• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

3.3.2 Sampel

Dalam suatu penelitian, sebagian yang diambil dari populasi disebut sampel. Sampel merupakan sebagian dari populasi yang memiliki sifat dan karakter yang sama sehingga betul-betul mewakili populasinya. Menurut Gunawan (2013) yang dimaksud sampel adalah sebagian atau wakil populasi diteliti atau cara sederhana sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi.

Makanisme pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dilakukan dengan purposive sampling. Fraenkel dkk. (2012) menyatakan purposive sampling adalah cara memilih sampel berdasarkan pengetahuan populasi sebelumnya dan tujuan khusus penelitian, peneliti menggunakan penilaian pribadi.

Dari hasil pemilihan sampel atlet yang telah mengikuti pertandingan dimulai dari tingkat wilayah atau nasional. Sampel dalam penelitian ini adalah atlet putra Club Gema Kabupaten Garut dengan kriteria penentuan sampel ini meliputi: (1) Atlet aktif berprestasi Club Gema Kabupaten Garut, (2) Dalam keadaan sehat dan tidak mengalami cedera, (3) Atlet yang berumur 19 sampai 22 tahun, (4) menguasai teknik smash, (5) Sudah pernah mengikuti turnamen bola voli tingkat wilayah atau nasional. Berdasarkan kriteria tersebut yang memenuhi berjumlah 12 atlet.

Seluruh sampel tersebut dikenai pre-test untuk menentukan kelompok, nilai pre-test dirangking, kemudian dipasangkan (matched) dengan pola A-B-B-A dalam dua kelompok dengan anggota masing-masing 6 atlet. Teknik pembagian sampel yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan ordinal pairing. Ordinal pairing adalah pembagian kelompok menjadi dua bagian dengan tujuan keduanya memiliki kesamaan atau kemampuan yang merata, (Sugiyono, 2011). Sampel dibagi menjadi dua kelompok, kelompok A (kelompok

25

eksperimen) yang diberi perlakuan latihan circuit training dan kelompok B (kelompok kontrol). Hasil pengelompokkan berdasarkan ordinal pairing adalah sebagai berikut. Dapat dilihat pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Ordinal Pairing Sumber : (Sugiyono, 2011) Kelompok A

(Kelompok Eksperimen)

Kelompok B (Kelompok Kontrol)

1 2

4 3

5 6

8 7

9 10

12 11

3.4 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Club Gema Garut yang terletak di Jalan Raya Samarang, KM 4, Desa Cintarakyat, Kecamatan Samarang, Kabupaten Garut.

Penelitian berlangsung selama 4 minggu, sesuai dengan yang dikemukakan oleh Bompa (2015) yang menyatakan bahwa latihan yang efektif jika dilakukan paling sedikit selama 4-6 minggu. Latihan dilakukan selama 12 kali pertemuan dengan frekuensi latihan 3 kali dalam 1 minggu. Berikut jadwal latihan yang dilaksanakan setiap minggunya. Dapat dilihat pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3 Waktu Penelitian

Hari Waktu Tempat

Selasa 16.00 - selesai Lapang Bola Voli Gema Kamis 16.00 - selesai Lapang Bola Voli Gema Sabtu 08.00 - selesai Lapang Bola Voli Gema

3.5 Instrumen Penelitian

Instrumen merupakan alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan informasi kuantitatif tentang variasi karakteristik variabel secara menyeluruh. Tes adalah serentetan pertanyaan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki

26

individu atau kelompok (Sugiyono, 2021). Adapun instrumen yang digunakan sebagai berikut:

3.5.1 Tes Power Otot Tungkai

Tes tinggi lompatan (power otot tungkai) adalah dengan tes vertical jump Pratama dan Alnedral (2018). Diukur dengan menggunakan tes vertical jump dengan satuan centimeter (Iqbal dkk., 2015). Dapat dilihat pada Gambar 3.2.

Gambar 3.1 Instrumen Tes Power Otot Tungkai Sumber : (Pratama & Alnedral, 2018) 3.5.2 Tes Power Otot Lengan

Menurut Fuaddy (2018) adalah dengan menggunakan alat medicine ball dengan berat 2,7216 kg (6 pound). Tes ini bertujuan untuk mengukur power otot lengan. Untuk mengukur power otot lengan dilakukan tes lempar bola medicine yaitu tes lempar bola medicine dari atas kepala dengan salah satu lengan yang terkuat (Mulyono, 2008). Dapat dilihat pada Gambar 3.3.

