• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP PEMILIHAN KARIR PADA SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS

Mengingat sedemikian pentingnya peranan dan tanggung jawab seorang konselor sekolah, maka diperlakukan beberapa persyaratan tertentu, diantaranya persyaratan pendidikan formal, kepribadian, latihan atau pengalaman khusus yang harus dimiliki konselor yaitu memiliki tingkat pendidikan universitas dalam psikologi atau sarjana muda ilmu psikologi atau sarjana lulusan bimbingan konseling.

Seorang konselor juga dituntut untuk memiliki sikap-sikap dan memiliki ciri-ciri kepribadian sebagaimana yang diharapkan dalam pelaksanaan bimbingan konseling agar sesuai dengan fungsinya di sekolah yaitu membantu siswa dalam memecahkan masalah-masalahnya, baik masalah pribadi, sosial, belajar maupun karir. (Ridwan, 2008) Sedangkan American Personal and Guidance Association (APGA) menyatakan bahwa peranan konselor sekolah adalah membantu siswa mengenali dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan siswa dalam bidang pendidikan, pekerjaan, bidang sosial- personal, membantu siswa mengembangkan kemampuan mengambil keputusan dan menyusun rencana masa depannya.(Tohirin, 2014)

Seorang konselor dituntut memiliki kompetensi dan profesionalisme dalam menjalankan tugasnya diantaranya aspek-aspek yang dimiliki adalah:

(1) keterampilan, (2) kemampuan mengidentifikasi faktor internal pribadi dalam membuat keputusan, (3) kemampuan mengidentifikasikan faktor kontekstual pribadi dalam membuat keputusan, (4) memiliki kemampuan tentang pendidikan, latihan, kecenderungan lapangan kerja, pasar kerja, sumber-sumber karir, tugas-tugas pekerjaan, upah, persyaratan, dan masa depan, (5) pengetahuan tentang karier dan teori pengambilan keputusan, (6) pengetahuan tentang teknik-teknik pengukuran bakat, prestasi, nilai-nilai kepribadian dan kemampuan menginterpretasikannya kepada klien

atau kepada pihak lain, (7) memiliki pengetahuan dan keterampilan menyusun, melaksanakan, mengevaluasi dan menindak lanjuti program bimbingan konseling Her dan Cremer. (Tohirin, 2014)

Kompetensi dan profesionalisme tersebut dapat dimiliki konselor dengan mengikuti pendidikan dan pelatihan jabatan konselor sebagai tenaga professional dalam membantu siswa.

Berdasarkan uraian di atas, jelas bahwa konselor mempunyai peranan yang sangat penting dalam pelaksanaan program bimbingan karier khususnya dalam memberikan informasi karier dan perkembangan karier dan peningkatan kompetensi peserta didik berkebutuhan khusus agar mereka dapat bersaing dengan peserta didik yang tidak memiliki hambatan perkembangan. Sehingga dari kekurangan yang mereka miliki mereka dapat mengoptimalkan potensi yang mereka miliki, dengan siap bekerja, baik bekerja secara mandiri (wiraswasta) maupun mengisi lowongan pekerjaan yang ada untuk pemenuhan permintaan pasar kerja.

Aspek peran guru BK dalam perkembangan siswa dalam pemilihan karir mencakup 4 macam yaitu:

1. Aspek pribadi, ditujukan agar siswa memiliki pemahaman diri, rasa percaya diri, harga diri, rasa tanggung jawab dan mampu membuat keputusan secara bijak.

2. Aspek sosial, ditujukan untuk membantu siswa mengembangkan hubungan antar pribadi, menghormati orang lain, dan memiliki rasa bertanggung jawab sosial kemasyarakatan.

3. Aspek pembelajaran, yang ditujukan untuk membantu siswa agar menemukan cara belajar yang efektif dan dapat mencapai prestasi belajar sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.

4. Aspek perkembangan karir, ditujukan membantu siswa mengenal ciri-ciri berbagai pekerjaan dan profesi yang ada, serta merencanakan karir berdasarkan minat dan kemampuannya (Gani A. Ruslan, 2011).

