Pembahasan Driving Forces, Pressures, States, Impacts & Responses (DPSIR) perkotaan di Kabupaten Murung Raya mencakup fasilitas sanitasi, sampah, degradasi lingkungan (sumber pencemar) dan kemiskinan. Ilustrasi analisis DPSIR perkotaan di Kabupaten Murung Raya diberikan pada gambar berikut.
Gambar 62 Analisis DPSIR Perkotaan
2.5.1 Faktor Pendorong/ Driving Force
Pemicu permasalahan di perkotaan ditandai dari perkembangan penduduk maupun kegiatan masyarakat perkotaan yang memiliki kecenderungan semakin sulit dikontrol sehingga sering kali menimbulkan persoalan yang menyangkut persoalan lingkungan (fasilitas, sistem dan area). Permasalahan lingkungan perkotaan telah terjadi di berbagai daerah di
111
Indonesia, yang indikasinya dapat dilihat dari aspek fisik (pencemaran air, udara, kerusakan lahan, dan timbulan sampah) dan aspek sosial ekonomi (dampak dari manusia yang membuat kehidupan kurang nyaman).
Faktor-faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan yaitu:
lingkungan, perilaku (kebiasaan), pelayanan kesehatan dan keturunan. Faktor lingkungan dan perilaku sangat mempengaruhi derajat kesehatan. Termasuk lingkungan yaitu keadaan pemukiman/perumahan, tempat kerja, sekolah dan tempat umum, air dan udara bersih, teknologi, pendidikan, sosial dan ekonomi. Sedangkan perilaku tergambar dalam kebiasaan sehari-hari seperti pola makan, kebersihan perorangan, gaya hidup, dan perilaku terhadap upaya kesehatan. Indikator yang menunjukkan bahwa suatu desa atau wilayah memiliki kondisi lingkungan yang sehat adalah memiliki dan digunakannya berbagai sarana kesehatan lingkungan, seperti fasilitas tempat pembuangan air besar.
Volume sampah yang meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk juga menjadi permasalahan lainnya yang dialami perkotaan.
Apabila terus dibiarkan menumpuk, maka sampah dapat menimbulkan masalah kesehatan dan keselamatan lingkungan bila sampah tidak dikelola dengan baik. Sampah yang tidak terkelola dengan baik akan menimbulkan berbagai permasalahan lingkungan dan sosial.
Kemiskinan merupakan salah satu indikator di bidang sosial, meskipun ada aspek lainnya yang ikut mendukung seperti bidang ekonomi dan lingkungan. Dari tiga pilar pembangunan berkelanjutan, ternyata aspek lingkungan yang mengalami tekanan yang berat sebagai akibat dari tekanan ekonomi dan sosial. Meski ada beberapa kemajuan di bidang pengelolaan lingkungan hidup dengan upaya-upaya konservasi, seperti pencadangan wilayah konservasi, penanaman pohon, pengembangan ekonomi hijau dan
112
berbagai upaya penyelamatan lingkungan lainnya, tekanan terhadap lingkungan hidup masih dirasakan besar selama beberapa tahun ke belakang.
2.5.2 Tekanan/ Pressure
Penduduk miskin/kemiskinan dan lingkungan hidup merupakan dua hal krusial yang sulit untuk dipisahkan karena keduanya saling mempengaruhi.
lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan peri kehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya. Lingkungan hidup meliputi sumberdaya alam yang punya kemampuan untuk pulih kembali (recovery), namun akibat tekanan aktivitas manusia yang semakin ekstrim dibandingkan dengan laju pemulihan sumberdaya alam yang lambat, maka akan terjadi degradasi bahkan kerusakan sumberdaya alam yang semakin cepat, karena pergerakan upaya perusakan yang dilakukan oleh manusia lebih cepat daripada kemampuan alam untuk melakukan pemulihan kembali (recovery). Tekanan penduduk apabila tidak sebanding dengan ketersediaan sumberdaya alam tentu saja akan memperlambat pemulihan sumberdaya alam. Kerusakan terhadap lingkungan sangat sulit untuk dihindari apabila intensitas tekanan terhadap lingkungan terus menerus terjadi sehingga upaya pembangunan yang memperhatikan kaidah-kaidah lingkungan menjadi salah satu cara yang diperlukan agar lingkungan tetap terjaga keberadaannya.
