• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian Terdahulu

Dalam dokumen FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM (Halaman 31-36)

BAB I PENDAHULUAN

F. Penelitian Terdahulu

Penelitian pertama dilakukan oleh Yandri Arviansyah pada tahun 2013 dengan judul “Pengaruh Struktur Modal, Kinerja Keuangan Perusahaan, Pertumbuhan Perusahaan, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan yang Terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII) Periode 2008-2011”. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh struktur modal, pertumbuhan perusahaan, kinerja keuangan perusahaan dan ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan pada perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII). Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII) periode 2008-2011.

Penentuan jumlah sampel menggunakan metode purposive sampling yaitu pemilihan sampel dengan kriteria tertentu, dan diperoleh jumlah sampel sebanyak 11 perusahaan. Metode pengumpulan data melalui studi kepustakaan dengan pengumpulan data sekunder. Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur modal dan kinerja keuangan perusahaan berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Sedangkan pertumbuhan perusahaan dan ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan.32 Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan saya lakukan adalah dari judul penelitian terdahulu “Pengaruh Struktur Modal, Kinerja Keuangan Perusahaan, Pertumbuhan Perusahaan, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan yang Terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII) Periode 2008-2011”, sedangkan saya “Pengaruh Struktur Modal dan

32 Yandri Arviansyah, Pengaruh Struktur modal, Kinerja Keuangan Perusahaan, Pertumbuhan Perusahaan, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan, (Skripsi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2013).

Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan yang Terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII) tahun 2013-2015”. Tahun penelitian terdahulu adalah periode 2008-2011, sedangkan saya dari tahun 2013-2015. Dan populasi penelitian terdahulu hanya pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di JII dengan sampel 11 perusahaan, sedangkan saya tidak hanya pada perusahaan manufaktur tetapi pada semua jenis perusahaan dengan sampel 18 perusahaan yang terdaftar di JII. Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan saya lakukan adalah pada penentuan jumlah sampel dengan metode purposive sampling yaitu pemilihan sampel dengan kriteria tertentu dan metode pengumpulan data melalui studi kepustakaan dengan pengumpulan data sekunder.

Penelitian kedua dilakukan oleh Dewa Kadek Oka Kusuma Jaya pada tahun 2011 dengan judul “Pengaruh Struktur Modal dan Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Profitabilitas dan Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh struktur modal dan pertumbuhan perusahaan terhadap profitabilitas dan nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Populasi penelitian ini adalah industri manufaktur yang tercatat pada Bursa Efek Indonesia pada tahun penelitian 2006-2009. Metode penentuan sampel dengan metode purposive sampling, dengan beberapa kriteria yang telah ditentukan maka jumlah sampel adalah sebanyak 27 perusahaan manufaktur. Data penelitian merupakan data sekunder diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD) tahun 2006-2009.

Pengujian hipotesis penelitian yang digunakan adalah teknik analisis jalur (path analysis) yang menganalisis pola hubungan antar variabel dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh langsung maupun tidak langsung seperangkat variabel bebas (eksogen) terhadap variabel terikat (endogen). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa struktur modal (DER) berpengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas (ROE) dan nilai perusahaan (PBV), pertumbuhan perusahaan (pertumbuhan aset) berpengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas (ROE) dan nilai perusahaan (PBV).33 Perbedaan penelitian diatas dengan penelitian yang akan saya lakukan adalah pada teknik analisis yang dilakukan, pada penelitian yang akan saya lakukan menggunakan teknik analisis regresi linear berganda, yaitu teknik analisis asosiasi yang digunakan secara bersamaan untuk meneliti pengaruh dua variabel bebas atau lebih terhadap variabel tergantung skala pengukuran yang bersifat metrik. Populasi dalam penelitian terdahulu adalah pada perusahaan manufaktur di BEI pada tahun 2006-2009, sedangkan populasi penelitian yang akan saya lakukan adalah pada perusahaan di JII pada tahun 2013-2015. Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan saya lakukan adalah pada indikator yang digunakan variabel X1 dan X2 yaitu DER dan pertumbuhan aset dan variabel Y nilai perusahaan yaitu PBV.