Gambar 3.2 Instrumen Tes Power Otot Lengan Sumber : (Mulyono, 2008)

3.6 Prosedur Penelitian

27

3.6.1 Tes Power Otot Tungkai

Tes vertical jump (Ismaryati, 2008):

a)Tujuan

Untuk mengukur daya ledak otot tungkai dalam arah vertical.

b) Perlengkapan

1) Formulir dan alat tulis.

2) Papan meteran yang dipasang di dinding dengan ketinggian dari 150 cm hingga 350 cm, tingkat ketelitiannya hingga 1 cm.

3) Bubuk kapur atau tepung atau air.

4) Dinding sedikitnya setinggi 365 cm (12 feet).

c) Pelaksanaan

1) Testee berdiri menyamping arah dinding, kedua kaki rapat, ujung jari tangan yang dekat dinding dibubuhi bubuk kapur.

2) Dengan kaki menapak di lantai, tangan testee yang dekat dinding meraih ke atas setinggi mungkin, catat tinggi raihnya pada berkat ujung jari tengah.

3) Testee melompat ke atas setinggi mungkin dan menyentuh papan.

Lakukan tiga kali lompatan, catat tinggi lompatannya pada bekas ujung jari.

4) Posisi badan ketika meloncat adalah telapak kaki tetap menempel di lantai, lutut ditekuk, tangan lurus agak di belakang badan.

5) Tidak boleh melakukan awalan ketika akan melompat ke atas.

d) Penilaian

1) Ukur selisih antara tinggi lompatan dan tinggi raihan.

2) Nilai yang diperoleh testee adalah selisih yang terbanyak antara tinggi lompatan dan tinggi raihan dari ketiga lompatan yang dilakukan.

3.6.2 Tes Power Otot Lengan

Tes lempar bola medicine ball overhead (Widiastuti, 2011):

a) Tujuan

1) Untuk mengukur power otot lengan.

b) Perlengkapan

1) Bola berat antara 2,7216 kg (6 pound).

28

2) Meteran.

3) Lantai yang rata.

4) Buku dan pensil.

c) Pelaksanaan

1) Testee berdiri di sebuah garis dengan sisi kaki panjang dengan sisi kaki yang lainnya berada tepat di atas garis start dengan posisi dibuka selebar bahu.

2) Posisi badan menghadap ke arah bola yang akan dilempar.

3) Bola dipegang dengan tangan di atas kepala.

4) Subjek melakukan lemparan melalui atas kepala sejauh mungkin.

5) Pelaksanaan tes dilakukan sebanyak 3 kali percobaan.

d) Penilaian

1) Jarak dicatat mulai dari garis start hingga-bola jatuh, dari 3 kali percobaan lemparan, ambil yang terjatuh.

3.7 Analisis Data 3.7.1 Uji Normalitas

Uji normalitas atau juga dikenal sebagai uji kesesuaian model, digunakan untuk menentukan apakah model yang diusulkan sesuai dengan data atau tidak (Quraisy, 2022). Uji data berdistribusi normal dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti menggunakan metode statistik seperti uji Kologorov-Smirnov dan Shapiro-Wilk, atau membuat grafik dengan teknik tertentu dan melihat pola plot atau grafik tersebut (Santoso, 2010).

3.7.2 Uji Homogenitas

Uji homogenitas adalah prosedur statistik untuk memastikan bahwa dua atau lebih kelompok sampel data dari populasi memiliki tingkat varians yang sama (Sianturi, 2022). Jika nilai signifikansi lebih besar dari 0.05 atau sig > 0.05, maka data dianggap homogen atau diterima. Jika nilai signifikansi lebih rendah dari 0.05 atau sig < 0.05, maka data dianggap tidak homogen atau tidak diterima.

