• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

F. Putusan

adalah perbuatan yang untuk mewujudkannya diperlukan perbuatan aktif; dan

b. Tindak Pidana Korupsi Pasif

Tindak pidana korupsi pasif adalah tindak piana yang unsur tingkah lakunya dirumuskan secara pasif.

5. Atas Dasar Dapat/Tidaknya Merugikan Keuangan dan atau Perekonomian Negara

Atas dasar ini tindak pidana korupsi dapat dikelompokkan sebagai berikut :

a. Tindak pidana korupsi yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara; dan

b. Tindak pidana yang tidak mensyaratkan dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.

1) Pasal 191 KUHAP

a. Jika pengadilan berpendapat bahwa dari hasil pemeriksaan di sidang, kesalahan terdakwa atas perbuatan yang didakwaan kepadannya tidak terbukti secara sah dan meyakinkan, maka terdakwa diputus bebas.

b. Jika pengadilan berpendapat bahwa perbuatan yang didakwakan kepada tedakwa terbukti, tetapi perbuatan itu tidak merupakan suatu tindak pidana, maka terdakwa diputus lepas dari segala tuntutan hukum.

c. Dalam hal sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2), terdakwa yang ada dalam status tahanan diperintahkan untuk dibebaskan seketika itu juga kecuali karena ada alasan lain yang sah, terdakwa tiak ditahan.

2) Pasal 193 Ayat (1) KUHAP

“Jika pengadilan berpendapat bahwa terdakwa bersalah melakukan tindak pidana yang didakwakan kepadanya, maka pengadilan menjatuhkan pidana.”

Menurut Gatot Supramono,34 putusan yang dinyatakan hakim dimaksudkan untuk mengakhiri atau menyelesaikan perkara yang diajukan kepadanya untuk memutus suatu perkara pidana maka terlebih dahulu hakim memeriksa perkarannya.

Menurut M. Yahya Harahap,30 putusan yang akan dijatuhkan oleh hakim, tergantung dari hasil musyawarah mufakat hakim berdasarkan penilaian yang mereka peroleh dari segala sesuatu yang terbukti dalam pemeriksaan di sidang pengadilan.

2. Syarat Sah Putusan

Syarat sah suatu putusan diatur dalam Pasal 197 KUHAP.

Tanpa memuat ketentuan-ketentuan yang disebutkan dalam Pasal

30 Gatot Supramono, Surat Dakwaan dan Putusan Hakim, Djambatan, Jakarta, 1998, Hlm. 84

197 KUHAP, bisa mangakibatkan putusan “batal demi hukum”.

Adapun maksud beberapa syarat mengenai syarat sahnya suatu putusan ialah tentang isi yang harus terkandung dalam putusan.

Artinya putusan pengadilan harus memuat syarat yang ditentukan dalam Pasal 197 KUHAP.

Adapun rumusan mengenai syarat sah suatu putusan yang diatur dalam Pasal 197 KUHAP sebagai berikut :

a) Kepala putusan yang dituliskan berbunyi “DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA”;

b) Identitas Terdakwa;

c) Dakwaan, sebagaimana yang terdapat dalam surat dakwaan penuntut umum;

d) Pertimbangan yang lengkap;

e) Tuntutan pidana penuntut umum;

f) Peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar pemidanaan

g) Hati dan tanggal diadakannya musyawarah majelis h) Pernyataan kesalahan terdakwa.

i) Pembebanan biaya perkara dan penentuan barang bukti 3. Jenis – Jenis Putusan

Berdasarkan ketentuan yang ada dalam KUHAP yang mengatur mengenai putusan, maka ada dua sifat putusan hakim

menurut Lilik Mulyani,31 yaitu:

a) Putusan pemidanaan, apabila yang didakwakan oleh penuntut umum dalam surat dakwaan telah terbukti secara sah dan meyakinkan menurut hukum.

b) Putusan yang bukan pemidanaan dapat berupa putusan bebas ( vrijspraak) dan putusan lepas dari segala tuntutan hukum (onslag van recht vervolging).

