BAB III METODE PENELITIAN
3.4 Proses Desain
Pada proses desain yang dibuat beberapa perancangan sistem pendukung dalam melakukan implementasi pada alat yang akan dibuat. Selain itu perancangan sistem pada penelitian ini memberikan gambaran alur kerja sistem yang akan
34 diimplementasikan nantinya. Perancangan sistem ini meliputi diagram blok, flowchart, dan skematika alat.
3.4.1 Alat dan Bahan
Pembuatan alat pada sistem ini NodeMCU Sebagai mikrokontrolernya dan membutuhkan beberapa perangkat keras (Hardware) dan perangkat lunak (Soft- ware) dalam pengimplementasiannya. Adapun perangkat keras dan lunak yang akan digunakan terdapat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Alat dan Bahan
No Nama Alat dan Bahan Jumlah
1 Laptop 1 Buah
2 Node Mcu 1 Buah
3 Sensor water level 1 Buah
4 Sensor turbidity 1 Buah
5 Aqua gelas secukupnya
6 ember 1 Buah
7 Solder 1 Buah
8 Timah Secukupnya
9 Kabel Jumper Secukupnya
3.4.2 Diagram Blok
Diagram Blok merupakan sistem alur kerja berbentuk diagram proses untuk mendeskripsikan pembuatan sebuah sistem baru atau perbaikan yang sudah ada.
Blok diagram meliputi partisipasi proses utama, komponen sistem utama, dan relasi
alur kerja. Blok diagram bertujuan sebagai dasar dalam menyusun komponen el- ektronika. Berikut ini adalah blok diagram yang penulis gunakan dapat dilihat pada Gambar 3.3.
Gambar 3.3 Blok Diagram
Pada gambar diatas yaitu contoh rangkaian diagram blok yang menjelaskan secara garis besar dari perancangan pada penelitian ini. Cara kerja dari alat tersebut ialah sensor turbidity akan mendeteksi kekeruhan air dalam ember, kemudian sensor water level akan mendeteksi ketinggian air pada ember dan akan mengirimkan notifikasi ke telegram.
3.4.3 Flowchart
Flowchart adalah bagan alir yang menjelaskan proses dari sebuah sistem dengan menampilkan langkah-langkah serta keputusan secara terperinci. Setiap langkah dideskripsikan pada sebuah bagan dengan bentuk-bentuk tertentu dan memiliki makna tersendiri yang dihubungkan dengan garis atau panah. Adapun flowchart dalam penyusunan program pada penelitian yang penulis teliti terdapat pada Gambar 3.4.
Turbidity
Water level
Node MCU Telegram
36
Gambar 3.4 Flowchart 3.4.4 Rangkaian Skematik Alat
Rangkaian skematik alat di rancang menggunakan software Fritzing dalam bentuk gambaran keseluruhan untuk selanjutnya di implementasikan dalam bentuk nyata. Dibawah ini adalah contoh rangkaian skematik dari keseluruhan alat yang akan digunakan. Adapun rangkaian tersebut, terdapat pada Gambar 3.5.
Mulai
Inisialisasi turbidity, water level
Mendeteksi ketinggian air
Mendeteksi kekeruhan air
Air
<=3cm
Air keruh
Sensor water
Ultrasonik Sensor turbidity
NO NO
YES YES
Notifikasi telegram
Selesai Notifikasi telegram
Gambar 3.5 Skematik Alat 3.4.5 Desain Alat
Desain alat dibuat untuk mendapat gambaran 3D dari alat yang akan dirancang dengan tujuan sebagai panduan dalam pembuatan alat. Desain alat ini dibuat dengan software SketchUp dalam bentuk 3D modeling dengan rancangan sedemikian rupa untuk mendapat gambaran nyata. Dibawah ini adalah contoh de- sain alat yang akan penulis gunakan dalam penelitian terdapat pada gambar 3.6
Gambar 3.6 Desain Alat
38 3.4.6 Jadwal Penelitian
Tabel 3.2 Jadwal Peneltian
Penelitian Waktu Kegiatan Penelitian
Mei Juni Juli Agustus Sepetember
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Identifikasi Masalah
Studi Literature Konsultasi Bimbingan Jadwal Penelitian Penyusunan Proposal Seminar Proposal
Keterangan :
Telah dilaksanakan
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian
Pada bab ini penulis akan menjelaskan tentang hasil uji coba alat yang telah dirancang beserta pembahasan untuk mengetahui hasil dari rancangan alat dan implementasi yang dilakukan apakah sudah sesuai sebagaimana fungsinya, jadi langkah awal yang dilakukan yaitu dengan dilakukannya pengujian dari beberapa komponen, agar jika terjadi kesalahan akan lebih mudah untuk mengetahuinya.