3.7.3 Uji Hipotesis

Salah satu cabang ilmu statistik inferensial adalah uji hipotesis, yang digunakan untuk menguji kebenaran suatu pernyataan secara statistik dan yang nantinya ditarik kesimpulan apakah pernyataan tersebut dapat diterima atau

29

ditolak (Anuraga dkk., 2021). Para peneliti tentunya ingin membuktikan bahwa pendapat atau asumsi mereka benar atau tidak melalui berbagai pengujian. Uji hipotesis dapat membantu menentukan apakah suatu hal benar-benar ada atau hanya teori.

3.7.3.1 Uji Paired Sampel t-test

Uji hipotesis menggunakan uji Paired Sampel t-test digunakan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan rata-rata dua sampel yang berpasangan.

Dua sampel yang dimaksud adalah sampel yang sama namun mempunyai dua data. Uji Paired Sampel t-test merupakan bagian dari statistik parametrik oleh karena itu, sebagaimana aturan dalam statistik parametrik data. Penelitian haruslah berdistribusi normal. Dasar pengambilan keputusan dalam uji Paired Sampel t- test yaitu jika nilai Sig. (2-tailed) < 0.05, maka terdapat perbedaan yang signifikan sedangkan, Jika nilai Sig. (2-tailed) > 0.05, maka tidak terdapat perbedaan yang signifikan.

3.7.3.2 Uji Independent t-test

Uji hipotesis menggunakan uji Independent Sampel t-test digunakan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan rata-rata dua sampel yang tidak berpasangan. Dua sampel yang dimaksud adalah sampel yang berbeda namun mempunyai dua data. Uji Independent Sampel t-test merupakan bagian dari statistik parametrik oleh karena itu, sebagaimana aturan dalam statistik parametrik data penelitian haruslah berdistribusi normal. Dasar pengambilan keputusan dalam uji Independent t-test yaitu jika nilai Sig. (2-tailed) < 0.05, maka terdapat perbedaan yang signifikan sedangkan, Jika nilai Sig. (2-tailed) > 0.05, maka tidak terdapat perbedaan yang signifikan.

30

BAB IV

TEMUAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Temuan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh latihan dengan metode circuit training terhadap peningkatan power otot tungkai dan power otot lengan. Berkaitan dengan maksud penelitian tersebut, data yang diperoleh dari penelitian ini merupakan hasil dari kemampuan power otot tungkai yang diukur dengan tes vertical jump dan kemampuan power otot lengan yang diukur dengan tes medicine ball. Data tes awal dan tes akhir ini terdiri dari dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

4.1.1 Profil Sampel

Profil sampel adalah gambaran atau penjelasan umum mengenai responden atau sampel. Berikut adalah profil sampel penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1

Profil Sampel Penelitian

No Sa

mp el

Usi a

1 A 19

2 B 19

3 C 20

4 D 19

5 E 21

6 F 20

7 G 19

8 H 20

9 I 20

10 J 19

11 K 19

12 L 21

31

4.1.2 Deskripsi Data

Data pre-test dimaksudkan sebagai upaya untuk mengetahui kemampuan awal dan pemberian post-test dimaksudkan untuk mengukur kemampuan akhir atlet dari kedua kelompok setelah memperoleh perlakuan yang berbeda. Hasil pre-test dan post-test vertical jump dari kelompok eksperimen dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2

Hasil pre-test dan post-test vertical jump eksperimen No Sampel Pre-test

Vertical Jump

Post-test Vertical Jump

Selisi h

1 A 165 171 6

2 B 165 171 6

3 C 166 173 7

4 D 154 163 9

5 E 152 158 6

6 F 151 160 9

Hasil pre-test dan post-test medicine ball dari kelompok eksperimen dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3

Hasil pre-test dan post-test medicine ball eksperimen No Sampel Pre-test

Medicine Ball

Post-test Medicine

Ball

Selisi h

1 A 1070 1079 9

2 B 982 989 7

3 C 972 978 6

4 D 884 891 7

5 E 867 875 8

6 F 784 790 6

Hasil pre-test dan post-test vertical jump dari kelompok kontrol dapat dilihat pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4

Hasil pre-test dan post-test vertical jump kontrol No Sampel Pre-test

Vertical Jump

Post-test Vertical Jump

Selisi h

7 G 152 156 4

32

8 H 152 157 5

9 I 163 166 3

10 J 157 161 4

11 K 159 163 4

12 L 152 157 5

Hasil pre-test dan post-test medicine ball dari kelompok kontrol dapat dilihat pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5

