• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PENGATURAN KESELAMATAN BERKENDARA BAGI

D. Pengaturan Keselamatan Berkendara Bagi Pengendara Sepeda

Keselamatan merupakan hal yang sangat fundamental dalam hidup. Pada hakekatnya, sebagai warga negara yang mempunyai tanggungjawab terhadap diri sendiri maupun orang lain harus memperhatikan aspek keselamatan

dengan cara menggunakan helm yang berstandar nasional Indonesia bagi pengendara roda dua.

Penggunaan Helm berstandar Nasional Indonesia menjadi hal yang wajib bagi pengendara roda dua sesuai dengan amanat Undang-undang Nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Pasal 57 ayat (2). Yang menyatakan “Perlengkapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bagi Sepeda Motor berupa helm Nasional Indonesia”. Dijelaskan juga pada pasal 106 ayat (8) yang menyatakan “ Setiap orang yang mengemudikan Sepeda Motor dan Penumpang Sepeda Motor wajib mengenakan helm yang memenuhi Standar Nasional Indonesia”. Dijelaskan juga pada pasal 291 ayat (1) yang menyatakan

“Setiap orang yang mengemudikan Sepeda Motor tidak mengenakan helm standar nasional Indonesia sebagaimana dimaksud dalam pasal 106 ayat (8) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) bulan atau denda paling banyak Rp.250.000.000.

Keselamatan berkendara atau safety riding sendiri merupakan suatu usaha yang bertujuan untuk meminimalisir tingkat bahaya sehingga memaksimalkan keselamatan dalam berkendara, sehingga tidak akan membahayakan pengendara lain, dan memahami akan pencegahan serta penanggulangannya.9 Menurut Marye A.Kusmagi sendiri keselamatan berkendara sepeda motor sangat penting diterapkan untuk menjamin kenyamanan dan keamanan semua pengendara di jalan raya.10 Safety riding sendiri didesain buat meningkatkan awareness (pemahaman) pengendara terhadap seluruh kemungkinan yang berlangsung sepanjang berkendara.11

Salah satu alat pelindung diri dalam keselamatan berkendara yaitu helm.

Karena helm sendiri menjadi alat pelindung diri utama yang sangat penting untuk digunakan mengingat fungsi helm adalah melindungi organ vital yaitu

10 Marye A Kusmagi “Selamat Berkendara di Jalan Raya” (Jakarta: Raih Asa Sukses, 2010) h.40.

11Ariwibowo “Hubungan Antara Umur, Tingkat Pendidikan, Pengetahuan Sikap Terhadap Praktik Safety Riding Awaranes Pada Pengendara Ojek Sepeda Motor Di Kacamatan Banyumanik”

Jurnal Kesehatan Masyarakat Vol 2 , No 2.

Nasional, Jurnal Standardisasi Volume 17 Nomor 1, Maret 2015: h. 33.

kepala yang apabila menjadi organ target kecelakaan yang ditimbulkan dapat berkembang menjadi dampak yang serius bahkan dapat menyebabkan kematian.12 Penggunaan helm juga tidak boleh sembarangan yaitu helm yang telah memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI). Karena dengan penggunaan helm yang telah memenuhi SNI dapat meminimalisir benturan di kepala akibat dari kecelakaan dalam berlalu lintas.

Perbedaan yang mendasar antara Helm yang sudah mendapatkan sertifikasi Standar Nasional Indonesia dengan helm yang belum mendapatkan sertifikasi tersebut adalah dalam aspek pengujian keselamatannya. Helm yang sudah berstandar Nasional Indonesia mempunyai potensi yang sangat baik guna melindungi kepala apabila pengendara motor mengalami kecelakaan.