4.1.1 Spesifikasi Alat
a) Mikrokontroler Model ESP32 atau varian lainnya. Fungsi utama Mengontrol alat keamanan dan berfungsi sebagai menghubungkan internet ke kodingan karena mikrokontroler ini memiliki wifi.
b) Sensor-Sensor:
Pada penelitian ini penulis menggunakan dua sensor untuk menunjang penelitian yang mempunyai fungsinya masing- masing. Sensor turbidity digunakan untuk mendeteksi kekeruhan air, sensor water level digunakan untuk mendeteksi ketinggian air.
c) Modul Komunikasi
Modul Wi-Fi atau hospot dari handphone ke sistem Untuk menghubungkan ESP32 ke jaringan internet.
d) Sumber Daya
Sumber daya yang penulis gunakan dalam penelitian ini langsung terhubung ke aliran listrik tanpa menggunakan batrai atau pun yang lainnya.
40 e) Kotak Pemantauan dan Proteksi
Kotak plastik untuk melindungi komponen elektronik dari elemen- elemen luar.
f) Perangkat Lunak
Arduino Ide mencakup kodingan sistem atau alat yang digunakan, telegram untuk notifikasi dari sistem ke smartphone pengguna.
4.1.2 Pemograman Alat
a) Kodingan Sensor Turbidity
Dibawah ini adalah gambar dari kodingan sensor turbidity untuk mendeteksi kekeruhan air pada penelitian tersebut semakin keruha air semakin dibaca keruh oleh sensor turbidity tersebut.
Gambar 4.7Kodingan Turbidity b) Kodingan sensor Ultrasonik
Dibawah ini adalah kodingan sensor Ultrasonik yang digunakan oleh penulis dimana jika tinnggi wadah 62 cm maka notifikasi akan mengirimkan ke telegram.
Gambar 8.2 kodingan Sensor Ultrasonik c) Kodingan telegram
Dibawah ini gambar dari kodingan telegram yang penulis gunakan pada penelitian dimana bot pada telegram diberi nama bot telegram Security dengan pesan yang berada digunakan yaitu air keruh, air agak keruh, dan ketinggian air serta ada pilihan untuk mengecek keadaan alat atau sistem yang dibuat.
Gambar 4.3 kodingan telegram
42 d) Model mikrokontroler yang digunakan Pada penelitian ini penulis menggunakan mikrokontroler Arduino Uno karena sistem atau program yang digunakan tidak terhubung ke internet.
Gambar 9 Tampilan Board yang digunakan
Pada gambar 4.4 diatas adalah tampilan jendela arduino ide yang digunakan oleh penulis. Dimana pada gambar tersebut menunjukan board arduino yang akan digunakan pada program penelitian penulis.
e) Port yang digunakan
Pada penelitian ini penulis menggunakan port COM4 sebagai port dalam programnya.
Gambar 10 Port yang digunakan
Pada gambar 4.5 diatas adalah tampilan port yang digunakan oleh penulis. Dimana penulis menggunakan port COM pada penelitian ini.
4.2 Pengujian alat
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah fungsi-fungsi yang digunakan telah direncanakan bekerja dengan batik atau tidak. Pengujian alat ini juga sangat berguna untuk nmengetahui tingkat kinerja dari fungsi tersebut.
Pengujian dilakukan pada tiap blok rangkaian sehingga apa bila terjadi suatu kesalahan akan dapat diketahui secara pasti. Pengujian tahap akhir Pada bab ini dilakukan pengujian tahap akhir yang bertujuan untuk melakukan pengambilan data terhadap parameter. Pengjuian ini meliputi beberapa bagian yaitu :
1. Pengujian komponen
Merupakan metode pengujian yang dilakukan oleh penulis sebelum semua komponen dirakit menjadi satu. Yang bertujuan untuk memastikan apakah
44 komponen-komponen tersebut dapat bekerja dengan baik dan layak pakai.
sehingga tidak akan terjadi kesalahan ketika alat tersebut disatukan menjadi sistem atau alat.
