• Tidak ada hasil yang ditemukan

PT. Trans Engineering Sentosa

Oleh:

Risa Pratama

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara

Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji perbandingan perhitungan PPh Pasal 21 dengan menggunakan Metode Net dan Metode Gross-up yang paling efisien terhadap Beban PPh Badan. Jenis penelitian yang dilakukan penulis adalah penelitian deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan teknik dokumentasi, yaitu mengumpulkan data sekunder yang telah terdokumentasi. Objek penelitian ini adalah laporan laba rugi PT. Trans Engineering Sentosa dari tahun 2013-2015, SPT PPh pasal 21 tahun 2013-2015, dan SPT Tahunan PPh badan tahun 2013-2015.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari metode perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 dengan menggunakan, Metode Net dan Metode Gross-up yang paling efisien adalah dengan metode gross-up atau pemberian tunjangan sebesar pajak terutangnya, dari perbandingan perhitungan yang dilakukan, metode gross-up atau pemberian tunjangan sebesar pajak terutangnya menghasilkan efisiensi terhadap Pajak Penghasilan Badan sebesar Rp Rp 458.348 tahun 2013, Rp 837.002 tahun 2014, dan Rp 1.365.435 tahun 2015.

Kata Kunci : Pajak Penghasilan Pasal 21, Pajak Penghasilan Badan, Metode net dan Gross Up.

PENDAHULUAN Latar Belakang

Pemerintah Indonesia untuk memenuhi kebutuhan pengeluarannya, membutuhkan sumber dana yang pasti setiap tahunnya. Sumber dana pemerintah Indonesia tersebut antara lain diperoleh melalui pendapatan non pajak dan pendapatan pajak. Pendapatan non pajak diperoleh pemerintah dari retribusi keuntungan BUMN/BUMD, denda dan sita, sumbangan, serta hadiah dan hibah.

Sedangkan pendapatan pajak diperoleh melalui penarikan Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai & Pajak Penjualan Barang Mewah (PPN &

Diantara pendapatan pajak tersebut diatas, Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 merupakan salah satu pajak yang paling sering berhubungan langsung dengan masyarakat, khususnya para karyawan. Pajak penghasilan (PPh) merupakan pajak yang dipungut kepada obyek pajak atas penghasilan yang diperolehnya.

Menurut Mardiasmo (2011, hal 162) menyatakan penerima penghasilan yang dipotong pph pasal 21 adalah orang pribadi yang merupakan pegawai, penerima uang pesangon, pensiun atau manfaat pensiun, tunjangan hari tua, atau jaminan hari tua, termasuk ahli warisnya; bukan pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa atau kegiatan;

peserta kegiatan yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan keikusertaannya dalam suatu kegiatan.

Menurut Chairil Anwar Pohan (2011, hal 91) menghitung pph 21 karyawan dapat digunakan tiga alternative yaitu: (1) Gross Method Merupakan metode pemotongan pajak dimana karyawan menanggung sendiri jumlah pajak penghasilannya. (2) Net Method Merupakan metode pemotongan pajak dimana perusahaan menanggung pajak karyawannya. Dalam metode ini perusahaan tidak diuntungkan karena akan dikoreksi secara fiskal fositif sehingga pajak penghasilan perusahaan bertambah, sementara itu penghasilan yang diterima oleh karyawan tidak berkurang besarnya karena tidak ada pemotongan untuk pajak dan fasilitas ini tidak termasuk dalam perhitungan penghasilan. (3) Gross-Up Method merupakan pemotongan pajak dimana perusahaan memberikan tunjangan pajak yang jumlahnya sama besar dengan jumlah pajak yang akan dipotong dari karyawan. Penggunaaan metode ini akan memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak perusahaan maupun karyawan yaitu dengan pemberian tunjangan pajak sebesar PPh 21 yang dipotong atas penghasilan karyawan sehingga meningkatkan total gaji brutonya dan take home pay nya akan bertambah.

Sementara bagi perusahaan penggunaan metode ini akan menghindarkan perusahaan dari koreksi fiskal positif dan akan menghemat pajak perusahaan.

net dan gross up dapat meminimalkan beban pajak badan ?

2. Bagaimana perbandingan jumlah pajak yang harus dibayar perusahaan dengan menggunakan metode net dan metode gross up dalam meminimalkan beban pajak badan?

Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui bagaimana perhitungan dan perbandingan jumlah pajak yang harus dibayar perusahaan dengan menggunakan metode net dan gross up dalam meminimalkan beban pajak badan PT. Trans Engineering Sentosa.

2. Untuk mengetahui metode mana yang paling efisien yang dapat digunakan perusahaan untuk meminimalkan beban pajak badan pada PT. Trans Engineering Sentosa.

