• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

DAFTAR PUSTAKA

Adhianto, K., M. D.I. Hamdani, S. Sulastri dan I. Listiana. 2016. Performan produksi kambing saburai jantan pada dua wilayah sumber bibit di Kabupaten Tanggamus. Jurnal Penelitian Ilmu Peternakan. 14(2): 22-29.

Adriani, A, A., Latif, S. Fachri dan I. Sulaksana. 2014. Peningkatan produksi dan kualitas susu kambing peranakan etawah sebagai respon perbaikan kualitas pakan. Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan. 17(1): 15-21

Atmanto, I. S., E. Supriyo, S. Sumardiono dan I. Pudjihastuti. 2020.

Meningkatkan kualitas manisan carica dengan bebantuan ekstraktor otomatis di Daerah Wisata Kejajar. Jurnal Pengabdian Vokasi. 1(4): 248- 251.

Briones-Labraca, V., M. Plaza-Morales, C. Giovagnoli-Vicuna dan F. Jamett.

2015. High hydrostatic pressure and untrasound extractions of antioxidant compounds, sulforaphane and fatty acids from chilean papaya (Vasconcellea pubescens) seeds: Effects of extraction conditions and methods. Food Science and Technology. 60 (1): 525-534.

Burkill, I. H. 1935. A dictionary of the economic products of the Malay Peninsula.

Volume II (IZ). Crown Agents for the Colonies, London.

Damayanti, F. W., C. M. S. Lestari, E. Purbowati, R. Adiwinarti, E. Rianto, V.

Restitrisnani dan A. Purnomoadi. 2020. Tingkah laku makan domba lokal jantan dengan pakan limbah pertanian sebagai pengganti rumput.

Prosiding Seminar Nasional Teknologi Agribisnis Peternakan. Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman. 12 Juni 2020. 7. 391-397.

Definiati, N., R. Zurina dan D. Aprianto. 2019. Pengaruh lama penyimpanan wafer pakan sampah sayuran terhadap kandungan fraksi serat (hemiselulosa, selulosa dan lignin). Jurnal Peternakan Sriwijaya. 8(2): 9- 17

Dowarah, R., A. K. Verma, N. Agarwal, P. Singh and B.R. Singh. 2018. Selection and characterization of probiotic lactic acid bacteria and its impact on growth, nutrient digestibility, health and antioxidant status in weaned piglets. Plos Biology. 13(3). e0192978

Firmanto, A. D., E. Hartati dan G. A. Y. Lestari. 2020. Pengaruh pemberian pakan komplit fermentasi serasah gamal dan batang pisang terhadap konsumsi dan kecernaan serat kasar, konsentrasi Vollatile fatty acid dan glukosa darah pada kambing kacang. Jurnal Nukleus Peternakan. 7(2): 161-171.

Hadi, R. F., Kustantinah dan H. Hartadi. 2011. Kecernaan In Sacco Hijauan leguminosa dan hijauan non leguminosa dalam rumen sapi peranakan ongole. Buletin Peternakan. 35(2): 79 - 85.

Hambakodu, M. dan Y. T. Ina. 2019. Evaluasi kecernaan in vitro bahan pakan hasil samping agro industri. Jurnal Agripet. 19(1): 7-12.

Jalali, A. R., P. Nørgaard, M. R. Weisbjerg dan M. O. Nielsen. 2012a. Effect of forage quality on intake, chewing activity, faecal particle size distribution, and digestibility of neutral detergent fibre in sheep, goats, and llamas. Small Ruminant Research. 103(2): 143-151.

Jalali, A. R., P. Nørgaard, M. R. Weisbjerg dan E. Nadeau. 2012b. Effect of stage of maturity of grass at harvest on intake, chewing activity and distribution of particle size in faeces from pregnant ewes. Animal. 6(11): 1774-1783.

Johnson, R. dan W. Taylor. 2001. Skills For Midwifery Practice. Elsevier Science.

