• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

F. Kajian Teori

3. Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)

Secara etimologis, Pemberdayaan adalah terjemahan dari kata empowerment, yang berasal dari kata empower yang mengandung dua pengertian: (i) to give power to (memberi kekuasaan, mengalihkan

19Hamdani, "Mengenal Usaha Mikro Kecil Dan Menengah" (UMKM) Lebih Dekat (Jawa Timur: Uwais Inspirasi Indonesia, 2020).hlm.1-3

20Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2008 tentang, Usaha Mikro Kecil Dan Menengah (Jakarta: CV. Eko Java, 2008).

kekuatan atau mendelegasikan otoritas pada pihak lain). (ii) to give ability to, enable (usaha untuk memberi kemampuan).

Sumodiningrat (1996), mengemukakan “Ada dua pengertian pemberdayaan yang saling terkait, masyarakat yang belum berkembang sebagai pihak yang harus dibedayakan, dan pihak yang menaruh kepedulian sebagai pihak yang memberdayakan. “Pembangunan yang berorientasi pada pemberdayaan memberikan kesempatan kepada setiap anggota masyarakat untuk ikut serta dalam proses pembengunan dengan mendapatkan kesempatan yang sama dan menikmati hasil pembangunan tersebut sesuai kemampuannya”.21

Salah satu undang-undang yang merupakan landasan pemberdayaan UMKM adalah Undang-Undang Nomor 9 Thaun 1995 tentang usaha kecil.

Usaha kecil yang dimaksud dalam undang-undang itu mencakup usaha mikro dan usaha kecil. Undang-undang tersebut kecudian diganti dengan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang diundangkan pada 4 Juli 2008. Peraturan itu menyatakan secara tegas adanya jenis usaha yang di golongkan pada usaha mikro, kecil, dan menengah.

Dalam undang-undang itu dijelaskan bahwa pemberdayaan UMKM bertujuan untuk:

a. Mewujudkan struktur perekonomian nasional yang seimbang, berkembang, dan berkeadilan.

21Sumo Diningrat, "Pemberdayaan Masyarakat Dan Jaring Pengaman Social" (Jakarta:

PT. Gramedia Pustaka Utama, 1996).hlm.120

b. Menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan UMKM menjadi usaha yang tangguh dan mandiri.

c. Meningkatkan peran UMKM dalam pembangunan daerah penciptaan lapangan kerja, pemerataan pendapatan, pertumbuhan ekonomi, dan pengentas rakyat dari kemiskinan.

Dalam rangka mencapai tujuan pemberdayaan UMKM tersebut, pemerintah pusat dan pemerintah daerah harus berperan:

a. Menumbukan iklim usaha yang kondusif bagi UMKM dengan menetapkan peraturan perundang-undangan dan kebijakan tentang:

pendanaan, sarana dan prasarana, informasi, kemitraan, perizinan, kesempatan berusaha, promosi dan dukungan kelembagaan.

b. Memfasilitasi pengembangan UMKM bersama-sama dunia usaha dan masyarakat dalam bidang: produksi dan pengolahan, pemasaran, sumber daya manusia, desain dan teknologi.

c. Menyediakan pembiayaan dan pinjaman bagi usaha mikro kecil dan kecil (UMKM) bersama-sama dunia usaha dan masyarakat berupa:

kredit perbankan, pinjaman lembaga keuangan bukan bank, modal ventura, pinjaman dari penyisihan bagi hasil laba tahunan BUMN, hibah dan jenis pembiayaan lainnyayang tidak mengikat UMKM.

d. Melakukan sanksi pidana dan administratif kepada usahaa menengah (UM) dan Usaha Besar (UB) yang merugikan pemberdayaan UMKM.22

4. Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) Memberdayakan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM).

Di Indonesia, salah satu program yang dinilai efektif dalam memutus mata rantai kemiskinan adalah dengan optimalisasi peran lembaga keuangan mikro syariah termasuk BMT. Alasan utama mengapa lembaga keuangan mikro dinilai efektif karena konsentrasi mereka adalah pemberdayaan usaha yang sebagian besar dikelola oleh masyarakat kurang mampu. Dengan membantu meningkatkan pendapatan masyarakat kecil, lembaga keuangan mikro telah berkontribusi besar dalam pemenuhan kebutuhan dasar seperti kesehatan dan pendidikan, serta akses terhadap sumber daya ekonomi.

