• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENUTUP

B. Saran-saran

Menurut penulis, dana talangan haji di Indonesia sebenarnya sangat bermanfaat bagi pelaksanaan ibadah haji di Indonesia, dengan alasan antrean menjadi panjang dan kemampuan ibadah haji belum terpenuhi karena dengan adanya bukti memakai dana talangan haji yang dikeluarkan oleh bank syariah adalah alasan Kementerian Agama melarang dana talangan haji, menurut penulis kurang tepat, karena sebetulnya dana talangan haji meringankan calon jamaah haji untuk melaksanakan ibadah haji, bukan mempersulit, perlu di pertimbangkan kembali dengan pelarangan dana talangan haji tersebut.

DAFTAR PUSTAKA Al-Qur’an/ Hadits

Departemen Agama, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, Semarang:

CV Toha Putra, 2006.

Departemen Agama, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, Jakarta: PT Kumudasmoro Grafindo, 1994.

Departemen Agama, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, Semarang:

CV Toha Putra, 2006.

Fuad Abdul Baqi, Muhammad, Al Lu‟lu‟ Wal Marjan: Mutiara Hadits Sahih Bukhari dan Muslim, Jakarta: Ummul Qura, 2013.

Usul Fikih/ Fikih

Abd. Arief, Salam “Konsep Al-Mal dalam Perspektif Hukum Islam (Studi terhadap Ijtihad Fuqaha‟ Al-Mawarid, Edisi IX 2003.

Afandi, Yazid Fiqh Muamalah dan Implementasinya dalam Lembaga Keuangan Syariah ,Yogyakarta: Logung Pustaka, 2009.

Anonim, Pedoman Praktis Manasik Haji dan Umrah Sesuai Sunnah Rasalullah Saw, Surabaya: Aliat, t.t.

Astuti, Yessi Widhi Analisis Pembiayaan Dana Talangan Haji Menurut Hukum Islam Dan Peraturan Menteri Agama Nomor 30 Tahun 2013, Skripsi Syariah IAIN Salatiga, 2015.

Auda, Jasser Fiqh al-Maqasid Inatah al Ahkam al Shar‟iyyah Bimaqasiduha Herndon: Al Ma‟had al‟aliy li al Fikr al

80

Auda, Jasser Maqashid asy-syariah As Phlasophyy of Islamc Law; a System Approach USA: The Internatonal Insttute of Islamc Thought, 2008.

Auda, Jasser Maqasid Untuk Pemula, Alih bahasa Al abd- elmun‟im, cet ke-1 Yogyakarta: Suka Press, 2013.

Auda, Jasser Membumikan Hukum Islam Melalui Maqasid Syariah Bandung: PT Mizan Pustaka, 2015.

Bahar, Khalifi Elyas , Doa dan Amalan Agar Mendapat Panggilan Ziarah Haji dan Umrah, Yogjakarta: Diva Press, 2013.

Djamil, Fathurrahman Flsafat Hukum Islam, Jakarta: Logos Wacana I lmu, 1997.

Edwinar, Della “Status Hukum Dana Talangan Haji Bagi Calon Jamaah Haji,” Vol. 3:1, Januari 2015.

Farid, Ishak Ibadah Haji Dalam Filsafat Hukum Islam, Jakarta:

Rineka Cipta, 1999.

Hayat, Nur dan Ali Imran Fiqh dan Ushul Fiqh Depok:

Prenadameda Group, 2017.

Istithofah, Haji dengan Dana Talangan Haji dalam Perspektif Hadits (Studi Sanad dan Matan), Skripsi Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama UIN Raden Intan, 2017.

Kementerian Agama RI, Dinamika dan Perspektif Haji Indonesia, Jakarta: Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah, 2010.

Kementerian Agama RI, PMA Nomor 30 tentang Persyaratan Bank Syariah Penerima BPIH, Jakarta: Dirjen Haji dan Umrah, 2013.

Komisi Fatwa Ulama Indonesia, “Istitha‟ah dalam Melaksanakan Ibadah Haji”, No.4, Februari 1979.

81 Khusairi, Ahmad, Evolusi Ushul Fikih Konsep dan Pengembangan Metodologi Hukum Islam Yogyakarta:

Pustaka Ilmu, 2013.

Mughniyah, Muhammad Jawad Fikih Lima Mazhab, Jakarta:

Barie Press, 1991.

Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, Yogyakarta: UPPAMP YKPN, 2005.

Novindri, Silvi “Analisis Fikih Terhadap Akad Dana Talangan Haji Pada Bank Syariah” Vol.4:1, Januari 2013.

Sabiq, As-Sayyid,Fiqh As-Sunnah Kuwait: Dar al-Bayan, 1968.

Saleh, Sundarni Burkan Pedoman Haji, Umrah, dan Ziarah, Jakarta: Senayan Abadi Publising, 2003.

Shiddieqy, Muhammad hasbi Pedoman Haji, Semarang: PT Pustaka Rizki Putra, 1999.

Sidiq, Syahrul “Maqasid Syariah & Tantangan Modernitas:

Sebuah Telaah Pemikiran Jasser Auda,” Vol.7:1, November 2017.

Tianto Agus, “ Dana Talangan Haji tidak Perlu di Larang”

Rubrik Fikih Kontemporer, Vol. 9:10, Oktober 2013.

Yusuf Hamd, al-„Alimal-maqasid al-„Ammah li asy-syarah al- islamiyah, Cairo: Dar al-Hadits,t.t.

Undang-undang/ Peraturan Menteri

Undang-undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji, Pasal 5.

Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2016, Pasal 6A.

Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2013, Pasal 6.

82

Lain-lain

Anggoro Husni “Arab Saudi Rilis Statistik Haji Internasional 2018”, https://haji.kemenag.go.id/v3/content/arab saudi rilis statistik haji internasional 2018, di akses tanggal 5 September 2019.

Farhanah, Nida “Problematika Waiting List dalam Penyelenggaraan Ibadah Haji,” Jurnal Studi Agama dan Masyarakat, Vol. 12:1 Juni 2016.

Kementerian Agama RI Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Ibadah Haji, https://haji.kemenag.go.id/v3/node/1599, di akses tanggal 1 Agustus 2019.

Mengenal Dana Talangan Haji,

https://www.cermati.com/artikel/dana talangan haji apa itu dan kenapa dilarang, diakses tanggal 5 September 2019.

Rifai, Muhammad Bahtiyar, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Produk Talangan Haji (Studi di Bank Syariah Mandiri Cabang Cikditiro Yogyakarta), Skripsi Syariah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2010.

Siti Rahmah dan Sopa Problematika Dana Talangan Haji di Indonesia, Jakarta: Rineka Cipta. 2013.

Syaukani, Imam Manajemen Pelayanan Haji di Indonesia, Jakarta: Puslitbang Kehidupan Keagamaan, 2009.

Uyun, Nur Manajemen Pembiayaan Dana Talangan Haji, Malang: Pustaka Amani Press, 2007.

Ya‟qub, Ali Mustofa Mewaspadai Provokator Haji, Jakarta:

Pustaka Firdaus, 2009.

LAMPIRAN I

TERJEMAHAN AL-QURAN, HADITS DAN ISTILAH-ISTILAH

Hal. Nomor Footnote

Ayat al- Quran dan

Hadits

Terjemahan Ayat BAB I

2 3 QS. Al-h}aj

(22): 27 Dan berserulah kepada

manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh.

BAB III

48 12 QS. Ali-

Imran (3): 97

Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (diantaranya) maqam Ibrahim; barang siapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia;

mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang

sanggup mengadakan

perjalanan ke Baitullah. Barang siapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.

48 13 Lihat Footnote 3 hlm.2 BAB I

49 14 Q.S. (2) Al- Baqarah : 196

Dan sempurnakanlah ibadah haji dan umrah karena Allah.

Jika kamu terkepung (terhalang oleh musuh atau karena sakit), maka (sembelihlah) korban yang mudah didapat, dan jangan kamu mencukur kepalamu, sebelum korban

sampai di tempat

penyembelihannya. Jika ada diantaramu yang sakit atau ada gangguan di kepalanya (lalu ia bercukur), maka wajiblah atasnya berfidyah, yaitu:

berpuasa atau bersedekah atau berkorban. Apabila kamu telah (merasa) aman, maka bagi siapa yang ingin mengerjakan umrah sebelum haji (di dalam bulan haji), (wajiblah ia menyembelih) korban yang mudah didapat. Tetapi jika ia tidak menemukan (binatang korban atau tidak mampu), maka wajib berpusa tiga hari dalam masa haji dan tujuh hari (lagi) apabila kamu telah pulang kembali. Itulah sepuluh (hari) yang sempurna.

