• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peraturan Perundang-undangan

BAB II KERANGKA TEORI

D. Peraturan Perundang-undangan

Pelaksanaan zakat yang berjalan dalam masyarakat berdasarkan kesadaran tanpa aturan yang memaksa. Akan berbeda hasilnya jika pemerintah, yang mempunyai wewenang, mengeluarkan aturan perundang-undangan yang tentunya sedikit lebih memaksa kepada masyarakat untuk memenuhi kewajiban zakatnya. Akibatnya potensi yang seharusnya menjadi sebuah solusi alternative untuk

9 Didin Hafidhuddin, Zakat dalam Perekonomian Modern, ( Jakarta : Gema Insani, 2002), 38.

menunjang kesejahteraan masyarakat di Indonesia tersebut belum dimanfaatkan secara maksimal.10

Oleh sebab itu, perlu adanya suattu kebijakan ekonomi dari pemerintah untuk membuat aturan tersebut. Jika melihat sejarah kepemerintahan Umar ibn Khattab, zakat diwajibkan kepada masyarakat yang telah memenuhi syarat wajib zakat, dan memberi suatu hukuman kepada mereka yang tidak mau membayar zakat.

Pemerintahan era Umar ibn Khattab sangatlah tegas dan jelas mengatur tentang zakat.

E. Lembaga Pengelolaan Zakat

Pasca disahkan UU No. 23 Tehun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat,

maka ada 2 (dua) bentuk lembaga pengelolaan zakat di Indonesia, yaitu Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) dan Lembaga Amil Zakat (LAZ).

Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) adalah lembaga pengelola zakat yang dibentuk pemerintah. BAZNAS terdiri dari BAZNAS Pusat yang disebut dengan BAZNAS, BAZNAS Provinsi, dan BAZNAS Kabupaten Kota. 11

Lembaga Amil Zakat selanjutnya disingkat LAZ adalah lembaga yang dibentuk masyarakat yang memiliki tugas membantu pengeumpulan,

10 Nuruddin dan Muhammad Ali, Zakat sebagai Instrumen Dalam Kebijkan Fiskal, Jakarta: Raja Grafindo, 2006, hlm. 35

11 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat Pasal 1 ayat (1).

pendistribusian, dan pendayagunaan zakat. Sedangkan Unit Pengumpulan

Zakat (UPZ) adalah satuan organisasi yang dibentuk oleh BAZNAS untuk

membantu pengumpulan zakat. BAZNAS merupakan lembaga yang berwenang melakukan tugas pengelolaan zakat secara nasional. Anggota BAZNAS berjumlah 11 orang 8 orang dari unsur masyarakat, dan 3 orang dari unsur pemerintah. Persyaratan Pasal 1 Uu No. 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat. untuk dapat diangkat sebagai anggota Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) paling sedikit harus :

a. Warga negara Indonesia.

b. Beragama Islam.

c. Bertakwa kepada Allah SWT.

d. Berakhlak mulia.

e. Berusia minimal 40 (empat puluh) tahun.

f. Sehat jasmani dan rohani.

g. Tidak menjadi anggota partai politik.

h. Memiliki kompetensi di bidang pengelolaan zakat, dan

i. Tidak pernah dihukum karena melakukan tindakan pidana kejahatan yang diancam dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun.

Dalam rangka pengelolaan zakat di Provinsi dan Kabupaten/Kota,

dibentuk Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Provinsi dan Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten, BAZNAS Kabupaten/Kota, BAZNAS Provinsi dibentuk oleh Menteri Agama atas usulan Gubernur, sedangkan BAZNAS Kabupaten/Kota dibentuk oleh menteri agama atas usulan Walikota atau Bupati dalam kerja pengelolaan zakat, BAZNAS Provinsi, Kabupaten/Kota dapat dibentuk Unit Pengumpul Zakat (UPZ).

Selain BAZNAS dan UPZ, lembaga lain yang melakukan tugas pengelolaan zakat adalah Lembaga Amil Zakat.

