KATA PENGANTAR
B. Pengertian Konstitusi
Sebelum membahas mengenai pengertian konstitusi, maka terlebih dahulu perlu diuraikan tentang dikotomi antara konstitusi dan konstitusionalisme, hal ini perlu untuk diperjelas agar supaya tidak ada bias untuk memaknai antara kedua istilah itu sebelum membahas mengenai pengertian konstitusi. Secara etimologis antara kata “konstitusi”,
“konstitusional”, dan “konstitusionalisme” inti maknanya sama, namun penggunaan dan penerapannya berbeda. Konstitusi adalah segala ketentuan dan aturan mengenai ketatanegaraan (Undang Undang Dasar, dan sebagainya), atau Undang Undang Dasar suatu negara. Dengan kata lain, segala tindakan atau perilaku seseorang maupun penguasa berupa kebijakan yang tidak di dasarkan atau menyimpangi konstitusi, berarti tindakan (kebijakan) tersebut adalah tidak konstitusional. berbeda halnya dengan konstitusionalisme, yaitu suatu paham mengenai pembatasan kekuasaan dan jaminan hak-hak rakyat melelui konstitusi.6
Konstitusi merupakan hal yang sangat penting untuk semua bangsa dan negara yang ada di belahan bumi manapun, baik bangsa dan negara yang telah lama memperolakmirkan kemerdekaannya maupun negara yang baru memproklamirkan kemerdekaannya, negara besar sampai negara yang sangat kecil pasti mempunyai konstitusi sebagai fundamental utama dalam sebuah negara, demikian juga halnya dengan Indonesia pasti mempunyai konstitusi. Pegertian konstitusi dapat ditemukan dalam buku yang berjudul
“Corpus Juris Scundum” volume 16, dalam buku tersebut pengertian konstitusi dirumuskan sebagai berikut:
“A constitution is the original law bay which a system of government is created and set up, and to which the branches of government must look for all their power and authority”.7
Konstitusi juga dapat diartikan: ”A constitution as a form of social contract joining the citizens of the state and defi ning the state itself”.8
6Dahlan thaib, jazim Hamidi, Ni’matul Huda, Op Cit... Hal. 1
7Corpus Juris Scundum, Constitutional Law, volume 16, (Brooklyn, N.Y. Th e American Law Book), tanpa tahun, hal. 21. Lihat juga Wirjono Projodikoro, Asas‐Asas Hukum Tata Negara Di Indonesia, (Jakarta: Dian Rakyat, 1989), hal. 10
8Dennis C.Mueller, Constitutional Democracy, (Oxford University Press, 1996). hal. 61. Dalam buku ini juga, Dennis menyatakan: “A contract is an agreement among two or more individuals specifying certain duties, obligation, and rights of each individual, and penalties for complying or violating the terms of the contract”.