2. Pengujian alat dan aplikasi
Tahap ini berfungsi untuk memastikan alat dan aplikasi yang telah dibuat dapat bekerja dengan baik dan sesuai dengan apa yang yang penulis harapkan.
Gambar 11 Pengujian Alat
Gambar 12 Pengujian Aplikasi
Gambar 13 Tampilan Notifikasi Telegram 3. Pengujian Bayam merah akuaponik dan tanah
Dibawah ini adalah gambar pengujian akuaponik dan tanah yang dilakukan selama kurang lebih tujuh hari pengujian.
Gambar 14Hari pertama akuaponik
46
Gambar 4.10 Hari pertama pada tanah
Gambar 4.9 dan gambar 4.10 adalah gambar pengujian akuaponik dan tanah dihari pertama pada tanggal 11 November 2023 dimana dari hasil pengujian tersebut belum terlihat pertumbuhan bayam merah dari keduanya atau masih 0 cm.
Gambar 15 Hari Kedua pada Akuaponik
Gambar 4.12 Hari Kedua pada Tanah
Gambar 4.11 dan gambar 4.12 diatas adalah gambar pengujian akuaponik dan tanah dihari kedua pada tanggal 12 November 2023 dimana dari hasil pengujian yang kedua pun belum terlihat pertumbuhan dari bayam merah yang peneliti tanam atau masih sama dengan hari pertama pengujian yaitu 0 cm.
Gambar 4.13 Hari Ketiga pada Tanah
48
Gambar 16 Hari Ketiga pada Akuaponik
Gambar 4.13 dan gambar 4.14 diatas adalah gambar pengujian akuaponik dan tanah dihari ketiga pada tanggal 13 November 2023 dimana dari hasil pengujian yang ketiga sudah mulai terlihat pertumbuhan dari bayam merah baik dari akuaponik atau pun tanah dimana dalam pertumbuhan ini terjadi perbedaan pertumbuhan yaitu bayam pada akuaponik panjang 1,5 cm sedangkan panjang bayam merah pada tanah 1 cm.
Gambar 17 Hari Keempat pada tanah
Gambar 18 Hari Keempat pada akuaponik
Gambar 4.15 dan gambar 4.16 diatas adalah gambar pengujian akuaponik dan tanah dihari keempat pada tanggal 14 November 2023 dimana dari hasil pengujian yang keempat dimana hasil pengujian tersebut menunjukan pertumbuhan bayam merah di akuaponik tumbuh dengan panjang bayam 2 cm sedangkan pada tanah panjang bayam merah 1,5 cm.
50
Gambar 19 Hari Kelima pada tanah
Gambar 20 Hari Kelima pada Akuaponik
Gambar 4.17 dan gambar 4.18 diatas adalah gambar pengujian akuaponik dan tanah dihari kelima pada tanggal 15 November 2023 dimana dari hasil pengujian yang kelima dimana hasil pengujia tersebut menunjukan pertumbuhan bayam
merah di akuaponik tumbuh dengan panjang bayam 2,5 cm sedangkan pada tanah panjang bayam merah 2 cm.
Gambar 21 Hari Keenam akuaponik
Gambar 22 Hari Keenam tanah
52 Gambar 4.19 dan gambar 4.20 diatas adalah gambar pengujian akuaponik dan tanah dihari kelima pada tanggal 16 November 2023 dimana dari hasil pengujian yang keenam dimana hasil pengujia tersebut menunjukan pertumbuhan bayam merah di akuaponik tumbuh dengan panjang bayam 3 cm sedangkan pada tanah panjang bayam merah 2,5 cm.
Gambar 231 Hari Ketujuh akuaponik
Gambar 242 Hari Ketujuh Tanah
Gambar 4.21 dan gambar 4.22 diatas adalah gambar pengujian akuaponik dan tanah dihari kelima pada tanggal 17 November 2023 dimana dari hasil pengujian yang ketujuh dimana hasil pengujia tersebut menunjukan pertumbuhan bayam merah di akuaponik tumbuh dengan panjang bayam 4 cm sedangkan pada tanah panjang bayam merah 3,5 cm.
