• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGERTIAN HUKUM

Dalam dokumen Hukum Tata Usaha Negara (Halaman 74-78)

Kegiatan Belajar 4

Pembagian dan Kedudukan Hukum

Tata Usaha Negara dalam Ilmu Hukum

Untuk mengenal hukum itu, kita harus mengenal ciri-ciri hukum, yaitu:

1. adanya perintah atau larangan, dan

2. perintah atau larangan itu harus ditaati setiap orang.

Setiap orang wajib bertindak sedemikian rupa dalam masyarakat sehingga tata tertib dalam masyarakat itu tetap terpelihara dengan sebaik- baiknya. Itulah sebabnya hukum tersebut meliputi berbagai peraturan yang menentukan dan mengatur perhubungan orang yang satu dengan yang lain, yakni peraturan hidup kemasyarakatan yang dinamakan Kaidah Hukum.

Barang siapa yang dengan sengaja melanggar sesuatu Kaidah Hukum akan dikenakan sanksi, sebagai akibat dari pelanggaran Kaidah Hukum yang dilakukannya. Sanksi yang diberikan, yaitu berupa hukuman.

Hukuman terhadap seseorang akibat pelanggaran Kaidah Hukum yang dilakukannya itu bermacam-macam jenisnya, yang menurut Pasal 10 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) ialah:

1. Hukuman pokok, yang terdiri atas:

a. Hukuman mati.

b. Hukuman penjara.

c. Hukuman seumur hidup.

d. Hukuman sementara (setinggi-tingginya 20 tahun dan sekurang- kurangnya 1 tahun).

e. Hukuman kurungan, sekurang-kurangnya satu hari dan setinggi- tingginya satu tahun.

f. Hukuman denda (sebagai pengganti hukuman kurungan).

2. Hukuman tambahan, yang terdiri atas:

a. Pencabutan hak-hak tertentu.

b. Perampasan (penyitaan) barang-barang tertentu.

c. Pengumuman keputusan hakim.

Tujuan hukuman tersebut menimbulkan pendapat yang berbeda-beda.

Berbagai macam pendapat mengenai tujuan hukuman tersebut dapat digolongkan dalam tiga macam pendapat, yaitu:

1. Teori Mutlak (Absolute) atau Teori Klasik (Classic);

2. Teori Tujuan/Nisbi (Relative);

3. Teori Gabungan keduanya.

ad.1. Teori Mutlak (Absolute) berdasarkan pendapatnya kepada keharusan membalas kejahatan karena penjahat telah melakukan suatu perbuatan yang merugikan suatu kepentingan, baik umum maupun perorangan, ia harus menerima balasannya. Kejahatan yang dilakukan oleh seseorang harus dibalas dengan hukuman yang setimpal, oleh sebab itu Teori Mutlak disebut pula dengan Teori Pembalasan atau Teori Keharusan. Penganjur utama teori ini ialah seorang pakar Jerman bernama Immanuel Kant.

ad. 2. Teori Tujuan/Nisbi (Relative) menurut teori ini orang jahat dijatuhi hukuman dengan maksud tertentu. Ada suatu tujuan yang hendak dicapai dengan menjatuhkan hukuman itu, tujuan itu ada bermacam- macam, antara lain untuk mempertahankan ketertiban dalam kehidupan bermasyarakat, untuk memperbaiki orang yang telah melakukan kejahatan. Pendapat lain mengatakan tujuan hukuman ialah pencegahan. Dengan adanya hukuman orang akan takut melakukan pelanggaran terhadap suatu peraturan hukum pidana.

Pencegahan itu bersifat umum dan khusus, Teori Pencegahan Umum adalah pendapat seorang Jerman yang bernama Von Feuerbach, ia mengatakan dengan adanya hukuman terhadap pelanggaran peraturan hukum pidana, orang akan takut untuk melakukannya, sedangkan Teori Pencegahan Khusus, dengan menghukum secara langsung diri orang yang telah melakukan kejahatan dapat dicegah orang itu untuk melakukannya lagi.

ad. 3. Teori Gabungan keduanya, pada Teori Gabungan ini terdapat unsur- unsur Teori Mutlak dan Teori Tujuan. Dalam memberikan hukuman, titik berat diletakkan pada perlindungan kepentingan-kepentingan dengan jalan menakut-nakuti untuk memperbaiki penjahat atau menjadikannya tidak berbahaya lagi harus pula diperhatikan perlindungan ketertiban masyarakat dengan mengingat rasa pembalasan terhadap perbuatan salah si penjahat.

Agar tata tertib di dalam masyarakat itu tetap terpelihara maka haruslah kaidah-kaidah hukum itu ditaati, tetapi tidaklah semua orang mau menaati kaidah-kaidah hukum itu, oleh sebab itu agar sesuatu peraturan hidup kemasyarakatan benar-benar dipatuhi dan ditaati sehingga menjadi Kaidah Hukum maka peraturan hidup kemasyarakatan itu harus dilengkapi dengan unsur memaksa. Dengan demikian, hukum tersebut mempunyai sifat mengatur dan memaksa serta memberikan sanksi yang tegas pada siapa yang tidak mau menaatinya.