Berikut ini adalah jenis-jenis program layanan bimbingan karir yang dapat dilaksanakan oleh guru bimbingan konseling :

a) Layanan orientasi

Yaitu layanan yang membantu peserta didik memahami lingkungan baru, terutama lingkungan sekolah dan obyek-obyek yang dipelajari, untuk menyesuaikan diri serta mempermudah dan memperlancar peran peserta didik di lingkungan baru.

Layanan orientasi berusaha menjembatani kesenjangan antara individu dengan suasana ataupun obyek-obyek yang baru. Layanan ini juga akan mengantarkan peserta didik memasuki suasana ataupun obyek baru agar ia dapat mengambil manfaat berkenaan dengan situasi atau obyek yang baru tersebut.

Layanan orientasi bertujuan untuk membantu membantu individu agar mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan atau situasi yang baru. Secara lebih khusus, tujuan layanan orientasi berfungsi sebagai pemahaman untuk membantu individu agar memiliki pemahaman tentang berbagai hal yang penting dari suasana yang baru saja dijumpainya, berfungsi sebagai pencegahan untuk membantu individu agar terhindar dari hal-hal negatif yang dapat timbul apabila individu tidak memahami situasi atau lingkungannya yang baru, dan fungsi pengembangan yaitu individu mampu menyesuaikan diri secara baik dan mampu memanfaatkan secara konstruktif sumber-sumber yang ada pada situasi baru, maka individu dapat mengembangkan dan memelihara potensi dirinya.

Konselor melaksanakan proses layanan orientasi mulai dari perencanaan hingga akhir dilaksanakan melalui berbagai teknik: pertama, format lapangan. Format ini ditempuh apabila peserta layanan (siswa) melakukan kegiatan ke luar kelas atau ruangan dalam rangka mengakses objek-objek tertentu yang menjadi isi layanan.

Kedua, format klasikal. Kegiatan layanan orientasi ini dilaksanakan di dalam kelas atau ruangan. Obyek-obyek yang menjadi isi layanan dibawa kedalam kelas (ruangan) dalam bentuk contoh-contoh, ilustrasi melalui gambar, film, tampilan video, dan sebagainya. Isi layanan disajikan, dipersepsi, dicermati, didiskusikan, diperlakukan secara bebas dan terbuka. Ketiga, format kelompok. Secara umum polanya sama dengan format klasikal, yaitu dilakukan secara berkelompok dan terdiri atas sejumlah peserta yang terbatas, misalnya lima sampai delapan orang. Melalui format ini lebih memungkinkan dilakukannya akses yang lebih intensif terhadap obyek layanan. Selain itu, layanan ini juga dapat memanfaatkan dinamika kelompok sehingga hasil layanan dapat lebih optimal. Keempat, format individual. Merupakan

format khusus dilakukan terhadap individu-individu tertentu, isi layanan juga bersifat khusus disesuaikan dengan kebutuhan individu yang bersangkutan.

b) Layanan Informasi

Yaitu layanan yang membantu peserta didik menerima dan memahami berbagai informasi diri, sosial, belajar, karir/jabatan, dan pendidikan berkelanjutan.

Layanan informasi juga bertujuan untuk pengembangan kemandirian. Pemahaman dan penguasaan individu terhadap informasi yang diperlukan akan memungkinkan individu: (a) mampu memahami dan menerima diri dan lingkungannya secara obyektif, positif, dan dinamis, (b) mengambil keputusan, (c) mengarahkan diri untuk kegiatan-kegiatan yang berguna sesuai dengan keputusan yang diambil, dan (d) mengaktualisasikan secara terintegrasi.

