• Tidak ada hasil yang ditemukan

KNF merupakan karsinoma sel skuamosa nonlimfomatosa yang terjadi pada sel epitelial di nasofaring. KNF memiliki karakteristik yang khas baik secara histologi, epidemiologi dan biologi. Hal ini yang akan menentukan gejala klinis dan pendekatan terapinya2. Angka kejadian KNF di wilayah Cina selatan, tepatnya di propinsi Guangdong memiliki prevalensi tertinggi di dunia sekitar 20 hingga 40 kasus per 100.000 penduduk. Data terbaru juga mendapatkan adanya prevalensi yang tinggi untuk KNF ini yaitu pada suku Bidayuh di Serawak, Malaysia sekitar 23,1/100.000 penduduk. Ho melaporkan bahwa KNF menempati urutan ke tiga keganasan pada pada laki-laki dengan insiden 50 kasus per 100.000 di propinsi Guangdong, Cina selatan.2,8

17

KNF merupakan penyakit yang komplek yang disebabkan oleh adanya interaksi antara infeksi kronis dengan onkogenik gamma herpesvirus EBV dan faktor lingkungan serta genetik termasuk proses karsinogenik multistep. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis yang cermat, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Anamnesis berkaitan dengan keluhan utama pasien dan gejala klinis yang menyertai yang merupakan tanda khas pada pasien KNF. Pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan endoskopi fiber optik untuk melihat adanya massa tumor di fossa

Rosenmuller atau peninggian di atap nasofaring. Pemeriksaan penunjang radiologis berupa computed tomography (CT) dan magnetic resonance imaging (MRI) dapat digunakan untuk melihat adanya pertumbuhan tumor yang bersifat lokal dan perluasan intrakranial. MRI lebih sensitif daripada CT untuk mendeteksi tumor primer dan adanya metastasis ke kelenjar getah bening dan perineural sehingga menjadi pilihan dalam mengevaluasi penyebaran lokoregional.8

Selain itu, dilakukan pula pemeriksaan biopsi yang merupakan gold standard untuk menegakkan diagnosis KNF. Untuk penentuan stadium KNF digunakan

American Joint Committee on Cancer (AJCC) 2010/TNM edisi 7. Klasifikasi histopatologi pada KNF menurut WHO ada tiga bentuk yaitu tipe I karsinoma sel skuamosa, berkeratin dengan diferensiasi sedang-baik, terdapat jembatan intersel, tipe II karsinoma tidak berkeratin, ditemukan sel matur hingga anaplastik dengan keratin minimal, tipe III sel tidak berdiferensiasi (termasuk limfoepitelioma, anaplastik, clear cell, dan varian sel spindel).5,18

Untuk penatalaksanaan KNF dapat dilakukan dengan radioterapi, kemoterapi dan operasi. Radioterapi merupakan terapi utama untuk KNF oleh karena sangat radiosensitif.

KNF stadium I-II dapat diterapi dengan menggunakan radioterapi saja, sedangkan stadium III-IV dapat diberikan kemoterapi dan radioterapi. Penatalaksanaan KNF dengan IMRT dinilai lebih baik dibandingkan dengan teknik 2D-RT. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sheng Fa Su,dkk yang dikutip oleh Hamida menunjukkan bahwa IMRT memberikan angka kesintasan hidup selama 5 tahun yang cukup baik pada pasien KNF stadium dini yaitu desease-spesific

18

survival 97,3%, local recurrence-free survival 97,7% dan distant metstasis-free survival 97,8%.5

Kemoterapi diberikan pada pasien KNF stadium III-IV dan biasanya dikombinasikan dengan radioterapi. Kemoterapi dapat diberikan melalui beberapa cara yaitu neoadjuvant, adjuvant dan concomitant kemoterapi. Pada stadium III-IV walaupun pencapaian kontrol lokoregional tinggi, tapi risiko metastasis jauh masih sangat tinggi sekitar 25% pada 5 tahun pertama. Pemberian neoadjuvant kemoterapi cisplatin dan 5 FU didapatkan hasil pengecilan volume tumor > 50% dari 70% pasien. Kemoradiasi yang diikuti adjuvant kemotrapi dapat digunakan cisplatin + radioterapi diikuti cisplatin/5-FU atau karboplatin/5-FU. Pasien KNF dengan ukuran tumor yang sangat besar dapat diberikan pula concomitnant chemotherapy dengan cisplatin tiap minggu (40 mg/m2) selama radioterapi dan dosis radioterapi yang diberikan > 64,5 Gy. Suatu studi membandingkan antara konkomitan kemoterapi dengan radioterapi saja pada pasien KNF stadium lokoregional lanjut diperoleh angka kesintasan hidup 5 tahun untuk yang mendapat terapi radiasi saja sebesar 58,6% dan untuk yang mendapat konkomitan kemoterapi sebesar 70,3%.5,11,12

Selain kemoterapi dan radiasi, operasi juga merupakan pilihan terapi pada pasien dengan KNF. Pilihan operasi pada KNF jarang dilakukan, hal ini disebabkan oleh karena lokasinya yang rumit disertai letaknya yang sangat berdekatan dengan organ penting sekitarnya, hampir tidak memungkinkan untuk tepi sayatan bebas tumor.12

Prognosis KNF telah menjadi salah satu fokus penelitian yang sangat penting.

