BAB I PENDAHULUAN
2.3 Perangkat Lunak dan Keras Yang Digunakan
2.3.1 Perangkat Lunak
a) Aplikasi Microsoft Office di komputer atau di laptop yang digunakan untuk menyusun laporan KP yang telah dilakukan di PT. Adra Gemilang.
b) Wifi yang digunakan untuk mencari materi yang berkaitan dengan judul kerja praktek (KP) yang diambil.
2.3.2 Perangkat Keras a) Tangga
Tangga adalah alat untuk naik turun apabila saat terjadi gangguan dijaringan tegangan menengah, jaringan tengan rendah dan gangguan rumah pelanggan apabila terjadi los kontak ditiang listrik. Seperti yang terlihat Gambar 2.63.
43 Gambar 2.63 Tangga
Sumber:PLN rayon Bengkalis PT. Adra Gemilang
b) Sabuk Pengaman (Safety Belt)
Safety belt adalah sabuk pengaman pekerja yang bekerja di atas ketinggian dari tanah untuk petugas PLN saat mengatasi gangguan diatas tiang listrik. Seperti yang terlihat pada Gambar 2.64.
Gambar 2.64 Safety Belt
Sumber:PLN rayon Bengkalis PT.adra gemilang
c) Tali Panjat
Tali panjat adalah alat pengaman untuk memanjat pada tiang besi, atau tiang beton. Seperti yang terlihat pada Gambar 2.65.
Gambar 2.65 Tali Panjat
Sumber :PLN rayon Bengkalis PT. Adra Gemilang
44 d) Stick 20 KV
Stick 20 KV dirancang untuk menyediakan jarak yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan dalam sistem kelistrikan. Contohnya untuk memperbaiki FCO (Fuse Cut Out) yang putus akibat adanya gangguan hubung singkat pada jaringan tegangan menengah. Seperti yang terlihat pada Gambar 2.66.
Gambar 2.66 Stick 20 KV
Sumber:PLN rayon Bengkalis PT. Adra Gemilang e) Stick Pangkas
Stick pangkas adalah alat yang digunakan untuk pemangkasan pohon yang berada dibawah jaringan tegangan menengah yang mempunyai potensi membahayakan terhadap kabel jaringan tegangan menengah SKUTM. Seperti yang terlihat pada Gambar 2.67.
Gambar 2.67 Stick Pangkas
Sumber:PLN rayon Bengkalis PT. Adra Gemilang
45 f) Tang Kombinasi
Ujung rahang yang bergerigi rapat, untuk menjepit kawat atau kabel. Di tengahnya, bagian yang bergerigi renggang, untuk mengunci mur.
Rahang tajam sebagai pemotong kawat dan kabel. Seperti yang terlihat pada Gambar 2.68.
Gambar 2.68 Tang kombinasi
Sumber:PLN rayon Bengkalis PT. Adra Gemilang
g) Obeng
Obeng memiliki dua jenis ujungnya, strip (-) dan bunga (+) digunakan untuk mengencangkan dan juga melonggarkan sesuatu skrup terhadap suatu pasangannya, baik yang berupa kayu, plastic, dan besi. Seperti yang terlihat Gambar 2.69.
Gambar 2.69 Obeng
Sumber:PLN rayon Bengkalis PT. Adra Gemilang
46 h) Tespen
Tes pen adalah alat yang digunakan untuk mengecek ataupun mengetahui ada tidaknya suatu tegangan listrik. Rangkain Tespen berbentuk obeng yang memiliki mata minus (-) berukuran kecil pada bagian ujungnya. Seperti yang terlihat pada Gambar 2.70.
Gambar 2.70 Tespen
Sumber:PLN rayon Bengkalis PT. Adra Gemilang
i) Tang Pres
Tang press atau yang dikenal dengan Crmiping Tools adalah alat yang di desain khusus untuk menggabungkan kabel dengan kabel konektor / kabel LUG atau skun. Tang press ini akan menekan kabel LUG yang masih dalam keadaan longgar untuk disatukan dengan kabel. Proses ini dinamakan Crimping, yang artinya penggabungan antara kabel dan kabel LUG dengan sangat rapat sehingga tidak akan terbuka. Seperti yang terlihat Gambar 2.71.