Demikian itu (kewajiban membayar fidyah) bagi orang- orang yang keluarganya tidak berada (di sekitar) Masjidil Haram (orang-orang yang bukan penduduk kota Makah).

Dan bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah sangat keras siksaan-Nya.

49 15 Hadis

diriwayatkan oleh Imam Bukhar dan Muskim dari Abu

Huraiarah

Islam dibangun atas lima perkara; bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan salat, menunaikan zakat, puasa di bulan Ramadan dan melakukan haji ke Baitullah bagi orang yang mampu melakukan perjalanan ke sana

BAB IV

66 3 Lihat Footnote 12 hlm.46 BAB III

LAMPIRAN II

PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2016

TENTANG

PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI AGAMA NOMOR 30 TAHUN 2013 TENTANG BANK PENERIMA SETORAN BIAYA PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa sehubungan dengan adanya perubahan persyaratan Bank Penerima Setoran Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji, perlu merubah Peraturan Menteri Agama Nomor 30 Tahun 2013 tentang Bank Penerima Setoran Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Menteri Agama tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Agama Nomor 30 Tahun 2013 tentang Bank Penerima Setoran Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4845) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2009 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Undang- Undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji menjadi Undang- Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2009 Nomor 142, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5061);

2. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2012 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 186, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5345);

3. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8);

4. Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2015 tentang Kementerian Agama (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 168);

5. Peraturan Menteri Agama Nomor 10 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Agama (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 592) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Agama Nomor 16 Tahun 2015 tentang Perubahan Keempat Atas Peraturan Menteri Agama Nomor 10 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Agama (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 348);

6. Peraturan Menteri Agama Nomor 14 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji Reguler (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 899) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Agama Nomor 20 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Agama Nomor 14 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji Reguler (Berita

Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 534);

7. Peraturan Menteri Agama Nomor 15 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 899); 8. Peraturan Menteri Agama Nomor 30 Tahun 2013 tentang Bank Penerima Setoran Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 615);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN MENTERI AGAMA TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI

AGAMA NOMOR 30 TAHUN 2013

TENTANG BANK PENERIMA SETORAN

BIAYA PENYELENGGARAAN IBADAH

HAJI.

Pasal I

Beberapa ketentuan dalam Peraturan Menteri Agama Nomor 30 Tahun 2013 tentang Bank Penerima Setoran Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 615) diubah sebagai berikut:

1. Ketentuan Pasal 2 ayat (2) huruf g dihapus dan ayat (3) diubah, sehingga Pasal 2 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 2 (1) Menteri menetapkan BPS BPIH.

(2) BPS BPIH sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan setelah memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. berbadan hukum Perseroan Terbatas;

b. berbentuk bank syariah atau bank umum nasional yang memiliki layanan syariah;

c.

d. memiliki sarana, prasarana, dan kapasitas untuk berintegrasi dengan sistem layanan haji Kementerian Agama;

e. memiliki kondisi kesehatan bank sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia atau - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan ketentuan peraturan lainnya;

f. menunjukan keterangan menjadi anggota Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dan surat kesanggupan melaksanakan program penjaminan LPS atas dana setoran awal; dan

g. dihapus.

(3) Persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan lebih lanjut oleh Direktur Jenderal.

2. Diantara Pasal 6 dan Pasal 7 disisipkan 1 (satu) Pasal, yakni Pasal 6A sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 6A

BPS BPIH dilarang memberikan layanan dana talangan haji baik secara langsung maupun tidak langsung.

3. Diantara Pasal 12 dan Pasal 13 disisipkan 1 (satu) Pasal, yakni Pasal 12A sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 12A

(1) Dana talangan haji yang telah diberikan oleh BPS BPIH sebelum berlakunya Peraturan Menteri ini, harus diselesaikan oleh BPS BPIH dengan jemaah haji.

(2) Penyelesaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling lambat tanggal 31 Desember 2020 terhitung sejak tanggal pengundangan Peraturan Menteri ini.

(3) Dalam hal masih terdapat dana talangan haji yang belum diselesaikan setelah batas waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2), nomor porsi jemaah haji masih tetap aktif.

Pasal II

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 19 Mei 2016

MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA,

ttd

LUKMAN HAKIM SAIFUDDIN

Dokumen terkait