LANDASAN TEORI Pengertian pajak

Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjuk dan yang digunakan untuk mebayar pengeluaran umum.

Fungsi pajak

Menurut Rochmat Soemitro (2011, hal 1) mengatakan bahwa terdapat dua fungsi pajak, antara lain :

1. Fungsi Budgeter, yaitu fungsi pajak untuk memasukkan uang sebanyak- banyaknya ke dalam kas Negara, dengan maksud untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran Negara

2. Fungsi Regulered, yaitu fungsi pajak untuk mengatur suatu keadaan dalam masyarakat di bidang sosial, ekonomi, maupun politik sesuai dengan kebijakan pemerintah.

Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 “Pajak Penghasilan adalah pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak.

Pengertian Pajak Penghasilan Pasal 21

Menurut Siti Resmi (2011, hal 163) Pajak Penghasilan Pasal 21 adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh wajib pajak orang pribadi dalam negeri.

Pemotong PPh Pasal 21

1) Pemberi kerja yang terdiri dari orang pribadi dan badan

2) Bendaharawan atau pemegang kas pemerintah baik pusat maupun daerah 3) Dana pensiun, badan penyelenggara Jamsostek, dan badan lain yang

membayar uang pensiun dan tht/jaminan hari tua.

4) Penyelenggara kegiatan (termasuk badan pemerintah, organisasi termasuk organisasi internal, perkumpulan OP serta lembaga lainnya yang melakukan kegiatan) yang membayar honorarium, hadiah atau penghargaan dalam bentuk apapun kepada wajib pajak oorang pribadi berkenaan suatu kegiatan.

Penelitian Terdahulu

Penelitian yang di lakukan oleh Risky V.D.P Vridag (2015) PT. Remenia Satori Tepas Manado yang menyatakan bahwa dengan metode net karyawan mendapatkan kenikmatan berupa tangguhan pajak pph 21 yang ditanggung perusahaan, namun karena biaya pph 21 tersebut tidak dibiayakan maka pph badan akan bertambah dengan adanya koreksi fiskal positif. Sedangkan dengan menggunakan metode gross up perusahaan akan memberikan tunjangan pajak pph pasal 21 bagi karyawan. Karyawan akan menerima take home pay tanpa dikurangi dan dipotong pph pasal 21 karena sudah ditanggung perusahaan dalam bentuk

METODE PENELITIAN

Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif, yaitu dengan mengumpulkan data-data penelitian yang diperoleh dari PT. Trans Engineering Sentosa, kemudian diuraikan secara rinci berdasarkan fakta yang untuk dikumpulkan diolah, kemudian dibandingkan dengan teori.

Definisi Operasional Variabel

perhitungan pajak penghasilan pasal 21 dengan menggunakan metode net dan gross up untuk mengetahui metode mana yang lebih bisa meminimalkan beban pajak perusahaan.

Jenis Dan Sumber Data

1. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantifatif yaitu data penelitian yang diperoleh langsung dari perusahaan

2. sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder adalah data pendukung untuk memperoleh uraian teoritis yang diperoleh dari sumber terdokumentasi diperusahaan.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data dengan pengamatan langsung terhadap dokumen- dokumen yang ada di perusahaan.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Perhitungan PPh Pasal 21 dari salah satu karyawan PT. Trans Engineering Sentosa untuk tahun 2015 metode net.

Nama : Azwar ( K/3)

Gaji setahun Rp 108.000.000

Tunjangan – tunjangan:

 uang lembur Rp 3.000.000

 THR, bonus Rp10.000.000 +

Jumlah tunjangan – tunjangan Rp 13.000.000 -

Jumlah penghasilan bruto Rp 121.000.000

Pengurangan:

Biaya jabatan 5% Rp 6.000.000 -

Jumlah penghasilan neto Rp 115.000.000

PTKP Rp (48.000.000)

PKP Rp 67.000.000

PPh Pasal 21 setahun = 5% x Rp 50.000.000 = Rp 2.500.000 15% x Rp 17.000.000= Rp 2.550.000 +

Rp 5.050.000

Berdasarkan perhitungan PPh Paal 21 diata dapat dilihat bahwa PPh Pasal 21yang di tanggung perusahaan sebesar Rp. 5.050.000 pertahun. Secara akuntansi komersil jumlah ini dapat dikurangkan sebagai beban tetapi secara fiskal jumlah tersebut tidak dapat dikurangkan sebagai beban karena merupakan bagian dari kenikmatan yang diberikan kepada karyawan sebagaimana di jelaskan oleh kep.drijen pajak no.31/pj/2009 pasal 9 ayat (2) yang menegaskan bahwa pajak penghasilan yang ditanggung oleh pemberi kerja, termasuk yang ditanggung pemerintah merupakan penerimaan dalam bentuk natura sehingga tidak boleh di biayakan.Pajak Penghasilan Pasal 21 yang ditanggung oleh perusahaan termasuk sebagai bentuk kenikmatan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf d yaitu berbunyi yang dikecualikan dari objek pajak adalah: penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima ataudiperoleh

dikenakan pajak secara final.