University of Hertfordshire, Whangarei.

Kusumowardhani, P. dan L. R. Hakim. 2017. Penerapan unsur visual bentuk tanduk domba Garut dalam desain busana siap pakai. Jurnal Rupa. 2(1):

58-58.

Liling, V. V., Y. K. Lengkey, C. N. Sambou dan R. R. Palandi. 2020. Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol kulit buah pepaya Carica papaya L. terhadap bakteri penyebab jerawat propionibacterium acnes. Tropical Journal of Biopharmaceutical. 3(1): 112-121.

Manehat, S. E., I. G. N. Jelantik dan I. Benu. 2020. Pengaruh pemberian pakan komplit fermentasi berbasis serasah gamal dan batang pisang dengan imbangan yang berbeda terhadap tingkah laku makan kambing kacang.

Jurnal Nukleus Peternakan. 7(1): 75-85

Minarno, E. B. 2015. Skrining fitokimia dan kandungan total flavanoid pada buah Carica pubescens Lenne & K. Koch di kawasan Bromo, Cangar, dan dataran tinggi Dieng. Jurnal Biologi. 5(2): 73-82

Mukminah, N., I. D. Destiana, W. Endah Rahayu dan E. Sobari. 2019. Inovasi teknologi pakan komplit (Complete feed) sapi potong berbasis limbah agroindustri di Kabupaten Subang. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat (Mediteg). 4(1): 33-42.

Najmuddin, M. dan M. Nasich. 2019. Produktivitas induk domba ekor tipis di Desa Sedan Kecamatan Sedan Kabupaten Rembang. Journal of Tropical Animal Production. 20(1): 76-83.

Najmudin, N., I. M. Sugitha dan I. D. P. K. Pratiwi. 2021. Pengaruh suhu dan waktu penyangraian terhadap aktivitas antioksidan dan sifat sensoris kopi tiruan biji pepaya (Carica papaya L.). Jurnal Ilmu Dan Teknologi Pangan (ITEPA). 10(3): 459.

Naim, A., R. S. Prayitno dan Saparto. 2021. Analisis usaha ternak domba ekor tipis skala rumah tangga di Desa Jatirejo Kecamatan Karanganyar Kabupaten Demak. Berkala Ilmiah Ilmu-Ilmu Pertanian. 39(1): 33-40 Nisa, Z. K., B. Ayuningsih dan I. Susilawati. 2020. Pengaruh penggunaan dedak

fermentasi terhadap kadar lignin dan selulosa silase rumput gajah (Pennisetum purpureum). Jurnal Nutrisi Ternak Tropis dan Ilmu Pakan.

2(3): 145-155

Noviani, F., Sutopo dan E. Kurnianto. 2013. Hubungan genetik antara domba Wonosobo (dombos), domba ekor tipis (DET), dan domba Batur (dombat) melalui analisis polimorfisme protein darah. Jurnal Sains Peternakan. 11 (1): 1-9.

Nurdiati, K., Handayanta dan E. Lutojo. 2017. Efisiensi produksi sapi potong pada musim kemarau di Peternakan Rakyat Daerah Pertanian Lahan Kering Kabupaten Gunung Kidul. Journal of Sustainable Agriculture.

32(1): 49-54

Nurmi, A. 2016. Respons fisiologis domba lokal dengan perbedaan waktu pemberian pakan dan panjang pemotongan bulu. Jurnal Penelitian dan Pembelajaran MIPA. 1(1): 58 – 68.

Reid, C. S. W., A. John, M. J. Ulyatt, G. C. Waghorn dan L. P. Milligan. 1979.

Chewing and the physical breakdown of feed in sheep. Ann. Rech. Vet.

10: 205–207.

Remond, D., J. I. Cabrera-Estrada, M. Champion, B. Chauveau, R. Coudure and C. Poncet. 2004. Effect of corn particle size on site and extent of starch digestion in lactating dairy cows. Journal of Dairy Science. 87(5): 1389- 1399.