Tidak ada data spesifik mengenai background masyarakat miskin di Indonesia berdasarkan latar belakang agama. Namun demikian, Amalia mengatakan berdasarkan observasi bahwa sebagian besar masyarakat miskin di Indonesia adalah muslim. Oleh karena itu, lembaga keuangan mikro berbasis syariah seperti BMT sangat dinanti-nanti kehadirannya dalam menyelesaikan masalah ummat. Hal ini mengikat fokus BMT adalah untuk pemberdayaan usaha mikro yang dikelola oleh masyarakat muslim.

Selain itu, BMT adalah media yang tepat untuk menciptakan

22Herman Malano, "SELAMATKAN PASAR TRADISIONAL: Potret Ekonomi Rakyat Kecil" (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2011).hlm.171-172

multiplier effect pada komunitas masyarakat local dan menjadi pusat penghimpunan dan penyaluran zakat, infak, sedekah yang independen.Dengan demikian, maka dapat dikatakan bahwa BMT adalah system lembaga keuangan mikro yang ideal untuk mengurangi kemiskinan karena nilai-nilai yang disusung berbasis ajaran agama sesuai dengan tradisi dan budaya local.23

G. METODOLOGI PENELITAN 1. Pendekatan Penelitian,

Pendekatan yang di gunakan dalam penelitan ini pendekatan deskriptif kualitatif.Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang dilakukan pada kondisi alami (natural setting), disebut juga juga metode etnographi, karena pada awalnya metode ini lebih banyak digunakan untuk penelitian antropologi budaya.Pendekatan ini dipilih penulis agar memperoleh keterangan yang lebih luas dan mendalam mengenai hal-hal yang menjadi pokok pembahasan.24, Adapun dalam penelitian ini, peneliti berusaha menjawab tentang “Peran BMT Al-Ikhwan Amanah Sejahtera Terhadap Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil Menengah di Suralaga Kec. Suralaga Kab. Lombok Timur.”.

2. Lokasi Penelitian,

Lokasi penelitian merupakan tempat dilakukannya penelitian. Lokasi penelitian dapat memberikan keterangan nyata dan relevan dari hasil

23Shochrul Rohmatul Ajija dan Ahmad Hudaifah, "KOPERASI BMT: Teori, Konsep Dan Inovasi" (Jawa Tengah: CV. Inti Media Komunika, 2020).hlm.10-11

24Sugiono, "Metode Penelitian Kualitatif Dan R&D", (Bandung: CV Alvabeta, 2019).hlm.18

penelitian.Penelti menentukan lokasi atas dasar berbagai pertimbangan.

Diantaranya adalah adanya case (kasus) pada lokasi yang diteliti, Penelitian berlokasi di Desa Suralaga Kec. Suralaga Kab. Lombok Timur.Objek penelitian adalah BMT Al-Ikhwan Amanah Sejahteraberalamat di Suralaga Kecamatan Suralaga Kabupaten Lombok Timur. Telp. 081805792666 3. Sumber Data

Yang di maksud sumber data dalam penelitian tersebut adalah subyek data atau informasi yang menjadi bahan baku penelitian di olah, sebagaimana di ungkapkan dalam penelitian ini adalah:25

a. Data Primer

Data primer adalah informasi yang diperoleh dari sumber- sumber primer, yakni informasi dari tangan pertama atau narasumber.

Data primer yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh secara langsung melalui wawancara pihak-pihak BMT Al-Ikhwan Amanah Sejahtera, yang melipiuti manager pembiayaan BMT Al-Ikhwan Amanah Sejahtera, buku pedoman BMT Al-Ikhwan Amanah Sejahtera, pegawai BMT Al-Ikhwan Amanah Sejahtera, atau yang berhubungan langsung dengan objek yang diteliti dari BMT Al- Ikhwan Amanah Sejahtera.