Adapun jenis-jenis putusan yang dikeluarkan oleh hakim dalam memutus suatu perkara dapat berupa :

a) Jenis putusan bersifat formil adalah putusan yang bukan merupakan putusan akhir yaitu:

a. Putusan hakim yang berisi pertanyaan tidak berwenang pengadilan untuk memeriksa suatu perkara (onbevoeglde verklaring) Pasal 148 ayat (1) KUHAP.

b. Putusan yang menyatakan bahwa dakwaan Penuntut Umum Batal (niet verklaring van de acte van verwjzing) Pasal 156 ayat 1 KUHAP. Contoh : surat dakwaan tidak memenuhi Pasal 143 ayat (3) KUHAP

c. Putusan yang berisi pernyataan bahwa dakwaan Penuntut Umum tidak dapat diterima (niet onvankelijk verklar) Pasal 156 KUHAP. Contoh : perkara sudah daluarsa.

d. Putusan yang berisi penundaan pemeriksaan perkara oleh karena perselisihan prejuditiel (perselisihan kewenangan) b) Jenis putusan yang bersifat materiil adalah jenis putusan

pengadilan yang merupakan putusan akhir (einds vonnis).

31 Lilik Mulyani, Hukum Acara Pidana. Citra Aditya Bakti, Jakarta, 2000, Hlm. 147

53 A. Tipe Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian hukum empiris. Karena melakukan kajian terhadap jenis penelitian lapangan yaitu mengkaji ketentuan hukum yang berlaku serta apa yang terjadi dalam kenyataan di masyarakat. Atau dengan kata lain yaitu suatu penelitian yang dilakukan terhadap keadaan sebenarnya atau keadaan nyata di masyarakat dengan maksud untuk mengetahui dan menemukan fakta- fakta dan data yang dibutuhkan. Setelah data yang dibutuhkan terkumpul kemudian menuju pada identifikasi masalah yang pada akhirnya menuju pada penyelesaian masalah.

B. Lokasi Penelitian

Untuk mendapatkan data dan informasi yang diperlukan berkaitan dengan permasalahan dan pembahasan penulisan skripsi ini, maka penulis melakukan penelitian dengan memilih lokasi penelitian di Kota Makassar. Pengumpulan data dan informasi akan dilaksanakan di tempat yang dianggap mempunyai data yang sesuai dengan objek yang diteliti, yaitu: Pengadilan Negeri Makassar.

C. Populasi Dan Sampel

Adapun populasi penelitian ini tertuju kepada tokoh Pengadilan Negeri Makassar yaitu Hakim yang menangani kasus tersebut.

artinya pengambilan sampel secara sengaja sesuai dengan persyaratan sampel yang diperlukan.

D. Jenis dan Sumber Data

Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1) Data Primer, yaitu data yang diperoleh melalui penelitian di lapangan dengan mengadakan wawancara (interview) kepada pihak yang berkompeten, dalam hal ini adalah polisi, jaksa, dan hakim yang telah menangani perkara tindak pidana korupsi.

2) Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh melalui studi kepustakaan yakni melalui literatur/buku-buku, dokumen-dokumen serta peraturan- peraturan yang ada relevansinya dengan materi yang dibahas.

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Penelitian pustaka (library research), yaitu menelaah berbagai buku kepustakaan, koran dan karya ilmiah yang ada hubungannya dengan objek penelitian.

2. Penelitian lapangan (field research), yaitu pengumpulan data dengan mengamati secara sistematis terhadap fenomena- fenomena yang diselidiki.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Wawancara, pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti dan membuat pedoman wawancara dan dilakukan terhadap narasumber secara langsung sebagai sumber informasi agar dapat diketahui tanggapan, pendapat, keyakinan, perasaan, motivasi serta cita-cita dari narasumber yang berkaitan dengan penanganan perkara tindak pidana korupsi.

2. Studi Dokumentasi, yaitu tehnik pengumpulan data dengan cara mencatat dokumen-dokumen (arsip) yang berkaitan dengan permasalahan yang akan dikaji.