Mengenai istilah konstitusi dalam arti pembentukan, berasal dari bahasa Perancis yaitu constituer, yang berarti membentuk. Yang dimaksud dengan membentuk disini adalah membentuk suatu negara.9 Dalam hal ini yang dibentuk adalah suatu negara, maka konstitusi mengandung permulaan dari segala macam peraturan pokok mengenai sendi-sendi pertama untuk menegakan bangunan besar yang bernama negara.10
Dalam bahasa Latin, kata konstitusi merupakan gabungan dari dua kata, yaitu cume dan statuere. Cume adalah sebuah preposisi yang berarti “bersama dengan”, sedangkan statuere berasal dari kata sta yang membentuk kata kerja pokok stare yang berarti berdiri. Atas dasar itu, kata statuere mempunyai arti “membuat sesuatu agar berdiri atau mendirikan /menetapkan”. Dengan demikian bentuk tunggal (constitutio) berarti menetapkan sesuatu secara bersama-sama dan bentuk jamak (constitusiones) berarti segala sesuatu yang telah ditetapkan.11 Sementara itu, kalau menelusuriaspek gramtikal dari pengertian konstitusi merupakan terjemahan dari Constitutional Law (Inggris), Droit Constitutionnel (Perancis) Diritto Constitutionale (Italia), atau Verfassungsrecht (Jerman).12
Pengertian konstitusi bisa dimaknai secara sempit maupun secara luas. Konstitusi dalam arti sempit hanya mengandung norma-norma hukum yang membatasi kekuasaan yang ada dalam negara. Sedangkan konstitusi dalam arti luas adalah keseluruhan dari ketentuan-ketentuan dasar atau hukum dasar, baik yang tertulis ataupun tidak tertulis maupun campuran keduanya tidak hanya sebagai aspek hukum melainkan juga
“non-hukum”.13
Konstitusi dan undang-undang dasar seringkali memiliki batasan yang berbeda sungguhpun keduanya sama-sama menunjuk pada pengertian hukum dasar. Dalam pandagan M. Solly Lubis ia mengatakan bahwa
“konstititusi memiliki dua pendapat, ada konstitusi tertulis (undang undang
9Astim Riyanto, Teori Konstitusi, (Bandung; Yapemdo, 2000), hal 17 lihat juga dalam buku Wirjono Prodjodikoro, Asas-asas Tata Negara di Indonesia, (Jakarta: Dian Rakyat, 1977). hal. 10.
10 Constantinus Albertus Josephus Maria Kortmann, Constitutional recht, (Kluwer, Deventer, 1960). hal. 9.
11Koerniatmanto Soetoprawiro, Konstitusi: Pengertian dan Perkebangannya, Jurnal Pro Justitia, Volume 5, Nomor. 2, Mei 1987, hal. 28‐29
12Djokosutono, Hukum Tata Negara (Dihimpun Harun Al Rasid), (Jakarta : Ghalia Indonesia, 1982), hal. 23.
13A. Himmawan Utomo, “Konstitusi”, Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian PendidikanKewarganegaran, (Yogyakarta; Kanisius, 2007), hal 2.
dasar), ada konstitusi yang tidak tertulis (Konvensi).14 Salah satu contoh negara yang menganut konstitusi tidak tertulis adalah Inggris.15 Secara umum konstitusi menunjuk pada pengertian hukum dasar tidak tertulis, sedangkan undang-undang dasar menunjuk pada pengertian hukum dasar tertulis. Eric Barendt dalam bukunya yang berjudul “An Introduction to Constitutional Law” menyebutkan:
“Th e constitution of a state is the written document or text which outlines the powers of its parliament, government, courts, and other important national institution”.16
(Konstitusi dapat diartikan sebagai dokumen yang tertulis yang secara garis besarnya mengatur kekuasaan legislatif, eksekutif, dan yudikatif serta lembaga negara penting lainnya).
K.C. Wheare mengartikan konstitusi sebagai: keseluruhan sistem ketatanegaraan dari suatu negara berupa kumpulan peraturan-peraturan yang membentuk, mengatur, dan memerintah dalam pemerintahan suatu negara. Peraturan disini merupakan gabungan antara ketentuan-ketentuan yang memiliki sifat hukum (legal) dan yang tidak memiliki sifat hukum (nonlegal).17
Menurut Sir Jhon laws, ia mengatakan bahwa konstitusi adalah sebuah bagan dari auran hukum yang mengatur mengenai hubungan dalam sebuah negara antara yang mengatur dan yang diatur. Sedangkan menurut Bogdanor V. dan B. Rudder, mereka mengatakan bahwa konstitusi adalah aturan norma-norma yang mengatur alokasi kekuasaan, fungsi dan tugas dari berbagai lembaga dan petugas pemerintahan serta mengatur mengenai hubungan antara lembaga dan petugas tersebut dengan masarakat.18
Pendapat lain juga disampaikan oleh Carl Schmit mengenai pengertian konstitusi yakng kemudian membagi pengertian konstitusi ke dalam 4 (empat) bagian, yaitu:
14M.Solly Lubis, Asas-asas Hukum Tata Negara, (Bandung: Alumni, 1978). hal. 45.
