 61 tahun dengan lama rawatan > 3 hari dengan diagnosis infeksi kulit pasca operasi. Hasil p value = 0,028 menunjukkan adanya hubungan bermakna antara kedua variabel tersebut. Perihal ini sejalan dengan penelitian di tahun 2017 oleh Rahmayati E, at al yang menunjukkan pasien dengan usia di atas 40 tahun memungkinkan lebih rentan mengalami infeksi sehingga memperpanjang lama rawatan. Namun, dalam penelitian ini tidak didapati hubungan bermakna antara diagnosis infeksi luka operasi dengan lama rawat inap pasien pasca operasi.53
Sebelum melakukan uji multivariat, variabel akan dipilih melalui hasil uji One- Way ANOVA dengan p<0,25. Selanjutnya, dilakukan uji multivariat dengan infeksi Staphylococcus aureus sebagai variabel dependen kemudian usia, jenis kelamin, lama rawatan pasca operasi, dan penyakit komorbid sebagai kovariat. Hasil dari regresi logistik menunjukkan nilai sig. 0,004 pada variabel jenis kelamin dengan OR terbesar 10,391 sehingga didapatkan kesimpulan bahwa jenis kelamin berpengaruh signifikan terhadap infeksi luka operasi akibat Staphylococcus aureus.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari penelitian yang dilakukan untuk mengetahui kajian kejadian infeksi kulit pasca operasi oleh Staphylococcus aureus dan gambaran reaksi antibiotika, didapatkan kesimpulan di bawah ini:
1. Jumlah populasi sampel penelitian infeksi kulit pasca operasi didominasi oleh laki-laki dengan jumlah 30 sampel sebesar 53,6%.
2. Kelompok umur yang banyak mengalami infeksi kulit pasca operasi adalah dalam rentang 41-60 tahun dengan penyakit komorbid paling banyak DM.
3. Prevalensi Staphylococcus aureus ditemukan pada 19 sampel.
4. Hasil uji sensitivitas antibiotik pada Staphylococcus aureus dijumpai resistensi 100% terhadap Penicillin, dan sensitivitas 100% terhadap Vancomycin.
5. Terdapat hubungan signifikan antara kelompok usia dengan komorbid dan kelompok usia dengan lama rawatan pasca operasi
6. Pada hasil uji multivariat, jenis kelamin menjadi variabel paling berpengaruh terhadap prevalensi Staphylococcus aureus dari kasus infeksi kulit pasca-operasi.
5.2 Saran
1. Untuk menghindari infeksi kulit pasca-operasi maka dalam tindakan prosedur harus sesuai SOP seperti memakai alat pelindung dan menjaga kesterilan instrumen bedah yang digunakan
2. Hasil gambaran pola resistensi dari antibiotik yang digunakan menunjukkan perlunya pemeriksaan rutin agar pemberian antibiotik sesuai dengan etiologi infeksi.
DAFTAR PUSTAKA
1. WHO | Global Guidelines on the Prevention of Surgical Site Infection.
http://www.who.int/gpsc/ssi-prevention- guidelines/en/#.WB6CWivkT70.mendeley
2. Syaiful RA, Mazni Y, Prasetyo ML, Lalisang TJM. Surgical site infection after digestive surgery in a single tertiary hospital in indonesia: Six years of data. Med J Indones. 2020;29(3):310-315. doi:10.13181/mji.oa.192698 3. Alkaaki A, Al-Radi OO, Khoja A, et al.. Surgical site infection following
abdominal surgery: A prospective cohort study. Can J Surg. 2019;62(2):111- 117. doi:10.1503/cjs.004818
4. Padang MD. Pola Kuman dan Antibiotika Profilaksis pada Infeksi Luka
Operasi di RSUP Dr . 2022;3(4):277-282.
doi:https://doi.org/10.25077/jikesi.v3i4.609
5. Ashoobi MT, Fathalipour N, Farzin M, Samidoust P. Incidence rate and risk factors of surgical wound infection in general surgery patients : A cross- sectional study. 2023;(February):2640-2648. doi:10.1111/iwj.14137
6. Ali A, Gebretsadik D. Incidence of surgical site infection , bacterial isolate , and their antimicrobial susceptibility pattern among patients who underwent surgery at Dessie Comprehensive Specialized Hospital , Northeast Ethiopia.