F. Analisis Data

Data yang diperoleh penulis kelak akan dituangkan dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif. Dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif dimaksudkan untuk menggambarkan serta menguraikan secara keseluruhan data yang diperoleh dari hasil studi kepustakaan yang berkaitan dengan judul penulisan hukum secara jelas dan rinci yang kemudian dianalisi guna menjawab permasalahan yang diteliti

56

A. Penerapan Ketentuan Pidana Terhadap Tindak Pidana Korupsi dalam Kasus Putusan No.576/Pid.B/2019/PN.Mks

1. Posisi Kasus

Berdasarkan fakta-fakta baik keterangan saksi-saksi, keterangan tersangka, adanya barang bukti diketahui:

Pada hari Kamis tanggal 21 Juli 2014 sekitar pukul 11.00 wita, atau pada waktu lain dalam tahun 2014 Bertempat di Ruang Kerja Asisten I Kantor Pemerintahan Kota Makassar, terdakwa Drs. Sidik Salam telah melakukan atau turut serta melakukan perbuatan secara melawan hukum, memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu koporasi yang dapat merugikan keuangan Negara atau perekonomian Negara, perbuatan Terdakwa dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut :

Berawal dari upaya Pemerintah Propinsi Sulawesi Selatan untuk meningkatkan daya saing produk daerah dalam menyongsong perdagangan bebas, serta memupuk kecintaan dan kebanggaan masyarakat Sulawesi Selatan dan Sulawesi pada umumnya, maka oleh Pemerintah Propinsi Sulawesi Selatan, diperlukan suatu wadah dalam bentuk Celebes Convention Centre (CCC) yang representative untuk kegiatan pusat promosi Usaha Kecil Menengah (UKM), pameran, lokakarya, seminar dan even-event Nasional maupun Internasional, dengan pengadaan lahan seluas ± 6 Ha yang beersumber dari APBD Propinsi Sulawesi Selatan Tahun Anggaran 2014 sebesar Rp. 3.600.000.000,- ( tiga milyar enam ratus juta rupiah ) yang dibebankan kepada Dinas Perindustrian dan Perdangangan Propinsi Sulawesi Selatan

Menindaklanjuti Pengadaan Tanah untuk kepentingan Pembangunan Gedung Celebes Convention Center tersebut, Gubernur Sulawesi Selatan meminta bantuan kepada Walikota Makassar melalui Surat Nomor : 593/1007/Ek.bang tertanggal 17 Maret 2014 perihal untuk dapat kiranya memproses pengalihan lahan yang digarap oleh keluarga Saksi Drs.H. Abdul Hamid Rahim yang mengaku sebagai penggarap lahan yang ditunjuk untuk lokasi

menunjukkan bukti-bukti surat berupa Surat P2 Nomor : 419/P.II/1974, Surat SPPT NOP. 216 Tahun 2014, yang ditindaklanjuti oleh Terdakwa Drs. M. Sidik Salam yang pada waktu itu menjabat sebagai Kepala Dinas Perindustrian Dan Perdagangan Propinsi Sulawesi Selatan ditunjuk oleh Gubernur Sulawesi Selatan ditunjuk sebagai Pengguna Anggaran pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan Propinsi Sulawesi Selatan berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Sulawesi Selatan Nomor : 949 / XII / Tahun 2012 tanggal 31 Desember 2012 sebagai Pengguna Anggaran APBD Tahun 2013 atau sebagai instansi pemerintah yang memerlukan lahan dengan surat Nomor 354/PDN/IV/2013/Indag tanggal 1 April 2013 perihal permohonan Penetapan Lokasi Rencana Pembangunan Gedung Celebes Convention Center. Bahwa atas Surat Gubernur Propinsi Sulawesi Selatan dan Surat Terdakwa Drs. M.Sidik Salam maka Wali Kota Makassar menetapkan lokasi peruntukkan lahan Pembangunan Gedung Celebes Convetion Center seluas 6 Hektar Di Jalan Metro Tanjung Bunga sesuai Keputusan Walikota Makassar Nomor : 289/Kep/664:/2013 tanggal 6 April 2005.

Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Sulawesi Selatan Nomor 256/V/1994 telah dibentuk Panitia Pengadaan Tanah yang diketuai oleh Walikota Makassar, Wakil ketua Kepala kantor Badan Pertanahan Nasional, Sekretaris I adalah Asisten Tata Pemerintahan, dan anggotanya adalah Dinas Terkait, Camat dan Lurah yang kemudian Panitia tersebut disebut Panitia 9 yang mempunyai tugas pokok untuk melakukan penelitian dan inventarisasi tanah, status hukum tanah yang hak atasnya akan dilepas dan menaksir besaran ganti kerugian atas tanah yan dilepaskan haknya.

Pada tanggal 11 April 2013 Panitia Pengadaan Tanah oleh Instansi Pemerintah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum dalam Wilayah Kota Makassar, melakukan penelitian mengenai status hukum tanah yang hak atasnya akan dilepaskan serta dokumen-dokumen pendukungnya serta mengadakan musyawarah bertempat di kantor BPN Kota Makassar yang dihadiri Terdakwa Drs. M. Sidik Salam sebagai pihak Instansi Pemerintah Propinsi Sulawesi Selatan yang memerlukan lahan dan dihadiri pula pula oleh saksi Drs. H. Abdul Hamid Rahim yang mengaku sebagai penggarap lahan

Dalam rapat antara Panitia Pengadaan Tanah, Kuasa Pengguna Anggaran dalam hal ini Terdakwa Drs. M. Sidik Salam dan

antara saksi Drs. H. Abdul Hamid Rahim sebagai penggarap lahan dengan Terdakwa Drs. M. Sidik Salam dimana dalam musyawarah tersebut saksi Drs. H. Abdul Hamid Rahim sebagai penggarap lahan awalnya meminta harga sebesar Rp. 120.000/ (seratus dua puluh ribu rupiah permeter bujur sangkar) kemudian oleh Terdakwa diminta turun menjadi Rp. 55.000/m² (lima puluh lima ribu rupiah permeter bujur sangkar), akhirnya Terdakwa Drs. M. Sidik Salam sepakat dengan saksi Drs.H.Abdul Hamid Rahim sebagai penggarap lahan dengan harga Rp. 57.500/m² (lima puluh tujuh ribu lima ratus rupiah permeter bujur sangkar) yang kemudian ditetapkan dalam Surat Keputusan Walikota Makassar Nomor 320/Kep/593.83/2013 tanggal 11 April 2013 tentang Penetapan Bentuk dan Besarnya Uang Santunan Atas Lahan yang akan dibebaskan oleh Pemerintah Propinsi Sulawesi Selatan untuk Pembangunan Gedung Pusat Promosi Dagang dan Industri (Celebes Convention Center) seluas 6 hektar terletak dijalan H. M. Dg. Patompo (d/h. Jalan Metro Tanjung Bunga) Kelurahan Mattoangin, kecamatan Mariso, Kota Makassar.

Pada tanggal 21 Juli 2013 bertempat di ruang Asisten I Pemerintah Kota Makassar, Terdakwa Drs. M. Sidik Salam melakukan penyerahan uang santunan kepada saksi Drs. H. Abdul Hamid Rahim sebesar Rp. 3.450.000.000,- (tiga milyar empat ratus lima puluh ribu rupiah), dan saksi Drs. H. Abdul Hamid Rahim menerima uang santunan tersebut sebesar Rp. 3.450.000.000,- (tiga milyar empat ratus lima puluh ribu rupiah) secara tunai sesuai dengan Berita Acara Pengadaan Tanah / Penyerahan Santunan Nomor BA.01/CCC/VII/2013 disaksikan oleh Panitia Pengadaan Tanah bagi Pelaksana Pembangunan untuk Kepentingan Umum dalam Wilayah Kota Makassar.