Penelitian ketiga dilakukan oleh Nia Rositawati Fau pada tahun 2015 dengan judul “Pengaruh Struktur Modal, Pertumbuhan Perusahaan, Ukuran

33 Dewa Kadek Oka Kusuma Jaya, Pengaruh Struktur Modal dan Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Profitabilitas dan Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, (Tesis, Program Pascasarjana, Universitas Udayana Denpasar, Denpasar, 2011).

Perusahaan dan Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh struktur modal, pertumbuhan perusahaan, ukuran perusahaan dan profitabilitas terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2010-2013. Populasi penelitian meliputi semua perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2010- 2013. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Data populasi penelitian sebanyak 44 perusahaan dan diperoleh sampel sebanyak 11 perusahaan. Metode analisis data yang digunakan adalah regresi linier berganda dengan tingkat signifikasi 0,05. Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan uji parsial (uji-t) variabel struktur modal berpengaruh terhadap nilai perusahaan dengan koefisien regresi sebesar -4,433 dan nilai signifikansi 0,000. Pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan dengan koefisien regresi sebesar 1,965 dan nilai signifikansi 0,057. Ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan dengan koefisien regresi sebesar 0,754 dan nilai signifikansi 0,455. Profitabilitas berpengaruh dengan nilai perusahaan dengan koefisien regresi 3,912 dan nilai signifikansi 0,000. Hasil uji ketepatan model diperoleh nilai F hitung sebesar 17,563 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000. Analisis regresi menghasilkan Adjusted R2 sebesar 0,606 atau 60,6%. Hal ini berarti variabel nilai perusahaan dapat dijelaskan oleh variabel struktur modal, pertumbuhan perusahaan, ukuran perusahaan dan profitabilitas sebesar 60,6%, sedangkan sisanya 39,4% dijelaskan oleh variabel lain di luar model.

Persamaan regresi linier berganda dalam penelitian ini dirumuskan menjadi Y=0,003 - 0,009DER +0,001GROWTH + 0,080SIZE + 0,057ROE + e.34 Perbedaan penelitian terdahulu di atas dengan penelitian yang akan saya lakukan adalah pada populasi penelitian, pada penelitian terdahulu populasi penelitian pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2010- 2013, sedangkan pada penelitian yang akan saya lakukan adalah pada perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII) periode 2013-2015.

Dan persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan dilakukan adalah terletak pada teknik pengambilan sampel yaitu dengan teknik purposive sampling dan metode analisis data yang digunakan adalah regresi linier berganda.

34 Nia Rositawati Fau, Pengaruh Struktur Modal, Pertumbuhan Perusahaan, Ukuran Perusahaan dan Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia, (Skripsi, Jurusan Manajemen, Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta, 2015).

BAB II

KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERFIKIR

A. Kajian Teori

1. Nilai Perusahaan

a. Pengertian Nilai Perusahaan

Perusahaan adalah sebuah organisasi yang beroperasi dengan tujuan menghasilkan keuntungan dengan cara menjual produk (barang dan jasa) kepada para pelanggannya.1 Penilaian (valuation) perusahaan dapat dipandang dari berbagai sudut. Bagi pemilik perusahaan, nilai perusahaan dapat dilihat dari nilai saham perusahaan yang bersangkutan.2 Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap tingkat keberhasilan perusahaan yang terkait erat dengan harga sahamnya. Saham merupakan surat bukti kepemilikan atas sebuah perusahaan yang melakukan penawaran umum (go public) dalam nominal ataupun persentase tertentu.3

Nilai perusahaan dapat diukur melalui nilai harga saham di pasar. Berdasarkan terbentuknya harga saham perusahaan di pasar modal, yang merupakan refleksi penilaian oleh publik terhadap kinerja perusahaan secara riil. Dikatakan secara riil karena terbentuknya harga di pasar modal merupakan bertemunya titik-titik kestabilan kekuatan