Published online 2023. doi:10.1177/20503121231172345
7. Katrin Imelda Selan J, Hadi Kartiko B, Marlita Martana D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Lama Hari Rawat Pasien Apendiktomi di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Kota Denpasar. J Kesehatan, Sains, dan Teknol.
2023;02(01):29-40.
https://jurnal.undhirabali.ac.id/index.php/jakasakti/index
8. Thorlacius-Ussing L, Sandholdt H, Larsen AR, Petersen A, Benfield T. Age- dependent increase in incidence of staphylococcus aureus bacteremia, Denmark, 2008–2015. Emerg Infect Dis. 2019;25(5):875-882.
doi:10.3201/eid2505.181733
9. Garoy EY, Gebreab YB, Achila OO, et al.. Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus (MRSA): Prevalence and Antimicrobial Sensitivity Pattern among Patients - A Multicenter Study in Asmara, Eritrea. Can J Infect Dis Med Microbiol. 2019;2019. doi:10.1155/2019/8321834
10. Syahniar R, Rayhana, Kharisma DS, Khatami M, Duarsa DBB. Methicillin- resistant staphylococcus aureus among clinical isolates in Indonesia: A systematic review. Biomed Pharmacol J. 2020;13(4):1871-1878.
doi:10.13005/BPJ/2062
11. Sapkota J, Sharma M, Jha B, Bhatt CP. Prevalence of staphylococcus aureus isolated from clinical samples in a tertiary care hospital: A descriptive cross-
41
sectional study. J Nepal Med Assoc. 2019;57(220):406-410.
doi:10.31729/jnma.4673
12. Budiman HM. Prevalensi Kolonisasi Bakteri Methicilin-Resistant Staphylococcus aureus Di Ruang Intensive Care Unit Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Moeloek Bandar Lampung. Univ Lampung. 2019;9:9.
13. Chairani F, Puspitasari I, Asdie RH. Insidensi dan Faktor Risiko Infeksi Luka Operasi pada Bedah Obstetri dan Ginekologi di Rumah Sakit. J Manaj DAN PELAYANAN Farm (Journal Manag Pharm Pract. 2019;9(4):274.
doi:10.22146/jmpf.48024
14. Lakhundi S, Zhang K. Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus:
Molecular Characterization, Evolution, and Epidemiology. Clin Microbiol Rev. 2018;31(4):1-103. doi:10.1128/CMR.00020-18
15. Silvira P, Bestari R. Perbandingan Efektivitas Penggunaan Jenis Antibiotik Profilaksis Pada Pasien Sectio Caesarea Di Rsu Sylvani Kota Binjai Tahun 2020. J Kedokt STM (Sains dan Teknol Med. 2022;5(1):1-6.
doi:10.30743/stm.v5i1.143
16. Erdani F, Novika R, Ika Fitri Ramadhana. Evaluasi Penggunaan Antibiotik Profilaksis terhadap Kejadian Infeksi Luka Operasi pada Operasi Bersih dan Bersih Terkontaminasi di RSUD dr. Zainoel Abidin. J Med Sci.
2021;2(1):21-27. doi:10.55572/jms.v2i1.37
17. Shakir A, Abate D, Tebeje F, Weledegebreal F. Magnitude of surgical site infections, bacterial etiologies, associated factors and antimicrobial susceptibility patterns of isolates among post-operative patients in harari region public hospitals, harar, eastern Ethiopia. Infect Drug Resist.
2021;14(July):4629-4639. doi:10.2147/IDR.S329721
18. Kolasiński W. Surgical site infections- review of current knowledge, methods of prevention. Polish J Surg. 2018;90(5):1-7.
doi:10.5604/01.3001.0012.7253
19. Belo L, Serrano I, Cunha E, Oliveira M, Carreira LM. Surgical blades as bacteria dissemination vehicles in dogs undergoing surgery – a pilot study.
Biomed Eng Int. 2020;2(1):025-029. doi:10.33263/biomed21.025029 20. Alverdy JC, Hyman N, Gilbert J. Re-examining causes of surgical site
infections following elective surgery in the era of asepsis. Lancet Infect Dis.