Rizky, D. A., A. Purnomoadi dan S. Sutaryo. 2020. Hubungan karakteristik feses dan kecernaan bahan kering pada kambing kejobong muda dan dewasa yang diberi proporsi hijauan dan konsetrat berbeda. Bulletin of Applied Animal Research. 2(2): 72-77

Rusdiana, S. dan L. Praharani. 2015. Peningkatan usaha ternak domba melalui diversifikasi tanaman pangan: Ekonomi Pendapatan Petani.

Agriekonomika. 4(1): 80-96.

Santoso, S. A. B., G. Puspitasari, A. Muktiani, Sunarso dan A. Purnomoadi. 2015.

A sytudy on the use of fecal characteristics for fees digestibility determination in goat. Jurnal Indon. Trop. Anim. Agric. 40 (1): 59 -67 Sarwono, J. 2006. Buku Pintar IBM SPSS Statistics 19. Andi, Yogyakarta.

Steel, R.G.D. dan J.H. Torie. 1991. Prinsip dan Prosedur Statistika. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Suharti, S., T. Nugroho, I. F. M. Kennedy dan L. Khotijah. 2019. Kecernaan nutrien dan performa domba lokal yang diberi ransum kombinasi berbagai sumber protein berbasis tongkol jagung. Jurnal Ilmu Nutrisi Dan Teknologi Pakan. 17(1): 11-15.

Sujai, I. Y., E. Kurniawan. dan D. Riyanto. 2020. Rancangan bangun sistem pencampuran dan pengaduk pakan ternak sapi otomatis. Komputek. 4(1):

11-19.

Sumartono, N. W., J. Wahyono, S. Latifah, A. R. Pratiwi. dan E. D. Siswani.

2017. Sintesis dan karakterisasi metil ester minyak biji carica Dieng (Carica candamarcensis) sebagai bahan bakar biodiesel. Prosiding Seminar Nasional Kimia. Universitas Negeri Yogyakarta. 155-162.

Supranto, J. 2009. Statistik Teori dan Aplikasi. Edisi ketujuh. Erlangga, Jakarta.

Supratman, H., H. Setiyatwan, D. C. Budinuryanto, A. Fitriani dan D. Ramdani.

2016. Pengaruh imbangan hijauan dan konsentrat pakan komplit terhadap konsumsi, pertambahan bobot badan dan konversi pakan domba. Jurnal Ilmu Ternak Universitas Padjadjaran. 16(1): 31-35.

Supono, S., A. Susilowati, S. Purwantisari dan F. N. Kurniawati. 2015. Biokontrol Larva nyamuk aedes aegypti menggunakan limbah biji karika (Vasconcellea pubescens). Pros Sem Nas Biodiv Indon. 1(5): 27-31.

Sutardi, T. 1983. Ketahanan protein bahan makanan terhadap degradasi oleh mikroba dan manfaatnya bagi peningkatan produktivitas ternak. Prosiding Seminar Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Lembaga Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Departemen Pertaanian. Bogor.

Sutardi, T. 2001. Revitalisasi peternakan sapi perah melalui penggunaan ransum berbasis limbah perkebunan dan suplementasi mineral organik. Laporan akhir RUT VIII 1. Kantor Menteri Negara Riset dan Teknologi dan LIPI.

Sutrisno, Surono dan K. Afliha. 2020. Pengaruh suplementasi probiotik isi rumen kerbau dengan level berbeda terhadap nilai kecernaan dan TDN pada domba balibul. Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah. 18(2): 181-190.

Syaiful, F. L. dan F. Agustin. 2019. Diseminasi teknologi pakan komplit berbasis bahan baku lokal pada sapi potong di Daerah Kinali, Pasaman Barat. Jurnal Hilirisasi IPTEKS. 2(1): 79-87.

Syaikhullah, G., M. Adhyatma dan H. Khasanah. 2020. Respon fisiologis domba ekor tipis terhadap waktu pemberian pakan yang berbeda. Jurnal Sains dan Teknologi Peternakan. 2(1): 33-39.