1 Hery, Praktis Menyusun Laporan Keuangan, (Jakarta: PT Grasindo, 2014), h. 1.

2 Agus Harjito dan Martono, Manajemen Keuangan Edisi ke-2, (Yogyakarta: Ekonisia, 2012), h. 34.

3 Nurul Huda dan Mohamad Heykal, Lembaga Keuangan Islam Tinjauan Teoritis dan Praktis, (Jakarta: Kencana, 2010), h. 226.

25

permintaan dan titik-titik kestabilan kekuatan penawaran harga yang secara riil terjadi transaksi jual beli surat berharga di pasar modal antara para penjual (emiten) dan para investor, atau sering disebut sebagai ekuilibrium pasar. Oleh karena itu, dalam teori keuangan pasar modal harga saham di pasar disebut sebagai konsep nilai perusahaan.4

Konsep nilai perusahaan dapat dijelaskan oleh nilai yang ditentukan oleh harga saham yang diperjualbelikan di pasar modal.

Batasan tujuan pemaksimalan nilai perusahaan secara umum menunjukkan pemaksimalan harga saham, dengan demikian konsep nilai perusahaan dapat diproksikan melalui harga saham perusahaan.5 b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nilai Perusahaan

Nilai perusahaan merupakan hasil kerja manajemen dari beberapa dimensi diantaranya adalah:6

1. Arus kas bersih perusahaaan dari keputusan investasi.

Arus kas bersih menunjukkan kinerja manajemen atas keputusan investasi yang telah dibuatnya. Semakin tepat keputusan investasi manejer, maka proses investasi akan menciptakan peningkatan nilai aset perusahaan. Dengan demikian nilai perusahaan akan turut meningkat.

4 Harmono, Manajemen Keuangan Berbasis Balanced Scorecard, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2014), h. 50.

5 Harmono, Manajemen Keuangan..., h. 7.

6 Aries Heru Prasetyo, Valuasi Perusahaan, (Jakarta: PPM, 2011), h. 158.

2. Pertumbuhan nilai aset perusahaan dari waktu ke waktu.

Pertumbuhan aset dipengaruhi oleh efektifitas manajemen pemasaran, manajemen produksi serta manajemen keuangan yang beroperasi sehingga dapat menyusun rancana strategis dalam memperdayakan unit-unit atau aktivitas-aktivitas tersebut.

3. Nilai rata-rata tertimbang dari kombinasi modal yang digunakan perusahaan (struktur modal).

Dimensi ini menggambarkan efektifitas kinerja pendanaan yang telah dilakukan manajer. Penggunaan struktur modal dalam menentukan sumber modal yang layak dipilih agar dapat meminimalkan biaya modal perusahaan. Semakin kecil biaya modal yang tercipta maka secara otomatis akan mampu meningkatkan nilai perusahaan.

Secara umum beberapa dimensi tersebut disusun oleh beberapa kebijakan utama dalam manajemen keuangan, yaitu:7

1. Kebijakan investasi (termasuk pembelian atau akuisisi aset baik aset lancar maupun tidak).

2. Kebijakan pendanaan (yang dipicu oleh kombinasi penggunaan sumber dana internal dan eksternal dalam neraca).

3. Kebijakan Deviden (untuk menentukan beberapa besaran proporsi laba bersih yang dibagikan pada pemegang saham).

7 Aries Heru Prasetyo, Manajemen Keuangan bagi Manajer Nonkeuangan, (Jakarta:

PPM, 2011), h. 55.