25Eko Sugiarto, "Menyusun Proposal Penelitian Kualitatif : Skripsi Dan Tesis"

(Yogyakarta: CV Solusi Distribusi, 2015).hlm.87

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah informasi yang diperoleh dari tindakan secara langsung dari narasumber, tetapi dari pihak ketiga.

Yang termasuk data sekunder yaitu: buku-buku, undang- undang, ensiklopidia dan data pendukung lainnya yang diperoleh dari penelitian di BMT Al-Ikhwan Amanah Sejahtera.

4. Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan tata cara atau langkah-langkah peneliti untuk mendapatkan data-data penelitian, pengumpulan informasi atau fakta-fakta di lapangan. Berbagai cara pengumpulan data untuk penelitian kualitatif terus berkembang, namun demikian pada dasarnya ada tiga cara yang mendasar untuk mengumpulkan informasi:26

a. Wawancara

Wawancara yaitu pertemuan yang langsung direncanakan antara pewawancara dan yang diwawancarai untuk memberikan/menerima informasi tertentu. Menurut Burhan wawancara adalah kegiatan percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh kedua belah pihak yaitu pewawancara dan yang diwawancarai.

Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian ini yaitu wawancara yang tidak terstruktur, dimana peneliti tidak menyusun pertanyaan terlebih dahulu namun mebiarkan wawancara mengalir

26Burhan Bungin, Metode Kualitatif, (Jakarta: Kencana, 2009). hlm.15-16

sesuai dengan kebutuhan tanpa arahan pedoman dan pertanyaan yang di susun sebelumnya.

Dimana dalam peneliatan ini yang diwawancarai adalah Pak Muh. Kholid Khair selaku bagian pendanaan di BMT Al-Ikhwan Amanah Sejahterakaryawan maupun orang yang akan dijadikan objek penelitian pada BMT Al-Ikhwan Amanah Sejahtera.

b. Metode Observasi

Observasi adalah suatu kegiatan mendapatkan informasi yang diperlukan untuk menyajikan gambaran riil suatu peristiwa, untuk membantu mengerti perilaku manusia, dan untuk melakukan pengukuran terhadap aspek tertentu serta melakukan umpan balik terhadap pengukuran tersebut.

Dimana dalam penelitian ini observasi yang digunakan oleh peneliti yaitu observasi non partisipan, dimana observer/peneliti tidak ikut langsung dalam kegiatan orang yang akan di observasi akan tetapi observer/peneliti hanya bertindak sebagai penoton saja tanpa harus ikut terjun langsung ke lapangan.

Data observasi yang di temukan dalam penelitian ini yaitu berupa profil dari BMT Al-Ikhwan Amanah Sejahterastruktur organisasi, letak geografis, visi-misi BMT Al-Ikhwan Amanah Sejahtera, keadaan fisik BMT Ai-Ikhwan Amanah Sejahtera.

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlaku.

Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambaran, atau karya-karya monumental dari seseorang.Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life histories), cerita, biografi, peraturan, kebijakan.

Dimana dalam penelitian ini, data-data dokumentasi berupa bukti foto-foto terkait dengan kegiatan apa saja yang dilakukan BMT Al- Ikhwan Amanah Sejahterapemberdayaan UMKM dalam pembiayaan Murabahah di Suralaga.

5. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses penting untuk menginterpretasi pengumpulan data menjadi data yang bermakna untuk menjawab pertanyaan penelitian. Schutt berpendapat bahwa dalam hal mendeskripsikan data tekstual, analisis kualitatif cenderung bersifat induktif, dimana peneliti diminta untuk mengidentifikasi langkah-langkah dalam mengelaborasi data. Setelah pengumpulan data, Miles, Huberman, dan Saldana menyarankan tiga kegiatan dalam analisis data yaitu:

a. Reduksi Data (Data Reduction)