Beberapa teknik yang biasa digunakan konselor untuk layanan informasi adalah: pertama, ceramah, tanya jawab dan diskusi. Teknik ini paling umum digunakan dalam penyampaian informasi dalam berbagai kegiatan termasuk pelayanan bimbingan dan konseling. Melalui teknik ini, para peserta didik mendengarkan atau menerima ceramah dari pembimbing (konselor), selanjutnya diikuti dengan tanya jawab. Untuk pendalamannya dilakukan diskusi. Kedua, melalui media. Penyampaian informasi bisa dilakukan melalui media tertentu seperti alat peraga, media tertulis, media gambar, poster, dan media elektronik seperti radio, tape recorder, film, televisi, internet, dan lain-lain. Dengann perkataan lain, penyampaian informasi bisa melalui media nonelektronik dan elektronik. Ketiga, acara khusus. Layanan informasi melalui cara ini dilakukan berkenaan dengan acara khusus di sekolah, misalnya “memperingati Hari Kartini”, “Bulan Pendidikan”, “Bulan Pariwisata” dan lain sebagainya. Dalam acara hari tersebut, disampaikan berbagai informasi berkaitan dengan hari-hari tersebut dan dilakukan berbagai kegiatan yang terkait yang diikuti oleh sebagian atau oleh seluruh siswa di sekolah atau di mana kegiatan itu dilaksanakan. Keempat, nara sumber. Layanan informasi juga bisa diberikan kepada peserta didik dengan mengundang nara sumber. Misalnya informasi tentang otomotif, alat-alat berat atau perbengkelan mengundang nara sumber dari perusahaan otomotif yang sudah terekomendasi. Dengan demikian,

informasi tidak menjadi monopoli konselor. Dengan perkataan lain tidak semua informasi diketahui oleh konselor, harus didatangkan atau diundang pihak lain yang mengetahui. Pihak-pihak mana yang akan diundang, tentu disesuaikan dengan jenis informasi yang akan diberikan.

c) Layanan Penempatan dan Penyaluran

Yaitu layanan yang membantu peserta didik memperoleh penempatan dan penyaluran yang tepat di dalam kelas, kelompok belajar, jurusan/program studi, program latihan, magang, dan kegiatan ekstrakurikuler. Peserta didik dalam proses perkembangannya sering dihadapkan pada kondisi yang di satu sisi serasi atau (kondisif) mendukung perkembangannya dan di sisi lain kurang serasi atau kurang mendukung (mismatch). Kondisi mismatch berpotensi menimbulkan masalah pada individu (siswa). Oleh sebab itu, layanan penempatan dan penyaluran diupayakan untuk membantu individu yang mengalami mismatch. Layanan ini berusaha meminimalisasi kondisi mismatch ini terjadi pada individu sehingga individu dapat mengembangkan potensi dirinya secara optimal.

Layanan penempatan dan penyaluran adalah usaha membantu siswa merencanakan masa depannya selama masih di sekolah atau madrasah dan sesudah tamat, memilih program studi lanjutan sebagai persiapan dalam memangku jabatan tertentu.

Tujuan para konselor sekolah dalam melaksanakan layanan penempatan dan penyaluran ini adalah berusaha mengurangi kondisi ketidaksesuaian (missmatch) pada diri individu sehingga individu dapat mengembangkan dirinya secara optimal dan individu dapat mendapatkan tempat yang cocok bagi dirinya untuk mengembangkan segala potensi yang ada pada diri individu tersebut.

Layanan penempatan dan penyaluran bertujuan supaya siswa bisa menempatkan diri dalam program studi akademik dan lingkup kegiatan non akademik yang menunjang perkembangannya serta semakin merealisasikan rencana masa depan

Dengan perkataan lain, layanan dan penempatan penyaluran bertujuan agar siswa memperoleh tempat yang sesuai untuk pengembangan potensi dirinya, tempat

yang dimaksud adalah lingkungan baik fisik maupun psikis atau lingkungan sosio emosional termasuk lingkungan budaya yang secara langsung berpengaruh terhadap kehidupan dan perkembangan siswa

Isi penempatan dan penyaluran meliputi dua sisi, yaitu, pertama, sisi potensi diri siswa sendiri, mencakup: (a) potensi inteligensi, bakat, minat, dan kecenderungan- kecenderungan pribadi, (b) kondisi psikofisik seperti terlalu banyak bergerak (hiperaktif), cepat lelah, alergi terhadap kondisi lingkungan tertentu, (c) kemampuan berkomunikasi dan kondisi hubungan sosial, (d) kemampuan pancaindra, dan (e) kondisi fisik seperti jenis kelamin, ukuran badan, dan keadaan jasmaniah lainnya.