Gambar 2.71 Tang Press
Sumber:PLN rayon Bengkalis PT. Adra Gemilang
47 j) Tang Amper
Tang amper atau yang disebut dengan Clamp Meter adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur arus listrik pada sebuah kabel konduktor yang dialiri arus listrik dengan menggunakan dua rahang penjepitnya (clamp) tanpa harus memiliki kontak langsung dengan terminal listriknya. Seperti yang terlihat pada Gambar 2.72.
Gambar 2.72 Tang Amper
Sumber: PLN rayon Bengkalis PT. Adra Gemilang
k) Voltstik
Voltstik adalah alat untuk mengukur tegangan pada jaringan tegangan menengah (JTM). Seperti yang terlihat pada Gambar 2.73.
Gambar 2.73 Voltstik
Sumber:PLN rayon Bengkalis PT. Adra Gemilang
48 2.4 Data – Data yang diperlukan
Disini penulis membutuhkan data-data dalam kelancaran penyusunan laporan kerja praktek yaitu :
a. Data dari media internet
b. Data tentang jenis-jenis proteksi c. Data pengambilan gambar
2.5 Dokumen – Dokumen File – File yang dihasilkan
Dalam proses menyelesaikan laporan kerja praktek ini, ada beberapa hal yang kami anggap perlu antaranya:
a. Mengambil data-data dan beberapa dokumen yang harus dibuat pada penyusunan laporan KP.
b. Menyelesaikan data dengan judul laporan yang kami buat.
c. Mengumpulkan beberapa informasi dan bahan untuk penyusunan laporan dari media internet.
d. Lembar pengesahan dari perusahaan terkait sebagai bukti bahwa laporan praktek telah selesai.
2.6 Kendala – Kendala yang Dihadapi saat Pelaksanaan Kerja Praktek Kendala – kendala yang dihadapi selama menjalani kegiatan di lapangan pada saat Kerja Praktek (KP) sebagai berikut :
a. Sulit berkomunikasi untuk sekedar bertanya sesuatu permasalahan yang terjadi di lapangan.
b. Kesulitan dalam mencari masalah atau kerusakan yang terjadi pada sebuah alat dan gangguan.
c. Tidak banyak pelajaran yang dipelajari dikampus bisa diterapkan di lapangan.
d. Minimnya buku referensi.
49 2.7 Hal – Hal yang Dianggap perlu
Dalam proses menyelesaikan laporan kerja praktek ini, ada beberapa hal yang kami anggap perlu, diantaranya :
a. Mengambil data-data dari beberapa dokumen yang harus dibuat pada penyusunan laporan ini.
b. Menyesuaikan data dengan judul laporan yang kami buat dan mengumpulkan beberapa informasi dan bahan untuk penyusunan laporan dari media internet.
50 BAB III
PROTEKSI SISTEM JARINGAN DISTRIBUSI
3.1 Pengertian Sistem Proteksi
Sistem proteksi adalah suatu sistem pengamanan terhadap peralatan listrik, yang diakibatkan adanya gangguan teknis, gangguan alam, kesalahan operasi, dan penyebab yang lainnya.
3.2 Sistem Distribusi Daya Listrik
Sistem distribusi daya listrik meliputi semua jaringan Tegangan Menengah (JTM) 20 KV dan semua jaringan Tegangan Rendah (JTR) 380 / 220 Volt hingga ke meter – meter pelanggan. Pendistribusian daya listrik dilakukan dengan menarik kawat – kawat distribusi melalui penghantar udara. Pengantar bawah tanah dari mulai gardu induk hingga ke pusat – pusat beban.
