A. Tanah adat perorangan
VI. PENUTUP
Penyelenggara pemerintahan tidak menghendaki koeksistensi hukum negara dan hukum adat dalam mengatur pertanahan yang ditunjukan dengan perilaku mengelak metode konversi (penegasan, pengakuan) dan menggantikannya dengan pengakuan dalam pendaftaran tanah bekas milik adat, dan pendaftaran tanah-tanah hak pakai turun temurun sebagai tanah hak milik. Dibalik semua ini adalah keinginan kuat negara atau pemerintah untuk menjadikan pendaftaran tanah sebagai metode untuk menciptakan kesatuan hukum tanah nasional. Kesatuan hukum akan memudahkan pemerintah menyediakan tanah untuk keperluan pembangunan. Akan tetapi, keinginan ini berseberangan dengan harapan lain dari UUD 1945 dan UUPA untuk tanah-tanah adat yaitu membuatnya memiliki daya laku sebagai bagian dari keinginan untuk melihat
62 Wawancara dengan M, Direktur Pengaturan Tanah Komunal, Hubungan Kelembagaan, dan PPAT, Kementerian ATR/BPN, 23 Oktober 2020.
hukum adat hidup berdampingan dengan hukum negara. Pendaftaran tanah sebagai bagian dari pengakuan, dibayangkan akan memperhatikan eksistensi hak-hak adat tanah dan kemudian memberi posisi yang tepat baginya dalam sistem penguasaan atas tanah.
Seiring waktu, harapan atau perhatian untuk mengakui tanah-tanah adat lewat pendaftaran, tidak berkembang. Pada periode tertentu perhatian ini menjadi agenda pemerintahan, namun dipahami dan dilaksanakan dengan pembelokan-pembelokan sehingga berakhir dengan individualisasi dan negaraisasi. Sejauh ini individualisasi, negaraisasi dan akibat-akibat yang dilahirkannya belum terlihat sebagai buah dari suatu grand design yang dijalankan secara sistematis. Namun, fakta bahwa keduanya telah dimulai sejak dekade 60-an sampai sekarang, menunjukkan adanya keberlanjutan.
Apa yang terjadi dengan tanah-tanah adat setelah pendaftaran tanah yang mengusung orientasi individualisasi dan negaraisasi dilakukan, merupakan bukti bahwa UUPA keliru membuat hipotesis. UUPA mendalilkan bahwa secara alamiah tanah-tanah ulayat akan hilang dan menjadi tanah-tanah perseorangan akibat perkembangan masyarakat. Hipotesis ini tidak berdasar jika melihat fenomena individualisasi dan negaraisasi tanah-tanah adat seperti yang dipaparkan oleh tulisan ini. Individualisasi tanah-tanah ulayat ternyata terjadi bukan semata-mata melalui proses sosial alamiah tapi juga karena dinginkan dan dipaksakan oleh penyelenggara pemerintah.
Kehadiran individualisasi yang diteruskan dengan negaraisasi juga mengubah makna semula hak ulayat, dari sistem aturan atau kewenangan, menjadi suatu hak dengan objek tertentu. Objeknya adalah bidang-bidang tanah yang belum menjadi hak perseorangan. Adapun tanah-tanah perseorangan dianggap keluar dari kewenangan ulayat dan hijrah ke yurisdiksi hukum formal. Hijrah tersebut membuat hak-hak adat perseorangan itu tidak akan kembali ke dalam kewenangan ulayat. Ini berbeda dengan proyeksi yang pernah dikemukakan oleh Herman Soesangobeng, seorang pakar hukum agraria ternama, bahwa pendaftaran tanah-tanah adat perorangan tidak akan meniadakan relasi abadi antara hak ulayat dengan hak perseorangan. Proyeksi ini mengabaikan agenda negara memutuskan hubungan abadi itu dengan cara menarik tanah-tanah adat perseorangan ke dalam pangkuan hukum formal.
BIBLIOGRAFI
Arianto, Tjahjo, Rochmat Martanto, Dwi Wulan Titik Andari. 2019. “Pengakuan dan Perlakuan Tanah Adat dalam Pelaksanaan Pendaftaran Tanah di Provinsi Bengkulu”, dalam Lutfhi, Ahmad Nasih, Westi Utami, M. Nazir Salim & Asih Retno Dewi (eds.), Eksistensi, Perubahan dan Pengaturan Tanah Ulayat/Adat di Indonesia. Yogyakarta: STP Press.
Besteman, Catherine. 1994. “Individualization and the Assault on Customary Tenure in Africa: Title Registration Programmes and the Case of Somalia”, Africa: Journal of the International African Institute, 1994, Vol. 64, No. 4, pp. 484-515.
Der Eng, Pierre van. 2016. “After 200 years, why is Indonesian cadastral system is still incomplete?, dalam John McCharty dan Kathryn Robinson, Land and Development in Indonesia: searching for the people sovereignty, Singapore:
ISEAS Publishing.
Fitzpatrick, Daniel. 1997. “Dispute and Pluralisme in Modern Indonesian Land Law”,Yale Journal of International Law, Vol. 22 (1), 192-253.
Harsono, Boedi. 2005. Hukum Agraria Indonesia sejarah Pembentukan Undang-Undang Pokok Agraria, Isi dan Pelaksanaannya. Jakarta: Djambatan.