2020;20(3):e38-e43. doi:10.1016/S1473-3099(19)30756-X
21. Chua RAHW, Lim SK, Chee CF, et al.. Surgical site infection and development of antimicrobial sutures: A review. Eur Rev Med Pharmacol Sci. 2022;26(3):828-845. doi:10.26355/eurrev_202202_27991
22. Ansari S, Hassan M, Barry HD, et al.. Risk Factors Associated with Surgical Site Infections: A Retrospective Report from a Developing Country. Cureus.
2019;11(6). doi:10.7759/cureus.4801
23. Mooy DZ, Suwedagatha IG, Golden N. Faktor-faktor risiko yang berperan terhadap terjadinya infeksi luka operasi pada pasien post appendectomy di RSUP Sanglah Denpasar. Intisari Sains Medis. 2020;11(2):439-444.
doi:10.15562/ism.v11i2.714
24. Foschi D, Yakushkina A, Cammarata F, et al.. Surgical site infections caused by multi-drug resistant organisms: a case–control study in general surgery.
Updates Surg. 2022;74(5):1763-1771. doi:10.1007/s13304-022-01243-3 25. Alsaeed OM, Bukhari AA, Alshehri AA, Alsumairi FA, Alnami AM,
Elsheikh HA. The Use of Antibiotics for the Prevention of Surgical Site Infections in Two Government Hospitals in Taif, Saudi Arabia: A Retrospective Study. Cureus. 2022;14(7). doi:10.7759/cureus.26731
26. Bragazzi NL, Sellami M, Salem I, et al.. Fasting and its impact on skin anatomy, physiology, and physiopathology: A comprehensive review of the literature. Nutrients. 2019;11(2). doi:10.3390/nu11020249
27. Lavers I. Exploring skin anatomy, function and site-specific treatment
options. J Aesthetic Nurs. 2017;6(4):172-180.
doi:10.12968/joan.2017.6.4.172
28. Masayuki Yagi, Yoshikazu Yonei. Glycative stress and anti-aging:7.
Glycative stress and skin aging. Glycative Stress Res. 2018;1(7):1-5.
29. Rostkowska E, Poleszak E, Wojciechowska K, Dos Santos Szewczyk K.
Dermatological Management of Aged Skin. Cosmetics. 2023;10(2).
doi:10.3390/cosmetics10020055
30. Rasheed NA, Hussein NR. Staphylococcus aureus: An Overview of Discovery, Characteristics, Epidemiology, Virulence Factors and Antimicrobial Sensitivity Short Title: Methicillin Resistant Staphylococcus aureus: An overview. Eur J Mol Clin Med. 2021;08(03):2021.
31. Kamel FH, Jarjes SF. Essentials of Bacteriology and Immunology.
2018;15(January):200.
32. Guo Y, Song G, Sun M, Wang J, Wang Y. Prevalence and Therapies of Antibiotic-Resistance in Staphylococcus aureus. Front Cell Infect Microbiol.
2020;10(March):1-11. doi:10.3389/fcimb.2020.00107
33. Cheung GYC, Bae JS, Otto M. Pathogenicity and virulence of Staphylococcus aureus. Virulence. 2021;12(1):547-569.
doi:10.1080/21505594.2021.1878688
34. Idrees M, Sawant S, Karodia N, Rahman A. Staphylococcus aureus biofilm:
Morphology, genetics, pathogenesis and treatment strategies. Int J Environ Res Public Health. 2021;18(14). doi:10.3390/ijerph18147602
35. Oliveira D, Borges A, Simões M. Staphylococcus aureus toxins and their molecular activity in infectious diseases. Toxins (Basel). 2018;10(6).
43
doi:10.3390/toxins10060252
36. Ahmad-Mansour N, Loubet P, Pouget C, et al.. Staphylococcus aureus toxins: An update on their pathogenic properties and potential treatments.
Toxins (Basel). 2021;13(10):1-22. doi:10.3390/toxins13100677
37. Turner, Nicholas A., Batu K. Sharma-Kuinkel, Stacey A. Maskarinec, Emily M. Eichenberger, Pratik P. Shah, Manuela Carugati, Thomas L. Holland VGFJ. Nat Rev Microbiol. Nat Rev Microbiol. 2019;17(4):203–218.
doi:10.1038/s41579-018-0147-4.Methicillin-resistant
38. Craft KM, Nguyen JM, Berg LJ, Townsend SD. Methicillin-resistant:
Staphylococcus aureus (MRSA): Antibiotic-resistance and the biofilm
phenotype. Medchemcomm. 2019;10(8):1231-1241.