Setelah Anda mengetahui pengertian hukum beserta unsur-unsur, ciri- ciri, serta sifat dari hukum tersebut, alangkah baiknya jika Anda juga mengetahui tujuan hukum tersebut. Dalam pergaulan masyarakat terdapat macam-macam hubungan antara anggota masyarakat yang ditimbulkan oleh kepentingan-kepentingan anggota masyarakat itu. Para anggota masyarakat memerlukan aturan-aturan yang dapat menjamin keseimbangan agar dalam hubungan-hubungan itu tidak terjadi kekacauan dalam masyarakat.

Peraturan-peraturan hukum yang bersifat mengatur dan memaksa anggota masyarakat untuk menaatinya, menyebabkan terdapatnya keseimbangan dalam tiap perhubungan dalam masyarakat. Hubungan- hubungan dalam masyarakat tersebut tidak boleh bertentangan dengan ketentuan-ketentuan hukum yang ada dan berlaku dalam masyarakat. Setiap pelanggar peraturan hukum yang ada akan dikenakan sanksi. Untuk menjaga agar peraturan-peraturan itu dapat berlangsung terus dan diterima oleh masyarakat maka peraturan hukum yang ada harus sesuai dan tidak boleh bertentangan dengan asas-asas keadilan dari masyarakat tersebut. Dengan demikian, hukum itu bertujuan menjamin adanya kepastian hukum dalam masyarakat dan hukum itu harus pula bersendikan pada keadilan dari masyarakat tersebut.

Berkenaan dengan tujuan hukum tersebut di atas, cobalah Anda ikuti beberapa pendapat sarjana ilmu hukum berikut ini.

1. Prof. Subekti S.H dalam C.S.T. Kansil S.H., (1982: 39-43) dalam bukunya yang berjudul Dasar-dasar Hukum dan Peradilan, mengatakan bahwa hukum itu mengabdi pada tujuan negara yang dalam pokoknya ialah mendatangkan kemakmuran dan kebahagiaan pada rakyat. Hukum menurut Prof Subekti, S.H., melayani tujuan negara tersebut dengan menyelenggarakan keadilan dan ketertiban, merupakan syarat-syarat yang pokok untuk mendatangkan kemakmuran dan kebahagiaan.

Menurut beliau bahwa keadilan itu dapat digambarkan sebagai suatu keadaan keseimbangan yang membawa ketenteraman di dalam hati orang, dan jika diusik atau dilanggar akan menimbulkan kegelisahan dan kegoncangan. Keadilan selalu mengandung unsur penghargaan, penilaian, atau pertimbangan dan karena itu, ia lazim dilambangkan dengan suatu Neraca Keadilan. Keadilan itu menuntut bahwa dalam keadaan yang sama tiap orang harus mendapat keadilan yang sama pula.

Dengan demikian, dapat dilihat bahwa hukum tidak saja harus memberikan keseimbangan antara berbagai kepentingan yang

bertentangan satu sama lain untuk mendapatkan keadilan, tetapi hukum juga harus mendapatkan keseimbangan lagi antara tuntutan keadilan tersebut dengan tuntutan ketertiban.

2. Mr. Dr L. J. Apeldoorn, menurut beliau bahwa tujuan hukum ialah mengatur pergaulan hidup manusia secara damai. Hukum menghendaki perdamaian, perdamaian di antara manusia dipertahankan oleh hukum dengan melindungi kepentingan-kepentingan hukum manusia tertentu, seperti kehormatan, kemerdekaan, jiwa, harta benda terhadap pihak yang merugikannya. Kepentingan perseorangan sering bertentangan dengan kepentingan golongan-golongan manusia. Pertentangan kepentingan ini dapat menjadi pertikaian, bahkan dapat menjelma menjadi peperangan, seandainya hukum tidak bertindak sebagai perantara untuk mempertahankan perdamaian. Hukum hanya dapat mencapai tujuan, jika ia menuju peraturan yang adil, artinya peraturan pada mana terdapat keseimbangan antara kepentingan-kepentingan yang dilindungi, pada setiap orang memperoleh sebanyak mungkin yang menjadi bagiannya.

Keadilan tidak dipandang sama arti dengan persamarataan, keadilan bukan berarti bahwa setiap orang memperoleh bagian yang sama.

Menurut Aristoteles di dalam tulisannya yang bernama Rhetorica membagi dua macam keadilan, yaitu keadilan distributif dan keadilan komutatif. Keadilan distributif ialah keadilan yang memberikan kepada setiap orang jatah menurut jasanya atau pembagian menurut haknya masing-masing. la tidak menuntut supaya tiap-tiap orang mendapat bagian yang sama banyaknya; bukan persamaan melainkan kesebandingan. Keadilan komutatif ialah keadilan yang memberikan kepada setiap orang sama banyaknya dengan tidak mengingat jasa-jasa perseorangan.

3. Tujuan hukum menurut Van Kan dalam B. Bastian Tafal, (1992:11) ialah untuk ketertiban dan perdamaian. Dengan adanya peraturan hukum orang akan dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya dan melindungi kepentingannya dengan tertib sehingga tercapai kedamaian dalam hidup bermasyarakat.

B. PEMBAGIAN HUKUM MENURUT ASAS PEMBAGIANNYA

Dalam dokumen Hukum Tata Usaha Negara (Halaman 74-78)