Pembentukan LAZ wajib mendapat izin menteri atau pejabat yang ditunjuk oleh menteri. Syarat untuk menjadi lembaga amil zakat, adalah sebagai berikut:

a. Terdaftar sebagai organisasi kemasyarakatan Islam yang mengelola bidang pendidikan, dakwah, dan sosial

b. Berbentuk lembaga berbadan hukum c. Mendapat rekomendasi dari BAZNAS d. Memiliki pengawas syariah

e. Memiliki kemampuan teknis, administratif, dan keuangan untuk melaksanakan kegiatannya

f. Bersifat nirlaba

g. Memiliki program untuk mendayagunakan zakat bagi kesejahteraan umat, dan

h. Bersedia diaudit syariat dan keuangan secara berkala.

UU Zakat No.23 Tahun 2011 tidak menyebutkan tentang struktur

minimal yang harus dimiliki oleh lembaga pengelola zakat, akan tetapi dalam pasal 6 (6) UU No.38 tahun 1999 tentang pengelolaan zakat disebutkan bahwa organisasi Badan Amil Zakat terdiri atas unsur pertimbangan, unsur pengawas, dan unsur pelaksana.12

F. Persyaratan Lembaga Pengelola Zakat

Adapun persayaratan pengelolaan zakat sebagaimana dikemukakan oleh Yusuf al-Qardhawi dalam bukunya “Fiqih Zakat”

yang dikutip oleh Didin Hafidhuddin, dalam bukunya “zakat dalam perekonomian modern”.13

Mengemukakan bahwa:

Pertama: Beragama Islam. Zakat adalah Islam (Rukun Islam ketiga), karena itu sudah saatnya apabila urusan penting kaum muslimin ini diurus oleh sesama muslim,

Kedua: Mukallaf yaitu orang dewasa yang sehat akal pikirannya yang siap menerima tanggung jawab mengurus urusan umat.

Ketiga: Memiliki sifat amanah atau jujur. Sifat ini sangat penting karena berkaitan dengan kepercayaan umat. Artinya para muzakki akan dengan rela menyerahkan zakatnya melalui lembaga pengelola zakat, jika lembaga ini memang patut dan layak dipercaya. Keamanahan ini

12 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 1999 Pasal 6 ayat (6).

13 Al-Qardawi dan Yusuf, Hukum Zakat, Jakarta: Mizan, 1996, hlm.132.

diwujudkan dalam bentuk transparansi (keterbukaan) dalam menyampaikan laporan pertanggung jawaban secara berkala dan juga ketetapan penyaluran sejalan dengan ketentuan syariah

islamiyah.

Keempat: Mengerti dan memahami hukum-hukum zakat yang

menyebabkan ia mampu melakukan sosialisasi segala sesuatu yang berkaitan dengan zakat masyarakat.

Kelima: Memiliki kemampuan untuk melaksanakan tugas dengan sebaikbaiknya.14

Keenam: Syarat yang tidak kalah pentingnaya, hemat penulis, adalah kesungguhan amil zakat dalam melaksanakan tugasnya.

Dari beberapa persayaratan pengelolaan zakat diatas, penulis menyimpulkan bahwa, sifat dari keseluruhan tersebut memang wajib harus

memiliki oleh seseorang pengelola zakat dikarenakan nilai kepercayaan, keamanahan, tanggung jawab, dan kemampuan yang dimiliki menjadi modal awal agar dapat menarik muzakki agar menyerahkan harta zakatnya untuk dikelola, serta dengan sifat-sifat yang dimiliki tersebut itulah yang benar-benar menjadi penolong bagi mustahiq.

G. Organisasi Pengelolaan Zakat

14 Mursyid, Mekanisme Pengumpulan Zakat, Infaq dan Shodaqah ( Menurut Syara dan Undang-Undang) (Yogyakarta: Magistra Insania Press, 2006), hlm. 31.