Helm SNI secara rekayasa teknik telah memenuhi kriteria dan syarat keamanan sebagai sebuah alat pelindung kepala pengendara sepeda motor apabila mengalami benturan saat mengalami kecelakaan. Helm yang telah memiliki tanda SNI adalah helm yang telah lulus uji yang dipersyaratkan SNI 1811:2007 dan mendapatkan sertifikasi tanda SNI (SNI marking). Persyaratan dalam SNI tersebut meliputi:13

1. Helm SNI harus lulu uji penetrasi pada komponen sungkup helm dimana bertujuan menjamin produk helm ber-SNI tidak dapat ditembus oleh logam semacam paku dengan massa 3 kg dengan tingkat kekerasan rockweel paku logam sebesar 40-50 rockwell-C dijatuhkan dari h=1,6 meter;

2. helm SNI harus lulus uji impak miring (paron balok) dengan batasan nilai gaya arah membujur puncak maksimal 2,5 kN dengan waktu impak 15,5 Newton detik;

3. helm SNI harus lulus uji impak miring (paron keausan) dengan tujuan menjamin sungkup helm tetap utuh ketika helm bergesekan dengan bidang lain;

13 Endi Hari Purwanto, Signifikansi Helm Sni Sebagai Alat Pelindung Pengendara Sepeda

Motor Dari Cedera Kepala, Pusat Penelitian dan Pengembangan Standardisasi, Badan Standardisasi

of Helmet Usage on Motorcycle Trauma. Annual Emergency Medicine, vol. 20, hal 852 – 856.

4. helm SNI harus lulus kekuatan sistem penahan dengan perpanjangan dinamis 25-32 mm dan sisa perpanjangan 8-16 mm;

5. helm SNI harus lulus uji kelicinan sabuk helm dimana batas pergeseran gesekan penjepit maksimal 10 mm;

6. helm SNI harus lulus uji keausan sabuk helm dimana sabuk tidak boleh putus dan mampu menahan bebas tarikan 3 kN jika terjadi pergeseran lebih dari 5 mm dan yang terakhir;

7. helm SNI harus melalui uji pelindung dagu yang bertujuan memastikan bahwa pelindung dagu mampu menyerap energi kejut pasca benturan sebesar ≤ 300 g.

Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak Aiptu Ahmad Zainuddin selaku Satlantas Tangerang Selatan Pada tanggal 4 September 2022 mengenai kenapa masyarakat Tangerang Selatan diwajibkan memakai helm Standar Nasional Indonesia dalam berkendara sepeda motor. Beliau menyatakan bahwa Pemerintah telah memberlakukan kewajiban menggunakan helm Standar Nasional Indonesia (SNI) bagi pengemudi motor maupun penumpangnya. Hal ini juga telah diatur dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009, tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan pada pasal 57 Ayat 2 dan dan pasal 106 ayat 8. Dan sanksi bagi pelanggarnya disebutkan pada pasal 291 Undang-undang yang sama, yaitu pidana kurungan paling lama satu bulan atau denda paling banyak Rp.250.000. Jadi jika tidak menggunakan helm Standar Nasional Indonesia dalam berkendara, maka dapat dikatakan pengendara tersebut telah melanggar aturan berlalu lintas.

Umumnya, kematian pesepeda motor tersebut disebabkan oleh luka di kepala.14 Banyak penelitian yang telah menunjukkan bahwa pemakaian helm dapat mengurangi keparahan luka di kepala dan tulang belakang dan kematian pada kecelakaan sepeda motor.15 faktor yang paling berpengaruh terhadap

14 Dandona, R., Kumar, G.A., Raj, T.S., dan Dandona, L., 2006. Patterns of Road Traffic

Injuries in a Vulnerable Population in Hyderabad, India. Injury Prevention, vol. 12, hal 183 – 188.

15 Kelly, P., Sanson, T., Strange, G., dan Orsay, E., 1991. A Prospective Study of the Impact

kematian sepeda motor adalah tidak menggunakan helm. Setiap peningkatan 10% pada tingkat penggunaan helm dapat mengurangi tingkat kematian sebesar satu per satu juta populasi setiap tahunnya. WHO (2016) menyebutkan bahwa penggunaan helm secara benar (sesuai standar dan dikencangkan) dapat mengurangi risiko kematian akibat kecelakaan sebesar 40% dan risiko luka berat sekitar 70% pada pesepeda motor.16

Rata-rata jumlah kecelakaan sepeda motor terhadap seluruh kecelakaan kendaraan jalan raya yang terjadi antara tahun 2010 hingga 2019 adalah sebesar 61,5% artinya lebih dari setengah kejadian kecelakaan kendaraan jalan raya dialami sepeda motor.17