Setiap elemen jaringan distribusi pada lokasi tertentu dipasang trafo-trafo distribusi, dimana tegangan distribusi, dimana tegangan distribusi 20 KV diturunkan ke level tegangan yang lebih rendah menjadi 380/220 Volt. Dari trafo- trafo ini kemudian para pelanggan listrik dilayani dengan menarik kabel-kabel tegangan rendah menjelajah ke sepanjang pusat-pusat pemukiman, baik itu komersial maupun beberapa industri yang ada disini. Tenaga listrik yang lazim digunakan dalam kehidupan sehari-hari untuk mengoperasikan peralatan-peralatan tersebut adalah listrik dengan tegangan yang rendah (380/220 Volt). Sedangkan tenaga listrik yang bertegangan menengah (sistem 20 KV) dan tegangan tinggi (sistem 150 KV) hanya dipergunakan sebagai sistem penyaluran (distribusi dan transmisi ) untuk jarak yang jauh. Hal ini bertujuan untuk kehandalan sistem karena dapat memperkecil rugirugi daya dan memiliki tingkat kehandalan penyaluran yang tinggi, disalaurkan melalui saluran transmisi ke berbagai wilayah menuju pusat-pusat pelanggan.
51 Gambar 3.1 Diagram satu garis sistem penyaluran Tenaga Listrik
Sumber : ( wordpress )
1. Saluran distribusi adalah saluran yang berfungsi untuk menyalurkan tegangan dari gardu distribusi ke trafo distribusi ataupun trafo pemakaian sendiri bagi konsumen besar.
2. Trafo distribusi berfungsi untuk menurunkan Tegangan Menengah (JTM) menjadi tegangan rendah 380/220 Volt. Tegangan rendah inilah yang kemudian didistribusikan ke pelanggan kecil melalui jaringan tegangan rendah (JTR) yang berupa sistem 3 phasa empat kawat.
3. Konsumen besar adalah konsumen yang menggunakan energi yang besar yang biasanya langsung mengambil sumber listrik dari gardu terdekat untuk kemudian disalurkan ke Gardu Induk (GI) pemakaian sendiri.
4. Konsumen biasa adalah konsumen-konsumen yang mengunakan tenaga listrik dengan level tegangan rendah (380/220 Volt) seperti rumah tangga, industry kecil, perkantoran, pertokoan dan sebagainya.
Ada tiga fungsi sistem pengaman dalam jaringan distribusi
a. Mencegah atau membatasi kerusakan pada jaringan beserta peralatannya dari akibat adanya gangguan listrik.
b. Menjaga keselamatan umum dari akibat gangguan listrik.
c. Meningkatkan kelangsungan pelayanan tenaga listrik kepada konsumen.
52 Sistem pengaman yang baik harus mampu :
a. Melakukan koordinasi dengan sistem pengaman yang lain gi.
b. Mengamankan peralatan dari kerusakan yang lebih luas akibat gangguan.
c. Membatasi kemungkinan terjadinya kecelakaan.
d. Secepatnya membebaskan pemadaman karena gangguan.
e. Membatasi daerah pemadaman akibat gangguan.
f. Mengurangi frekuensi pemutusan permanen karena gangguan.
3.3 Pembagian Jaringan Distribusi
Jaringan distribusi adalah kumpulan dari interkoneksi bagian-bagian rangkaian listrik dari sumber daya (Trafo Daya pada GI distribusi) yang besar sampai saklar-saklar pelayanan pelanggan. Secara garis besar jaringan distribusi dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu :
1. Distribusi Primer
Distribusi primer adalah jaringan distribusi daya listrik yang bertegangan menengah (20 KV). Jaringan distribusi primer tersebut merupakan jaringan penyulang. Jaringan ini berawal dari sisi sekunder trafo daya yang terpasang pada gardu induk hingga kesisi primer trafo distribusi yang terpasang pada tiang-tiang saluran.
2. Distribusi Sekunder
Distribusi sekunder adalah jaringan daya listrik yang termasuk dalam kategori tegangan rendah (sistem 380/220 Volt), yaitu rating yang sama dengan tegangan peralatan yang dilayani. Jaringan distribusi sekunder bermula dari sisi sekunder trafo distribusi dan berakhir hingga ke alat ukur (materan) pelanggan. Sistem jaringan distribusi sekunder ini disalurkan kepada para pelanggan melalui kawat berisolasi.