Pengurangan data mengacu pada proses memilih, memfokuskan, menyederhanakan, mengabstaksikan, dan mengubah data yang muncul dalam catatan lapangan atau transkripsi tertulis. Pengurangan data adalah suatu proses dimana data mentah diproses

menjadi informasi yang berarti. Ini melibatkan penulisan ringkasan, pengkodean, pencarian tema, membuat kluster, membuat partisi dan menulis memo.27

b. Penyajian Data (Data Display)

Penyajian data merupakan salah satu dari teknik analisis data kualitatif, Penyajian data adalah kegiatan ketika sekumpulan informasi disusun, sehingga memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan. Bentuk penyajian data dalam penelitian kualitatif di lakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antarkategori, dan sejenisnya. Menurut Miles dan Huberman, yang paling sering digunakan untuk penyajian data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.

c. Penarikan Kesimpulan (Verificarion)

Langkah ketiga dalam analisis data dalam penelitian kualitatif menurut Miles dan Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang di kemukakan masih bersifat sementara, dan akan mengalami perubahan apabila tidak di temukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya.

Tetapi apabila kesimpulan yang ditemukan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat penelitian

27Jogiyanto Hartono, "Metode Pengumpulan Dan Teknik Analisis Data" (Yogyakarta:

CV. Andi Offset, 2018).hlm.72

kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.28

Agar lebih memehami teknik analisis data yang dilakukan maka peneliti membuat table sebagai berikut:

Dalam tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dalam penelitian yang dilakukan di BMT Al-Ikhwan Amanah Sejahtera menggunakan teknik wawancara bebas dengan dengan menanyakan apasaja kepada responden, namun harus diperhatikan bahwa pertanyaan itu berkaitan dengan data-data yang ingin diteliti. Observasi untuk mendapatkan data-data secara sistemati terhadap gejala-gejala yang tampak pada objek penelitian, Dokumentasi diperlukan untu mendapatkan foto agar dapat memberikan informasi deskriptif serta buti nyata terkait dengan apa yang terjadi saat ini.

H. Sistematika Pembahasan.

Bab I : Pendahuluan, Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat, ruang lingkup dan setting penelitian,

28M. Askari Zakaria dan Vivi Afriani, "Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Action Research and Development (R and D)" (Sulawesi: Yayasan Pondok Psantren Al-awaddah Warrahmah, 2020).hlm.56-57

Wawancara

Observasi BMT Al-

IKHWAN

Dokumentasi

telaah pustaka, kerangka teori, metode penelitian dan sistematika pembahasan.

Bab II : Paparan Data dan Temuan, Bab ini menjelaskan gambaran umum beserta data perusahaan yang menjadi studi pengamatan, meliputi sejarah berdirinya BMT Al-Ikhwan Amanah Sejahtera, Profil BMT Al-Ikhwan Amanah Sejahtera, Dasar pendirian BMT Al-Ikhwan Amanah Sejahtera, Struktur Organisasi BMT Al-Ikhwan Amanah Sejahtera, peran BMT Al-Ikhwan Amanah Sejahtera terhadap peberdayaan usaha mikro kecil menengah dalam pembiayaan Murabahah serta Hambatan dan Tantangan Lembaga Keuangan Mikro Syariah (BMT Al-Ikhwan Amanah Sejahtera) terhadap Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil Menengah dalam Pembiayaan Murabahah.

Bab III : Pembahasan, Bab ini berisi tentang analisis mengenai Peranan BMT Al-Ikhwan Amanah Sejahtera terhadap Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil Menengah, meliputi pola pembiayaan yang di lakukan BMT Al-Ikhwan Amanah Sejahtera derhadap pemberdayaan usaha mikro kecil menegah, dan Hambatan dan Tantangan yang dihadapi BMT Al-Ikhwan Amanah Sejahtera terhadap Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil Menengah.

Bab IV : Penutup, Pada akhir bab ini peneliti menguraikan tentang kesimpulan yang di peroleh dari penelitian yang di lakukan serta saran dari peneliti terhadap peran BMT Al-Ikhwan Amanah

Sejahteraterhadap pemberdayaan usaha mikro kecil menengah, serta hambatan dantangan yang di hadapi pemberdayaan usaha mikrokecilmenengah.