Dalam upaya melindungi masyarakat dari potensi cedera berat kepala akibat kecelakaan sepeda motor sekaligus meningkatkan keamanan, dan keselamatan berkendara sepeda motor secara nasional maka Pemerintah mengeluarkan regulasi melalui Peraturan Menteri (Permen) Perindustrian nomor 40/MInd/Per/6/2008 tentang pemberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNI) Helm Pengendara Kendaraan Bermotor Roda Dua Secara Wajib Dikeluarkan dan Permen nomor No.40/MIND/PER/IV/2009 tentang penundaan pemberlakukan SNI helm secara wajib. Kemudian diperkuat UU nomor 22 tahun 2009 yang mewajibkan setiap orang yang mengemudikan sepeda motor untuk menggunakan helm yang memenuhi SNI (pasal 106, ayat 8). Pemberlakuan 3 regulasi ini diharapkan dapat meningkatkan keselamatan pengendara sepeda motor dari ancaman cedera kepala saat mengalami kecelakaan. Kebijakan ini diharapkan mampu menurunkan jumlah meninggal dunia (death rate) dan jumlah cedera kepala (head injury rate) yang terjadi paling tidak dalam 3 tahun terakhir pasca diberlakukannya regulasi tersebut.

Berdasarkan hal tersebut, maka sudah jelas penggunaan helm berstandar nasional Indonesia memiliki peranan penting dalam keselamatan dan

16 Abbas, A.K., Hefny, A.F., dan Abu-Zidan, F.M. 2009. Does Wearing Helmets Reduce

Motorcycle-related Death? A Global Evaluation. Accident Analysis and Prevention, vol. 49, h. 249 – 252.

17 Badan Pusat Statistik. (2012) : Data Kecelakaan Kendaraan Bermotor Per Moda,

www.bps.go.id, Jakarta, diakses tgl. 24 Februari 2012.

keamanan berkendara sepeda motor roda dua karena kita tidak bisa memprediksi probabilitas yang memiliki potensi incident dan accident terjadi di jalan raya, setidaknya penggunaan helm yang memiliki standar mengurangi potensi angka kematian bagi pengendara roda dua.

Regulasi yang telah dijabarkan terkait dengan kewajiban pengendara sepeda motor yang diharuskan untuk menggunakan helm Berstandar Nasional Indonesia juga diatur dalam Peraturan Daerah Kota Tangerang Selatan Nomor 2 tahun 2019 tentang penyelenggara jalan kota. Dalam peraturan daerah tersebut mengatur terkait pembangunan fasilitas penyelenggaraan jalan yang merupakan salah satu prasarana dan sarana umum yang menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah. Peningkatan terhadap upaya meningkatkan kualitas prasarana dan sarana umum yang salah satunya melalui penyediaan dan penyelenggaraan jalan. Upaya tersebut terus-menerus dilakukan oleh Pemerintah Daerah dalam rangka mencapai kemandirian ekonomi masyarakat serta menjaga ketertiban lalu lintas bagi setiap pengendara. Salah satu upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah dengan menyediakan jaringan jalan yang berkualitas, terpadu dan berkelanjutan secara efisien dan efektif serta mengedukasi implementasi Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2019 tentang Lalu Lintas & Angkatan jalan.

Edukasi yang diberikan bertujuan untuk meningkatkan kemandirian ekonomi masyarakat serta ketertiban lalu lintas untuk menghindari kecelakan yang sering terjadi. Dimana permasalahan infrastruktur jalan dan penegakan hukum lalu lintas di Kota Tangerang Selatan tidak terbatas pada aspek pembangunan semata, akan tetapi juga terkait pada aspek pemanfaatan, kedayaguaan, dan fungsi atas infrastruktur serta penerapan hukum lalu lintas yang harus di terapkan.

