BAB IV HASIL PENELITIAN
C. Pembahasan Temuan Penelitian
2. Sistem dan Model Pembelajaran
Sistem dan model pembelajaran di PMDG “Al ma’had la yanamu Abadan”
atau pondok tidak pernah tidur seringkali diucapkan oleh para pemimpin pondok dalam even-even besar atau tahunan seperti Khutbatul „Arsy (Apel Tahunan) ataupun pergantian pengurus Organisasi Pondok Modern Gontor (OPPM) dan Koordinator Gerakan Kepramukaan. Kata-kata itu menggambarkan betapa padat dan berartinya setiap aktifitas santri di dalam pondok yang tidak lepas dari perhatian dan bimbingan pimpinan dan pengasuh pondok serta para pembantu-
pembantunya. Nyatanya memang demikian. Tidak ada kegiatan santri yang sia-sia bahkan apa pun yang dilakukan santri harus bernilai ibadah dan pendidikan.
a. Kegiatan Intra kurikuler
KMI memiliki peran sentral dalam kegiatan intra kurikuler yang dimulai dari pukul 07.00 hingga pukul 12.50 WIB. Dan belajar malam mulai pukul 20.00- 22.00 di selain malam senin dan malam jum‟at. Secara keilmuan para santri digembleng di dalam kegiatan yang dinahkodai oleh KMI. Bahkan pendirian sistem KMI bagian dari modernisasi sistem pendidikan Gontor dimana pada awalnya masih berupa program Tarbiyatul Athfal dan Sullamul Muta’allimin.
Dengan pembukaan program KMI maka Tarbiyatul Athfal dan Sullamul Muta‟allimin seiring waktu ditutup. Artinya, pendidikan menengah yang diberlakukan di Gontor hanya KMI.
KMI memiliki peran dalam menentukan keberlangsungan santri di pondok.
Pasalnya, setiap tahunnya para santri dihadapkan dengan dua kali ujian, yakni per enam bulan sekali untuk menentukan apakah dia naik kelas atau tidak. Ujian awal tahun biasanya diadakan pada pertengahan bulan Shafar hingga awal bulan Rabi‟ul Awwal. Sedang ujian akhir tahun biasanya diselenggarakan pada akhir bulan Rajab hingga pertengahan bulan Sya‟ban. Maka jika santri tidak naik kelas akan dimutasi ke pondok-pondok cabang. Dan jika dua kali tidak naik kelas secara berturut-turut maka akan dipulangkan atau dikembalikan kepada orangtuanya.
Ada empat kriteria kelulusan santri Mumtaz (memuaskan), Jayyid Jiddan (sangat bagus), Jayyid (bagus), dan Maqbul (cukup). Adapun Rasib (tidak lulus) adalah
81
predikat bagi yang tidak naik kelas atau tidak lulus dalam ujian kenaikan kelas.
Ujian yang dihadapi para santri mencakup ujian lisan (imtihan syafahi) dan ujian tulis (imtihan tahriri) persemesternya. Para santri harus melalui kedua ujian tersebut guna memenuhi salah satu syarat naik kelas.
Dalam ujian syafahi setiap santri diuji oleh 4 orang penguji yang terdiri dari 2 guru dan 2 siswa akhir KMI atau kelas 6 KMI. Untuk materi ujian lisan Fikih terdiri dari membaca al Qur‟an, tajwid, ibadah qauliyah, ibadah amaliyah. Sedang materi ujian lisan bahasa Arab terdiri dari muhadatsah, membaca teks Arab, tarjamah, nahwu, sharaf, Mahfuzhat, kosakata Arab (mufradat), dan uslub (idiom). Adapun materi ujian lisan bahasa Inggris antara lain conversation, reading text, translating, grammar, vocabulary, dan idiom. Jadi ada 3 kali ujian lisan yang dihadapi setiap santri per enam bulannya.
Untuk ujian tulis dalam setiap ruangnya diawasi oleh 3 pengawas ujian yang terdiri dari 1 orang guru dan 2 siswa akhir KMI. Ujian kenaikan kelas di Gontor sangat ketat dan betul-betul bil imtihan yukramul mar’u aw yuhanu, yakni dengan ujian seseorang itu bisa dimuliakan dan dihinakan. Mulia karena beretika dalam ujian dan lulus. Hina karena tidak beretika dalam ujian dan tidak lulus. Maka etika ujian sangat diperhatikan betul dan penuh pengawasan. Sehingga bagi santri yang mencontek hukumanya adalah diskors selama satu tahun ajaran atau dipulangkan untuk selamanya.