15Muhammad Tahir Azhari, Negara Hukum, (Jakarta: Bulan Bintang,1992). hal. 179.
16Eric Barendt, An Introduction to Constitutional Law, (London: Oxford University Press, 1998).
hal. 1.
17Dahlan Th aib, Jazim Hamidi, Ni’matul Huda, Teori Dan Hukum Konsitusi, Raja (Grafi ndo Persada; jakarta. 2010), hal.13
18Feri Amsari, Perubahan UUD 1945 (Perubahan Konstitusi Negara Kesatuan Republik Indonesia Melalui Keputusan Mahkamah Konstitusi, (Raja Grafi ndo Persada; Jakarta, 2014), hal. 26.
1. Konstitusi dalam arti absolut, meliputi: (1) konstitusi sebagai kesatuan organisasi negara; (2) konstitusi sebagai bentuk negara, baik demokrasi ataupun monarki; (3) konstitusi sebagai faktor integritas; dan (4) konstitusi sebagai norma hukum dasar negara.
2. Konstitusi dalam arti relatif, meliputi: (1) konstitusi sebagai tuntutan dari golongan borjuis liberal agar hak-haknya dijamin tidak dilanggar oleh penguasa; dan (2) konstitusi dalam arti formil atau konstitusi tertulis.
3. Konstitusi dalam arti positif, yang mengandung pengertian sebagai keputusan politik yang tertinggi tentang sifat dan bentuk suatu kesatuan politik yang disepakati oleh suatu negara.
4. Konstitusi dalam arti ideal, yang mengandung maksud bahwa konstitusi merupakan idaman atau cita-cita (golongan borjuis liberal) agar pihak penguasa tidak berbuat sewenang-wenang terhadap rakyat.19
Menurut Soemantri Martosoewignjo, istilah konstitusi berasal dari perkataan “Constitution”, yang dalam Bahasa Indonesia kita jumpai dengan istilah hukum yang lain, yaitu undang-undang dasar dan/atau hukum dasar.20 Seragam dengan pendapat di atas, Nyoman Dekker mengemukakan bahwa konstitusi didalam pemahaman anglo-saxon sama dengan undang-undang dasar,21 dimana menurut E.C.S. Wade dalam bukunya Constitutional Law, Undang-Undang Dasar adalah naskah yang memaparkan rangka dan tugas- tugas pokok dari badan-badan pemerintahan suatu negara dan menentukan pokok-pokoknya cara kerja badan-badan tersebut.22
Sementara itu, Mohammad Tolchah Mansur mengatakan bahwa Pada umumnya dikemukakan pendapat bahwa konstitusi mempunyai pengertian yang lebih luas daripada Undang-Undang Dasar. Hal itu disebabkan, karena konstitusi mempunyai bagian yang tertulis yang dinamakan Undang-Undang Dasar dan bagian yang tidak tertulis yang disebut konvensi.23
19 Taufi qurrohman Syahuri. Tafsir Konstitusi Berbagai Aspek Hukum. (Jakarta : Kencana, 2011), hal. 32-33.
20 Astim Riyanto, op cit, hal 19.
21Ibid, hal 25.
22Wade and Philips, G. Godfrey, Constitutional Law, An Outline of the Law and Practice of the Constitution, Including Central and Local Government, the Citizen and the State and Administrative Law. Seventh ed, by E.C.S. Wade and A.W. Bradley, (London, Longmans, 1965).