doi:10.1039/c9md00044e
39. Susanti MA, Mahardhika GS, Rujito L, Darmawan AB, Anjarwati DU. The Examination of mecA gene in Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) and inappropriate antibiotic uses of healthcare workers and communities in Banyumas. J Kedokt dan Kesehat Indones. 2020;11(3):257- 265. doi:10.20885/jkki.vol11.iss3.art7
40. Sebbane F, Lemaître N. Antibiotic therapy of plague: A review.
Biomolecules. 2021;11(5):1-24. doi:10.3390/biom11050724
41. Alm RA, Lahiri SD. Narrow-Spectrum Antibacterial Agents — Benefits Challenges. Published online 2020:1-8.
42. Akbari Aghababa A. Mechanisms of Antibiotic Resistance in Bacteria: A Review. 2021;6(21):17. doi:10.22034/Pmj.2021.244729
43. Katzung BG. Basic & Clinical Pharmacology. 14th ed. LANGE; 2018.
44. Salimiyan Rizi K, Ghazvini K, Noghondar M kouhi. Adaptive Antibiotic Resistance: Overview and Perspectives. J Infect Dis Ther. 2018;06(03):9-11.
doi:10.4172/2332-0877.1000363
45. Fitriana YAN, Fatimah VAN, Fitri AS. Aktivitas Anti Bakteri Daun Sirih:
Uji Ekstrak KHM (Kadar Hambat Minimum) dan KBM (Kadar Bakterisidal Minimum). Sainteks. 2020;16(2):101-108. doi:10.30595/st.v16i2.7126 46. Nassar MSM, Hazzah WA, Bakr WMK. Evaluation of antibiotic
susceptibility test results: How guilty a laboratory could be? J Egypt Public Health Assoc. 2019;94(1):1-5. doi:10.1186/s42506-018-0006-1
47. Sastroasmoro S. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. 4th ed. Sagung Seto; 2011.
48. Salim SE, Sukrama IDM, Fatmawati NND, Hendrayana MA. Pola bakteri pada pasien kaki diabetik dan resistensinya terhadap antibiotik di rumah sakit umum pusat sanglah periode 1 januari 2017 – 28 februari 2018. J Med Udayana. 2020;9(10):98-104. https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum%0A
49. Aghdassi SJS, Schröder C, Gastmeier P. Gender-related risk factors for surgical site infections. Results from 10 years of surveyllance in Germany.
Antimicrob Resist Infect Control. 2019;8(1):1-8. doi:10.1186/s13756-019- 0547-x
50. Dias SP, Brouwer MC, Van De Beek D. Sex and Gender Differences in Bacterial Infections. Infect Immun. 2022;90(10):1-19.
doi:10.1128/iai.00283-22
51. Gawronska-Kozak B, Kopcewicz M, Machcinska-Zielinska S, et al.. Gender Differences in Post-Operative Human Skin. Biomedicines. 2023;11(10):1- 14. doi:10.3390/biomedicines11102653
52. Mujagic E, Marti WR, Coslovsky M, et al.. Associations of Hospital Length of Stay with Surgical Site Infections. World J Surg. 2018;42(12):3888-3896.
doi:10.1007/s00268-018-4733-4
53. Rahmayati E, Asbana Z Al, Aprina A. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Lama Perawatan Pasien Pasca Operasi di Ruang Rawat Inap Bedah Rumah Sakit. J Ilm Keperawatan Sai Betik. 2018;13(2):195.