4. Serta beberapa kebijakan harian manajemen seperti manajemen kas, piutang, persediaan, dan hutang).

c. Rasio Nilai Perusahaan

Indikator yang biasa digunakan dalam mengukur penilaian harga saham dalam variabel nilai perusahaan adalah Price Earning Rasio (PER), Earning Per Share (EPS), dan Price Book Value (PBV).8 1. Price Earning Rasio (PER)

Price Earning Rasio (PER) adalah nilai harga per lembar saham, indikator ini secara praktis telah diaplikasikan dalam laporan keuangan laba rugi bagian akhir dan menjadi bentuk standar pelaporan keuangan bagi perusahaan publik di Indonesia.9 Price Earning Rasio (PER) merupakan perbandingan antara market price pershare (harga pasar per lembar saham) dengan earning pershare (laba per lembar saham).10

Adapun rumus Price Earning Rasio adalah:11

Keterangan:

PER = Price Earning Rasio

8 Harmono, Manajemen Keuangan..., h. 114.

9 Harmono, Manajemen Keuangan..., h. 57.

10 Irham Fahmi, Analisis Kinerja Keuangan Panduan bagi Akademisi, Manajer, dan Investor, (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 138.

11 Irham Fahmi, Analisis Laporan Keuangan, (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 138.

PER = MPS

EPS

MPS = Market Price Pershare (harga pasar per lembar saham)

EPS = Earning Pershare (laba per lembar saham) 2. Earning Per Share (EPS)

Earning Per Share (EPS) atau pendapatan per lembar saham merupakan bentuk pemberian keuntungan yang diberikan kepada para pemegang saham dari setiap lembar saham yang dimiliki.12 Adapun menurut Van Home dan Waschowicz Earning Per Share adalah “Earning after taxes (EAT) devided by the number of common shere outstanding”.

Adapun rumus Earning Per Share adalah:13

Keterangan:

EPS = Earning Per Share

EAT = Earning After Taxes (pendapatan setelah pajak) Jsb = Jumlah saham yang beredar

3. Price Book Value (PBV)

Price Book Value (PBV) merupakan rasio yang menunjukkan perbandingan harga saham di pasar dengan nilai

12 Irham Fahmi, Rahasia Saham dan Obligasi Strategi Meraih Keuntungan Tak Terbatas dalam Bermain Saham dan Obligasi, (Bandung: Alfabeta, 2013), h. 52.

13 Irham Fahmi, Analisis Laporan..., h. 138.

EPS = EAT J𝑠𝑏

buku saham tersebut.14 Rasio ini membandingkan nilai di pasar saham dengan investasi para pemegang saham dalam perusahaan.15

Adapun rumus Price Book Value adalah:16

Keterangan:

PBV = Price Book Value

Market Price Pershare = Harga pasar per lembar saham Book Value Per Share = Nilai buku per lembar saham

2. Struktur Modal

a. Pengertian Struktur Modal

Dalam suatu aktivitas bisnis, menentukan struktur modal yang tepat merupakan tantangan bagi para eksekutif perusahaan, karena dengan keputusan tersebut perusahaan akan memperoleh dana dengan biaya modal yang minimal dan hasil yang maksimal, khususnya menciptakan nilai perusahaan. Struktur modal perusahaan merupakan campuran atau proporsi antara hutang jangka panjang dan ekuitas, dalam rangka mendanai investasinya.17

14 Sofyan Syafri Harahap, Analisis Kritis atas Laporan Keuangan, (Depok: RajaGrafindo Persada, 2013), h. 311.

15 Ciaran Walsh, Key Management Rations Edisi ke-3, (Jakarta: Erlangga, 2004), h. 159.

16 Harmono, Manajemen Keuangan..., h. 114.

17 Hendra S. Raharjaputra, Manajemen Keuangan dan Akutansi untuk Eksekutif Perusahaan, (Jakarta: Salemba Empat, 2009), h. 173.