23Konvensi atau convention ini menurut Mohammad Tolchah Mansur diartikan sebagai kelaziman-kelaziman yang timbul dalam praktek hidup. Mohammad Tolchah Mansur, Pembahasan Beberapa Aspek Tentang Kekuasaan-Kekuasaan Eksekutif dan Legislatif Negara Indonesia, (Jakarta:
Pradnya Paramita, 1977), hal. 150
Beberapa ahli hukum tata negara juga memiliki pengertian konstitusi sama dengan undang-undang dasar. Para ahli hukum tata negara yang berpendapat, bahwa pengertian konstitusi adalah sama dengan undang- undang dasar, diantaranya adalah G.J. Wolhaff , Sri Soemantri M., Jimly Asshiddiqie, J.C.T. Simorangkir; Sedangkan para ahli hukum tata negara yang membedakan pengertian konstitusi dengan undang-undang dasar diantaranya adalah Herman Heller, M. Solly Lubis, Moh. Kusnardi dan Harmaily Ibrahim.24
Pemahaman tentang konstitusi dalam tulisan ini tidak berbeda dengan Undang Undang Dasar. Pertimbangan utama adalah bahwa dalam praktik administrasi negara Indonesia, istilah konstitusi tampaknya digunakan bersama oleh administrator negara saat itu dan digunakan dengan makna atau pemahaman yang sama. Indonesia pernah memiliki konstitusi 1945, yang ditetapkan oleh Badan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), memiliki konstitusi Republik Indonesia, atau disingkat RIS pada tahun 1949, memiliki konstitusi sementara pada tahun 1950, atau pada tahun 1950 konstitusi disingkat, dan UUD 1945 adalah hasil dari perubahan (amandemen). Mengingat praktik pemerintah Indonesia, penulis tidak membuat perbedaan dalam makalah ini antara memahami konstitusi dan Undang Undang Dasar.
Berlakunya suatu konstitusi sebagai hukum dasar yang mengikat didasarkan atas kekuasaan tertinggi atau prinsip kedaulatan yang dianut dalam suatu negara. Jika negara itu menganut paham kedaulatan rakyat, maka sumber legitimasi konstitusi itu adalah rakyat. Jika yang berlaku adalah paham kedaulatan raja, maka raja yang menentukan berlaku tidaknya suatu konstitusi, hal inilah yang disebut oleh para ahli sebagai constituent power yang merupakan kewenangan yang berada di luar dan sekaligus di atas sistem yang diaturnya. Karena itu, dilingkungan negara-negara demokrasi, rakyatlah yang dianggap menentukan berlakunya suatu konstitusi.25
Konstitusi, menurut Miriam Budiarjo adalah suatu piagam yang menyatakan cita-cita bengsa dan merupakan dasar organisasi kenegaraan suatu bangsa. Di dalamnya terdapat berbagai aturan pokok yang barkaitan
24Widodo Ekatjahjana, Negara Hukum, Konstitusi, Dan Demokrasi: Dinamika Dalam Penyelenggaraan Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia, (Jember : Jember University Press, 2015), hal. 5
25 A. Himmawan Utomo , op cit, hal 7.
dengan kedaulatan,pembagian kekuasaan, lembaga-lembaga negara, cita- cita dan ideologi negara, masalah ekonomi dan sebagainya.26
Fungsi dasar konstitusi ialah mengatur pembatasan kekuasaan dalam negara. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Prof. Bagir Manan bahwa konstitusi ialah sekelompok ketentuan yang mengatur organisasi negara dan susunan pemerintahan suatu negara.27
Beragamnya pengertian konstitusi maupun juga adanya dikotomi antara konstitusi dengan UUD 1945 merupakan suatu hal yang lumra dalam dunia hukum, khususnya hukum konstitusi, hal ini disebabkan karena ada perbedaan sudut pandang yang mengalami kristasliasi dalam berbagi pemikiran yang selanjutnya di pakemkan menjadi sebuah teori.
pada akhirnya perkembangan atau dinamisnya ilmu konstitusi adalah karena ruang berfi kir hukum konstitusi senantiasa menyesuaikan dengan perkembangan zaman atau bisa juga bisa dikatakan arus pemikiran konstitusi yang terus mencari bentuknya sesuai dengan alam berfi kir yang mengelutinya.