Berikut merupakan rekapitulasi perhitungan PPh Pasal 21 ditanggung perusahaan untuk tahun pajak 2015.

Tabel IV.1

Rekapitulasi perhitungan PPh Pasal 21 tahun pajak 2015 Nama

karyawan

Penghasilan bruto

PKP PPh Pasal

21

Take home pay

Azwar 121.000.000 67.000.000 5.050.000 121.000.000 Kery 55.600.000 7.820.000 391.000 55.600.000 Ranto 52.000.000 7.400.000 370.000 52.000.000 Landi 45.000.000 750.000 37.500 45.000.000 Erliani 45.000.000 6.750.000 337.500 45.000.000 318.600.000 89.720.000 6.186.000 318.600.000 Sumber : PT. Trans Engineerin Sentosa

Dari tabel rekapitulasi diatas dapat dilihat bahwa penghasilan bruto per tahun karyawan adalah sebesar Rp 318.600.000, sedangkan PPh Pasal 21 yang terutang yang disetor oleh PT.Trans Engineering Sentosa tiap tahunnya adalah sebesar Rp 6.186.000. dimana PPh Pasal 21 yang terutang tersebut akan di tanggung oleh perusahaan. Maka take home pay karyawan per tahun sebesarRp 318.600.000.

Perhitungan PPh Pasal 21 dari salah satu karyawanPT. Trans Engineering Sentosa untuk tahun 2015 menggunakan metode gross up

Nama : Azwar ( K/3)

Gaji setahun Rp 108.000.000

Tunjangan – tunjangan:

 uang lembur Rp 3.000.000

 THR, bonus Rp10.000.000 +

Jumlah tunjangan – tunjangan Rp 13.000.000 -

Jumlah penghasilan bruto Rp 121.000.000

Jumlah penghasilan neto Rp 115.000.000

PTKP Rp (48.000.000)

PKP Rp 67.000.000

Karena penghasilan kena pajak ada dilapisan tarif yang ke 2, maka rumus gross up yang di pakai adalah sebagai berikut :

Lapisan 2 PKP diatas Rp 50.000.000 s/d Rp 250.000.000 Pajak = (PKP X 15%) – 5 juta) / 0,85

Tunjangan pajak =

=

= 5.941.176 Tahap 2

Gaji setahun Rp 108.000.000

Tunjangan pajak Rp 5.941.176

Tunjangan – tunjangan:

 uang lembur Rp 3.000.000

 THR, bonus Rp10.000.000 +

Jumlah tunjangan – tunjangan Rp 13.000.000 -

Jumlah penghasilan bruto Rp126.941.176

Pengurangan:

Biaya jabatan 5% Rp 6.000.000 -

Jumlah penghasilan neto Rp 120.941.176

PTKP Rp (48.000.000)

PKP Rp 72.941.176

PPh pasal 21 setahun = 5%x Rp 50.000.000 = Rp 2.500.000

= 15% x Rp 22.941.176 = Rp 3.441.176 + Rp 5.941.176

tunjangan pajak yaitu sebesar Rp 5.941.176. Dengan penggunaan metode gross up tidak ada PPh pasal 21 yang dipotong dari penghasilan karyawan yang bersangkutan. Dengan demikian, penghasilan yang dibawa pulang atau take home pay karyawan azwar adalah sebesar Rp126.941.176 - Rp 5.941.176 = Rp 121.000.000.

Dan untuk metode Pajak Penghasilan DiGross up, Pajak Penghasilan yang masih harus dibayar perusahaan lebih kecil dibandingkan dengan metode lain. Karena, pemberian tunjangan pajak yang digrossup merupakan bagian dari penghasilan yang diterima karyawan bukan merupakan kenikmatan. sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf a yaitu berbunyi sebagai berikut.Yang menjadi objek pajak adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengannama dan dalam bentuk apa pun, termasuk: penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali ditentukan lain dalam Undang-undang ini;Berikut ini merupakan perhitungan PPh Pasal 21 dengan metode gross up pada PT. Trans Engineering Sentosa.