Tomaszewska M.W., I.M. Mastika, A. Djajanegara, S. Gardiner, dan T.R.

Wiradarya, 1993. Produksi Kambing dan Domba di Indonesia. Sebelas Maret University Press, Surakarta.

Tricahyani, D. N., S. Wulandari dan S. Nusantoro. 2017. Pengaruh pemberian dedak kasar fermentasi pada domba ekor tipis sebagai bahan baku konsentrat. Jurnal Ilmu Peternakan Terapan. 1(1): 17-24

Tuwaidan, N. W., M. R. Waani dan S. S. Malalantang. 2015. Konsumsi dan kecernaan jerami jagung Manado kuning dan jerami jagung hibrida Jaya 3 pada sapi PO. Zootec. 35(2): 328-334.

Wati, N. E., J. Achmadi dan E. Pangestu. 2012. Degradasi nutrien bahan pakan limbah pertanian dalam rumen kambing secara in sacco. Animal Agriculture Journal. 1(1): 485-498

Widiyanto, W. 2016. Utilitas pucuk tebu terolah dengan teknologi amofer sebagai pakan sapi peranakan ongole. Sintesis, 13(2): 5-10

Wijaya, G. H., M. Yamin H. Nuraini, dan A. Esfandiari. 2016. Performans produksi dan profil metabolik darah domba garut dan jonggol yang diberi limbah tauge dan omega-3. Jurnal Veteriner. 17(2): 246-256

Yunita, M. dan R. Rahmawati. 2015. Pengaruh lama pengeringan terhadap mutu manisan kering buah carica (Carica candamarcensis). Jurnal Konversi. 4(2): 17-28.

Zewdie, A. K. 2019. The different methods of measuring feed digestibility: A review. EC Nutr. 14(1): 68-74.

Lampiran 1. Prosedur Pengukuran Proporsi Partikel Feses A. Preparasi Sampel untuk Analisis Bahan Kering

Pengukuran bahan kering pada feses yaitu dengan menggunakan pengovenan. Pada pengukuran bahan kering, feses yang dilakukan pengovenan akan kehilangan bobot setelah oven pada suhu 135oC selama 2 jam. Pengukuran bahan kering feses dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Alat dan bahan dipersiapkan terdiri dari feses dan loyang; 2) Lakukan penimbangan pada loyang yang digunakan dan dihitung sebagai berat loyang sebelum oven, misalkan beratnya yaitu A gram; 3) Sampel feses dimasukan pada loyang yang sebelumnya timbangan sudah di tare. Feses ditimbang sebanyak 20 gram, misalkan beratnya B gram; 4) Loyang yang berisi sampel ini dimasukkan ke dalam oven, dilakukan pengovenan selama 2 jam dengan suhu 135oC ; 5) Sampel setelah dioven di timbang, dan dicatat hasilnya, misal beratnya C gram; 6) Menghitung bahan kering feses dengan rumus sebagai berikut:

BK (%) = r t y s s S t v -

s s S r %

Lampiran 1. (Lanjutan) B. Proporsi Partikel Feses

Partikel feses dapat diketahui dengan cara menyaring dan mengoven feses yang telah tersaring ke dalam oven selama 2 jam dengan suhu 135oC. Proporsi partikel feses ini dibedakan berdasarkan 3 ukuran partikel feses, yaitu partikel feses kasar, medium dan halus. Langkah-langkah untuk mengetahui ketiga ukuran partikel feses yaitu: 1) Alat dan bahan disiapkan yang terdiri dari feses, saringan stainless dengan ukuran 0,5 mm dan 0,01 m, kain putih bekas, loysng dan baskom; 2) Feses yang digunakan sebanyak 100 gram direndam dengan menggunakan air sebanyak 500 ml, selama 15 jam; 3) Loyang dan kain yang digunakan dihilangkan kandungan airnya terlebih dahulu dengan cara di oven selama 15 menit dan suhu 121oC; 4) Loyang dan kain selanjutnya ditimbang, 5) Feses yang sudah direndam disaring menggunakan saringan stainless ukuran 0,5 mm dan 0,01 m. Feses yang tertinggal pada saringan 0,5 mm disebut dengan partikel feses kasar, feses yang lolos dari saringan 0,5 mm dan tidak lolos saringan 0,01 mm adalah partikel feses medium, sedangkan feses yang lolos dari saringan 0,01 mm merupakan partikel feses halus. Feses yang sudah tersaring tersebut ditiraskan pada kain ; 6) Kain yang berisi sampel feses dimasukkan ke dalam loyang dan ditimbang; 7) Lakukan pengovenan selama 2 jam dengan suhu 135oC;

8) Timbang loyang, kain, beserta sampel feses, kemudian hitung berat BK feses kasar dan berat BK feses medium dengan rumus sebagai berikut:

Lampiran 1. (Lanjutan)

Berat BK feses kasar setelah oven (g) = (Berat feses kasar+loyang+kain) – Berat loyang dan kain

Berat BK feses medium setelah oven (g) = (Berat feses medium +loyang+kain) – Berat loyang dan kain

Berat BK feses kasar dan medium (g) serta kadar BK feses (%) tersebut selanjutnya dilakukan perhitungan untuk mencari masing-masing proporsi partikel feses dengan menggunakan rumus:

Proporsi partikel feses kasar = K s s s r r s s

Proporsi partikel feses Medium = K s s u r s s

Lampiran 2. Kecernaan Bahan Kering, Konsumsi Bahan Kering dan Kadar Bahan Kering Feses

Perlakuan Domba Konsumsi Total

BK Dalam BK

Feses dalam BK

KcBK BK

Feses

P1

--- g --- -- % -- --- g --- --- % --- D9 764 91,65 700,21 310,16 59,40 39,94 D14 838 91,65 768,03 504,40 39,81 41,83 D23 1.048 91,65 960,49 395,64 62,25 42,86 D20 599 91,65 548,98 184,82 69,15 45,49 D2 819 91,65 750,61 349,42 57,34 43,31 D7 819 91,65 750,61 391,67 52,18 38,17

P2

D25 682 86,69 591,23 321,06 52,92 38,35 D12 946 86,69 820,09 345,09 63,52 43,58 D15 676 86,69 586,02 278,19 58,85 40,43 D17 1.027 86,69 890,31 427,46 58,38 45,06 D24 877 86,69 760,27 455,97 48,01 44,85 D5 979 86,69 848,70 370,91 62,11 36,36 D4 889 86,69 770,67 320,58 63,94 41,36

P3

D6 915 91,67 838,78 301,30 67,07 34,92 D19 590 91,67 540,85 209,41 64,51 40,75 D26 1.047 91,67 959,78 394,35 62,34 38,88 D11 887 91,67 813,11 279,15 68,53 42,98 D3 826 91,67 757,19 364,81 55,83 42,40 D16 1.056 91,67 968,04 470,90 55,41 44,12 D13 960 91,67 880,03 305,69 68,16 30,31