Kemiskinan dan kerusakan lingkungan berkorelasi negatif dan saling mempengaruhi. Kemiskinan terjadi karena kerusakan lingkungan atau sebaliknya lingkungan rusak karena adanya kemiskinan pada wilayah sekitar.
Hubungan sebab akibat tersebut dapat terus menerus berlanjut membentuk suatu siklus yang tidak berujung. Pada kondisi seperti itu, kemiskinan akan semakin parah dan lingkungan semakin rusak. Semakin lama kondisi itu berlangsung, semakin kronis keadaanya. Sehingga status kemiskinan berubah
113
secara tidak linier. Dari miskin, ke lebih miskin, dan akhirnya miskin sekali atau sangat miskin, demikian pula kecenderungan yang sama juga terjadi juga pada kerusakan lingkungan. Hal ini ditandai dengan aktivitas dan kehidupan manusia yang melebihi kapasitas alam. Manusia yang miskin untuk bertahan hidup karena tidak memiliki pilihan lain melakukan pemanfaatan SDA yang berlebihan melampaui daya dukung (carrying capacity) dari sumber daya alam yang ada.
Pola pembangunan kesehatan ditandai dengan lingkungan yang kondusif, perilaku masyarakat yang proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah terjadinya penyakit, pelayanan kesehatan yang berhasil dan berdaya guna tersebar merata di semua wilayah. Akan tetapi pada kenyataannya, pembangunan kesehatan di tingkat provinsi/kabupaten/kota masih jauh dari yang diharapkan. Permasalahan- permasalahan kesehatan masih banyak terjadi. Masalah sampah masih memiliki masalah serius, karena sampah akan terus diproduksi selama manusia masih hidup dan melakukan kegiatannya sehari- hari di wilayah yang mereka tempati. Volume sampah yang semakin tinggi jika tidak dikelola dengan baik dan benar sangat berpotensi untuk menimbulkan berbagai masalah yang cukup serius di antaranya permasalahan lingkungan dan kesehatan bagi lingkungan dan manusia. Untuk itu maka perlu adanya suatu pengelolaan persampahan yang baik mulai dari sumber sampah sampai dengan TPA yang memerlukan lahan khusus.
Demikian juga terkait dengan sarana pembuangan air besar, hubungannya yang paling mendasar dengan kualitas lingkungan yakni fasilitas dan jenis penampungan tinja yang digunakan. Masalah kondisi lingkungan tempat pembuangan kotoran manusia tidak terlepas dari aspek kepemilikan terhadap sarana yang digunakan terutama dikaitkan dengan pemeliharaan dan kebersihan sarana
114
2.5.3 State/ Kondisi
Akses sanitasi masyarakat yang masuk dalam Kategori ODF (Open Defecation Free) di Kabupaten Murung Raya masih tergolong besar sebanyak 15.921 KK. Persentase akses jamban secara keseluruhan di Kabupaten Murung Raya mencapai 42,40%. Untuk pengelolaan sampah di Kabupaten Murung Raya, timbulan sampah yang tercatat yaitu sejumlah 55 ton/hari.
Persentase akses jamban ini menunjukkan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan tergolong kurang dan perlunya peningkatan. Sanitasi merupakan salah satu komponen dari kesehatan lingkungan, yaitu perilaku yang disengaja untuk membudayakan hidup bersih untuk mencegah manusia bersentuhan langsung dengan kotoran dan bahan buangan berbahaya lainnya, dengan harapan dapat menjaga dan meningkatkan kesehatan manusia. Pada umumnya masyarakat Kabupaten Murung Raya telah memiliki sarana jamban sendiri, sebagian menggunakan jamban bersama dan sebagian lagi memanfaatkan jamban umum.
A. Jumlah Rumah Tangga dan Fasilitas Tempat Buang Air Besar