Tabel IV.4

Rekapitulasi perhitungan PPh Pasal 21 metode gross up tahun 2015 Nama

karyawan

Penghasilan bruto

PPh Pasal 21

Tunjangan pajak

Take home pay

Azwar 126.941.176 5.941.176 5.941.176 121.000.000 Kery 56.011.579 411.579 411.579 55.6600.000 Ranto 52.389.474 389.474 389.474 52.000.000 Landi 45.039.474 39.474 39.474 45.000.000 Erliani 45.355.263 355.263 355.263 45.000.000 325.736.966 7.136.966 7.136.966 318.600.000 Sumber :Data setelah diolah

disetor PT.Trans Engineering Sentosa tiap tahunnya adalah sebesar Rp 7.136.966 yang diformulasikan sama besar dengan jumlah tunjangan pajak yang dihitung dengan menggunakan metode gross up. Dengan penggunaan metode gross up maka tidak ada PPh Pasal 21 yang terutang yang akan dipotong dari penghasilan karyawan yang bersangkutan sehingga take home pay karyawan per tahun adalah sebesar Rp 318.600.000.

Hasil perhitungan pajak penghasilan pasal 21 metode net dan gross up tahun pajak 2013-2015

Sumber : Data setelah diolah

Dilihat dari tabel di atas pada tahun 2013 PPh pasal 21 terutang metode net adalah sebesar Rp 2.329.500 sedangkan menggunakan metode gross up PPh pasal 21terutang sebesar Rp 2.452.106, untuk tahun 2014 PPh pasal 21 terutang metode net sebesar Rp 3.892.500, sedangkan menggunakan metode gross up PPh pasal 21terutang sebesar Rp 4.429.258.

Keterangan Perusahaan (metode net) Penulis (metode gross up)

2015 2014 2013 2015 2014 2013

Penghasilan bruto

Gaji pokok 267.600.000 174.000.000 106.200.000 267.600.000 174.000.000 106.200.000 Tnj. uang lembur 27.000.000 34.000.000 24.000.000 27.000.000 34.000.000 24.000.000 bonus dan THR 24.000.000 18.500.000 10.500.000 24.000.000 18.500.000 10.500.000

Tnj. PPh Pasal 21 - - - 7.136.966 4.429.258 2.452.106

Jlh. Peng. bruto 318.600.000 226.500.000 140.700.000 325.736.966 230.929.258 143.152.106 Pengurangan

Biaya jabatan 15.880.000 11.325.000 7.035.000 15.880.000 11.325.000 7.035.000 Penghasilan neto 302.720.000 215.175.000 133.665.000 309.856.966 219.604.258 137.767.106 PTKP setahun 213.000.000 139.725.000 87.075.000 213.000.000 139.725.000 87.075.000 PKP 89.720.000 75.450.000 46.590.000 96.856.966 79.879.258 49.042.106 PPh Psl 21 terutang 6.186.000 3.892.500 2.329.500 7.136.966 4.429.258 2.452.106

7.136.966. Biaya PPh pasal 21 terutang yang dikeluarkan perusahaan lebih kecil dengan menggunakan metode net tetapi biaya tersebut tidak dapat dikurangkan sebagai beban karena merupakan bagian dari kenikmatan yang diberikan kepada karyawan, sebagaimana dijelaskan oleh Kep.Drijen Pajak No.31/pj/2009 Pasal 8 ayat (2) yang menegaskan bahwa pajak penghasilan yang ditanggung oleh pemberi kerja, termasuk yang ditanggung oleh pemerintah, merupakan penerimaan dalam bentuk natura/kenikmatan sehingga tidak boleh dibiayakan.

Kemudian Pasal 9 ayat (1) huruf e menjelaskan yaitu Untuk menentukan besarnyaPenghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap tidak boleh dikurangkan: penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan, kecuali penyediaan makanan dan minuman bagi seluruh pegawai serta di daerah tertentu dan yangberkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan yang diatur penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

Sedangkan dengan menggunakan metode gross up perusahaan memberikan tunjangan pajak kepada karyawannya yang sama besar dengan jumlah pajak yang akan di potong dari karyawan tersebut, sehingga biaya PPh Pasal 21 yang dikeluarkan perusahaan lebih besar tetapi biaya tersebut secara fiskal boleh dibebankan sebagai biaya. Untuk metode Pajak Penghasilan DiGross up, Pajak Penghasilan yang masih harus dibayar perusahaan lebih kecil dibandingkan dengan metode lain. Karena, pemberian tunjangan pajak yang digrossup merupakan bagian dari penghasilan yang diterima karyawan bukan merupakan kenikmatan.

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf a yaitu berbunyi yang menjadi objek pajak adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi

Dokumen terkait