Berdasarkan penetapan visi dan misi daerah yang bersifat filosofis atas harapan perbaikan kondisi pembangunan daerah di masa mendatang, maka perlu mengejawantahkannya atau menjabarkannya dalam dimensi operasional dan teknis dalam bentuk program daerah sebagai wujud rencana tindak atas visi dan misi yang ditetapkan. Visi dan misi yang telah ditetapkan

dituangkan dalam bentuk kebijakan pengaturan di daerah Kota Tangerang Selatan Nomor 2 Tahun 2019 tentang penyelenggara jalan kota. Pengaturan kebijakan tersebut dituangkan ke dalam bentuk ketentuan peraturan perundang-undangan di daerah.

BAB IV

PENEGAKAN HUKUM OLEH APARAT HUKUMTERHADAP PENGENDARA SEPEDA MOTOR YANG TIDAK MENGGUNAKAN

HELM BERSTANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI)

A. Penegakan Hukum Terhadap Pengendara Sepeda Motor Yang Tidak Menggunakan Helm Berstandar Nasional (SNI)

Negara Indonesia yang merdeka seperti pada saat ini tidak muncul begitu saja, tetapi diperoleh melalui perjuangan yang panjang, Indonesia dijajah bangsa asing yang berdatangan untuk mengeruk kekayaan bangsa Indonesia, perjuangan mewujudkan Indonesia yang merdeka, memerlukan pengorbanan yang besar baik dari segi harta maupun darah para pejuang, semua itu dilakukan demi tegaknya sebuah bangsa yang merdeka, berdaulat, dan bermartabat, yang dijalankan berdasarkan aturan-aturan hukum.

Pengertian pengakan hukum ditinjau dari objeknya juga mencakup makna yang luas dan sempit. Dalam arti luas, penegakan hukum mencakup nilai-nilai keadilan yang terkandung di dalam bunyi aturan formal maupun nilai-nilai keadilan yang hidup dalam masyarakat. Dalam arti sempit, penegakan hukum hanya menyangkut penegakan peraturan yang formal dan tertulis saja.

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa yang dimaksud dengan penegakan hukum itu merupakan upaya yang dilakukan untuk menjadikan hukum, baik dalam arti formil yang sempit maupun dalam arti material yang luas sebagai pedoman perilaku dalam setiap perbuatan hukum, baik oleh para subjek hukum yang bersangkutan maupun oleh aparatur penegakan hukum yang resmi diberi tugas dan kewenangan oleh Undangundang untuk menjamin fungsinya norma-norma hukum yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

Hukum adalah sesuatu sesuatu yang bersifat supreme atau yang paling tinggi di antara lembaga-lembaga tinggi negara lainnya. Dari konsepsi demikian maka tumbuhlah kesadaran manusia. Supremasi hukum di mana hukum ditempatkan pada yang tertinggi di antara dimensi-dimensi kehidupan

39

yang lain, terutama dimensi politik. Supermasi hukum adalah cita-cita umuat manusia sedunia yang mendambakan ketenangan dan kesejahteraan umat di bawah kewibawaan hukum yang dipancarkan melalui yang pertama. Ketaatan setiap warga dunia terhadap peraturan perundan yang didesain sebagai payung hukum bagi semua warganya, kedua kedisiplinan para pemimpin negara serta para penyelenggara negarapada semua tingkatan dalam melaksanakan kebijakan yang dilandasi ketaatan pada hukum yang melekata pada dirinya, sehingga penyalahgunaan wewenang, penyelewengan kewajiban, yang ketiga hukum diciptakan benerbener hukum yang bersedikan keadilan, ketertiban serta manfaat bagi semua warganya, sehingga memancarkan kewebawaan dan perlindungan terhadap setiap manusia.

Penegakan hukum merupakan salah satu usaha penting dalam menciptakan tata tertib ketentraman dalam masyarakat, baik yang Bersifat preventif maupun represif,setelah terjadinya pelanggaran hukum. Oleh karena itu sangat diperlukan adanya Penanggulangan adalah upaya penanggulangan kejahatan lewat jalur penal yang lebih menitikberatkan pada sifat represif (penindakan, pemberantasan, penumpasan) sesudah kejahatan terjadi, sedangkan jalur non penal lebih menitikberatkan sifat preventif (pencegahan, penangkalan, pengendalian) sebelum kejahatan terjadi.1

Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) dasar hukum dari sistem peradilan pidana di Indonesia yang menjadi acuan pedoman bagi penegak hukum dalam melakukan penindakkan tindak pidana dan pelanggaran lalu lintas.

