• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

B. KAJIAN TEORI

3. Pengertian Karakter Religius

Karakter merupakan nilai-nilai dasar yang membangun pribadi seseorang, terbentuk karena pengaruh lingkungan, yang membedakan dengan orang lain, serta diwujudkan dalam sikap dan perilakunya dalam kehidupan sehari-hari.47 Menurut Muhaimin kata religius lebih tepat diterjemahkan sebagai keagamaan, dimana keberagaman lebih melihat

45 Wahab dkk, Kompetensi Guru Agama Tersertifikasi, (Semarang: Robar Bersama, 2011), hlm. 63

46 Peraturan Menteri Agama R.I. Nomor 02 Tahun 2008, Standar

Kompetensi Lulusan dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah, Bab II

47 Samani dan Hariyanto ..., hal.43.

aspek yang ada di dalam hati nurani, sikap personal yang tidak begitu diketahui orang lain.48

Kata dasar dari religius adalah religi yang berasal dari bahasa asing religion sebagai bentuk dari kata benda yang berarti agama atau kepercayaan akan adanya sesuatu kodrati di atas manusia. Sedangkan religius berasal dari kata religious yang berarti sifat religi yang melekat pada diri seseorang. Sehingga religius dapat diartikan sebagai keshalehan atau pengabdian yang besar terhadap agama. Keshalehan tersebut dibuktikan dengan melaksanakan segala perintah agama dan menjauhi segala larangan agama.49 Religius juga dapat diartikan bahwa nilai karakter yang berhubungan dengan tuhannya, yang menunjukkan bahwa pikiran, perkataan, dan tindakan seseorang yang diupayakan selalu mendasarkan pada nilai-nilai ketuhanan dan ajaran agama.50

Kemendiknas mengartikan bahwa karakter religius sebagai sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap ibadah agama orang lain, serta hidup rukun dengan pemeluk agama lain.51 Sementara itu, karakter religius adalah manusia yang selalu menyandarkan segala aspek kehidupannya kepada agama, menjadikan agama sebagai penuntun dan panutan dalam setiap

48 Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), hal. 288.

49 Kemendiknas, Pengembangan Pendidikan Karakter Budaya dan Karakter Bangsa:

Pedoman Sekolah, (Jakarta: Balitbang, 2010), hal. 3.

50 Muhamad Mustari, Nilai Karakter : Refleksi Untuk Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 201)4, hal. 1.

51 Kemendiknas, Pengembangan Budaya dan Karakter Bangsa, (Jakarta: Balitbang, 2010), hal. 3-4.

tutur kata, sikap dan perbuatannya, taat menjalankan perintah tuhannya dan menjauhi larangannya.52

Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa karakter religius merupakan sebuah perilaku dan akhlak yang sesuai dengan ajaran agama islam dengan menjalankan semua perintah agama dan menjauhi segala larangannya. Misalnya beribadah kepada Allah (shalat, zakat, puasa, dll), berbuat baik kepada semua makhluk, jujur, tanggung jawab, dan berbakti kepada orang tua.

Dalam Pendidikan Karakter ada beberapa pendekatan.Salah satunya pendekatan penanaman karakter. Penanaman karakter atau nilai pada peserta didik adalah mengusahakan agar peserta didik mengenal dan menerima nilai sebagai milik mereka dan bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya melalui tahapan, mengenal pilihan, menentukan pendirian menerapkan nilai sesuai dengan keyakinan diri.

Karakter dapat dianggap sebagai nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata karma, budaya, adat istiadat, dan estetika. Selain pendapat diatas, karakter memiliki pengertian lain,Warsono dkk.mengutip Jack Corley dan Thomas Philip menyatakan:

52 Alivernama Wiguna, Isu-isu Kontemporer Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Deepublish, 2014), hal. 161.

“karakter merupakan sikap dan kebiasaan seseorang yang memungkinkan dan mempermudah tindakan moral”.53

Kata religius berakar dari kata religi (religion) yang artinya taat, pada agama. Religius adalah proses mengikat kembali atau bisa dikatakan dengan tradisi, sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan

pergaualan manusia serta lingkungannya.54 Religius juga disebut dengan sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain. Penciptaan suasana religius di sekolah atau madrasah atau perguruan tinggi memiliki landasan yang sangat kuat.Setidak- tidaknya dapat dipahami dari landasan filosofisbangsa Indonesia, yaitu pancasila. Penulis setuju dengan tafsir yang menyatakan bahwa bila dianalisis dengan pendekatan filsafat, maka pancasila bukan yang mengandung lima ide dasar melainkan empat, yaitu: (1) kemanusiaan yang berdasarkan keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa; (2) persatuan yang berdasarkan keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa’ (3) kerakyatan yang berdasarkan keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa; (4) keadilan yang berdasarkan keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Pengertian ini tersurat dalam simbol (gambar) yang ada di dada garuda yang dijadikan lambing pancasila. Di situ bintang atau symbol mengambil daerah empat

53Indri Kautsar, Pendidikan Karakter Religius, Disiplin dan Bakat Melalui Peningkatan Kualitas Sarana Prasarana Sekolah, Jurnal Pendidikan Manajemen, Vol. 2, No. 2, 2017, hlm 274.

