• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembahasan Hasil Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

D. Pembahasan Hasil Penelitian

Menurut catatan sejarah, Kantor Pengadilan Negeri Enrekang berdasarkan pada tahun 1967 keluarlah surat keputusan mengenai pembentukan pengadilan Negeri Enrekang dan daerah hukumnya adalah meliputi daerah tingkat II Enrekang. Adapun fungsi pengadilan yaitu, Badan peradilan sebagai pelaksana Kekuasaan Kehakiman yang bertugas menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila. Namun seperti yang kita ketahui kekerasan dalam rumah tangga masih saja terjadi. Dari tahun

ketahun pada tahun pengadilan negeri enrekang hanya berapa kasus saja yaitu tahun 2017 hanya 3 kasus dari hasil wawancara hakim.

Adapun Tahap-tahap Persidangan di Pengadilan Negeri Enrekang a. Pembacaan surat dakwaan

b. Ekspeksi atau kebenaran apa bila tidak ada ekspeksi maka di lanjutkan denga pemeriksaan alat bukti dan barang bukti

c. Pemeriksaan terdakwa

d. Pemeriksaan saksi A.D.E Charge (saksi meringankan jika ada e. Tuntutan

f. Pembelaan ( play doi jika ada)

g. Tanggapan penuntut umum terhadap pembelaan (jika ada)

h. Putusan (jika penuntut umum dan terdakwa menerima putusan dan terdakwa menerima putusan dakwa langsung di ekskusi oleh jaksa penuntut umum ( berkekuatan hukum tetap)(bht).

i. Jika tidak menerima putusan dapat diajukan banding atau berfikir- fikir selama 7 hari untuk menyatakan sikap.

Dasar pertimbanga dari seorang hakim dalam memutuskan putusan pidana penjara untuk pelaku tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga berdasar 2 fakror yaitu yuridis dan non yuridis. Selain itu juga bahwa memang hakim memiliki kewenangan untuk mengurangi atau menambahkan lama hukuman sesuai dengan peraturan yang ada yang mana terkait hal tersebut keputusan hakim tidak dapat diubah dan di pengaruhi oleh kepentingan dari pihak manapun.

Dengan adanya UU PKDRT dan terebosan-terobosan hukumnya, diharapkan adanya penurunan angka KDRT dan menjawab rasa keadilan bagi korban. Namun, pelaksanaan undang-undang ini tidaklah midah karena terobosan hukum yang terdapat dalam peraturan ini memerlukan sosialisasi ke aparat penegak hukum selaku pelaksanan undang-undang dan juga kepada aparat pemerintah, masyarakat serta pihak-pihak penyedia layanan. Sehingga mereka menjadi lebih sentitif terhadap KDRT, memahami konteks terjadinya KDRT, dan mempunyai empati yang besar terhadap korban KDRT. Penangan kasus tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga berbeda dengan kasus-kasus tindak pidana yang dikenal dalam KUHP, sekalipun UU 23/2004 mengacu pada hukum pidana yang berlaku.

Proses penangan kasus tindak kekerasaan dalam rumah tangga pada prinsipnya mengikuti sistem pengadilan pidana sebagaimana diatur dalam UU No.

8 Tahun 1981 tentang KUHAP mulai dari proses penyelidikan, penuntutan, peradilan, dan pemasyarakatan. Dasar hakim dalam menjatuhkan putusan pidana penjara terhadap tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga, berdasarkan Undang-undang yang memang secara khusus mengatur tentang kekerasan dalam rumah tangga, yaitu dalam peraturan perundang-undangan No. 23 tahun 2004 tentang penghapusan kekerasan dalam rumah tangga juga telah dituliskan secara lengkap terkait tentang peraturan yang mengatur baik untuk pelaku, korban dan juga saksi.

Hal-hal yang mempengaruhi terjadinya kekerasan dalam rumah tangga ini juga di pengaruhi beberapa faktor yaitu faktor komunikasi yang tidak baik,karakter seseorang, ekonomi dan juga pergaulan.

1. Komunikasi

Komunikasi yang tidak baik terjalin dengan baik dapat menimbulkan perpecahan dalam rumah tangga,ada baiknya dalam rumah tangga segalasuatu masalah yang timbul dalam rumah tangga dibicarakan dengan tenang.

2. Faktor karakter/watak seseorang

Orang tua serta lingkungan sekitar sangat berperang penting dalam membangun karekter seseorang,ketika kita hidup dalam lingkungan yang keras,terbiasadengan kekerasan akan menciptakan pribadi yang buruk. Hal ini jugamenjadi karena pengaruh dari dalam diri atau watak pada diri seseorang yang tidak dapat mengontrol emosi mereka mengatasi masalah.

3. Faktor ekonomi

Dilihat dari aspek ekonomi,kekerasan dalam rumah tangga bisa disebabkan karena:

a. Kemiskinan,

b. Pendapan istri lebih besar dari pada suami, jikapendapatan istri lebih basar dari pada suami, dapat terjadi keemburuan antara suami dan istri.sehingga suami merasa disepelehkan dan dilakukan kekerasan.

Ini juga dipengaruhi oleh psikologi suami.

c. Istri selalu tergantung pada suami dalam hal ekonomi, istri yang selalu bergantung akan membuat suami akan semena-mena terhadap istrinya, karena dia merasa istrinya tidal bisa berbuat apa-apa tanpa dia, sehingga suami bisa berbuat kekerasan pada istrinya.

d. Ekonomi istri dan suami yang mapan membuat mereka mempunyai laki/wanita idaman lain.

e. Suami pengangguran dan tidak mau bekerja, suamihanya menunggu hasil kerja dari istri dan merelakan istri merelakan istrinya di eksplotasi demi uang.

4. Faktor pergaulan

Pergaulan yang tidak dibatasi, mencampur adukkan hal pribadidan yang bukan dapat mempengaruhi tingkah sifat seseorang,melalui pergaulan dan kebiasaan lingkungan sekitarnya.

Ada juga penyebab lain yang menimbulkan kekerasandalam rumah tangga, yaitu:

1. Perempuan dan laki-laki yang menikah dalam usia relatif muda. Mereka masih belum bisa mengandalikan emosinya dengan baik, sehingga ketika terjadi pertengkaran biasanya tidak segan-sengan suami main pukul.

2. Pemahamn yang keliru terhadap ajaran agama mengenai cara mendidik istri, kepatuhan istri terhadap suami, penghormatan posisi suami sebagi kepala keluarga, sehingga muncul persepsi bahwa suami boleh menguasai istri dan berakibat suami semena-mena pada istri.

3. Pelaku pernah mengalami kekerasan pada masa kicilnya. Hal ini lebih sering dan sering melihat ataupun mengalami kekerasan dalam keluarga yangdilakukan oleh ayahnya sehingga anak tersebut menirukebiasaan ayahnya.

4. Ketidak mampuan mencari solusi masah yang terjadi dalam rumah tangganya.

Komnas perempuan indonesia mengungkapkan terdapat 259.150 kasus kekerasan atas perempuan sepanjang tahun 2016 yang di himpun dari data di pengadilan agama dan ditanggani lembaga mitra pengadaan layanan di indonesia.Dan dari seluruh kasus itu, maka kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) merupakan yang tertinggi mencapai lebih dari 245.548 kasus atau sekitar 94%. Ketua subkomisi pemantau komnas perempuan, indraswari, mengatakan kekerasan terhadap perempuan di dalam rumah tangga terjadi karena masih adanya ketimpangan gender, dengan laki-laki dianggap lebih berkuasa dari perempuan.

87

Dokumen terkait