Dari KUHAP ini pula telah ditetapkan tugas, fungsi dan wewenang dari penegak hukum dalam menangani tindak pidana dan pelanggaran lalu lintas.

Kepolisian memiliki kewenangan dalam menangani pelanggaran lalu lintas, dimana tugas dan wewenang segala kegiatan diatur berdasarkan Pasal 15 ayat (2) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Republik Indonesia, antara lain: menyelenggarakan registrasi dan identifikasi kendaraan

1 Kamus Besar Bahasa Indonesia Departemen Pendidikan Nasional, (Jakarta: Opac, 2007),

h. 674.

bermotor, memberikan izin operasional dan melakukan pengawasan terhadap badan usaha di bidang jasa pengamanan.

Menurut Satjipto Rahardjo, penegakan hukum adalah sebuah kegiatan yang memunculkan atau mewujudkan keinginan hukum menjadi nyata.2 Sedangkan menurut Soerjono Soekanto, ada beberapa hal yang bisa mempengaruhi penegakan hukum yang pertama adalah berkaitan dengan hukum atau peraturan perundangannya. Selanjutnya ada pihak yang terlibat langsung kasus seperti aparat yang bertugas, lalu adanya fasilitas kebudayaan dan masyarakat yang sangat berpengaruh pada kondisi hukum suatu Negara.3

Dalam melaksanakan tugas dan fungsi wewenangnya sebagai aparat penegakan hukum, polisi diharapkan dan mampu untuk memahami serta menerapkan azas-azas hukum yang digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pelaksanaan tugas, yaitu sebagai berikut :

a. Asas legalitas, dalam melaksanakan tugasnya sebagai penegak hukum wajib tunduk pada hukum.

b. Asas kewajiban, merupakan kewajiban polisi dalam menangani permasalahan masyarakat yang bersifat diskresi, karena belum diatur dalam hukum.

c. Asas partisipasi, dalam rangka mengamankan lingkungan masyarakat polisi mengkoordinasikan pengamanan Swakarsa untuk mewujudkan ketaatan hukum di kalangan masyarakat.

d. Asas preventif, selalu mengedepankan tindakan pencegahan daripada penindakan (represif) kepada masyarakat. melakukan tugas instansi lain agar tidak menimbulkan permasalahan yang lebih besar sebelum ditangani oleh instansi yang membidangi.

Proses pemeriksaan lalulintas di daerah wilayah hukum Tangerang Selatan dilakukan dengan cara pencegahan (preventif) maupun penindakan (represif)

2 Rahardjo, “Penegakan Hukum Progresif”, (Jakarta: Buku Kompas, 2010), h. 67.

3 Soekanto, Soerjono, “Faktor Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum”, (Jakarta:

Rajawali Pers, 2004), h. 23.

yang pelaksanaannya meliputi kegiatan simpatik, penindakan pelanggaran dan penyidikan laka lantas. Pemerintah Kota Tangerang Selatan dalam melakukan tindakan preventif haruslah mempunyai langkah-langkah strategis guna mengedukasi masyarakat akan kepatuhan hukum.

Pelanggaran lalu lintas tersebut terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi menurut beberapa narasumber selaku penegak hukum di wilayah Kota Tangerang Selatan , antara lain :

2. Faktor Pergaulan dan lingkungan, menurut Brigadir Dhimas faktor pergaulan atau lingkungan merupakan faktor yang sangat berkembang terhadap komunitas pecinta sepak bola di Surabaya. Pengaruh tersebut menekan dan memaksa pada pembentukan perilaku yang buruk, sebagai akibatnya menjadikan perilaku yang suka melanggar peraturan, norma sosial dan norma hukum.

3. Faktor Pendidikan, merupakan hal yang dianggap penting karena merupakan perantara pembinaan pendidikan keilmuwan dan tingkah laku.