Hasil pre-test dan post-test medicine ball kontrol No Sampel Pre-test

Medicine Ball

Post-test Medicine

Ball

Selisi h

7 G 1013 1016 3

8 H 976 978 2

9 I 880 882 2

10 J 873 878 5

11 K 810 813 3

12 L 872 876 4

Tabel 4.6

Deskripsi Statistik Vertical Jump

Kelompok

Pre-test vertical jump

Min Max

Post-test vertical

jump

Min Max N

´x ± sd ´x ± sd

Eksperimen 58,8 ±

7,19 51,0 66,0 66,0 ±

6,44 58,0 73,0

6 Kontrol 55,8 ±

4,62 52,0 63,0 60,6 ±

4,00 56,0 66,0

Tabel 4.7

Deskripsi Statistik Medicine Ball

Kelompok

Pre-test Medicine

Ball Min Max

Post-test Medicine

Ball Min Max N

´x ± sd ´x ± sd

33

Eksperimen 26,5 ±

1,38 84,0 70,0 33,6 ±

2,03 90,0 79,0

6 Kontrol 04,0 ±

5,44 10,0 13,0 07,1 ±

5,07 13,0 16,0

Pada Tabel 4.6 dan 4.7 menjelaskan bahwa ringkasan data pre-test dan post-test peningkatan power otot tungkai dan power otot lengan pada atlet bola voli Club Gema pada kelompok circuit training dan kontrol. Pada kelompok circuit training didapatkan hasil vertical jump dengan pre-test pengukuran rerata dan standar deviasi sebesar ( x̅̅ = 58,8 dan sd = 7,19) dan post-test sebesar ( x̅̅ = 66,0 dan sd = 6,44) dan hasil medicine ball dengan pre-test pengukuran rerata dan standar deviasi sebesar ( x̅̅ = 26,5 dan sd = 1,38) dan post-test sebesar ( x̅̅ = 33,6 dan sd = 2,03).

Sedangkan pada kelompok kontrol didapatkan hasil vertical jump dengan pre-test pengukuran rerata dan standar deviasi sebesar ( x̅̅ = 55,8 dan sd = 4,62) dan post-test sebesar ( x̅̅ = 60,6 dan sd = 4,00) dan hasil medicine ball dengan pre-test pengukuran rerata dan standar deviasi sebesar ( x̅̅ = 04,0 dan sd = 5,44) dan post-test sebesar ( x̅̅ = 07,1 dan sd = 5,07).

Setelah melakukan pengukuran nilai rerata dan standar deviasi, langkah selanjutnya merupakan menghitung uji normalitas menggunakan pendekatan Shapiro-Wilk dan uji homogenitas menggunakan pendekatan Levene Statics.

4.2 Uji Prasyarat Analisis

Uji prasyarat analisis merupakan konsep dasar yang digunakan untuk menentukan jenis statistik uji yang diperlukan dalam analisis data. Apakah kita akan menggunakan statistik parametrik atau non-parametrik tergantung pada hasil dari uji prasyarat ini. Dua uji prasyarat yang umum digunakan yaitu uji normalitas dan uji homogenitas.

4.2.1 Uji Normalitas

Uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah variabel dalam penelitian mempunyai sebaran distribusi normal atau tidak. Penghitungan uji normalitas menggunakan rumus Shapiro-Wilk, dengan pengolahan menggunakan bantuan komputer program SPSS 26. Hasil dari uji normalitas dapat dilihat pada Tabel 4.8.

34

Tabel 4.8

Hasil Uji Normalitas Shapiro-Wilk Kelompok Eksperimen

Kelompok Data Shapiro-Wilk Keteranga

Eksperime n n

Statistic N Sig.