Dalam undang-undang nomor 23 tahun 2011 organisasi pengelolaan zakat yang diakui ada dua jenis organisasi yaitu Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) dan Lembaga Amil Zakat (LAZ). BAZNAS merupakan lembaga yang melakukan pengelolaan zakat secara maksimal. BAZNAS memiliki Unit Pengeumpulan Zakat. Biasanya Unit Pengumpul Zakat (UPZ) terdapat dikecamatan maupun kelurahan, sedangkan Lembaga Amil Zakat (LAZ) merupakan lembaga yang dibentuk oleh masyarakat yang memiliki tugas membantu pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat.

Dana yang terdapat pada organisasi pengelolaan zakat ada 4 jenis dana, antara lain:

a. Dana zakat ada dua yaitu yang berasal zakat fitrah dan zakat mal, jika dikaitkan dengan akutansi ada zakat yang diberikan oleh para muzakki kepada OPZ tanpa permintaan tertentu dan dengan permintaan.

b. Dana infaq dan sedekah

Dalam OPZ dana infaq atau dana shadaqah dianggap sama demi kepentingan akutansi yang infaq dan shadaqah yang diberikan para donatur kepada OPZ dan dengan persyaratan tertentu.

c. Dana pengelola

Dana pengelola adalah hak amil yang digunakan untuk membiayai

oprasional lembaga. Bersumber dari hak amil dana zakat, bagian tertentu

dari infaq dan shadaqah atau sumber-sumber lain yang tidak bertentangan

dengan syari‟ah. penghasilan yang dapat mengganggu pekerjaannya selaku amil zakat, dikarenakan dengan profesional yang tinggi, pengelola dana zakat akan memberikan manfaat yang optimum, efektif dan efesien.

32 BAB III

METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti ialah penelitian kualitatif menggunakan metode deskriptif.

Penelitian deskriptif ini adalah metode yang bertujuan untuk menggambarkan fenomena yang ada, yang sedang berlangsung, maupun yang sudah terjadi. Dalam penelitian ini tidak ada yang dimanipulasi atau perubahan pada variabel-variabel bebas, namun menggambarkan suatu kondisi secara apa adanya.1

Penelitian deskriptif tidak hanya bisa mendeskripsikan suatu keadaan saja, tetapi juga bisa mendeskripsikan suasana tahapan-tahapan dalam pengembangannya. Penelitian yang demikian disebut dengan istilah penelitian perkembangan (Developmental Studies). Di dalam penelitian perkembangan tersebut ada hal yang bersifat Longitudinal atau sepanjang waktu dan Cross Sectional atau dalam potongan waktu.

Penelitian deskriptif mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1. Memusatkan penyelidikan pada pemecahan masalah aktual atau masalah yang dihadapi pada masa sekarang.

2. Data yang telah dikumpulkan disusun dan dijelaskan, kemudian dianalisis dengan menggunakan teknik analitik.

1 Sugiono, Metode penelitian Kualitatif R &D, (Bandung : PT.Remaja rosdakarya, 2014), 148.

3. Menjelaskan langkah penelitian secara rinci.

4. Menjelaskan prosedur pengumpulan datanya.

5. Memberikan alasan yang kuat mengapa peneliti menggunakan teknik tertentu dan bukan teknik lainnya.

B. Penjelasan Judul Penelitian 1. Pengelolaan

Pengelolaan zakat yang penulis maksud adalah suatu proses baik perencanaan, pengorganisaian dan pengawasan dalam suatu organisasi yang membantu merumuskan kebijaksanaan pada semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan dan pencapaian tujuan.

2. Zakat

Zakat yang penulis maksud ialah secara adalah kadar harta yang tertentu, yang diberikan kepada yang berhak menerimanya, dengan beberapa syarat, dan apabila telah mencapai syarat yang ditetapkan.

3. Masjid

Masjid adalah suatu bangunan yang berfungsi khusus untuk beribadah umat Islam, yang dijadikan tempat berkumpulnya kaum Muslimin untuk melaksanakan shalat di dalamnya.