Menurut satlantas polres Kota Tangerang Selatan, karena berkembangnya tingkah laku didasarkan pada pendidikan bukan hanya pendidikan dalam keluarga namun juga pendidikan pada sekolah.

4. Kesadaran hukum, merupakan faktor yang paling utama karena kesadaran hukum terlalu minim dimiliki oleh pelanggar. Tidak adanya tanggungjawab bersama dalam menegakkan hukum. Dalam pelanggaran lalu lintas ini selain terdapat faktor yang mempengaruhi juga terdapat alasan tidak adanya penegakan hukum dalam kasus tersebut.

Tujuan Penegakan hukum adalah untuk melindungi kepentingan manusia.

Setiap orang mengharapkan supaya hukum dapat diterapkan ketika terjadi peristiwa hukum. Untuk memberikan kepastian hukum, manfaat, dan keadilan pada setiap orang, dengan harapan sebagai berikut :

a. Harapan penegakan hukum supaya dilaksanakan adalah untuk memberikan kepastian hukum dalam peristiwa kongkrit yang terjadi dalam masyarakat.

Kepastian hukum merupakan perlindungan yustiable terhadap tindakan kesewenang-wenangan, sehingga masyarakat memperoleh sesuatu yang diharapkan ketika berhadapan dengan peristiwa tertentu, hukum bertugas menciptakan kepastian hukum karena bertujuan menciptakan ketertiban dalam kehidupan masyarakat.

b. Hukum untuk manusia, maka pelaksanaan atau penegakan hukum harus memberikan manfaat atau kegunaan bagi masyarakat. Jangan sampai sebaliknya dengan penegakan hukum justru menimbulkan keresahan bagi masyarakat.

c. Dengan penegakan hukum, masyarakat yang sedang berkepentingan mendapatkan keadilan. Karena hukum identik dengan keadilan serta hukum itu bersifat umum, yang melihat semua orang itu sama.

Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak AIPTU Ahmad Zainuddin yang merupakan Anggota Kepolisian Polisi Resor Kota Tangerang Selatan Unit Satuan Lalu Lintas, Pemerintah telah melakukan langkah strategis untuk membuat masyarakat tetap aman berkendara, yaitu diberlakukannya kewajiban mengenakan helm dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) bagi pengemudi motor maupun penumpangnya. Hal ini diatur dalam Undang-undang Republik Indonesia nomor 22 Tahun 2009, Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Pasal 57 ayat 2 dan Pasal 106 ayat 8. Sanksi bagi pelanggarnya, disebutkan pada pasal 291 undang-undang yang sama, yaitu pidana kurungan paling lama satu bulan atau denda paling banyak Rp 250.000.Pemerintah berupaya semaksimal mungkin mensosialisasikan tentang pentingnya penggunaan Helm SNI,selain dari pada itu Pemerintah juga telah membagikan Helm SNI kepada masyarakat.

Aturan mengenai kewajiban pengendara roda dua menggunakan Helm SNI, masih ada beberapa masyarakat yang tidak mentaati hukum. Hal tersebut sebagaimana diungkapkan oleh Bapak AIPTU Ahmad Zainuddin bahwa pemahaman masyarakat masih kurang terhadap regulasi tersebut.

Bahwa sesungguhnya, masyarakat kita belum terlalu mengerti mengenai kesadaran hukum itu sendiri. Pada dasarnya kesadaran hukum adalah kesadaran diri sendiri tanpa tekanan,paksaan atau perintah dari luar untuk tunduk pada

hukum yang berlaku. Karena dengan berjalannya kesadaran hukum di masyarakat maka hukum tidak perlu menjatuhkan sanksi. Sanksi hanya dijatuhkan pada warga yang benar-benar terbukti melanggar hukum. Hukum berisi perintah dan larangan. Hukum memberitahukan kepada kita mana perbuatan yang bertentangan dengan hukum yang bila dilakukan akan mendapat ancaman berupa sanksi hukum. Terhadap perbuatan yang bertentangan dengan hukum tentu saja dianggap melanggar hukum sehingga mendapat ancaman hukuman.