53 3.4 Peralatan dan Proteksi Sistem Distribusi
Jaringan distribusi yang baik adalah jaringan yang memiliki perlengkapan dan peralatan yang cukup lengkap, baik itu peralatan guna kontruksi maupun peralatan proteksi. Untuk jaringan distribusi sistem saluran udara, peralatan-peralatan proteksi dipasangkan diatas tiang-tiang listrik berdekatan dekat letak pemasangan trafo, perlengkapan utama pada sistem distribusi tersebut antara lain :
1. Tiang
Berfungsi untuk meletakkan penghantar serta perlengkapan sistem seperti transformartor, fuse, isolator, arrester, recloser dan sebagainya.
Tiang dibagi menjadi 3 jenis yaitu tiang kayu, besi, dan beton sesuai dengan fungsi bawah tanah.
2. Penghantar
Berfungsi sebagai penyalur arus listrik dari trafo daya pada gardu induk ke konsumen. Kebanyakan penghantar yang digunakan pada sistem distribusi. Begitu juga dengan beberapa kawat jaringan bawah tanah.
3. Kapasitor
Berfungsi untuk memperbesar factor daya pada sistem penyaluran.
4. Recloser
Berfungsi untuk memutuskan saluran secara otomatis ketika terjadi gangguan dan akan segera menutup kembali beberapa waktu kemudian sesuai dengan setting waktunya. Biasanya alat ini setting untuk dua kali bekerja, yaitu dua kali pemutusan dan dua kali penyambungan. Apabila hingga kerja recloser yang kedua keadaan masih membuka dan menutup, berate telah terjadi gangguan permanen.
5. Fuse
Berfungsi untuk memutuskan saluran apabila terjadi gangguan beban lebih maupun adanya gangguan hubung singkat.
6. PMT
Berfungsi untuk memutuskan saluran secara keseluruhan pada tiap out put. Pemutusan dapat terjadi karena adanya gangguan sehingga secara
54 otomatis PMT akan membuka ataupun secara manual diputuskan karena adanya pemeliharaan jaringan.
7. Transformator
Berfungsi untuk menurunkan level tegangan sehingga sesuai dengan tegangan kerja yang diinginkan.
8. Isolator
Berfungsi untuk melindungi kebocoran arus dari penghantar ke tiang maupun ke penghantar lainnya.
Perlengkapan – perlengkapan diatas sangat penting keberadaannya, terutama untuk peralatan proteksi. Agar dapat bekerja dengan baik dan terjaminnya kontinuitas pelayanan, maka harus dilakukan pemeliharaan secara rutin untuk mengetahui kerusakan dan kehandalan dari masing-masing peralatan tersebut.
Pemeliharaan peralatan yang rutin sangat penting dilakukan agar setiap saat dapat diawasi keadaannya apakah masih layak dipakai atau tidak.
3.5 Transformator Distribusi
Transformator adalah salah komponen elektro yang bekerja untuk menaikan tegangan serta menurunkan tegangan dengan prinsip kerja gandengan elektromagnetik. Dalam sistem distribusi tenaga listrik transformator dapat dibagi berdasarkan sistem kerja menjadi dua macam yaitu :
1. Transformator Step Up (11,6 KV menjadi 150 KV).
2. Transformator Down (150 KV menjadi 20 KV) dan (20 KV menjadi 380 / 220 Volt ) sistem distribusi menggunakan jenis transformator step down untuk menghasilkan tegangan yang diinginkan.
Berdasarkan jenis belitan transformator yang digunakan maka dalam sistem tenaga listrik terdapat dua macam jenis belitan antara lain :
55 1. Belitan bintang
Gambar 3.2 Belitan bintang Sumber : ( wordpress )
2. Belitan delta
Gambar 3.3 Belitan delta Sumber : ( wordpress )
3.6 Lightning Arester 3.6.1 Pengertian Arester
Arester adalah suatu alat untuk melindungi isolasi atau pelaratan listrik terhadap tegangan lebih yang diakibatkan oleh sambaran petir atau tegangan transient yang tinggi dari suatu penyambungan atau pemutusan rangkaian (sirkuit), dengan jalan mengalirkan arus denyut (Surge Current) ketanah serta membatasi berlangsungnya arus ikutan (Follow Current) serta mengembalikan keadaan semula tanpa sistem.