Vertical Jump

Pre-Test ,304 6 ,087 Normal

Post-Test ,281 ,150 Normal

Medicine Ball

Pre-Test ,173 ,200 Normal

Post-Test ,168 ,200 Normal

Tabel 4.9

Hasil Uji Normalitas Shapiro-Wilk Kelompok Kontrol

Kelompok Data Shapiro-Wilk Keteranga

Kontrol Statistic N Sig. n

Vertical Jump

Pre-Test ,297 6 ,108 Normal

Post-Test ,273 ,182 Normal

Medicine Ball

Pre-Test ,291 ,121 Normal

Post-Test ,298 ,104 Normal

Dari Tabel 4.8 dan Tabel 4.9 hasil uji normalitas menggunakan uji Shapiro-Wilk menunjukan bahwa variabel pengujian data pre-test dan post-test peningkatan power otot tungkai dan power otot lengan dengan menggunakan vertical jump dan medicine ball pada kelompok circuit training dan kontrol dengan nilai (sig > 0,05). Maka dapat disimpulkan bahwa data pre-test dan post- test vertical jump dan medicine ball pada penelitian ini berdistribusi normal dan dapat dianalisis menggunakan uji parametrik.

4.2.2 Uji Homogenitas

Setelah melakukan uji normalitas dengan uji Shapiro-Wilk, selanjutnya dilakukan uji homogenitas terhadap data pre-test dan post-test peningkatan power otot tungkai dan power otot lengan dengan menggunakan vertical jump dan medicine ball pada kelompok circuit training dan kontrol. Uji homogenitas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui variabel data yang digunakan pada penelitian berasal dari populasi yang memiliki variansi yang sama. Uji homogenitas dalam penelitian ini menggunakan uji levene statistic pada taraf signifikansi α 0,05. Adapun hasil uji homogenitas dapat dilihat pada Tabel 4.10.

Tabel 4.10 Hasil Uji Homogenitas

35

Data Levene Statistic Keteranga

Statistic N Sig. n

Vertical Jump

Pre-Test ,889 6 ,014 Homogen

Post-Test ,535 ,005 Homogen

Medicine Ball

Pre-Test ,740 ,410 Homogen

Post-Test ,750 ,407 Homogen

Dari Tabel 4.10 hasil uji homogenitas pre-test dan post-test vertical jump dan medicine ball pada kelompok circuit training dan kontrol dengan nilai (sig >

0,05). Maka dapat dikatakan variabel tersebut berasal dari variansi yang sama (homogen).

4.2.3 Uji Hipotesis

Setelah pengujian prasyarat analisis, yaitu uji normalitas menggunakan shapiro-wilk dan uji homogenitas menggunakan levene statistic dapat disimpulkan bahwa data memenuhi syarat dan dapat dilanjutkan dengan menggunakan uji parametrik (uji-t). Uji parametrik menggunakan bantuan komputer program SPSS 26 dengan uji-t, yaitu uji Paired Sample T-Test yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh peningkatan power otot tungkai dan power otot lengan dengan menggunakan vertical jump dan medicine ball pada kelompok circuit training dan kontrol. Lalu uji Independent Sample T-Test yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan peningkatan power otot tungkai dan power otot lengan dengan menggunakan vertical jump dan medicine ball pada kelompok circuit training dan kontrol. Dengan menentukan hipotesis statistik circuit training dan kontrol seperti berikut ini:

1) H0 = Terdapat pengaruh yang signifikan dari latihan dengan metode circuit training terhadap peningkatan power otot tungkai dan power otot lengan.

2) H1 = Tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari latihan dengan metode circuit training terhadap peningkatan power otot tungkai dan power otot lengan.

Dengan menentukan hipotesis statistik kontrol seperti berikut ini:

1) H0 = Terdapat pengaruh yang signifikan dari latihan kelompok kontrol terhadap peningkatan power otot tungkai dan power otot lengan.

2) H1 = Tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari latihan kelompok kontrol terhadap peningkatan power otot tungkai dan power otot lengan.

36

Adapun mengenai hasil uji Paired Sample T-Test dapat dilihat pada Tabel 4.11.