C. Waktu dan Lokasi Penelitian

Adapun latar atau setting dalam penelitian ini ialah sebagai berikut:

1. Waktu penelitian

Waktu penelitian ini dimulai pada 25 Januari sampai dengan 25 Februari 2022 dari tahap prasurvei hingga pelaksanaan.

2. Lokasi penelitian

Penelitian ini berlokasi di desa Padang Peri pada masjid Nurul Huda 1, yang beralamatkan Jl. Lintas Bengkulu-Manna, Kecamatan Semidang Alas Maras, Kabupaten Seluma, desa Padang Peri.

D. Subjek/Informan Penelitian

Subjek penelitian atau responden adalah suatu pihak-pihak yang dijadikan sampel dalam sebuah kasus penelitian. Subjek penelitian membahas karakteristik subjek yang digunakan dalam penelitian, termasuk penjelasan mengenai aspek populasi, sampel dan teknik sampling yang digunakan. Subjek dalam penelitian ini ialah seluruh jajaran pengurus masjid Nurul Huda 1 desa Padang Peri selaku pengelolah zakat atau kelompok organisasi zakat setempat, dan jajaran pemerintahan desa setempat selaku pihak berwenang dalam hal pengelolahan desa.

Informan dalam penelitian ini adalah orang-orang yang dapat memberikan informasi mengenai penelitian. Informan adalah segala sesuatu baik orang, benda maupun lembaga (instansi) yang sifatnya diteliti.2

Adapun informan dalam penelitian ini ialah sebagai berikut:

No Nama Keterangan

1. Aspin, S. Pd. Kepala Desa

2. Musin Imam Masjid

2 Sugiyono, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D (Bandung:

Alfabeta,2015) h. 134.

3. Rahmat Khatib

4. Kiki Bilal

5. Tahrin Gharim

6. Kiki Bilal

7. Redwan Warga Penerima Zakat

8. Lahiyah Warga Penerima Zakat

9. Malana Warga Penerima Zakat

10. Suka Warga Penerima Zakat

E. Sumber Data

Sumber data terdiri dari sumber data primer dan sekunder. Data primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli (tidak melalui perantara). Data primer dapat berupa opini subjek secara individu atau kelompok yang didapat melalui wawancara kepada informan, hasil observasi terhadap suatu benda atau kejadian maupun kehiatan. Sedangkan sekunder merupakan data pendukung yang berkaitan dengan masalah penelitian.3

Dalam hal ini, sumber data primer diperoleh langsung dari teknik observasi dan wawancara terhadap jajaran anggota kelompok organisasi zakat desa setempat (Mustahiq), yaitu meliputi kepala desa, pengurus masjid Nurul Huda 1, warga yang menerima zakat, warga yang membagikan dan menginput zakat (amilin). Sedangkan data sekunder yang dimaksud ialah data pendukung dalam penelitian ini, yaitu berupa

3 Etta Mamang Sangadji, Sopiah, Metodologi Penelitian, Pendekatan Praktis Dalam Penelitian (Yogyakarta: Andi, 2010), hal. 171-172.

data-data mengenai deskripsi wilayah organisasi zakat desa setempat, foto, dan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan penelitian.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara mengumpulkan data yang dibutuhkan untuk menjawab rumusan masalah penelitian. Teknik kualitatif menghasilkan deskripsi lisan untuk menggambarkan kekayaan dan kompleksitas kejadian yang terjadi dalam rancangan alamiah dari sudut pandang partisipan. Metode pengumpulan data yang umumnya digunakan dalm kancah penelitian kualitatif adalah wawancara, observasi, dan focus group dicision. Berdasrkan hal tersebut, penelitian ini akan menggunakan teknik penumpulan data sebagai berikut :

1. Teknik Observasi

Menurut Adler, observasi merupakan salah satu dasar fundamental dari semua metode pengumpulan data dalam penelitian kualitatif, khususnya yang menyangkut dengan ilmu-ilmu social dan prilaku manusia. Observasi merupakan proses pengamatan sistematis dari aktivitas manusia serta pengaturan fisik yang dimana kegiatan tersebut berlangsung secara terus menerus dari fokus aktivitas yang bersifat alami untuk menghasilkan fakta. Oleh karena itu observasi merupakan satu-satunya bagian integral dari cakupan penelitian lapangan etnografi.4

5 Hasim hasanah. Teknik-teknik Observasi (Skripsi S-1 Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Semarang, 2016), hal. 25.