BAB II

PAPARAN DAN TEMUAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian BMT Al-Ikhwan Amanah Sejahtera Desa Suralaga Kecamatan Suralaga Kabupaten Lombok Timur

1. Sejarah Singkat Berdirinya Koperasi Syariah.

Pada awalanya lembaga keuangan syariah ini secara resmi disahkan oleh Pemerintah Lombok Timur pada tanggal 1 April 2015 dengan nama BMT Al-Ikhwan, dengan mendapat nomor Badan Hukum:

23/BH/DKP.08.9/XII/2015. Namun dengan berkembangnya waktu lembaga ini mendapatkan SK baru dari Pemerintah Kabupaten Lombok Timur.Dimana yang awalnya lembaga ini bernama BMT Al-Ikhwan, berubah menjadi Koperasi Syariah Al-Ikhwan Amanah Sejahtera dengan nomor Badan Hukum Akte Notaris No. 28 tanggal 24 Oktober 2015/PIUBK No.01/40/PINBUKNTB.

Dengan demikian, Koperasi Syariah BMT Al-Ikhwan Amanah Sejahterasudah mendapatkan izin secara legal dari Pemerintah Lombok Timur.Koperasi Syariah Al-Ikhwan ini berlokasi di Jalan Jurusan Suralaga – Lenek Pesiraman Kepah Desa Suralaga Kecamatan Suralaga Kabupaten Lombok Timur.Koperasi syariah adalah lembaga keuangan yang operasionalnya berdasarkan prinsip-prinsip syariah atau yang dikenal dalam sebutan lembaga keuangan tanpa bunga atau

32

menggunakan prinsip bagihasil.29

2. Visi dan Misi Koperasi Syariah (KS) Al-Ikhwan AmanahSejahtera a. Visi KoperasiSyariah

1) Sejahtera bersama Syariah dan Ukhuwah Islamiyah.

2) Memahami, menerapkan dan menjadikan syariah sebagai perinsip dasaryang mendorong kesuksesan bisnis.

3) Hadir di tengah masyarakat Indonesia untuk memehami dan memenuhi berbagai kebutuhan produkdan layanan finansial yang beragam.

b. Misi (KS) Al-Ikhwan Amanah Sejahtera

1) manajemen SDM anggota di bidang ekonomiMenyelenggarakan latihan ekonomi syariah.

2) Menumbuhkan usaha dan sentra usaha baru.

3) Memberdayakan potensi perekonomian.

4) Meningkatkan Manajemen dan SDM anggota di bidang ekonomi.

5) Menggerakkan sahibul maal yang bersyarikah dengan mudharib 6) Mewujudkan sistem dan akad jual beli berbasis syariah.

7) Mengelola, zakat, infak dan, sadaqah serta memberikan santunan kepada mustahik.

8) Meningkatkan kesejahteraan anggota c. Tujuan

1) Mensejahterakan anggota masyarakat pada umumnnya.

29Holidi (Ketua Pengawas BMT Al-Ikhwan Suralaga), Dokumentasi, Suralaga, 3 November 2021

2) Memberikan layanan social kepada anggota dan kepala masyarakat dhua’fa yang membutuhkan bantuan.

3) Memeberikan pelayanan berupa pengelolaan baik pengumpulan dana ataupun penyaluran dana dengan menggunakan prinsip- prinsip islami.

4) Membantu perekonomian masyarakat dalam bentuk simpan pinjam dengan berbasissyariah.

5) Mengembangkan usaha kecil dan menengah, moderen dan adaptif, sehingga mampu menambah/menyediakan lapangan kerjabaru.30 d. Kelebihan Koperasi Syariah Al-Ikhwan Amanah Sejahtera Suralaga

Antara Lain:

1) Setorannya ringan.

2) Penyetoran ada beberapa pilihan tergantung kemampuan nasabah.

3) Untuk bagi hasil berbasiskan syariah.

4) Pelayanan yang di berikan baik dan pegawainnya ramah.