Tabel 4.1 Hasil perbandingan tanah dan akuponik
Hari ke Bayam Akuaponik Bayam Tanah
1 Panjang bayam 0 cm Panjang bayam 0 cm
2 Panjang bayam 0 cm Panjang bayam 0 cm
3 Panjang bayam 1,5 cm Panjang bayam 1 cm
4 Panjang bayam 2 cm Panjang bayam 1,5 cm
5 Panjang bayam 2,5 cm Panjang bayam 2 cm 6 Panjang bayam 3,5 cm Panjang bayam 3 cm
7 Panjang bayam 4 cm Panjang bayam 3,5 cm
4.3 Hasil Pengujian
Dibawah ini adalah hasil pengujian penulis lakukan selama penelitian yang sudah diuji persensor untuk mengetahui kesalahan-kesalahan yang terjadi
54 Tabel 4.2 Pengujian Telegram
Sensor Ultrasonik
Aktivitas Pengujian Hasil Pengujian Kesimpulan Mendeteksi
ketingian air
Air Berkurang Berhasil
Mendeteksi ketingian air
normal Berhasil
Sensor Turbidity
Aktivtas Pengujian Hasil Pengujian Kesimpulan Mendeteksi
kekeruhan air
Air keruh Berhasil
kekeruhan air Air bening Berhasil
Pada tabel diatas menjabarkan bahwa ketika sensor ultrasonik berhasil mendeteksi ketingian air dibawah wadah air maka notifikasi telegram segara isi air pada akuaponik anda, jika sensor ultrasonik mendeteksi ketinggian masih normal atau pas dengan wadah air maka tidak perlu diisi air, sensor turbidity mendeteksi kekeruhan air jika air keruh maka akan muncil notifikasi ke telegram air keruh yang artinya perlu diganti begitu pun sebaliknya jika sensor turbidity mendeteksi air masih normal atau bening maka notifikasi telegram pun akan muncul air bening yang artinya tidak perlu diganti air.
Tabel 4.3 Pengujian Black box No Aktivitas
pengujian
Hasil Yang Di- harapakan
Hasil pengujian Kesimpulan 1 Power Supply
Dicolokan Ke Sumber Listrik
Perangkat ber- hasil dihidupkan, lampu nodemcu berkedip
Alat berhasil dihidupkan sesuai yang diharapkan
Berhasil
2 Sensor Ultra- sonik Dinya- lakan
Mendeteksi ketingiian air berdasarkan
Sensor berhasil mendeteksi ketingiian air berdasarkan ketentuan yang ada
Berhasil
3 Sensor turbidity
Mendeteksi kekeruhan air
Sensor turbidity berhasil mendeteksi kekeruhan air pada akuaponik
Berhasil
4 Telegram dihubungkan
Menampilkan perintah
Telegram berhasil menampilan perintah yang diharapkan
Berhasil
5 Ultasonik Mendeteksi Ja- rak
Berhasil
mendeteksi jarak 40 cm- 50 cm
Berhasil mendeteksi jarak dan
menampilkan ke telegram sesuia jarak yang diharapkan
Berhasil
56
4.4 Pembahasan
Pembahasan mengenai performa pertumbuhan dan hasil panen bayam dalam sistem akuaponik ember dengan metode DWC (Deep Water Culture) menggunakan NodeMCU dapat dibandingkan dengan metode tradisional budidaya tanah dalam beberapa aspek yang penting.
6 Sensor turbidity mendeteksi jarak
Berhasil mendeteksi kekeruhan air
Sensor berhasil kekeruhan air pada akuaponik
Berhasil
7 Telegram menampilkan notifikasi
Telegram berhasil menampilkan perintah dan notifikasi
Telegarm menampilkan
notifikasi dan perintah sesuai yang
diharapkan
Berhasil
8 Cek status pada telegram
Telegram berhasil menampilan status setiap sensor
Telegram berhasil menampilan status sensor turbidity, dan sensor ultrasonik
Berhasil
9 Tanaman Bayam berhasil tumbuh dengan sempurna
Bayam merah tumbuh dengan baik setiap harinya
Berhasil
1. Produktivitas Tanaman:
a) Akuaponik DWC: Pada sistem akuaponik DWC, bayam dapat tumbuh dengan cepat karena mendapat nutrisi yang kaya dari limbah ikan yang diolah bakteri dalam air. Penggunaan sensor NodeMCU bisa memantau kondisi air, memberikan informasi yang mendalam tentang kualitas air, pH, dan nutrisi yang memengaruhi pertumbuhan bayam.
b) Metode Tanah: Budidaya tanah memerlukan perhatian yang cermat terhadap kualitas tanah, penggunaan pupuk, dan pengairan.