Teknik observasi merupakan teknik pengamatan langsung terhadap objek penelitian, untuk memperoleh kejadian nyata tentang situasi social masyarakat. Metode pengumpulan data melalui pengamatan baik secara langsung dan tidak langsung.

Berkaitan dengan penelitian ini, peneliti mencatat informasi yang penulis lihat secara langsung di lapangan. Maka dari itu peneliti langsung terjun ke lapangan melalui metode observasi dan pengamatan. Observasi ini dilakukan untuk mengetahui proses pengelolaan zakat di Masjid Nurul Huda 1 desa Padang Peri Kecamatan Semidang Alas Maras Kabupaten Seluma.

2. Teknik Wawancara

Untuk memperkuat informasi, maka peneliti melakukan wawancara kepada kepala desa, segenap jajaran pengurusan Masjid yang menauingi pengolahan zakat, warga yang menerima zakat, dan warga yang menjadi penyalur zakat juga pengambilan zakat atau Amilin. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara

(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (narasumber) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.5 Beberapa data yang akan diambil dalam hal ini meliputi, proses pengelolaan zakat serta faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan pengelolaan zakat di masjid Nurul Huda 1 desa Padang

6 M. Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Akuntansi Metodologis Kearah Ragam Varian Kontemporer), (Jakarta: Rajawali Pers, 2010) Hal. 111.

Peri. Jika wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara bebas terpimpin yakni peneliti membawa serentetan pertanyaan lengkap genap dan terprinci, serta dilaksanakan dengan santai tetapi serius.6 Jenis wawancara dalam penelitian ini yaitu wawancara mendalam dengan beberapa orang terkait pengorganisasian zakat fitrah pada masjid Nurul Huda 1 di desa Padang Peri. Wawancara dilakukan guna untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan untuk mendapatkan data-data pokok mengenai permasalahan penelitian.7

3. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu metode yang digunakan untuk memperoleh informasi dari sumber tertulis atau dokumen-dokumen, baik berupa buku-buku, majalah, peraturan-peraturan, notulen tertulis, catatan harian dan sebagainya. Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data dengan mencatat, menyalin, menggandakan data, atau dokumen yang berkaitan dengan pengelolaan zakat di masjid nurul huda 1 desa padang peri.

Teknik pengumpulan data dengan metiode ini bertujuan agar dapat mempermudah penulis dalam mengkaji secara langsung mengenai data-data yang berkaitan langsung dengan pengelolaan

7 Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), Hal. 127-128.

8 Lexy Molleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013), Hal. 161.

zakat dan pelaksanaan pengelolaan zakat di masjid Nurul Huda 1 desa Padang Peri.

G. Teknik Keabsahan Data

Teknik keabsahan data dalm penelitian ini menggunakan teknik tiangulasi. Triangulasi yaitu suatu cara mendapatkan data yang benar- benar absah dengan menggunakan pendekatan metode ganda.

1. Triangulasi Waktu

Triangulasi waktu digunalan validitas data yang berkaitan dengan perubahan suatu proses dan perilaku manusia, kerena perilaku manusia mengalami perubahan dari waktu ke waktu.

Untuk mnedapatkan data yang benar melalui observasi peneliti perlu mengadakan pengamatan tidak hanya satu kali pengamatan saja. Penulis merencanakan jeda waktu sebelum penulis melakukan wawancara kepada narasumber agar pada saat melakukan wawancara tidak ada kesalahan dalam penulisan data.

2. Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber yaitu dimana penulis menggali kebenaran informasi tertentu melalui berbagai metode dan sumber perolehan data. Misalnya selain melalui waancara dan observasi, peneliti menggunakan observasi terlibat (Participant Observation), dokumen sejarah, catatan atau tulisan pribadi dan gambar atau

foto, selanjutnya memberikan pandangan berbeda mengenai fenomena yang diteliti.

3. Triangulasi Teknik

Triangulasi teknik dilakukan penulis dengan cara mengumpulkan data dengan menggunakan beberapa metode kemudian membandingkan hasilnya. Pada penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan observas, wawancara, dan dokumentasi.

H. Teknik Analisis data

Analisa data adalah proses penyederhanaan data kedalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik analisa deskriftif, yaitu teknik analisis yang dilakukan secara terus-menerus agar data yang diperoleh baik melalui observasi, wawancara, sehingga dapat menghasilkan kesimpulan yang konkrit dan valid. Menurut Miles dan Huberman analisis terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan meliputi: mereduksi data, penyajian data, penarik kesimpulan.8 Berdasrkan ketiga alur tersebut secara lengkap adalah sebagai berikut:

1. Reduksi data

9 Iskandar, Metodologi Penelitian Kualitatif (Jakarta: Gaung Persada Press, 2009), hal. 155.

Reduksi data merupakan proses berfikir sensitif yang memerlukan kecerdasan dan keluasan serta kedalaman wawasan. Dalam mereduksi data yang dilakukan adalah merangkum, mengambil data yang penting saja. Hal ini dikarenakan data yang ditemukan dilapangan cukup banyak sehingga harus disaring menjadi lebih terarah.

2. Display (Penyajian Data)

Setiap reduksi data, langkah selanjutnya penyajian data dalam bentuk table dan uraian sehingga data menjadi lebih terorganisir, tersusun dan mudah di pahami. Menurut sugiyono dengan melakukan penyajian data akan mempermudah peneliti untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah di pahami.

3. Penarikan kesimpulan

Selanjutnya dilakukan penarikan kesimpulan awal yang bersifat sementara dan akan berubah jika ditemukan bukti- bukti yang kuat mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya.

Berdasarkan teori makna analisis data yang di lakukan dalam penelitian ini ialah sebagai berikut:

a. Penulis mereduksi data yang telah di dapat di lapangan yang berkaitan dengan tema penelitian yaitu:

Pengorganisasian zakat dalam menopang ekonomi masyarakat kurang mampu di masjid Nurul Huda 1 desa Padang Peri Kecamatan Semidang Alas Maras Kabupaten Seluma ( Studi kasus pengolahan zakat pemerintah desa ).

b. Peneliti menyajikan data yang dirangkum berdasarkan fakta lapangan, lalu menginterpretasikan dengan teori yang berkenaan dengan tema penelitian.

c. Penulis menyajikan data yang diperoleh dalam bentuk naratif.

d. Penulis membuat hasil kesimpulan dari penelitian yang di dapat.9

10 Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D (Bandung: Alphabeta, 2007), hal. 252.

43 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Wilayah

1. Profil Desa Padang Peri Kecamatan Semidang Alas Maras

Desa Padang Peri merupakan Desa yang terletak di Kecamatan Semidang Alas Maras yang merupakan Kecamatan yang memiliki luas wilayah 10.375 Ha atau 4,32% dari luas Kabupaten Seluma.