56 Gambar 3.4 Arester
Sumber : ( wordpress )
3.6.2 Prinsip Kerja Arester
Bagi semua arester bila terjadi tegangan lebih pada jaringan, arester bekerja dengan mengalirkan arus surge (Surge Current) ketanah, kemudian setelah tegangan normal kembali, arester tersebut harus segera memutus arus yang mengikuti kemudian Follow Current.
3.6.3 Karakteristik Arester
Sebuah alat pengaman memiliki beberapa karakteristik begitu juga dengan arrester yang memiliki beberapa karakteristik antara lain :
a. Pada tegangan operasional, harus mempunyai impendasi yang sangat tinggi atau tidak menarik arus listrik.
b. Bila mendapat tegangan transient abnormal diatas harga tegangan tembusnya, harus tembus (Break Down) dengan cepat.
c. Arus pelepasan selama Break Down (Tembus) tidak boleh melebihi arus pengelepasan nominal supaya tidak merusak.
d. Arus dengan frekuensi normal harus diputuskan dengan segera apabila tegangan transien telah turun dibawah harga tegangan tembusnya.
3.7 Fuse Cut Out
3.7.1 Pengertian Fuse Cut Out (F C O)
Fuse Cut Out merupakan sebuah alat pemutus rangkaian listrik yang berbeban pada jaringan distribusi yang bekerja dengan cara meleburkan bagian dari kompenennya (fuse link) yang telah dirancang khusus dan disesuaikan
57 ukurannya untuk itu. Perlengkapan fuse ini terdiri dari sebuah rumah fuse (fuse support), pemegang fuse (fuse holder) dan fuse link sebagai pisau pemisahnya dan dapat diindetifikasi dengan hal-hal seperti berikut.
a) Tegangan Isolasi Dasar ( TID ) pada tingkat distribusi.
b) Utamanya digunakan untuk penyulang TM dan proteksi trafo.
c) Kontruksi mekanis didasarkan pemasangan pada tiang / crossarm.
d) Dihubungkan ke sistem distribusi dengan batas-batas tegangan operasinya.
3.7.2 Klasifikasi Fuse Cut Out
Jenis – jenis fuse untuk tegangan tinggi dapat dilihat pada gambar 3.5 dibawah ini.
Gambar 3.5 Klasifikasi Fuse Tegangan Tinggi Sumber : ( scribd )
Pada gambar ini diperlihatkan fuse yang dirancang untuk penggunaan pada tegangan tinggi dapat dibedakan dalam 2 (dua) macam yaitu Cotout Distribusi (Distribution Cotouts), dilapangan sering disebut :Fuse Cut Out disingkat FCO dan fuse TM (power fuse) yang sering disebut MV fuse atau fuse pembatas arus.
Dilapangan keperluan dan cara pemasangan kedua jenis fuse ini berbeda. Fuse cut out banyak dipergunakan pada saluran-saluran percabangan dengan konstruksi saluran udara terbuka sedangkan MV fuse banyak dipergunakan pada panel-panel cubie dengan saluran kabel atau campuran.
58 Fuse cutout distribusi diklasifikasi dalam 2 macam fuse yaitu : fuse letupan (Expulsion Fuse) dan Fuse Liquid (Liquid Filled Fuse). Namun pada kenyataannya dilapangan fuse cutout letupan (expulsion) lebih banyak dipakai untuk jaringan distribusi disbanding dengan power fuse, istilah letupan (Expulsi) merupakan suatu tanda yang dipergunakan fuse sebagai tanda adanya busur listrik yang melintas didalam tabung fuse yang kemudian dipadamkannya.
Peristiwa yang terjadi pada bagian dalam tabung fuse ini adalah peristiwa penguraian panas secara partial akibat busur dan timbulnya gas yang di deinisasi pada celah busurnya sehingga busur api segera menjadi padam pada saat arus menjadi nol.
Tekanan gas yang timbul pada tabung akibat naiknya temperatur dan pembentukan gas menimbulkan terjadinya pusaran gas di dalam tabung dan ini membantu deionisasi lintasan busur api. Tekanan yang semakin besar pada tabung membantu proses pembukaan rangkaian, setelah busur api padam partikel-partikel yang dionisasi akan tertekan keluar dari ujung tabung yang terbuka.