Lampiran 3. Konsumsi Bahan Kering pada Perlakuan Pemberian Biji Carica

Ulangan Konsumsi Bahan Kering Total

T1 T2 T3

1

--- g ---

679,98 735,36 704,75 2.120,08

2 788,35 800,44 690,28 2.279,07

3 649,37 638,26 654,37 1.942,00

4 773,93 705,71 771,69 2.251,33

5 538,21 752,96 819,81 2.110,99

6 784,64 603,07 800,13 2.187,84

Total 4.214,47 4.235,80 4.441,03 12.891,30

Rata Rata 702,41 705,97 740,17

Derajat bebas total ∑ K p x P r u – 1 Kelompok = 6

Perlakuan = 3 = 17 Derajat Bebas Perlakuan ∑P r u – 1

Perlakuan = 3

= 2 Derajat Bebas Galat DBT – DBB = 15

Faktor Koreksi (FK) G2/N = 9.232.538,22 Jumlah Kuadrat Total ∑ I2 - FK = 103.966,65 Jumlah Kuadrat Perlakuan ∑TI2-FK/R = 5.216,56 Jumlah Kuadrat Galat (JKG) JKT – JKP = 98.750,09 Kuadrat Tengah Perlakuan (KTP) JKP/DBP = 2.608,28 Kuadrat Tengah Galat (KTG) JKG/DBG = 6.583,34

F hitung KTP/KTG = 0,40

Lampiran 3. (Lanjutan)

SK DB JK KT F Hitung Ftabel

5%

Perlakuan 2 5.216,56 2.608,28 0,40 3,68

Galat 15 98.750,09 6.583,34

Total 17 103.966,65

Kesimpulan : F hitung (0,40) < F tabel, maka disimpulkan bahwa perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap konsumsi BK

Lampiran 4. Kecernaan Bahan Kering pada Perlakuan Pemberian Biji Carica Ulangan

Kecernaan Bahan Kering

Total

T1 T2 T3

1

--- % ---

175,28

57,34 62,11 55,83

2 52,18 48,01 67,07 167,26

3 59,4 58,85 68,53 186,78

4 39,81 58,38 68,16 166,35

5 69,15 48,01 55,41 172,57

6 62,25 52,92 64,51 179,68

Total 340,12 348,88 377,33 1.066,33

Rata-rata 56,69 58,15 62,89 177,7

r : jumlah ulangan = 6 t : jumlah perlakuan = 3

Derajat Bebas (db) total = (rt) – 1 = 17

db perlakuan = (t – 1) = 2

db galat = t(r - 1) = 15

Faktor Koreksi (FK) = G2 / rt = 63.170,47 Jumlah Kuadrat (X) = 2 – FK = 1016,74

JK (T) = T 2 / r – FK = 126,18

JK (G) = JK (X) – JK (T) = 890,56

Kuadrat tengah (KT)

KT (T) = JK (T)/t-1 = 63,09 KT (G) = JK (G) / t(r-1) = 59,37

Nilai F hitung dan F tabel yang diperoleh dari f1 = db perlakuan = 2 dan f2 = db galat = 15

F Hit = KT (T) / KT (G) = 1,06

F (tabel) dengan f1 = 2 dan f2 = 15. akan bernilai 3,68 (5%)

Lampiran 4. (Lanjutan) Sumber

Keragaman Db JK KT F.hit

F.tabel 5%

Perlakuan 2 126,18 63,09 1,06 3,68

Galat 15 890,56 59,37

Total 17 1.016,74

Kesimpulan : F hitung < F tabel : terima H0 = Tidak ada pengaruh pemberian biji carica pada pakan terhadap Kecernaan Bahan Kering domba ekor tipis.

Lampiran 5. Proporsi Partikel Feses Kasar pada Perlakuan Pemberian Biji Carica Ulangan

Proporsi Partikel Feses Kasar

Total

T1 T2 T3

1

--- % ---

48,65 39,39 54,55

2 44,11 41,18 53,06

3 50,88 39,96 46,16

4 39,25 49,96 50,59

5 39,14 49,02 39,87

6 48,23 45,27 38,09

Total 270,26 267,78 283,32 817,36

Rata-rata 45,04 44,13 47,05 45,41

r : jumlah ulangan = 6 t : jumlah perlakuan = 3

Derajat Bebas (db) total = (rt) – 1 = 17

db perlakuan = (t – 1) = 2

db galat = t(r - 1) = 15

Faktor Koreksi (FK) = G2 / rt = 37.115,41 Jumlah Kuadrat (X) = Xi2 – FK = 498,64

JK (T) = T 2 / r – FK = 26,84

JK (G) = JK (X) – JK (T) = 471,80

Kuadrat tengah (KT)