54Dian Popi, Pendidikan Karakter Religius dan Mandiri di Pesantren, Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, hlm 47

sila lainnya. 55 Hal ini mengandung makna bahwa inti pancasila adalah keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Menurut Stark dan Glock, ada lima unsur yang dapat mengembangkan manusia menjadi religius, yaitu keyakinan agama, ibadat, pengetahuan agama, pengalaman agama, dankonsekuensi dari keempat tersebut.56Keyakinan agama adalahkepercayaan atas doktrin ketuhanan, seperti percaya adanya Tuhan, malaikat, akhirat, surge, neraka, takdir, tanpa keimanan memang tidak nampak keberagamaan. Tidak ada ketaatan kepada Tuhan jika tanpa keimanan kepada- Nya.Walaupun keimanan itu bersifat pengetahuan, tetapi iman itu bersifat yakin, tidak ragu-ragu.

Namun kenyataanya, iman itu sendiri sering mengencang dan mengendur, bertambah dan berkurang, dan bisa jadi akan hilang sama sekali. Apa yang diperlukan di sini adalah pemupukan rasa keimanan. Maka, keimanan yang abstrak tersebut perlu didukung oleh perilaku keagamaan yang bersifat praktis,yaitu ibadah.

Ibadah adalah cara melakukan penyembahan kepada Tuhan dengan segala rangkaiannya. Ibadah itu dapatmeremajakan keimanan, menjaga diri dari kemerosotan budi pekerti atau dari mengikuti hawa nafsu yang berbahaya, memberigaris pemisah antara manusia itu sendiri dengan jiwa yangmengajaknya pada kejahatan.Ibadah itu pula yang dapatmenimbulkan rasa cinta pada keluhuran, gemar mengerjakan pada akhlak yang mulia, dan

55Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2012), 56.

56Mohammad Mustari, Nilai Karakter Refleksi untuk Pendidikan (Depok:PT. Raja Grafindo Persada,2017), hlm, 3.

amal perbuatan yang baik dan suci. Pengetahuan agama adalah pengetahuan tentang ajaran agama meliputi berbagai segi dalam suatu agama. Misalnya pengetahuan tentang shalat, puasa, zakat, infak dan sebagainya.Pengetahuan agamapun bisa berupa pengetahuan tentang riwayat perjuangan Nabinya, peninggalannya, dan cita- citanya yang menjadi panutan dan teladan umatnya.

Pengalaman agama adalah perasaan yang dialamai orangberagama, seperti rasa tenang, tenteram, bahagia, syukur, patuh, taat, takut, menyesal, bertobat, dan sebagainya. Terakhir, konsekuensi dari keempat unsur tersebut adalah aktualisasi dari doktrin agama yang dihayati oleh seseorang, yang berupa sikap, ucapan, dan perilaku atau tindakan. Menurut Madjid, agama bukan hanya kepercayaan kepadayang ghaib dan melaksanakan ritual- ritual tertentu. Agama adalah keseluruhan tingkah laku manusia yang terpuji, yang dilakukan demi memperoleh ridha Allah.

Agama, dengan kata lain, meliputi keseluruhan tingkahlaku manusia dalam hidup ini, yang tingkah laku itu membentuk keutuhan manusia berbudi luhur (ber-akhlaq karimah), atas dasar percaya atau iman kepada Allah dan tanggung jawab pribadi di hari kemudian.57 Dengan demikian, menjadi jelas bahwa nilai religius merupakan pembentuk karakter yang sangat penting.Artinya manusia yang berkarakter adalah manusia yang religius.

57Muhammad Fathurrohman, Budaya Religius Dalam Menungkatkan Mutu Pendidikan,hlm, 49.

Dengan demikian yang dimaksud pembentukan karakter religius adalah mengusahakan agar peserta didik mengenal dan menirmanilai sebagai milik mereka dan bertanggung jawab atas keputusanyang diambilnya melalui tahapan, mengenal pilihan, menentkanpendirian menerapkan nilai yang berhubungan dengan TuhanYang Maha Esa.

Dokumen terkait