Kecamatan Semidang Alas Maras terdiri dari 25 desa yaitu Desa Tedunan, Ketapang Baru Padang Bekung, Talang Alai, Jambat Akar, Karang Anyar, Ujung Padang, Sendawar, Gelombang, Lubuk Betung, Padang Peri, Maras Tengah, Gunung Kembang, Gunung Bantan, Genting Juar, Padang Kelapo, Talang Beringin, Muara Maras, Peamatang Riding, Serian Bandung, Rimbo Besar, Muara Timput, Maras Bantan Talang Kemang dan Karang Dapo serta 1 kelurahan yaitu kelurahan Kembang Mumpo. Letak geografis Kecamatan Semidang Alas Maras yaitu terletak di 100, 20 BT-100, 30 BT dan 3-4 LS.1

2. Keadaan Geografis Desa Padang Peri Kecamatan Semidang Alas Maras

1 Wawancara Bapak Aspin (Kepala Desa), Senin 31 Januari 2022, Pukul 13.15 WIB.

Desa Padang Peri terletak di wilayah Kecamatan Semidang Alas maras Kabupaten Seluma Provinsi Bengkulu dengan batas-batas wilayah, sebagai berikut.2

a. Sebelah Utara : Berbatasan dengan desa Lubuk Betung b. Sebelah Timur : Berbatasan Dengan Desa Maras Tengah c. Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Desa Karang Dapo d. Sebelah Barat : Berbatasan Dengan Desa Ujung Padang

Pusat pemerintahandesa Padang Peri terletak di dusun dua dengan menempati areal lahan seluas ± 6500 Ha.

Adapun jarak tempuh dari Kota Bengkulu ke Desa Padang Peri Sekitar 70 KM dengan jarak tempuh sekitar 2,5 jam perjalanan apabila ditempuh dengan kendaraan bermotor dan apabila ditempuh dengan kendaraan bermobil maka lama jarak waktu yang ditempuh adalah sekitar 3 sampai 4 jam perjalanan.

3. Demografi Desa Padang Peri Kecamatan Semidang Alas Maras a. Keadaan Penduduk

Penduduk Desa Padang Peri merupakan masyarakat yang terdiri dari berbagai suku bangsa (heterogen), dengan mayoritasnya adalah penduduk asli bersuku Serawai. Sampai tahun 2022 jumlah penduduk di Desa Padang Peri adalah 1.740 jiwa, yang terdiri dari penduduk laki-laki sebanyak 896 jiwa

2 Wawancara Ibu Weni Aprianti (Sekdes), Senin 31 januari 2022, Pukul 12.25 WIB.

(60%) dan perempuan sebanyak 844 jiwa (40%), dengan jumlah Kepala Keluarga (KK) sebanyak 160 jiwa. Selain itu, kepadatan penduduk sebanyak 150 jiwa/km2.3Dari data tersebut terlihat bahwa masyarakat Desa Padang Peri lebih banyak di didominasi oleh kaum laki-laki dimana 896 orang atau 60% dari jumlah penduduk yang ada. Sedangkan kaum perempuan sebanyak 844 atau 40% dari jumlah penduduk yang ada.

b. Ekonomi Penduduk

Sebagai sebuah desa yang mengandalkan sektor pertanian dan perkebunan sebagai komoditas utama, maka sebagian besar masyarakat Desa Padang Peri berprofesi sebagai petani. Namun, di samping itu mata pencaharian Penduduk Desa Padang Peri cukup beragam yang terdiri dari petani, Pegawai Negeri Sipil (PNS), pegawai honorer, wiraswasta, buruh harian lepas, pedagang kelontongan, dan lain-lain.4

Selain itu, dari temuan peneliti di lapangan menunjukkan bahwa terdapat kategori warga yang mampu dan kurang mampu di Desa Padang Peri Kecamatan Semidang Alas tersebut.

Jumlah warga yang dikategorikan mampu berjumlah 1.052 Jiwa dari 366 KK. Sedangkan warga yang berkategori kurang mampu berjumlah 688 jiwa dari 160 KK dan tentunya sudah dari Dinas

3 Wawanacara Bapak Aspin (Kepala Desa), Senin 31 Januari 2022, Pukul 13.20 WIB.

4 Wawancara dengan Bapak Aspin (Kepala Desa), Senin 31 Januari 2022, Pukul 13.30 WIB.

Dokumen terkait