Tabel 4.11

Hasil Uji Paired Sample T-Test

Kelompok Variabel t-hitung df Sig. (2-tailed) Eksperime

n

Vertical Jump -11,926 5 ,000

Medicine Ball -15,016 5 ,000

Kontrol Vertical Jump -13,558 5 ,000

Medicine Ball -6,635 5 ,001

Berdasarkan Tabel 4.11 mengenai hasil uji Paired Sample T-Test kelompok eksperimen ditemukan Vertical Jump dengan nilai sig 0,000 < 0,05, dan Medicine Ball dengan nilai sig 0,000 < 0,05, maka dapat disimpulkan metode latihan circuit training berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan power otot tungkai dan power otot lengan, maka hipotesis yang diterima adalah H0 atau terdapat pengaruh yang signifikan dari metode latihan circuit training terhadap peningkatan power otot tungkai dan power otot lengan. Sedangkan kelompok kontrol ditemukan Vertical Jump dengan nilai sig 0,000 < 0,05, dan Medicine Ball dengan nilai sig 0,001 < 0,05, maka dapat disimpulkan latihan kelompok kontrol berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan power otot tungkai dan power otot lengan, maka hipotesis yang diterima adalah H0 atau terdapat pengaruh yang signifikan dari latihan kelompok kontrol terhadap peningkatan power otot tungkai dan power otot lengan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode latihan circuit training memiliki pengaruh lebih besar dibandingkan latihan kelompok kontrol, sebab latihan dengan metode circuit training memiliki perbedaan rerata lebih besar dari latihan kelompok kontrol.

Setelah dilakukan uji analisis mengguakan uji-t (Paired Sample T-Test), kemudian dilanjutkan dengan analis uji-t (Independent Sample T-Test). Dengan menentukan hasil hipotesis statistik sebagai berikut:

1) H0 = Terdapat perbedaan pengaruh peningkatan power otot tungkai dan power otot lengan menggunakan vertical jump dan medicine ball antara sebelum dan sesudah menerapkan metode latihan circuit training dan latihan kelompok kontrol.

2) H1 = Tidak Terdapat perbedaan pengaruh peningkatan power otot tungkai dan power otot lengan menggunakan vertical jump dan medicine ball antara

37

sebelum dan sesudah menerapkan metode latihan circuit training dan latihan kelompok kontrol.

Adapun mengenai hasil uji Independent Sample T-Test dapat dilihat pada Tabel 4.16.

Tabel 4.12

Hasil Uji Independent Sample T-Test

Kelompok Variabel t-

hitun g

Sig. (2-tailed) Eksperime

n Vertical Jump -18,5 ,000

Medicine Ball -18,3 ,000

Kontrol Vertical Jump -24,2 ,000

Medicine Ball -24,3 ,000

Berdasarkan Tabel 4.12 mengenai hasil uji Independent Sample T-Test pada pengukuran perbedaan pengaruh peningkatan power otot tungkai dan power otot lengan menggunakan vertical jump dan medicine ball antara sebelum dan sesudah menerapkan metode latihan circuit training dan latihan kelompok kontrol dengan nilai sig 0,000 < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan antara latihan dengan metode circuit training dan latihan kelompok kontrol terhadap peningkatan power otot tungkai dan power otot lengan, dan maka hipotesis yang diterima adalah H0 atau terdapat perbedaan pengaruh peningkatan power otot tungkai dan power otot lengan menggunakan vertical jump dan medicine ball antara sebelum dan sesudah menerapkan metode latihan circuit training dan latihan kelompok kontrol.

4.3 Pembahasan

Penelitian ini melibatkan dua kelompok sampel, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen mendapatkan perlakuan berupa circuit training, sementara kelompok kontrol hanya menerima latihan konvensional tanpa diberi latihan tambahan. Hasil pengolahan data menunjukkan perbedaan pengaruh yang signifikan antara kedua kelompok, dimana kelompok eksperimen mengalami peningkatan yang signifikan dibandingkan kelompok kontrol. Pada penelitian ini terdapat kelebihan ketika penelitian berlangsung, kelebihannya tepat memilih sampel karena sampel mudah terorganisir dengan baik serta cocok untuk penelitian ini dengan latar belakang sampel sehingga

38

berpengaruhnya latihan circuit training cukup memungkinkan untuk meningkatkan kemampuan komponen kondisi fisik power otot tungkai dan power otot lengan. Pada penelitian ini juga terdapat kekurangan pada saat penelitian berlangsung yaitu beberapa sampel ada yang terlambat datang sehingga menghambat saat diberikan perlakuan berupa latihan circuit training. Berdasarkan penelitian ini yang dianalisis maka dilakukan pembahasan atas hasil penelitian sebagai berikut :