Kedua, kondisi lingkungannya, mencakup: (a) kondisi fisik, kelengkapan dan tata letak serta susunannya, (b) kondisi udara dan cahaya, (c) kondisi hubungan sosio emosional, (d) kondisi dinamis suasana kerja dan cara-cara bertingkah laku, dan (e) kondisi statis seperti aturan-aturan dan pembatasan-pembatasan.

d) Layanan Penguasaan Konten

Yaitu layanan yang membantu peserta didik menguasai konten tertentu, terutama kompetensi dan atau kebiasaan yang berguna dalam kehidupan di sekolah, keluarga dan masyarakat. dalam perkembangan dan kehidupannya, setiap peserta didik perlu menguasai berbagai kemampuan atau kompetensi. Dengan kemampuan atau kompetensi itulah siswa hidup dan berkembang.

Isi layanan penguasaan konten mencakup: (a) pengembangan kehidupan pribadi, (b) pengembangan kemampuan hubungan sosial, (c) pengembangan kegiatan belajar, (d) pengembangan dan perencanaan karir, (e) pengembangan kehidupan berkeluarga, dan (f) pengembangan kehidupan beragama.

Layanan penguasaan konten umumnya diselenggarakan secara langsung (bersifat direktif) dan tatap muka melalui format klasikal, kelompok, atau individual.

Konselor secara aktif menyajikan bahan, memberi contoh, merangsang (memotivasi), mendorong, dan menggerakkan siswa untuk berpartisipasi secara aktif mengikuti materi dan kegiatan layanan.

e) Bimbingan Konseling Perorangan

Yaitu layanan yang membantu peserta didik dalam mengentaskan masalah pribadinya. Konseling perorangan berlangsung dalam suasana komunikasi atau tatap muka secara langsung antara konselor dengan peserta didik yang membahas berbagai masalah yang dialami peserta didik. Pembahasan masalah dalam konseling perorangan bersifat holistik dan mendalam serta menyentuh hal-hal penting tentang diri peserta didik (sangat mungkin menyentuh rahasia pribadi peserta didik), tetapi juga bersifat spesifik menuju ke arah pemecahan masalah.

Isi layanan konseling perorangan tidak ditentukan oleh konselor sebelum proses konseling dilaksanakan. Dengan perkataan lain, masalah yang dibicarakan dalam konseling perorangan tidak ditetapkan oleh konselor sebelum proses konseling dilaksanakan. Persoalan atau masalah sesungguhnya baru dapat diketahui setelah dilakukan identifikasi melalui proses konseling.

Dalam mendukung kegiatan layanan ini konselor sekolah menggunakan kegiatan-kegiatan pendukung layanan konseling perorangan antara lain: pertama, aplikasi instrumen. Dalam layanan konseling perorangan, hasil instrumentasi baik berupa tes maupun nontes dapat digunakan secara langsung maupun tidak langsung dalam layanan. Hasil tes, hasil ujian, hasil AUM (Alat Ungkap Masalah), sosiometri, angket dan lain sebagainya. Kedua, himpunan data. Seperti halnya hasil instrumentasi, data yang tercantum dalam himpunan data selain dapat dijadikan pertimbangan untuk memanggil peserta didik juga dapat dijadikan konten yang diwacanakan dalam layanan konseling perorangan. Ketiga, konferensi kasus.