Perbandingan produksi bisa dilakukan dengan membandingkan hasil panen, masa pertumbuhan, serta kualitas hasil.
2. Penggunaan Sumber Daya:
a) Akuaponik DWC: Biasanya membutuhkan lebih sedikit air daripada metode tanah karena air dalam sistem akuaponik dapat didaur ulang.
NodeMCU bisa membantu dalam mengatur penggunaan air, menjaga kualitas air, dan mengoptimalkan nutrisi yang dibutuhkan tanaman.
b) Metode Tanah: Budidaya tanah dapat menghabiskan banyak air dan memerlukan pemantauan yang ketat untuk menghindari kekurangan atau kelebihan air.
3. Kualitas Hasil:
a) Akuaponik DWC: Bayam dalam akuaponik seringkali dikatakan memiliki rasa yang lebih baik karena mendapatkan nutrisi yang seimbang.
58 b) Metode Tanah: Kualitas hasil dari budidaya tanah dapat dipengaruhi
oleh jenis tanah, penggunaan pupuk, dan pengaturan air.
4. Kemudahan Pengelolaan:
a) Akuaponik DWC: Memerlukan pengetahuan khusus tentang sistem akuaponik dan teknologi NodeMCU, namun dapat diatur secara otomatis dengan bantuan sensor dan kontrol yang terprogram.
b) Metode Tanah: Lebih mudah diakses oleh petani tradisional, namun memerlukan perhatian yang lebih besar terhadap pengaturan tanah, pupuk, dan irigasi.
5. Keberlanjutan dan Lingkungan:
a) Akuaponik DWC: Dikatakan lebih ramah lingkungan karena menggunakan air lebih sedikit dan tidak memerlukan penggunaan pestisida.
b) Metode Tanah: Dapat memiliki dampak negatif pada tanah dan lingkungan sekitarnya tergantung pada jenis pupuk dan pestisida yang digunakan.
Dengan membandingkan aspek-aspek tersebut, kita bisa mengevaluasi mana yang lebih cocok atau efisien dalam hal produktivitas, penggunaan sumber daya, kualitas hasil, kemudahan pengelolaan, dan dampak lingkungan. NodeMCU dan teknologi sensor lainnya dalam sistem akuaponik dapat memberikan keunggulan dalam memantau dan mengoptimalkan pertumbuhan tanaman, tetapi penggunaan serta biaya teknologi ini juga perlu dipertimbangkan dalam perbandingan dengan metode tanam tradisional.
BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil perancangan sistem, pengujian dan analis yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan yaitu hasil penelitian yang dilakukan selama tujuh hari pada akuaponik maupun tanah menunjukan hasil yang berbeda, dimana bayam merah yang menggunakan akuaponik lebih cepat tumbuh dibandingakan bayam merah yang ditanam di tanah dengan selisih perbedaan 5cm dalam pertumbuhan bayam tersebut. Pada sistem akuaponik, bayam dapat tumbuh dengan cepat karena mendapatkan nutrisi yang seimbang dari limbah ikan, sedangkan pertumbuhan budidaya menggunakan tanah dapat dipengaruhi oleh jenis tanah, penggunaan pupuk, dan pengaturan air.
5.2 Saran
Penelitian ini banyak memiliki kekurangan dan banyak hal yang harus dikaji kemudian dikembangkan saran yang dapat penulis berikan untuk penelitian selan- jutnya yaitu Pada penelitian selanjutnya sebaiknya ditambahkan pengurasan dan pengisian air otomatis.
DAFTAR PUSTAKA
Ade Septian, Nurfiana and Rahmalia Syahputri (2021) ‘Sistem Monitoring Kekeruhan Dan Ketinggian Air Pada Budidaya Ikan Dalam Ember (Budikdamber) Berbasis Internet Of Things’, Seminar Nasional Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat 2021, pp. 83–90.
Ahmad, F., Nugroho, D. D. and Irawan, A. (2015) ‘Rancang Bangun Alat Pembelajaran Microcontroller’, Jurnal PROSISKO, 2(1), pp. 10–18.