doi:10.26630/jkep.v13i2.929
45
LAMPIRAN Lampiran 1: Permohonan Survey Penelitian
Lampiran 2: Surat Selesai Survey Pendahuluan dari Rekam Medik
47
Lampiran 3: Surat Selesai Survey Pendahuluan dari Bag. Penelitian
Lampiran 4: Ethical Clearance
49
Lampiran 5: Surat Permohonan Izin Penelitian
Lampiran 6: Surat Selesai Mengambil Data Penelitian
51
Lampiran 7: Surat Selesai Penelitian dari Rekam Medik
Lampiran 8: Surat Selesai Penelitian dari Bag. Penelitian
53
Lampiran 9: Lembar Pengesahan setelah Seminar Proposal
Lampiran 10: Lembar Persetujuan Pembimbing Seminar Hasil
56
Lampiran 12: Hasil SPSS
Pola Bakteri ILO
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Staphylococcus aureus 19 33.9 33.9 33.9
Staphylococcus haemolyticus
9 16.1 16.1 50.0
Escherichia coli 12 21.4 21.4 71.4
Pseudomonas aeruginosa 5 8.9 8.9 80.4
Staphylococcus epidermidis
3 5.4 5.4 85.7
Acitenobacter baumanii 4 7.1 7.1 92.9
Klebsiella pneumoniae 4 7.1 7.1 100.0
Total 56 100.0 100.0
Lama Rawatan Pasca Op
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid ≤3 hari 21 37.5 37.5 37.5
>3 hari 35 62.5 62.5 100.0
Total 56 100.0 100.0
Jenis Kelamin Pasien
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Laki-laki 30 53.6 53.6 53.6
Perempuan 26 46.4 46.4 100.0
Total 56 100.0 100.0
KelompokUmur
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid ≤20 tahun 15 26.8 26.8 26.8
21-40 tahun 14 25.0 25.0 51.8
41-60 tahun 16 28.6 28.6 80.4
≥61 tahun 11 19.6 19.6 100.0
Total 56 100.0 100.0
Lama Rawatan Pasca Op
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid ≤3 hari 21 37.5 37.5 37.5
>3 hari 35 62.5 62.5 100.0
Total 56 100.0 100.0
Penyakit Komorbid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Hipertensi 8 14.3 14.3 14.3
DM 20 35.7 35.7 50.0
Kanker 2 3.6 3.6 53.6
Anemia 3 5.4 5.4 58.9
Jantung 1 1.8 1.8 60.7
Ginjal 2 3.6 3.6 64.3
Obesitas 10 17.9 17.9 82.1
TB 7 12.5 12.5 94.6
PPOK 1 1.8 1.8 96.4
Stroke 2 3.6 3.6 100.0
Total 56 100.0 100.0
58
Bakteri S. aureus
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Ya 19 33.9 33.9 33.9
Tidak 37 66.1 66.1 100.0
Total 56 100.0 100.0
Bakteri S. aureus * Jenis Kelamin Pasien
ANOVA
Bakteri S. aureus
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 2.433 1 2.433 12.982 .001
Within Groups 10.121 54 .187
Total 12.554 55
ANOVA
Bakteri S. aureus
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 2.001 1 2.001 10.241 .002
Within Groups 10.552 54 .195
Total 12.554 55
Bakteri S. aureus * KelompokUmur
ANOVA
Bakteri S. aureus
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 1.075 3 .358 1.623 .195
Within Groups 11.479 52 .221
Total 12.554 55
Penyakit Komorbid * Bakteri S. aureus
ANOVA
Bakteri S. aureus
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 2.600 9 .289 1.335 .246
Within Groups 9.954 46 .216
Total 12.554 55
Hubungan Kelompok Usia dan Komorbid
ANOVA
KelompokUmur
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 38.848 9 4.316 7.435 .000
Within Groups 26.706 46 .581
Total 65.554 55
Hubungan Kelompok Usia dan Lama Rawatan Pasca Operasi
ANOVA
KelompokUmur
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 5.668 1 5.668 5.111 .028
Within Groups 59.886 54 1.109
Total 65.554 55
60
Uji Multivariat
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
95% C.I.for EXP(B) Lower Upper
Step 1a KelompokUmur -.266 .351 .574 1 .449 .766 .385 1.526
Jenis Kelamin Pasien 2.341 .814 8.276 1 .004 10.391 2.109 51.199 Lama Rawatan Pasca
Op
-2.184 .888 6.044 1 .014 .113 .020 .642
Penyakit Komorbid -.123 .127 .935 1 .334 .884 .690 1.134
Constant 2.415 1.970 1.503 1 .220 11.194
a. Variable(s) entered on step 1: KelompokUmur, Jenis Kelamin Pasien, Lama Rawatan Pasca Op, Penyakit Komorbid.
Uji antibiotik Staphylococcus aureus
62
Uji antibiotik Escherichia coli
Uji antibiotik Staphylococcus haemolyticus
64
Uji antibiotik Acinetobacter baumannii
Uji antibiotik Pseudomonas aeruginosa
66
Uji antibiotik Staphylococcus epidermidis
Uji antibiotik Klebsiella pneumoniae