PBV = 𝑀𝑎𝑟𝑘𝑒𝑡 𝑃𝑟𝑖𝑐𝑒 𝑃𝑒𝑟 𝑆ℎ𝑎𝑟𝑒 𝐵𝑜𝑜𝑘 𝑉𝑎𝑙𝑢𝑒 𝑃𝑒𝑟 𝑆ℎ𝑎𝑟𝑒

Struktur modal (capital structure) adalah komposisi saham biasa, saham preferen, dan berbagai kelas seperti, laba yang ditahan dan hutang jangka panjang yang dipertahankan oleh kesatuan usaha dalam mendanai aktiva. Kebutuhan dana untuk memperkuat struktur modal suatu perusahaan dapat bersumber dari internal dan eksternal, dengan ketentuan sumber dana yang dibutuhkan tersebut bersumber dari tempat-tempat yang dianggap aman (safety position) dan jika digunakan memiliki nilai dorong dalam memperkuat struktur modal keuangan perusahaan. Dalam artian ketika dana itu dipakai untuk memperkuat struktur modal perusahaan, maka perusahaan mampu mengendalikan modal tersebut secara efektif dan efisien serta tepat sasaran.18

b. Teori Struktur Modal

Berikut ini dikemukakan beberapa teori struktur modal dengan nilai perusahaan, antara lain:

1. Teori Trade-off

Berdasarkan teori trade-off keputusan perusahaan menggunakan hutang didasarkan pada keseimbangan antara penghematan pajak dan biaya kesulitan keuangan.19 Dalam teori trade-off menyatakan bahwa setiap perusahaan memiliki tingkat hutang yang optimal di dalam struktur modalnya disebabkan keuntungan dan biaya dari hutang. Artinya, perusahaan yang

18 Irham Fahmi, Analisis Laporan..., h. 179.

19 I Made Sudana, Manajemen Keuangan Perusahaan Teori dan Praktik Edisi 2, (Surabaya: Erlangga, 2011), h. 153.

memiliki hutang akan membayar bunga pinjaman yang dapat mengurangi penghasilan kena pajak, yang dapat memberi manfaat bagi pemegang saham. Pengurangan pajak ini akan menambah laba perusahaan dan dana tersebut dapat dipakai untuk investasi perusahaan di masa yang akan datang ataupun untuk menghasilkan deviden kepada para pemegang saham.20

2. Teori Pecking Order

Teori pecking order merupakan suatu kebijakan yang ditempuh oleh suatu perusahaan untuk mencari tambahan dana dengan cara menjual aset yang dimilikinya. Seperti menjual gedung (build), tanah (land), peralatan (inventory) yang dimilikinya dan aset-aset lainnya, termasuk dengan menerbitkan dan menjual saham di pasar modal dan dana yang berasal dari laba ditahan (retained earning). Kebijakan pecking order artinya perusahaan melakukan kebijakan dengan cara mengurangi kepemilikan aset yang dimilikinya karena dilakukan kebijakan penjualan.21

Teori pecking order tidak menyatakan jumlah target hutang. Setiap perusahaan memiliki rasio penggunaan hutang berdasarkan kebutuhan pendanaan. Hal ini akan menurunkan persentase penggunaan hutang dalam struktur modal perusahaan

20 Nia Rositawati Fau, Pengaruh Struktur Modal, Pertumbuhan Perusahaan, Ukuran Perusahaan dan Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia, (Skripsi, Jurusan Manajemen, Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta, 2015), h. 17.

21 Irham Fahmi, Analisis Laporan..., h. 188-189.

karena perusahaan mampu menghasilkan laba. Pendanaan proyek dengan sumber dana yang berasal dari dalam perusahaan akan meningkatkan nilai buku dan nilai pasar ekuitas.22

3. Teori Modigliani-Miller

Menurut Modigliani-Miller (MM) bahwa penggunaan hutang akan selalu lebih menguntungkan apabila dibandingkan dengan penggunaan modal sendiri.23 MM menyatakan bahwa;

pertama, dalam dunia tanpa pajak perusahaan adalah indifferent terhadap keputusan struktur modal, artinya perusahaan dibelanjai dengan hutang atau saham tidak ada bedanya. Kedua, dalam dunia dengan pajak tetapi tidak ada resiko kebangkrutan, semua perusahaan sebaiknya menggunakan 100 persen hutang.24

4. Teori Sinyal (Signaling Theory)

Dalam signaling theory perusahaan yang mampu menghasilkan laba cenderung meningkatkan jumlah hutangnya, karena tambahan pembayaran bunga akan diimbangai dengan laba sebelum pajak. Perusahaan yang memprediksi labanya rendah akan cenderung untuk menggunakan tingkat hutang yang rendah.