Hewat, Robert, Yulia Sugandi, Zulkifli Lubis, Rikardo Simarmata, Lucy Mitchell, Fajar Jati & Lily Hoo. 2016. “Indigenous Peoples and Sustainable Local Development in Indonesia”, The World Bank Indonesia.
Laksamana, Rofiq, Akur Nurasa, Ahmad Nashih Luthfi. 2019. “Eksistensi, Perubahan dan Sistem PeralihanTanah Adat/Ulayat di Ambon, dalam Lutfhi, Ahmad Nasih, Westi Utami, M. Nazir Salim & Asih Retno Dewi (eds.), Eksistensi, Perubahan dan Pengaturan Tanah Ulayat/Adat di Indonesia. Yogyakarta: STP Press.
Lund, Christian. 2018. “This Situation Is Incongruous in the Extreme”: The History of Land Policies in the Upper Regions of Ghana, dalam M.H.A. Bolaji dan A.A.
Apusigah (eds.), Critical Notes on Northen Ghana’s Development, History, Geography, Institutions, Politics, and Development in Contestation. New York:
Nova Science Publisher.
Mehren, Philip von & Tim Sawers. 1992. “Revitalizing the Law and Development: a Case Study of Title in Thailand”, Harvard International Law Journal, Vol. 3(1), 67- 102.
Mwamlangala, MacLean C, Cosmas B.M. Haule, Abiud Kaswamila. 2019. “Assessment of Customary Land Registration Dynamics Among Agro-Pastoralists In Tanzania:
A Case of Dodoma and Mbeya Regions”, International Doctoral Research Scholars Journal, Vol. 1(1), 105-116.
Mulherin, Billie, J. 1976. “The development of adat law study with relation to land tenure:
nineteenth century Java”, mater thesis at Queensland University.
Nugraha, Septriyadi, I Gusti Nyoman Guntur, dan Sri Kistiyah. 2020. “Penolakan Masyarakat Adat Limau Manis, Kota Padang terhadap Pendaftaran Tanah”, 3 (2) Jurnal Tunas Agraria.
Otto, Jan Michiel. 2009. “Rule of Law Promotion, Land Tenure and Poverty
Alleviation: Questioning the Assumptions of Hernando de Soto”, Haque Journal of Rule of Law 1, 173-195.
Otto, Jan Michiel & Andre Hoekema. 2012. “Legalising Land Rights. Yes but How? An Introduction”, dalam Jan Michiel Otto & Andre Hoekema (eds.), Fair Land Governance How to Legalise Land Rights in Rural Development. Leiden University Press.
Parlindungan, A.P. 1999. Pendaftaran Tanah di Indonesia. Mandar Maju.
Pusat Kajian Pengembangan Masyarakat Atma Jaya & Badan Pertanahan Nasional. 1998.
“Pola penguasaan tanah masyarakat tradisional dan problem pendaftaran tanah.
Studi kasus di Sumatera Barat, Kalimantan Tengah dan Nusa Tenggara Barat”, Indonesian Land Administration Project.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Kementerian Agraria & Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional. 2017. “Pendaftaran Tanah Hak Komunal”. Laporan tidak dipublikasikan.
Rahmat, Riardo. 2019. “Konversi Hak Atas Tanah Ulayat Kaum Menjadi Hak Milik Melalui Program Pendaftaran Tanah Sistimatis Lengkap di Kota Solok”, Soematera Law Review Vol. 2(2), 193-206.
Rianto, Adi. 2008. “Pola penguasaan tanah masyarakat tradisional dan problema pendaftaran tanah: studi kasus di Sumatera Barat, Kalimantan Tengah, dan Nusa Tenggara Barat’, Era Hukum 2, 769-789.
Roth, Michael R, dan John W. Bruce. 1994. “Land Tenure, Agrarian Structure, and Comparative Land Use Efficiency in Zimbabwe: Options for Land Tenure Reform and Land Redistribution”, LTC research paper 117.
Sembiring, Julis. 2018. Dinamika Pengaturan dan Permasalahan Hak Ulayat, Yogyakarta: STPN Press.
Simarmata, Rikardo. 2019. “The enforceability of formalized customary land rights in Indonesia”, Australian Journal of Asian Law,Vol. 19 (2), 1-15.
_________________.2012. Indonesian Law and Reality in the Delta: A Socio-Legal Inquiry into Laws, Local Bureaucrats and Natural Resources Management in the Mahakam Delta, East Kalimantan. Leiden University Press.
Simarmata, Rikardo dan Donasta Yonas. 2020. “Land ownership in Kapuas Hulu district:
current situation, local capacities, and suggestions for improvement”, Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (GIZ) GmbH FORCLIME Forests and Climate Change Programme dan SASCI (Sustainable Agricultural Supply Chains in Indonesia).
Simarmata, Rikardo & Tody Sasmitha. 2021. “Self-determined land rights in Indonesia:
a review on various tenure recognition options”, Forest Peoples Programme.
Simarmata, Rikardo & Muhammad Chanif Chamdani. 2021. “Implementasi pendaftaran tanah sistematis lengkap serta pendekatan untuk tanah ulayat’, unpublished report, Proyek Percepatan Reforma Agraria, Kementerian Agraria & Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional dan World Bank.
Simpson, S.R. 1976. Land law and registration. Cambridge University Press.
Sitorus, Oloan. 2021. Bersama Kanwil BPN Provinsi Maluku: 2 Tahun yang berharga.
Puslitbang ATR/BPN Press.