4.2.1 Pengaruh Latihan Metode Circuit Training terhadap Peningkatan Power Otot Tungkai dan Power Otot Lengan

Dalam penelitian ini kelompok eksperimen melakukan latihan fisik yang diberikan latihan circuit training. Ketika selama melakukan penelitian ini para sample eksperimen melaksanakan latihan dengan baik dan benar, karena peneliti selalu memberikan arahan dan juga memantau ketika penelitian ini dilakukan sehingga keberlangsungan sample dalam penelitian ini sangat diperhatikan dan juga mereka juga menjalaninya dengan seksama dan penuh tanggung jawab. Pada kelompok eksperimen ini mereka diberikan waktu latihan selama 12 pertemuan dalam satu bulan, yaitu 3 kali dalam 1 minggu. Latihan circuit training menunjukkan bahwa atlet yang rutin melakukan latihan, mengalami peningkatan yang signifikan dalam peningkatan power otot tungkai dan power otot lengan mereka. Hal ini terjadi karena latihan circuit training membantu mengaktifkan dan membangun otot yang sesuai pada sasaran baik itu pada saat latihan maupun saat pertandingan.

Seperti penelitian yang dilakukan Kusmanto (2011), dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh metode Circuit Training terhadap Kebugaran Jasmani Siswa Kelas II SMP Negeri 1 Arjosari Kabupaten Pacitan” hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa terdapat pengaruh latihan metode circuit training terhadap peningkatan kebugaran komoponen kondisi fisik power otot tungkai dan power otot lengan. Hasil dari olah data pre-test dan post-test peningkatan power otot tungkai dan power otot lengan juga dapat diperhatikan dari hasil rata-rata pre-test dan post-test yang mengalami peningkatan. Hasil olah data dari latihan dengan metode circuit training menunjukan pada hasil uji paired t- test diketahui bahwa nilai Sig. (2-tailed) 0,00 < 0,05. Maka dapat diambil kesimpulan adanya

39

peningkatan yang signifikan terhadap peningkatan power otot tungkai dan power otot lengan.

Namun untuk mencapai hasil yang optimal, latihan circuit training harus dilakukan dengan cara yang benar dan terstruktur. Menurut Muhajir (2007) circuit training adalah urutan latihan dengan satu macam kegiatan di setiap pos, untuk itu dalam menyusun urutan item latihan sasaran otot yang ditingkatkan adalah berseling, yang artinya otot yang dikenai beban latihan berganti-ganti pada setiap item pos latihan sehingga akan lebih maksimal. Pelatih perlu memberikan panduan yang jelas tentang bagaimana melakukan latihan circuit training yang efektif, termasuk detail teknis dan taktis yang perlu diperhatikan. Latihan circuit training juga harus diintegrasikan dengan sesi latihan fisik secara keseluruhan untuk memastikan bahwa atlet mendapatkan manfaat maksimal dari latihan.

Dengan pendekatan yang komprehensif ini, latihan circuit training dapat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan power otot tungkai dan power otot lengan.

4.6.2 Pengaruh Latihan Tanpa Metode Circuit Training terhadap Peningkatan Power Otot Tungkai dan Power Otot Lengan.

Dalam penelitian ini kelompok kontrol hanya melakukan latihan konvensional tanpa diberikan latihan circuit training. Ketika selama melakukan penelitian ini para sample kelompok kontrol melaksanakan latihan dengan baik dan benar, karena peneliti selalu memberikan arahan dan juga memantau ketika penelitian ini dilakukan sehingga keberlangsungan sample dalam penelitian ini sangat dikontrol dan juga mereka juga menjalaninya dengan seksama dan penuh tanggung jawab.

Ketika penulis melakukan penelitian ini, banyak dari sample yang merasa antusias karena sample merupakan atlet yang sudah di bina sejak usia dini yang sering mengikuti pertandingan atau kompetisi sehingga banyak dari mereka merasa tidak maksimal ketika setiap bertanding dan mereka menginginkan kemampuannya terus meningkat dan maksimal ketika akan berkompetisi. Sejalan yang dikatakan oleh Sajoto (1999) kondisi fisik adalah satu kesatuan utuh dari komponen-komponen yang tidak dapat dipisahkan begitu saja, baik peningkatan maupun pemeliharaan, artinya bahwa di dalam usaha peningkatan kondisi fisik

Dokumen terkait