Perbuatan Terdakwa Drs. M. Sidik Salam yang telah melakukan tawar- menawar harga tanah untuk kepantingan pembangunan Celebes Convention Center di Jalan Metro Tanjung Bunga dengan saksi Drs. H. Abdul Hamid Rahim sebagai penggarap lahan, tanpa melakukan penelitian tentang kebenaran status hak atas tanah yang akan dilepaskan, dan menyetujui tanah tersebut dengan harga sebesar Rp. 57.500/m² (lima puluh tujuh ribu lima ratus rupiah permeter persegi) kemudian membayar sebesar Rp. 3.450.000.000,- (tiga milyar empat ratus lima puluh ribu rupiah) sebagai penyerahan santunan kepada saksi Drs. H. Abdul Hamid Rahim Sebagai penggarap lahan, seharusnya tidak perlu dilakukan oleh Terdakwa

Terdakwa bukan tanah milik akan tetapi tanah tersebut adalah tanah tumbuh akibat pendangkalan laut yang diakui digarap oleh Drs. H.

Abdul Hamid Rahim sesuai Surat P2 No. 419/P II/1974, Surat SPPT NOP 106 Tahun 2013 dengan Surat SPPT NOP 216 Tahun 2013.

Perbuatan terdakwa Drs. M. Sidik Salam tersebut adalah perbuatan melawan hukum yang bertujuan untuk memperkaya diri Terdakwa Drs. M. Sidik Salam atau orang lain dan akibatnya menimbulkan kerugian Negara atau perekonomian Negara C.q Pemerintah Propinsi Sulawesi Selatan sebesar Rp. 3. 277.500.000,-(tiga milyar dua ratus tujuh puluh tujuh juta lima ratus ribu rupiah) setelah dikurangi pajak Biaya perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) sebesar Rp. 172.500.000 (5% x Rp. 3.450.000.000,-) sesuai hasil Audit Investigasi Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Perwakilan Sulawesi.

2. Dakwaan Jaksa Penuntut Umum (JPU)

Surat dakwaan yang digunakan oleh Jaksa Penuntut Umum dalam kasus tersebut adalah surat dakwaan yang disusun secara subsidaritas, pada azasnya penyusunan surat dakwaan dengan subsidaritas adalah disebabkan karena unsur pokok dari dakwaan primer dan subsidair adalah sama akan tetapi dakwaan primer mempunyai unsur khusus dari unsur pokok tersebut, sehingga pada umumnya dakwaan primer yang memiliki unsur khusus tersebut memiliki ancaman hukuman yang lebih tinggi.

Adapun dakwaan Jaksa Penuntut Umum terhadap Terdakwa Drs. M. Sidik Salam berdasarkan Surat Dakwaan No.Register Perkara : PDS. 05/Mks/Ft.1/04/2019 adalah sebagai berikut :

Bahwa Terdakwa Drs. M. Sidik Salam bersama-sama dengan Drs.H. Abdul Hamid Rahim yang penuntutannya dilakukan secara terpisah pada hari Kamis tanggal 21 Juli 2013 sekitar pukul 11.00 wita, atau pada waktu lain dalam tahun 2013 Bertempat di Ruang Kerja Asisten I Kantor Pemerintahan Kota Makassar atau pada suatu tempat lain dalam Daerah Hukum Pengadilan Negeri Makassar, telah melakukan atau turut serta melakukan perbuatan secara melawan hukum, memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu koporasi yang dapat merugikan keuangan Negara atau perekonomian Negara

Perbuatan Terdakwa Drs. M. Sidik Salam sebagaimana diatur dan diancam Pidana dalam Pasal 2 ayat 1 Jo. Pasal 18 Undang- Undang No.31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Perubahan atas Undang-Undang No. 31 Tahun1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Jo.

Pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP.

SUBSIDAIR :

Bahwa Terdakwa Drs. M. Sidik Salam yang waktu itu menduduki jabatan Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Propinsi Sulawesi Selatan dan sebagai Pengguna Anggaran Dinas Perindustrian dan Perdagangan Propinsi Sulawesi Selatan berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Sulawesi Selatan Nomor : 49/XII/Tahun 2013 tanggal 31 Desember 2013 bersama-sama dengan Drs. H. Abdul Hamid Rahim yang penuntutannya dilakukan secara terpisah pada hari Kamis tanggal 21 Juli 2014 sekitar pukul 11.00 wita, atau pada waktu lain dalam tahun 2014 bertempat di Ruang Kerja Asisten I Kantor Pemerintah Kota Makassar atau pada suatu tempat lain dalam Daerah Hukum Pengadilan Negeri Makassar, telah melakukan atau turut serta melakukan perbuatan dengan tujuan menguntungkan diri sendiri, atau orang lain atau suatu korporasi, meyalahgunakan wewenang, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan Negara atau perekonomian Negara.