Hutang perusahaan yang tinggi akan meningkatkan kemungkinan perusahaan menghadapi kesulitan keuangan. Semakin sukses perusahaan, kemungkinan akan menggunakan lebih banyak hutang.

Dengan kata lain, perusahaan yang rasional akan menambah

22 I Made Sudana, Manajemen Keuangan..., h. 155.

23 Irham Fahmi, Analisis Laporan..., h. 190.

24 I Made Sudana, Manajemen Keuangan..., h. 154.

hutang jika tambahan hutang dapat meningkatkan laba. Investor yang rasional akan memandang bahwa peningkatan nilai perusahaan berasal dari pengguanaan hutang yang tinggi. Dengan demikian investor akan menawarkan harga saham yang lebih tinggi setelah perusahaan menerbitkan hutang untuk membeli kembali saham yang beredar. Dengan kata lain, investor memandang hutang sebagai sinyal dari nilai perusahaan.25

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal

Penggunaan dana dari sumber pinjaman sering dikaji dari segi rasio leverage. Rasio leverage adalah kemampuan suatu perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya dimana dana yang dipakai bersumber dari hasil pinjaman.

Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi struktur modal antara lain:

1. Tingkat pertumbuhan di masa yang akan datang, apabila tingkat pertumbuhannya tinggi maka leverage lebih besar, sebaliknya bila tingkat pertumbuhan penjualan rendah.

2. Stabilitas penjualan di masa datang, jika stabilitas lebih tinggi maka leverage lebih besar begitu pula sebaliknya.

3. Struktur modal dalam industri, sebagai jaminan atas penggunaan hutang. Selain itu juga kondisi persaingan dalam industri.

25 I Made Sudana, Manajemen Keuangan..., h. 153.

4. Posisi kontrol dan sikap pemilik serta manajemen terhadap risiko, apabila pemilik sebagian besar bersikap risk overter (menjauh dari risiko) maka hutang akan lebih sedikit sebaliknya jika sikap pemilik adalah risk seeker (menyukai risiko) maka hutang akan lebih besar.26

d. Rasio Struktur Modal

Adapun rasio atau indikator yang umum digunakan untuk menentukan komposisi struktur modal optimal adalah sebagai berikut:27

1. Debt to Equity Rasio (DER)

Joel G. Siegel dan Jae K. Shim mendefinisikannya rasio ini sebagai ukuran yang dapat dipakai dalam menganalisis laporan keuangan untuk memperlihatkan besarnya jaminan yang tersedia untuk kreditor. Selain itu rasio ini juga digunakan untuk mengukur perimbangan antara kewajiban yang dimiliki perusahaan dengan modal sendiri.

Adapun rumus Debt to Equity Ratio adalah:28

Keterangan:

Total Liabilities = total hutang

26 Irham Fahmi, Analisis Kinerja..., h. 128.

27 Harmono, Manajemen Keuangan..., h. 112.

28 Irham Fahmi, Analisa Laporan..., h. 128.

Debt to Equity Ratio = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑆ℎ𝑎𝑟𝑒ℎ𝑜𝑙𝑑𝑒𝑟𝑠𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦

Total Shareholders’ Equity = total modal sendiri 2. Debt to Assets Rasio (DAR)

Rasio ini digunakan untuk mengukur persentase besarnya dana atau modal yang disediakan oleh kreditor. Selain itu rasio ini juga digunakan untuk mengukur seberapa besar investasi aktiva dibiayai dengan total hutang.29

Adapun rumus Debt to Assets Rasio adalah:30

Keterangan:

Total Debt = total hutang

Total Assets = total aset atau total aktiva 3. Long-term Debt to Equity Rasio (LDER)

Rasio ini digunakan untuk mengukur perbandingan antara hutang jangka panjang perusahaan dengan modal sendiri.

