• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sistem Pengelolaan Wakaf Produktif Di Yayasan Fie Sabilil Muttaqien

BAB III PENGELOLAAN WAKAF PRODUKTIF DI YAYASAN FIE

B. Sistem Pengelolaan Wakaf Produktif Di Yayasan Fie Sabilil Muttaqien

Pasal 1 Peraturan Badan Wakaf Indonesia Nomor 4 Tahun 2010 Tentang Pedoman Pengelolaan dan Pengembangan Harta Benda Wakaf menyebutkan bahwa “ pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf adalah proses memproduktifkan harta benda wakaf baik dilakukan oleh Nazhir sendiri atau bekerja sama dengan pihak lainnya untuk mencapai tujuan wakaf”.2

Dengan kewajiban mengelola dan mengembangkan wakaf maka dibutuhkan seorang Nazhir yang professional, yang tentunya memiliki jiwa kewirausahaan dalam mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf secara optimal. Awalnya wakaf yang dilaukan untuk penyyiaran agama hanya digunakan untuk pembangunan masjid saja. kemudian, pada perkembangan berikutnya tanah tersebut diunakan untuk membangun lembaga pendidikan seperti: Madrasah Diniyah, Raudhatul Athfal, pondok pesantren, Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah

1 Ahmad Thoha, Hasil wawancara, Ngawi, 15 Februari 2023

2 Peraturan Badan Wakaf Indonesia Nomor 4 Tahun 2010 Tentang Pedoman Pengelolaan dan

Pengembangan Harta Benda Wakaf

Aliyah. Pondok pesantren yang dinaungi oleh yayasan ini sudh memiliki 150 santri.

Masjid yang berada di area Yayasan merupakan wakaf konsumtif, hal ini ditnjukkan dengan pengelolaan dan perawatan yang diserahkan kepada pengurus masjid yang kemudian dirasakan manfaatnya oleh masyarakat sekitar. Bapak Ahmad Thoha mengatakan: “untuk kegiatan dalam masjid biasanya dilakukan shalat 5 waktu, kegiatan mujahadah yang dilakukan setiap malam selasa, dan peringatan hari besar islam.”3

Ketua Rt.003 Rw. 007 mengatakan sebagai berikut :” mayoritas Wakaf tanah basah yag dimiliki oleh yayasan dikelola dengan dijual tahunan atau sewa dengan harga sesuai dengan ukuran masing masing tanah. Adapun penggunaaan metode ini dilaksanakan untuk jangka waktu 1 tahun sekali karena harga yang lebih tinggi daripada jangka waktu yang lebih lama.”. 4

Praktek pengelolaan wakaf sawah yang berada di Yayasan Fie Sabilil Muttaqien Desa Tempuran Kecamatan Paron Kabupaten Ngawi, menerapkan sistem bagi sewa yang dimana menggunakan sistem sewa yang pembayarannya dilakukan 1 tahun 1x. Adapun salah satu tanah milik Bapak Nawawi disewakan dengan harga Rp.5.000.000,00. Dan sistem ini berlaku untuk tahun berikutnya.5 Dalam hal ini sistem pengelolaan tanah sawah lembaga Yayasan Fie Sabilil Muttaqien dikelola dengan baik sehingga bisa produktif. Peneliti juga mewawancarai pengurus lembaga

3 Ahmad Thoha, Hasil wawancara, Ngawi, 15 Februari 2023

4 Rohmat, Hasil wawancara, Ngawi 10 Desember 2022 5Supangat, Hasil wawancara, Ngawi 10 Desember 2022

Yayasan Fie Sabilil Muttaqien yang mana sebagai Nazhir wakaf yaitu Ahmad Thoha mengatakan bahwa:

“Alasan disewakan yaitu yang pertama tenaga manajemen tentang pengelolaan wakaf tersebut atau orang yang terjun dalam pengelolaan tersebut belum siap, sehingga lebih baik dijual tahunan atau disewakan. Sebelumnya tanah wakaf memang pengelolaannya menggunakan sistem bagi hasil karena dulu banyak yang menguasai pertanian, namun untuk sekarang untuk generasi saya kurang mengerti mengenai pengelolaan tanah sawah sehingga bersepakat memilih untuk disewakan”.6

Dari pernyataan diatas dapat diketahui betapa pentingnya pengelolaan wakaf agar mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu seorang Nazhir harus memahami pengelolaan wakaf dan langkah-langkah yang harus dikerjakan dalam proses pengelolaan wakaf agar mencapai tujuan wakaf salah satunya yakni memberikan kesejahteraan bagi kaum muslim. Maka dari itu Nazhir wakaf harus mengerti pengelolaan dan pengembangan wakaf.

Pengelolaan wakaf produktif berbentuk sawah, Nazhir bekerja sama dengan petani (penyewa sawah wakaf), namun Nazhir tidak memantau tentang perkembangan dari wakaf tersebut karena wakaf sawah tersebut diserahkan kepada pengelolanya.

“Mengenai peninjauan lokasi wakaf yang disewakan secara langsung tidak ada, hal ini dikarenaan jika ada permasalahan terkait tanah akan langsung disampaikan oleh pengelola tanah, namun selama ini belum muncul permasalahan yang rumit karena kelengkapan data yang dimiliki, seperti sertifikat bila muncul permasalahan.”7

6 Ahmad Thoha, Hasil wawancara, Ngawi, 15 Februari 2023 7 Ahmad Thoha, Hasil wawancara, Ngawi, 20 Februari 2023

“Salah satu Wakaf sawah yang di sewakan milik bapak Nawawi seharga lima juta rupiah, dan disewakan setiap tahun dengan pembayaran setahun sekali dan hasilnya digunakan untuk kebutuhan yang ada di yayasan yang didalamnya menyangkut peribadatan dan pendidikan ”. 8

Mayoritas petani mengelola sawah untuk ditanami padi. Karena padi merupakan tanaman yang memiliki nilai jual yang relative tinggi dan makanan pokok dari masyarakat. Hal ini juga didukung dengan kuatnya ketahanan padi dibanding tanaman lain dalam menghadapi perubahan musim. Adapun permasalahan yang sering dihadapi dalam pengelolaan sawah yaitu hama, perairan, dan kondisi alam hingga lokasi sawah yang kurang stategis. Hasil dari pengelolaan sawah tersebut menjadi miik petani yang menyewa tanah wakaf sawah tersebut dan Yayasan Fie Sabilil Muttaqien memperoleh uang sewa yang sudah disepakati diawal.

Bapak Ahmad Thoha mengatakan: “ Hasil dari uang sewa tanah wakaf tersebut keseluruhan digunakan untuk perbaikan fasilitas dan pembiayaan operasional Yayasan Fie Sabilil Muttaqien. Mengenai keuntungan atau hasil yang didapatkan dari pertanian menjadi milik petani seutuhnya, karena sistem yang dipakai adalah sistem sewa dan yayasan sudah mendapatkan bagian di awal setelah kesepakatan”. 9

Dalam pengelolaan dan pengembangan wakaf, seorang Nazhir diharuskan mengerti mengenai Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf yang didalamnya telah dijelaskan mengenai wakaf secara umum dan hal yang berkaitan dengan hak dan kewajiban seorang Nazhir.

Seorang Nazhir berhak mendapatkan upah atas jerih payahnya daaam mengelola wakaf. Dalam pasal 12 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004

8 Rohmat, Hasil wawancara, Ngawi, 20 Februari 2023 9 Ahmad Thoha, Hasil wawancara, Ngawi, 15 Februari 2023

Tentang Wakaf disebutkan bahwa: “Dalam melaksanakan tugas sebagaimana.dimaksud dalam Pasal 11, Nazhir dapat menerima imbalan dari hasil bersih atas pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf yang besarnya tidak melebihi 10% (sepuluh persen).”10 Namun peraturan tersebut belum diketahui oleh Nazhir di Yayasan Fie Sabilil Muttaqien.