KT (T) = JK (T)/t-1 = 13,42 KT (G) = JK (G) / t(r-1) = 31,45

Nilai F hitung dan F tabel yang diperoleh dari f1 = db perlakuan = 2 dan f2 = db galat = 15

F Hit = KT (T) / KT (G) = 0,43

F (tabel) dengan f1 = 2 dan f2 = 15. akan bernilai 3,68 (5%)

Lampiran 5. (Lanjutan) Sumber

Keragaman Db JK KT F.hit

F.tabel 5%

Perlakuan 2 26,84 13,42 0,43 3,68

Galat 15 471,80 31,45

Total 17 498,64

Kesimpulan : F hitung < F tabel : terima H0 = Tidak ada pengaruh pada pemberian biji carica pada pakan terhadap persentase proporsi partikel feses kasar domba ekor tipis.

Lampiran 6. Proporsi Partikel Feses Medium pada Perlakuan Pemberian Biji Carica

Ulangan

Proporsi Partikel Feses Medium

Total

P1 P2 P3

--- % ---

13,22 6,06 7,59

7,68 8,05 10,32

9,72 6,14 9,28

7,61 8,95 6,58

3,80 7,68 7,72

12,15 6,06 7,51

Total 54,18 47,81 49 150,99

Rata-rata 9,03 7,97 8,17 8,38

r : jumlah ulangan = 6 t : jumlah perlakuan = 3

db total = (rt) – 1 = 17

db perlakuan = (t – 1) = 2

db galat = t(r - 1) = 15

FK= G2 / rt = 1.266,554 JK (X) = Xi2 – FK = 88,95 JK (T) = T 2 / r – FK = 3,82 JK (G) = JK (X) – JK (T) = 85,12 Kuadrat tengah (KT)

KT (T) = JK (T)/t-1 = 1,91 KT (G) = JK (G) / t(r-1) = 5,67

Nilai F hitung dan F tabel yang diperoleh dari f1 = db perlakuan = 2 dan f2 = db galat = 15

F Hit = KT (T) / KT (G) = 0,34

F (tabel) dengan f1 = 2 dan f2 = 15. akan bernilai 3,68 (5%)

Lampiran 6. (Lanjutan) Sumber

Keragaman Db JK KT F.hit F.tabel

5%

Perlakuan 2 3,82 1,91 0,34 3,68

Galat 15 85,12 5,67

Total 17 88,95

Kesimpulan : F hitung < F tabel : terima H0 = Tidak ada pengaruh pada pemberian biji carica pada pakan terhadap persentase proporsi partikel feses kasar domba ekor tipis.

Lampiran 7. Proporsi Partikel Feses Halus pada Perlakuan Pemberian Biji Carica Ulangan

Proporsi Partikel Feses Halus

Total

P1 P2 P3

1

--- % ---

38,13 49,68 39,35

2 48,22 50,77 43,52

3 39,39 53,90 40,13

4 53,14 41,09 53,54

5 57,06 43,29 54,19

6 39,62 48,67 51,51

Total 275,56 287,4 282,24 845,2

Rata-rata 45,93 47,9 47,04 46,96

r : jumlah ulangan = 6 t : jumlah perlakuan = 3

db total = (rt) – 1 = 17

db perlakuan = (t – 1) = 2

db galat = t(r - 1) = 15

FK= G2 / rt = 39.686,84 JK = 2 – FK = 684,53 JK (T) = T 2 / r – FK = 11,75 JK (G) = JK (X) – JK (T) = 672,79 Kuadrat tengah (KT)

KT (T) = JK (T)/t-1 = 5,87 KT (G) = JK (G) / t(r-1) = 44,85

Nilai F hitung dan F tabel yang diperoleh dari f1 = db perlakuan = 2 dan f2 = db galat = 15

F Hit = KT (T) / KT (G) = 0,13

F (tabel) dengan f1 = 2 dan f2 = 15. akan bernilai 3,68 (5%)

Lampiran 7. (Lanjutan) Sumber

Keragaman Db JK KT F.hit F.tabel

5%

Perlakuan 2 11,75 5,87 0,13 3,68

Galat 15 672,79 44,85

Total 17 684,53

Kesimpulan : F hitung < F tabel : terima H0 = Tidak ada pengaruh pada pemberian biji carica pada pakan terhadap persentase proporsi partikel feses kasar domba ekor tipis.