Adapun rumus Long Term Debt to Equity adalah:31

Keterangan:

Long-term Liabilities = hutang jangka panjang

29 Irham Fahmi, Analisa Laporan..., h. 127.

30 Harmono, Manajemen Keuangan..., h. 112.

31 Harmono, Manajemen Keuangan..., h. 112.

Debt to Assets Rasio = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐷𝑒𝑏𝑡

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠

Long Term Debt to Equity = 𝐿𝑜𝑛𝑔−𝑡𝑒𝑟𝑚 𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠 𝑆ℎ𝑒𝑟𝑒ℎ𝑜𝑙𝑑𝑒𝑟𝑠𝐴𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦

Shareholders’ Equity = modal sendiri 3. Pertumbuhan Perusahaan

a. Pengertian Pertumbuhan Perusahaan

Tumbuh adalah pilihan perusahaan yang seringkali lebih menarik daripada bertahan. Pertumbuhan (growth) perusahaan merupakan salah satu target yang harus dicapai dalam kondisi ekonomi global. Pertumbuhan perusahaan pada dasarnya merupakan hasil dari keputusan investasi. Jika manajemen berhasil menciptakan keputusan dengan tepat maka aset yang dikelola akan menghasilkan kinerja yang optimal.32

Pertumbuhan perusahaan seringkali diukur dengan adanya kenaikan pada penjualan dan peningkatan pada sarana penunjang berupa aset.33 Nilai total aset dalam neraca menentukan kekayaan perusahaan.34 Pertumbuhan dinyatakan sebagai pertumbuhan total aset dimana pertumbuhan aset masa lalu akan menggambarkan pertumbuhan yang datang. Pertumbuhan aset dihitung sebagai persentase perubahan aset pada saat tertentu terhadap tahun sebelumnya. Growth merupakan perubahan total aset baik berupa peningkatan maupun penurunan yang dialami oleh perusahaan selama satu periode (satu tahun). Pertumbuhan aset menggambarkan pertumbuhan aktiva perusahaan yang akan mempengaruhi

32 Aries Heru Prasetyo, Valuasi Perusahaan..., h. 109.

33 Toto Prihadi, Analisis Laporan Keuangan Lanjutan Proyeksi & Valuasi, (Jakarta:

PPM, 2013), h. 231.

34 Aries Heru Prasetyo, Valuasi Perusahaan..., h. 110.

profitabilitas perusahaan yang menyakini bahwa persentase perubahan total aktiva merupakan indikator yang lebih baik dalam mengukur growth perusahaan.35

b. Rasio Pertumbuhan Perusahaan

Indikator untuk mengukur tingkat pertumbuhan perusahaan adalah pertumbuhan aset, pertumbuhan penjualan, pertumbuhan pendapatan per saham, dan pertumbuhan deviden per saham.36

Pada penelitian ini, pertumbuhan perusahaan diukur dari proporsi perubahan asset, untuk membandingkan kenaikan atau penurunan atas total aset yang dimiliki oleh perusahaan. Paradigma aset sebagai indikator pertumbuhan perusahaan merupakan hal yang lazim digunakan.

Adapun rumus yang digunakan untuk mengukur tingkat pertumbuhan aset adalah:37

Keterangan:

Total Asset t = nilai total aset pada periode/tahun sekarang Total Asset t-1 = nilai total aset pada periode/tahun sebelumnya

35 Nia Rositawati Fau, Pengaruh Struktur Modal..., 2015, h. 20.

36 Kasmir, Pengantar Manajemen Keuangan..., h. 116

37 Aries Heru Prasetyo, Valuasi Perusahaan..., h. 110.

Pertumbuhan Aset = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑡− 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑡−1 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑡−1

Dalam dokumen FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM (Halaman 31-36)

Dokumen terkait