Perbuatan Terdakwa Drs. M. Sidik Salam sebagaimana diatur dan

diancam Pidana dalam Pasal 3 Jo. Pasal 18 Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang telah diubah dengan Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 Tentang Perubahan atas Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Jo. Pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP.

Tuntutan Pidana Jaksa Penuntut Umum terhadap Terdakwa Drs. M. Sidik Salam Berdasarkan Surat Tuntutan Nomor Register Perkara: PDS 05/Mks/Ft.1/04/2019 Tertanggal tertanggal 30 Agustus 2019, yang pada pokoknya meminta kepada Majelis Hakim untuk memutuskan :

1. Menyatakan Terdakwa Drs. M. Sidik Salam tidak terbukti secara sah menurut hukum bersalah melakukan tindak pidana korupsi secara bersama-sama sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 2 ayat 1 Jo. Pasal 18 Undang- Undang No.31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang telah diubah dengan Undang-Undang No.

20 Tahun 2001 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang No.

31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Jo. Pasal 55 ayat (1) ke- 1 KUHP pada Dakwaan Primer, oleh itu membebaskan Terdakwa dari Dakwaan Primer

;

2. Menyatakan Terdakwa Drs. M. Sidik Salam terbukti secara sah menurut hukum bersalah melakukan tindak pidana korupsi secara bersama-sama sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 3 Jo. Pasal 18 Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tndak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP pada dakwaan subsidair ; 3. Menjatuhkan pidana kepada Terdakwa Drs. M. Sidik Salam

dengan pidana penjara selama 2 (dua) tahun dan denda Rp.

200.000.000,- Subsidair 2 (dua) bulan kurungan, dengan dikurangi seluruhnya selama Terdakwa dalam masa tahanan dengan perintah agar Terdakwa tetap ditahan di Rutan kelas I Makassar;

4. Menyatakan barang bukti berupa :

1) SK. Walikota Makassar Nomor : 289/Kep/644.2/2014 tanggal 6 April 2014 Tentang Penetapan Lokasi Peruntukkan Lahan Pembangunan Gedung Pusat Promosi Dagang dan Industri Sulawesi Selatan ;

2) SK Walikota Makassar Nomor : 320/Kep/593.83/2014 tanggal

11 April 2014 tentang Penetapan Bentuk dan Besarnya

Sulawesi Selatan ;

3) SK Walikota Makassar Nomor : 333/Kep/593.82.05/2014 tanggal 13 April 2014 tentang Pembentukan Tim Inventarisasi Lahan ;

4) Lampiran SK Walikota Makassar Nomor : 333/Kep/593.82.05/2014 tanggal 13 April 2014 tentang Pembentukan Tim Inventarisasi Lahan.

5) Asli Surat Keputusan Gubernur Sulawesi Selatan No.84/II/Tahun 2014 tanggal 3 Maret 2014 Tentang Pembentukan Tim Kordinasi Pembangunan CCC;

6) Asli Surat Pemerintah Propinsi Sulawesi Selatan No.

593/1007/Ekbang tanggal 17 Maret 20114 perihal Penyiapan Lahan untuk Pembangunan CCC;

7) Copy Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan No. 256/V/1994 tanggal 10 Mei 2013 tentang Pembentukan Panitia Pengadaan tanah;

8) Asli Surat ketetapan iuran pembangunan daerah (P.2) No.