Berdasarkan data yang diperoleh Peneliti melalui Kepolisian Resort Kota Tangerang Selatan, telah tercatat bahwa dari 1 Oktober 2022 sampai 14 Oktober 2022 Pada saat Operasi Patuh jaya Polda Metro menindak 38.738 Pelanggar Selama 14 Hari.Data itu berbagai macam pelanggaran termasuk pelanggaran yang tidak menggunakan Helm sebanyak 14.741.

Menurut bapak AIPTU Ahmad Zainuddin menyatakan opininya mengenai para pelanggar tersebut terlalu meremehkan mengenai kecilnya denda yang tercantum pada Pasal 57 ayat 2 dan Pasal 106 ayat 8. Sanksi bagi pelanggarnya, disebutkan pada pasal 291 undang-undang yang sama, yaitu pidana kurungan paling lama satu bulan atau denda paling banyak Rp 250.000. Padahal, jika kita amati bersama, denda yang tercantum dalam ketentuan Pasal tersebut sangatlah besar terhadap risiko yang akan diderita oleh masyarakat apabila mengalami suatu kecelakaan lalu lintas.

Menurut Satochid Kartanegara dan pendapat-pendapat para ahli hukum terkemuka dalam hukum pidana, mengemukakan teori pemidanaan atau penghukuman dalam hukum pidana dikenal ada 3 (tiga) aliran, yaitu:4

a. Absolute ( vergelden/imbalan)

Aliran ini mengajarkan dasar daripada pemidanaan harus dicari pada kejahatan itu sendiri untuk menunjukkan kejahatan itu sebagai dasar hubungan yang dianggap sebagai pembalasan, imbalan (vergelden)

4 Barda Nawawi Arief, “Masalah Penegakan Hukum Dan Kebijakan Penanggulangan Kejahatan, Citra Aditya Bakti”, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2001), h.12.

terhadap orang yang melakukan perbuatan jahat. Oleh karena kejahatan itu menimbulkan penderitaan bagi si korban.

Teori ini memberikan pernyataan, bahwa penjatuhan pidana semata-mata karena seseorang telah melakukan suatu kejahatan atau tindak pidana. Pidana merupakan akibat mutlak yang harus ada sebagai suatu pembalasan kepada orang yang telah melakukan kejahatan. Adapun yang menjadi dasar pembenarannya dari penjatuhan pidana itu terletak pada adanya kejahatan itu sendiri, oleh karena itu pidana mempunyai fungsi untuk menghilangkan kejahatan tersebut.5

b. Relatif (doel/maksud)

Dalam ajaran ini yang dianggap sebagai dasar hukum dari pemidanaan adalah bukan Velgelding, akan tetapi tujuan (doel) dari pidana itu. Jadi aliran ini menyandarkan hukuman pada maksud dan tujuan pemidanaan itu, artinya teori ini mencari manfaat daripada pemidanaan.

Menurut teori ini penjatuhan pidana bukanlah sekedar untuk melakukan pembalasan atau pengimbalan. Pembalasan itu sendiri tidak mempunyai nilai tetapi hanya sebagai sarana melindungi kepentingan masyarakat. Lebih lanjut teori ini menjelaskan bahwa tujuan dari penjatuhan pidana adalah sebagai berikut:6

Teori menakutkan, yaitu tujuan dari pidana itu adalah untuk menakut nakuti seseorang, sehingga tidak melakukan tindak pidana bahwa terhadap pelaku itu sendiri maupun terhadap masyarakat (preventif umum).

Teori memperbaiki, yaitu bahwa dengan menjatuhkan pidana akan mendidik para pelaku tindak pidana sehingga menjadi orang yang baik dalam masyarakat (preventif khusus). Prevensi khusus ini dimaksudkan bahwa pidana adalah pembaharuan yang esensi dari pidana itu sendiri. Sedangkan fungsi perlindungan dalam teori memperbaiki dapat berupa pidana pencabutan

5 Bernard L. Tanya dkk, “Teori Hukum”, (Yogyakarta: Genta Publishing, 2013), h.187.

6 Barda Nawawi Arief, “Masalah Perlindungan Hukum Bagi Anak”, (Bandung: Fakultas

Hukum Unpad,1996), h. 25.

Dokumen terkait