Klasifikasi fuse cutout yang kedua adalah fuse cutout liquid, fuse jenis ini tidak dikenal di wilayah PT PLN. Namun menurut referensi Fuse Cut Out semacam ini dapat digunakan untuk jaringan distribusi dengan saluran kabel udara.
3.7.3 Fuse Cut – Out Letupan Bertabung Fiber
Ada 2 jenis fuse letupan (expulsion) yang diklasifikasikan sebagai Fuse Cut- Out (FCO) distribusi yaitu :
a) Fuse cutout bertabung fiber (Fibre tube fuse) b) Fuse link terbuka (Open link fuse)
Fuse cut-out bertabung fiber mempunyai fuse link yang dapat digantikan (interchaneability) dan terpasang didalam pemegang fuse (fuse holder) berbentuk tabung yang terbuat dari bahan serat selulosa. Fuse ini dapat dipergunakan baik untuk Fuse Cut-Out terbuka (open fuse cut-out) atau Fuse Cut-Out tertutup (enclosed fuse cutout), fuse cut-out terbuka dapat dilihat pada gambar 3.6. Pada gambar ini terlihat fuse bertabung fiber dipasang diantara 2 (dua) isolator dan jaringan listrik dihubungkan pada kedua ujung fuse holdernya pada fuse cutout
59 tertutup, tabung fuse terpasang disebelah dalam pintu fuse cutout dan seluruh kontak listriknya terpasangkan pada rumah fuse yang terbuat dari porcelain seperti terlihat gambar 3.7.
Gambar 3.6 Fuse cut out terbuka Sumber : ( scribd )
Gambar 3.7 Fuse cut out tertutup Sumber : ( scribd )
Kedua Fuse Cutout ini dapat dipergunakan pada jaringan-jaringan dengan sistem delta atau jaringan dengan sistem bintang tanpa pentanahan demikian juga pada jaringan – jaringan yang menggunakan sistem netral ditanahkan apabila tegangan pemutusan fuse cutout serta individual tidak melebihi tegangan maksimum pengenal rancangan dan tahanan isolasi ketanah sesuai dengan kebutuhan operasinya.
3.7.4 Fuse Cut-Out Link Terbuka (Open Link)
Fuse cutout link terbuka terdiri dari sebuah fuse link yang tertutup didalam sebuah tabung fiber yang relatif kecil dengan dilengkapi kabel penghubung
60 tambahan pada fuse link-nya untuk memperpanjang kedua ujung tabungnya.
Terlihat pada gambar 3.8.
Gambar 3.8 Fuse cut out tipe Open Link Sumber : ( scribd )
Kabel penghubung tambahan ini kemudian dihubungkan ke pegas kontak beban pada rumah fuse (fuse support) untuk kerja secara mekanik. Kerja pegas ini dimaksudkan untuk menjamin pemisahan agar kedua ujung dari fuse terbuka dan ini dipakai karena kemampuan pemutusan pada tabung fiber yang kecil relative terbatas. Fuse cotuout ini dirancang untuk dipakai pada tegangan 17 KV, selain itu fuse ini mempunyai arus pengenal pemutusan yang lebih rendah dari pada fuse cotout bertabung fiber.
Dengan demikian fuse link cutout yang dipilih selain harus ditahan terhadap arus beban, juga harus bisa dikoordinasikan dengan alat proteksi yang lain dan mempunyai kemampuan keputusan terhadap arus hubung singkat yang mungkin terjadi dan dapat melindungi penghantar yang diamankan dari kerusakan akibat arus lebih.
Pemilihan rating arus fuse link yang benar adalah tidak akan lebur atau terjadi kerusakan oleh gangguan sesaat (no-persistant) yang terjadi disebelah hilirnya karena recloser yang akan membuka rangkaian dengan operasi instantaneous tanpa memutuskan fuse link. Pada saat gangguan tetap fuse link pertama pada sebelah sumber dari gangguan akan melebur dan membuka rangkaian setelah operasi recloser.