5) Persyaratan yang cepat dan mudah tidak mempersuloit nasabah

30Holidi (Ketua Pengawas BMT Al-Ikhwan Suralaga), Dokumentasi, Suralaga, 3 November 2021

31 Holidi (Dewan Pengawas BMT), Dokumentasi, Suralaga, 3 November 2021

Gambar 2.1

Struktur Organisasi pada BMT Al-Ikhwan Amanah Sejahtrea Suralaga31

32Profil Koperasi Syariah Al-Ikhwan Amanah Sejahtera, Dokumentasi, 3 November 2021.

Tabel 2.1

Nama Karyawan Pengelola BMT Istoiqomah

No Nama Jabatan

1. Saharuddin, SH Manajer

2. M. Holidi, SH., M.Kn Wakil Manajer 3. Munawar Faridani, S.Kom Teler

4. Zul Karnaen, S.Pd Marketing 5. Fiddiatun Hasanah, S.EI Marketing 6. Sri Wahyuni, S.Pd Marketing

7. Hendriadi Marketing

8. Suarti Fitria Ningsih Marketing

9. Sapwan, S.Pdi Koordinator Unit Usaha

Sumber data: Data Skunder BMT Al-Ikhwan Amanah Sejahtera Suralaga

3. Produk-produk BMT Al-Ikhwan Amanah Sejahtera Suralaga Kabuapaten LombokTimur32

a. Simpanan

Simpanan adalah dana yang dipercayakan oleh anggota kepada koperasi-koperasi lain dan atau anggotanya koperasi bentuk simpanan biasa dan simpanan berjangka. Produk simpanan KS Al- Ikhwan amanah Sejahtera meliputi:

1) Tabungan Umum, yaitu simpanan masyarakat umum baik petani, pegawai, nelayan dan lain-lain yang dapat ditarik setiap saat sesuai dengan akad/permohonan mendapatkan bagi hasil (mudharabah).

Setoran awal minimal Rp 5000 selanjutnya minimal 1000 dan saldo minimal Rp5000.

2) Tabungan Pelajar (siswa), yaitu simpanan wadi’ah bagipelajar.

Penarikan dapat dilakukan ketika siswa menerima pembagian rapot.Tabungan dapat menerima bonus sesuai kemampuan koperasi Syariah.

3) Tabungan Qurban, yaitu simpanan wadi’ah bagi masyarakat yang akan melaksanakan ibadah Qurban. Penarikan dapat dilakukan pada saat akan melakukan ibadah Qurban (Iedul Adha). Setoran awal minimum Rp 5000 setoran selanjutnya2500.

4) Tabungan Santunan, yaitu simpanan wadi’ah bagi masyarakat yang akan melaksanakan santunan yaitu yatim piatu, janda tua,jompo, fakir, miskin, muallaf dan lain-lain. Penarikan dapat dilakukan pada saat melaksanakan jadwal pemberian santunan (puasa atau menjelang idul fitri). Setoran awal minimum Rp 5000 setoran selanjutnya mminimal Rp 2500.

5) Tabungan Aqiqah dan Walimah, yaitu simpanan bagi masyarakat yang akan melaksanakan aqiqah dan walimah yang bersifat wadi’ah. Penarikan dilakukan pada saat akan melaksanakan aqiqah dan walimah dengan keterangan atau permohonan (minimal 1 minggu sebelumpesta).

6) Investasi Usaha, yaitu tabungan untuk syirkah usaha. Penarikan dan pembagian keuntungan sesuai dengan akadsyirkah.

7) Impian Pokok-pokok (SPA), yaitu simpanan pokok anggota yang mempunyai hak atas sisa hasil usaha Koperasi Syariah pada tiap

akhir tahun buku. Jumlah simpanan adalah Rp 50.000, simpanan tidak bisa ditarik kecuali akan keluar dari keanggotaan Koperasi Syariah minimal 1 tahun danamengendap.

b. Pembiayaan33

Pembiayaan adalah penyediaan uang dan tagihan berdasarkan persetujuan atas kesepakatan pinjaman-pinjaman diantara Koperasi Syariah dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya beserta bagi hasil setelah jangka waktu tertentu.