Stadium klinis, keterlibatan kelenjar limfatik regional dan tatalaksana serta adanya metastasis jauh merupakan faktor penting dalam penentuan prognosis yang berkaitan dengan angka harapan hidup secara keseluruhan. Pada beberapa studi menggambarkan bahwa faktor yang terkait dengan karakteristik pasien seperti usia, jenis kelamin dan ras merupakan faktor yang signifikan dapat mempengaruhi prognosis pasien dengan kanker dan sangat berkaitan dengan stadium klinis dan histologi. Dalam perkembangannya yang berhubungan dengan rekurensi atau tumor primer baru dengan angka harapan hidup 5 tahun, beberapa peneliti menunjukkan

19

bahwa pasien KNF usia muda (< 40) tahun memiliki angka harapan hidup yang lebih baik secara statistik dibandingkan usia pertengahan (41-64) tahun dan usia tua (> 65) tahun yaitu 66% vs 52% vs 37%.7,10,13

Penelitian yang dilakukan untuk menggambarkan jenis kelamin dapat mempengaruhi prognosis KNF telah banyak dilakukan. Penelitian yang dilakukan di University of Oslo di Norwegia pada pasien dengan HNSCC menunjukkan angka harapan hidup yang lebih baik pada pasien berjenis kelamin perempuan. Secara keseluruhan angka harapan hidup sekitar 52,8% dan secara statistik signifikan dalam hubungannya dengan jenis kelamin. Data di Indonesia menujukkan bahwa orang dari suku jawa memiliki prevalensi lebih besar yang mendapatkan terapi KNF dibandingkan suku lainnya yaitu 32% diikuti dengan suku sunda (19,2%), Cina (10,6%), batak (9,5%), betawi (7,6%), lampung (2,9%), dan minangkabau (2,4%). Walaupun hal ini diduga adanya suatu keterkaitan dengan kontrol genetik akan tetapi insiden yang terjadi diantara suku di Indonesia tidak menunjukkan perbedaan.2,7,11

Kebiasaan mengkonsumsi alkohol dan merokok merupakan etiologi dan sekaligus mempengaruhi faktor prognosis pasien KNF. Konsumsi alkohol dan merokok dapat menurunkan keefektifan terapi dan meningkatkan risiko terjadinya pertumbuhan tumor yang semakin besar dan secara tidak langsung mempengaruhi angka harapan hidup pasien. Menghentikan kebiasaan ini dapat meningkatkan prognosis pasien. Pasien yang mengalami penurunan 10% dari berat badannya dan memiliki kadar albumin < 3,2 mg/dl atau total limfosit 1500 sel/ml termasuk dalam kondisi malnutrisi dan sangat memungkinkan untuk mendapat suatu suplemen atau vitamin.7

Penurunan kadar Hb pada pasien kanker telah dilaporkan dapat menjadi faktor prognosis yang penting dalam penatalaksanaan radioterapi. Kadar Hb yang rendah dapat menyebabkan terjadinya hipoksia tumor dan meningkatkan sel yang hipoksik sehingga berpengaruh terhadap resistansi radioterapi dan prognosis yang buruk. Penurunan kadar Hb dikaitkan dengan terapi konkomitan kemoradioterapi oleh karena toksisitas mielosupresif dan mukositis pada traktus digestivus bagian atas yang berkaitan dengan kurangnya nutrisi selama terapi.15

20

Selain faktor-faktor tersebut di atas, masih terdapat beberapa faktor lain yang mempengaruhi prognosis pada pasien KNF yaitu volume tumor primer, stadium klinis, histopatologi, biomarker tumor. Tumor dengan volume tumor primer >15 cm3 memiliki kontrol lokal yang lebih buruk akan tetapi angka harapan hidup 5 tahun tidak didapatkan perbedaan yang bermakna. Berdasarkan stadium klinis, semakin besar kategori T dan N maka semakin rendah tingkat kontrol lokal dan regional. Menurut penelitian oleh Guo Li,dkk dilakukan analisis hubungan antara peningkatan kadar LDH dan ALP terhadap prognosis KNF. Peningkatan LDH didapatkan pada 44 kasus (8,3%) dengan angka harapan hidup dan bebas metastasis jauh yang lebih buruk daripada kasus dengan kadar LDH normal. Peningkatan ALP pada 41 kasus (7,7%) memiliki angka harapan hidup dan bebas dari kekambuhan lokal yang lebih buruk daripada kadar ALP normal.9

Dokumen terkait