Memperoleh data tambahan tentang peserta didik dan untuk memperoleh dukungan serta kerjasama dari berbagai pihak terutama pihak yang diundang dalam konferensi kasus untuk pengentasan masalah peserta didik. Keempat, kunjungan rumah. Untuk memperoleh dukungan dan kerjasama dari orang tua dalam rangka mengentaskan masalah peserta didik.

f) Layanan Bimbingan Kelompok

Yaitu pemberian bantuan (bimbingan) kepada peserta didik melalui kegiatan kelompok. Konselor menjadi pemimpin kelompok dalam layanan ini yang bertugas:

pertama, membentuk kelompok sehingga terpenuhi syarat-syarat kelompok yang

mampu secara aktif mengembangkan dinamika kelompok. Kedua, memimpin kelompok yang bernuansa layanan konseling melalui bahasa konseling untuk tujuan- tujuan konseling. Ketiga, melakukan penstrukturan, yaitu membahas bersama anggota kelompok tentang apa, mengapa, dan bagaimana layanan konseling kelompok dilaksanakan. Keempat, melakukan pentahapan kegiatan konseling kelompok dilaksanakan. Kelima, memberikan penilaian segera hasil layanan konseling kelompok. Keenam, melakukan tindak lanjut (Munandir, 1996).

DAFTAR PUSTAKA

Hurlock, E. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentan Kehidupan, terjemahan Istiwidayanti, dkk. Jakarta: Erlangga, 1999.

Ketut Sukardi, Dewa. Psikologi Pemilihan Karier. Jakarta: Rineka Cipta, 2006

Munandir. Program Bimbingan Karir di Sekolah. Jakarta: Depdikbud Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Proyek Pendidikan Tenaga Akademik. 1996.

Prayitno H, dan Eman Amti. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta, 2013.

Prayitno dan Thantawi M. Surya. Pelayanan Bimbingan dan Konseling SMK seri pemandu Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Padang: Kerjasama Koperasi Karyawan Pusgrafin. Penebar Aksara, 1997.

Ridwan. Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jogjakarta: Pustaka Pelajar, 2008.

Tohirin. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2014.

Ulifa, Rahma. Bimbingan Karier siswa. Malang: UIN-Maliki Press, 2010

. Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan Layanan Bimbingan Konseling dalam Pendidikan Formal. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2008.

ASESMEN CARA PEMAKAIAN PEMBALUT BAGI ANAK TUNAGRAHITA RINGAN REMAJA PUTRI KELAS VII DI SLB B-C MULTAHADA KABUPATEN BANDUNG

(Emay Mastiani, PLB Uninus. Email emay.mastiani@gmail.com) ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan, ketidakmampuan serta kebutuhan belajar cara pemakaian pembalut pada anak tunagrahita ringan remaja putri kelas VII di SLB B-C Multahada Kabupaten Bandung. Metode dan pendekatan yang digunakan adalah metode deskriptif dan pendekatan kualitatif. Untuk mengumpulkan data penulis menggunakan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data dilakukan melalui beberapa langkah diantarannya: reduksi data, display data, verifikasi dan menarik kesimpulan dari data yang sudah terkumpul. Pelaksanaan asesmen dilakukan sebelum menyusun program pembelajaran, tempat yang digunakan adalah ruang bina diri, media disesuaikan dengan kebutuhan. Hasil penelitian penulis dapat dapat disimpulkan kemampuan memakai pembalut pada anak tunagrahita ringan remaja putri kelas VII SLB B-C Multahada Kabupaten Bandung yaitu tidak sama antara siswa yang satu dengan yang lainnya. Kemampuan siswa beragam dalam mengenal alat dan bahan, cara memakai pembalut, memelihara alat dan bahan.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan selama penelitian berlangsung, banyak yang harus ditambahkan berkaitan dengan pelaksanaan asesmen cara memakai pembalut ini, diantaranya untuk Kepala Sekolah diharapkan dapat melengkapi secara bertahap untuk sarana dan prasarana, untuk guru agar dapat membuat instrumen asesmen cara memakai pembalut yang lebih lengkap serta guru diharapkan menambah waktu untuk latihan memakai pembalut sehingga anak cepat memahami, mampu melakukan sendiri dan memiliki kemampuan yang lebih baik dari sebelumnya, begitu juga dengan orang tua hendaknya mau melatih anaknya di rumah sehingga apa yang dilatihkan oleh guru di sekolah di rumah juga diulang sehingga kemampuan menggunakan pembalut akan cepat dipahami oleh anak.