Adapun jenis produk pembiayaan Koperasi Syariah Al-Ikhwan Amanah Sejahtera sebagaiberikut:

1) Pembiayaan mudharabah, yaitu Pembiayaan untuk modal awal usaha berdasarkan sistem bagi hasil sesuai kesepakatan, dan ang- suran dibayarcicilan.

2) Pembiayaan musyarakah, yaitu Pembiayaan untuk modal penyertaan usaha berdasarkan sistem bagi hasil sesuai dengan kesepakatan, dan angsuran dibayarcicilan.

3) Pembiayaan murabahah, yaitu Pembiayaan untuk pembelian ba- rang berdasarkan Mark Up jual beli dan pembayaran tunai pada saat jatuhtempo.

4) Pembiayaan bai bithaman ajil, yaitu pembiayaan untuk pembelian barang berdasarkan Mark Up jual beli dan pembayaran cicilan sesuaiakad.

33Profil Koperasi Syariah Al-Ikhwan Amanah Sejahtera, Dokumentasi,3 November 2021.

5) Pembiayaan bai’ussalam, yaitu pembiayaan berjangka waktu relatif pendek berdasarkan Mark Up jual beli dan pembayaran tunai pada saat jatuhtempo.

6) Pembiayaan qordul hasan, yaitu pembiayaan dimana anggota hanya diwajibkan membayar pokoknyasaja.

7) Al-Ijarah(sewa-beli).

Transaksi pembiayaan yang dilakukan antara Koperasi Syariah Al- Ikhwan sebagai pemilik atau yang membelikan barang untuk kebutuhan debitur sebagai penerima manfaat dengan hakuntuk memilih (opsi) selama masa tertentu. Kepemilikan barang adalah milik Koperasi Syariah selama debitur belum dapat melunasi pembiayaan yang telah disepakati. Apabila debitur dapat melunasi barang tersebut sesuai dengan masa yang sudah ditentukan, maka kepemilikan atas barang tersebut resmi milik debitur, namun apabila tidak dapat melunasi kewajiban yang telah ditentukan dan Koperasi Syariah telah memberikan tenggang waktu selama 3 bulan terhitung sejak tanggal jatuh tempo tidak dapat dilunasi, maka Koperasi Syariah berhak menarik barang tersebut tanpa ada biaya pengganti apapun karena statusnya menjadi hak sewa.

B. Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil Menengah(UMKM)

Baitul Maal Wa Tamwil dapat menjadi lembaga keuangan yang memiliki fungsi untuk melakukan pemberdayaan. Pemberdayaan biasa

dikenal dengan LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat), yang secara sederhana didefinisikan sebagai penguatan potensi manusia, baik individu maupun masyarakat, agar memperoleh inisiatif dan kendali lebih besar terhadap bidang kehidupan mereka sendiri. Dimana obyek pemberdayaan yang dilakukan BMT Al-Ikhwan dalam hal ini adalah UMKM.

Dari hasil wawancara dengan bapak Saharuddin selaku manajer di BMT Al-Ikhwan Amanah Sejahtera bahwa pada dasarnya pemberdayaan kepada UMKM tersebut merupakan salah satu faktor utama didirikannya BMT Al- Ikhwan, dimana untuk membantu masyarakat kecil khususnya para pelaku UMKMagar terhindar dari jeratan rentenir dengan cara mengurangi masyarakat dari praktik ekonomi non syariah, memberikan pembiayaan kepada masyarakat yang membutuhkan modal untuk usaha yang dijalankan, memberikan pembinaan dan pendampingan yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat terhadap wirausaha, sehingga dapat mampu memberikan kesejahteraan terhadap perekonomian masyarakatkecil.34

Pemeberdayaan yang dilakukan terhadap UMKM ini bertujuan untuk membantu individu-individu yang mengalami masalah perekonomian lemah. Kegiatan yang dilakukan ini diharapkan dapat memberikan peningkatan terhadap perekonomian masyarakat, memberikan tambahan lapangan pekerjaan dan mengurangi kesenjangan serta mengurangi tingkat kemiskinan yang terjadi

34Saharuddin (Manajer ), Wawancara, Suralaga,4November2021.

Dokumen terkait