419/PII/74 atas nama Drs.Abd.Hamid;

9) Asli Akta Notaris dan PPAT Hj.Ira Adriana Adnan, S.H No.20 tanggal 14 Juli 2014 tentang pernyataan pemilikan atas tanah hak garap Drs. Abdul Hamid Rahim;

10) Asli 18 lembar SPPT PBB a.n. Drs. Abdul Hamid Rahim dari tahun 2009 sampai 2014;

11) Asli berita acara pengadaan tanah / penyerahan santunan B.A No.01/CCC/2014;

12) Foto copy Kuitansi sebesar tiga milyar empat ratus lima puluh juta rupiah untuk pembayaran uang santunan atas lahan yang terkena Pembangunan Gedung Pusat Promosi;

13) Foto copy berita acara rapat musyawarah Panitia Pengadaan Tanah tanggal 11 April 2014

Tetap terlampir dalam berkas perkara ;

5. Membebani Terdakwa untuk membayar biaya perkara sebesar Rp.2.500,-;

4. Amar Putusan

Majelis Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara atas nama terdakwa Drs.M.Sidik Salam dalam amar putusannya dalam Putusan No. 576/Pid.B/2019/PN.Mks menyatakan :

secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana korupsi sebagimana dalam dakwaan Primer/Subsidair Jaksa Penuntut Umum;

2. Membebaskan Terdakwa dari seluruh dakwaan Jaksa Penuntut Umum ;

3. Memulihkan hak Terdakwa dalam kemampuan, kedudukan dan harkat serta martabatnya;

4. Membebaskan Terdakwa seketika dari Tahanan;

5. Merintahkan barang bukti tetap terlampir dalam berkas perkara;

6. Membebankan ongkos perkara kepada negara;

Demikianlah diputuskan dalam rapat permusyawaratan Majelis Hakim Pengadilan Negeri Makassar pada hari Selasa tanggal 31 Agustus 2019.

5. Analisis Penulis

Tindak pidana merupakan suatu tindakan melanggar hukum yang telah dilakukan dengan sengaja maupun tidak sengaja oleh seseorang yang tindakannya tersebut dapat dipertanggungjawabkan dan oleh Undang- undang telah dinyatakan sebagai suatu yang dapat dihukum. Apabila seseorang melakukan tindak pidana maka perbuatannya tersebut harus dipertanggungjawabkan.

Kasus yang penulis bahas yaitu kasus tindak pidana korupsi dalam proyek pengadaan lahan untuk pembangunan gedung pusat promosi perdagangan yang sekarang di sebut Celebes Convention Center (CCC). Dalam proses pelepasan tanah yang akan dijadikan sebagai lokasi pembangunan gedung Celebes Convention Center (CCC) ditemukan bahwa terjadi tindak pidana korupsi yang diduga dilakukan oleh Drs. M. Sidik Salam selaku kuasa pengguna

Rp. 3.277.500.000,- (tiga milyar dua ratus tujuh puluh tujuh juta lima ratus ribu rupiah).

Penyusunan surat dakwaan oleh Jaksa Penuntut Umum harus sesuai dengan tindak pidana yang dilakukan oleh terdakwa. Menurut Harun M Husein32 , bahwa dalam merumuskan tindak pidana yang didakwakan kepada terdakwa, haruslah dilakukan secara cermat, jelas dan tepat sesuai dengan perbuatan yang nyata dilakukan oleh terdakwa.

Apabila terdakwa hanya melakukan satu tindak pidana, maka digunakan dakwaan tunggal. Dalam hal terdakwa melakukan satu tindak pidana yang menyentuh beberapa perumusan tindak pidana dalam undang-undang dan belum dapat dipastikan tentang kualifikasi dan ketentuan pidana yang dilanggar, maka jaksa penuntut umum menggunakan dakwaan alternatif atau subsidair.

Dalam hal terdakwa melakukan beberapa tindak pidana yang masing-masing merupakan tindak pidana yang berdiri sendiri-sendiri, jaksa penuntut umum menggunakan dakwaan kumulatif.

Jenis dakwaan yang digunakan oleh jaksa penuntut umun dalam kasus yang diteliti oleh penulis yaitu menggunakan dakwaan subsidaritas atau dakwaan subsidair. Dakwaan subsidair dipergunakan apabila suatu akibat yang ditimbulkan oleh suatu

32 Harun M Husein, S.H Surat Dakwaan, teknik penyusunan,fungsi dan permasalahannya, rineka cipta,1994 Jakartan hlm 47

Dokumen terkait