Setiap ujian tulis akan berlangsung biasanya santri dikumpulkan di depan BPPM (Balai Pertemuan Pondok Modern). Pimpinan pondok dan Direktur KMI
memberikan tausiyahnya sebagai bekal mental para santri dalam menghadapi ujian. Selepas ujian tulis berakhir para santri berkumpul di BPPM. Direktur KMI menyampaikan berjalannya ujian tulis dan Pimpinan pondok menyampaikan wejangannya di hadapan santri sebagai rasa syukur telah selesainya ujian dan pembekalan bagi santri untuk menghadapi liburan.
b. Kegiatan ekstrakurikuler
Santri tidak hanya disibukkan dengan kegiatan intrakurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler juga turut meramaikan hari-hari para santri. Bahkan kegiatan ekstrakurikuler lebih banyak porsi dan waktunya ketimbang intrakurikuler.
Namun keduanya keduanya saling terkait. Untuk mendukung berjalannya kegiatan ekstrakulikuler yang apik dibentuklah lembaga Pengasuhan Santri yang membawahi seluruh organisasi santri. Organisasi santri merupakan ujung tombak pelaksanaan kegiataan ekstrakurikuler. Maka seluruh kehidupan santri pun diatur oleh mereka sendiri. Inilah salah satu letak keunikan PMDG dibanding lembaga pendidikan non pesantren. Dimana para santri yang umurnya sebaya mampu mengawasi dan membina teman-teman sebayanya mulai dari bangun tidur hingga tidur kembali.
Ada dua organisasi santri di tingkat menengah atau KMI, yaitu Organisasi Pelajar Pondok Modern (OPPM) dan Organisasi Gerakan Kepramukaan. Jika gerakan kepramukaan bertanggung jawab akan terlaksananya kegiatan kepramukaan yang sedikitnya dalam satu pekan satu hari yakni hari kamis, maka OPPM bertanggung jawab di semua kegiatan santri di luar pramuka. Mulai dari ibadah amaliyah, sopan santun, penegakkan disiplin, pembinaan bahasa, belajar
83
muwajjah (tutorial) sore dan malam, latihan pidato, diskusi, seminar, pelatihan, penerbitan karya santri, kursus, olahraga, sampai kegiatan minat dan bakat santri.
c. Kedisiplinan
Semua kegiatan santri baik yang bersifat ekstra kurikuler maupun intra kurikuler berjalan dengan baik. Pasalnya, penciptaan lingkungan berdisiplin santri di pondok Gontor berjalan baik dan tidak pandang bulu. Pondok tidak akan segan- segan memberikan punishment atau hukuman kepada siapa saja yang melanggar disiplin pondok baik disiplin ibadah, keamanan, berbahasa, berpakaian, absensi sampai dengan disiplin belajar.58 Bahkan anak kiai atau anak pimpinan pondok dihukum sesuai peraturan yang berlaku jika melanggar disiplin.59
Berat atau tidaknya sanksi disesuaikan dengan besar dan kecilnya pelanggaran yang dilakukan. Jenis sanksi mulai dari dijemur di bawah terik matahari, dipajang di hadapan para santri, membersihkan lingkungan pondok, dicukur rambutnya hingga botak bagi santri putra, memakai kerudung berwarna merah bagi santri putri sampai dengan diskors selama satu tahun atau dipulangkan dari pondok untuk selamalamanya. Namun, dalam penegakkan disiplin pondok lebih menekankan pada kesadaran preventif dan meminimalisir hukuman fisik sehingga jalannya disiplin lebih baik dan suasana kekeluargaan lebih tampak.60
Hukuman-hukuman tersebut dimaksudkan untuk memberikan efek jera bagi pelakunya dan menjadi cermin perbandingan bagi para santri yang lain. Untuk sanksi skors dan dipulangkan, misalnya, biasanya dibacakan dihadapan para santri
58 Ibid, h. 114.
59 Pondok Modern Darussalam Gontor, KH. Imam Zarkasyi dari Gontor Merintis Pesantren Modern. (Ponorogo: Gontor Press, 1996). h. 489-490.
60 Ibid, h. 115.