Lampiran 8. Hubungan antara Proporsi Partikel Feses Kasar dengan Kecernaan Perlakuan Domba Persentase patikel feses KcBK

P1

D02

--- % ---

48,65 57,34

D07 44,11 52,18

D09 50,88 59,4

D14 39,25 39,81

D20 39,14 69,15

D23 48,23 62,25

P2

D05 39,39 62,11

D12 41,18 48,01

D15 39,96 58,85

D17 49,96 58,38

D24 49,02 48,01

D25 45,27 52,92

P3

D03 54,55 55,83

D06 53,06 67,07

D11 46,16 68,53

D13 50,59 68,16

D16 39,87 55,41

D19 38,09 64,51

Partikel feses kasar dengan Kc BK r = 0,677

t hitung =

r x √ 8-2

√ -R

=

677 x √ 8 - 2

√ - 459

= 677 x 4

√ 54

= 2 7 8 7 5

Lampiran 8. (Lanjutan)

= 3,684 t tabel = 1,729 (5%)

t hitung > t tabel, maka H0 diterima, jadi terdapat korelasi yang nyata antara proporsi partikel feses kasar dengan KcBK

Lampiran 9. Hubungan antara Proporsi Partikel Feses Medium dengan Kecernaan Perlakuan Domba Persentase partikel feses KcBK

P1

D02

--- % ---

13,22 57,34

D07 7,68 52,18

D09 9,72 59,4

D14 7,61 39,81

D20 3,80 69,15

D23 12,15 62,25

P2

D05 10,93 62,11

D12 8,05 48,01

D15 6,14 58,85

D17 8,95 58,38

D24 7,68 48,01

D25 6,06 52,92

P3

D03 15,26 55,83

D06 7,59 67,07

D11 10,32 68,53

D13 9,28 68,16

D16 6,58 55,41

D19 7,72 64,51

Partikel medium dengan KcBK

r = 0,460

t hitung =

r x √ 8-2

√ -R

=

46 x √ 8 - 2

√ - 2 2

= 46 x 4 888

= 84 888

Lampiran 9. (Lanjutan)

= 2,072 t tabel = 1,729 (5%)

t hitung > t tabel, maka H0 diterima, jadi terdapat korelasi yang nyata antara proporsi partikel feses medium dengan KcBK

Lampiran 10. Hubungan antara Proporsi Partikel Feses Halus dengan Kecernaan Perlakuan Domba Persentase partikel feses KcBK

P1

--- % ---

D02 38,13 57,34

D07 48,22 52,18

D09 39,39 59,4

D14 53,14 39,81

D20 57,06 69,15

D23 39,62 62,25

P2

D05 49,68 62,11

D12 50,77 48,01

D15 53,90 58,85

D17 41,09 58,38

D24 43,29 48,01

D25 48,67 52,92

P3

D03 30,19 55,83

D06 39,35 67,07

D11 43,52 68,53

D13 40,13 68,16

D16 53,54 55,41

D19 54,19 64,51

Partikel halus dengan KcBK

r = 0,372

t hitung =

=

72 x √ 8 - 2

√ - 8

= 72 x 4 928

= 488 928

= 1,603

t tabel = 1,729 (5%)

Lampiran 10. (Lanjutan)

t hitung < t tabel, maka H0 ditolak, jadi tidak terdapat korelasi yang nyata antara proporsi partikel feses halus dengan KcBK

Dokumen terkait