3.7.5 Cara Pemilihan Arus pengenal (Rating) Fuse Link FCO
a) Pemilihan Arus pengenal Fuse Link FCO untuk Proteksi Percabangan
61 Pemiliharaan arus pengenal (Rating) fuse link Cut out (FCO) untuk saluran cabang sangat penting untuk dilakukan dengan sebaik baiknya dalam rangka koordinasi sistem untuk memperoleh penampilan sistem yang optimal dengan harapan target perusahaan dalam pencapaian kepuasan pelanggan dan peningkatan penjualan KWh dengan mengecilkan tingkat SAIDI dan SAIFI diharapkan dapat terpenuhi.
Salah satu metode pemutusan arus hubung singkat permanen (persistant) yang efektif adalah dengan memasang fuse pada tiap tiap percabangan atau anak cabangnya (sub branch).
Kesalahan dalam menentukan pilihan rating fuse link tentu akan memupus harapan perusahaan. Sering kerjanya (trip) PMT Penyulang di Gardu Induk oleh karena sering terjadi gangguan di saluran saluran cabang atau terutama saluran saluran anak cabang perlu dipertimbangkan untuk penempatan FCO yang sesuai dengan kebutuhan.
Salah satu yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan arus pengenal FCO untuk proteksi saluran cabang atau saluran anak cabang adalah besarnya nilai arus beban maksimum yang akan atau dapat mengalir pada saluran cabang atau anak cabang yang dimaksud.
Sesuai dengan Standard kemampuan dari fuse link cut out (FCO) yang diproduksi oleh sejumlah pabrik yang telah dikemukakan di fuse cut out dan pada pemilihan arus pengenal fuse link FCO. Untuk menentukan arus pengenal (rating) fuse link yang dipilih dapat dilakukan sebagai berikut :
1. Pilih fuse link cut out (FCO) yang sesuai dengan standar dalam hal ini PLN dalam SPLN 64 : 1985 menentukan pilihan type K T dan H.
2. Bagilah arus beban maksimum yang sudah ditentukan dengan kemampuan arus kontinue fuse link.
3. Koordinasi yang sebaik baiknya dengan alat proteksi yang lain (PMT, PBO dan Fuse Cut Out) baik yang berada di sisi sebelah hulu (sumber) dan sebelh hilirnya (beban).
4. Perhatikan batas ketahanan penghantar terhadap arus hubung singkat.
62 5. Perhatikan pula kemampuan pemutusan dari Fuse Cut Out khususnya
bagi FCO yang terpasang dekat dengan sumber tenaga.
Dengan demikian fuse link cutout yang dipilih selain harus tahan terhadap arus beban, juga harus bisa dikoordinasikan dengan alat proteksi yang lain dan mempunyai kemampuan pemutusan terhadap arus hubung singkat yang mungkin terjadi dan dapat melindungi penghantar yang diamankan dari kerusakan akibat arus lebih.
Pemilihan rating arus fuse link yang benar adalah tidak akan lebur atau terjadi kerusakan oleh gangguan sesaat (no-persistant) yang terjadi disebelah hilirnya karena recloser yang akan membuka rangkaian dengan operasi instantaneous tanpa memutuskan fuse link. Pada saat gangguan tetap fuse link pertama pada sebelah dari gangguan akan melebur dan membuka rangkaian setelah operasi recloser.
3.7.6 Koordinasi Proteksi Antar Fuse Cut-Out
Penggunaan fuse link yang benar membutuhkan sejumlah informasi tentang karakteristik sistem dan karakteristik peralatan yang akan diproteksi seperti yang telah dituliskan mengenai dasar pemilihan fuse link dengan definisi : Bila dua atau lebih fuse link atau alat proteksi lain digunakan pada suatu sistem alat proteksi yang paling dekat dengan titik gangguan dari arah sumber disebut peralatan pemproteksi dan yang paling dekat selanjutnya disebut : backup atau diproteksi seperti digambarkan pada Gambar 3.9 dibawah ini.
Gambar 3.9 Koordinasi fuse dengan fuse Sumber : ( scribd )