Cakra, B. et al. (2018) ‘Implementasi Metode Fuzzy Pada Akuaponik Deep Water Culture Berdasarkan Derajat Keasaman Dan Ketinggian Air’, Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer (J-PTIIK) Universitas Brawijaya, 2(11), pp. 5192–5200.
Fajeriana, N. and Kadir, M. A. A. (2023) ‘Sistem Akuaponik Ikan Lele Dan Kangkung Dalam Ember Sebagai Solusi Kemandirian Pangan Di Masa Pandemi’, Panrita Abdi - Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat, 7(2), pp. 238–
248.
Ilmu, F. et al. (2020) ‘Sistem Kontrol dan Monitoring Kadar pH Air pada Sistem Akuaponik Berbasis NodeMCU ESP8266 Pendahuluan Gambaran Umum Com-’, 19, pp. 597–604.
Nusyirwan, D. (2019) ‘“Fun Book” Rak Buku Otomatis Berbasis Arduino Dan Bluetooth Pada Perpustakaan Untuk Meningkatkan Kualitas Siswa’, Jurnal Ilmiah Pendidikan Teknik dan Kejuruan, 12(2), p. 94. doi:
10.20961/jiptek.v12i2.31140.
Perwitasari, D. A. and Amani, T. (2019) ‘Penerapan Sistem Akuaponik (Budidaya Ikan Dalam Ember) untuk Pemenuhan Gizi Dalam Mencegah Stunting di Desa Gending Kabupaten Probolinggo’, Jurnal Abdi Panca Mara, 1(1), pp. 20–24.
doi: 10.51747/abdipancamarga.v1i1.479.
Purnomo, D. (2017) ‘Model Prototyping Pada Pengembangan Sistem Informasi’, J I M P - Jurnal Informatika Merdeka Pasuruan, 2(2), pp. 54–61. doi:
10.37438/jimp.v2i2.67.
Putri, N. E., Marwan, S. and Hariyono, T. (2016) ‘Jurnal Edik Informatika APLIKASI BERBASIS MULTIMEDIA UNTUK PEMBELAJARAN Jurnal Edik Informatika’, Jurnal Edik Informatika Penelitian Bidang Komputer Sains dan Pendidikan Informatika, V1.i2, pp. 70–81.
Rahmanto, Y. et al. (2020) ‘Sistem Monitoring pH Air Pada Akuaponik Menggunakan Mikrokontroler Arduino UNO’, Jurnal Teknologi dan Sistem Tertanam, 1(1), pp. 23–28.
Taufik, M., Kurniawan, E. and Panganribuan, P. (2022) ‘Perancang Sistem Peringatan Dini Untuk Hidroponik Berbasis IoT Design Of Early Warning System For Hidroponic Based On IoT’, e-Proceeding of Engineering, 9(5), p.
2248.
Terapan, J. et al. (2023) ‘Smart Hidroponik Berbasis Internet of Things (IoT) untuk Efektifitas Pertumbuhan Tanaman Bayam Hijau (Amaranthus Tricolor)’, ejournal.unikama.ac.idN Dany’el Irawan, S Nurdin, A Kusumawardhani, S IzzaRAINSTEK: Jurnal Terapan Sains & Teknologi, 2023•ejournal.unikama.ac.id, 5(2), p. 2023. doi: 10.21067/jtst.v5i2.8747.
Thooriq, M. A., Sujatmika, A. R. and Umami, I. (2023) ‘Rancang Bangun Alat Penyiraman Dan Pembasmi Hama Otomatis Pada Tanaman Bayam Dengan Monitoring Berbasis Website’, Jurnal Sains dan Teknologi (JSIT), 3(1), pp.
178–183. doi: 10.47233/jsit.v3i1.554.
62
LAMPIRAN
Lampiran 1 Proses pembuatan akuaponik dan tanah
64
Lampiran 2 Pengujian alat bersama mitra
Lampiran 3 Hasil hari pertama Akuaponik dan tanah
66
Lampiran 4 Hari Kedua pada Akuaponik dan tanah
Lampiran 5 Hari Ketiga pada Tanah dan akuaponik
68
Lampiran 6 Hari Keempat pada tanah dan tanah
Lampiran 7 Hari Kelima pada tanah dan akuaponik
70
Lampiran 8 Hari keenam pada akuapnik dan tanah