“kalau untuk pembagian seperti yang anda tanyakan saya baru mengetahui hal tersebut karena pemanfaatan hasil wakaf ntuk pribadi masih dianggap tabu dan masih jarang dilakukan. bahkan saya beluum menerima sosialisasi terkait hal tersebut. namun, selama ini keuntungan dari pengelolaan selalu masuk untuk kepentingan yayasan.”11

Dalam islam wakaf memiliki peranan yang besar dalam pendorong kesejahteraan ekonomi. Sehingga, Nazhir dalam mengelola wakaf juga harus mengerti mengenai potensi dari harta wakaf tersebut.tidak hanya mampu dalam melihat potensi yang ada akan tetapi juga harus mengembangkan kemampuannya terutama dalam jiwa usaha. Dalam hal ini Nazhir masih berupaya dalam pengembangan dalam sector pendidikan dengan mendaftarkannya dalam bentuk yayasan.

Untuk saat ini saya sudah berhasil mengembangkan lembaga ini dengan mendaftarkannya menjadi satu yayasan agar menjadi satu. Akan tetapi untuk pengembangan dalam bentuk lain belum.”12

10 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf pasal 12

11 Ahmad Thoha, Hasil wawancara, Ngawi, 20 Februari 2023

12 Ahmad Thoha, Hasil wawancara, Ngawi, 20 Februari 2023

C. Sistem Pendistribusian Hasil Wakaf Produktif Di Yayasan Fie Sabilil Muttaqien Desa Tempuran Kecamatan Paron Kabupaten Ngawi

Aset Yayasan Fie Sabilil Muttaqien tidak hanya terdiri dari area yayasan yang kini dikelola dalam pengembangan sarana pendidikan dan peribadatan, akan tetapi juga memiliki asset yang lain yaitu tanah basah (sawah). Dalam pendistribusiannya hasil wakaf tanah basah digunakan dalam pembiayaan operasional yayasan seperti perbaikan fasilitas, perawatan dan juga sarana prasarana.

Salah satu tanah basah yang dikelola oleh Yayasan Fie Sabilil Muttaqien adalah milik dari H. Nawawi. Tanah basah yang di wakafkan oleh H. Nawawi dikelola dengan menggunakan metode sewa yang hasilnya digunakan untuk pembiayaan operasional yayasan. Akan tetapi, dalam pendistribusian hasil tanah wakaf belum sesuai dengan Akta Ikrar Wakaf (AIW). Hal ini didasarkan pada peruntukan yang belum dicantumkan dalam penyusunan AIW.

Dalam proses pendaftaran wakaf produktif milik H. Nawawi tidak dilaksanakan oleh beliau sendiri, akan tetapi dilakukan oleh anak kandung dari H. Nawawi. Hal ini dilakukan dengan alasan pada saat pembagian waris tersisa tanah basah (sawah) yang kemudian diwakafkan dengan tujuan ibadah dan pendidikan kepada yayasan. Alasan dari pemilihan yayasan sebagai peruntukan objek wakaf dikarenakan masih terdapat hubungan keluarga. Dalam sejarahnya, H. Nawawi merupakan anak ke-3 dari KH. Muhammad Idris yang merupakan perintis dari pendirian

yayasan yang memiliki tujuan dalam pengembangan pendidikan dan juga peribadatan.

Pasal 42 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf mengatakan bahwa: “Nazhir wajib mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf sesuai dengan tujuan, fungsi, dan peruntukannya.”13 Yayasan Fie Sabilil Muttaqien merupakan lembaga yang bergerak dalam bidang pendidikan dan keagamaan sehingga dalam penyaluran hasil dipergunakan untu pengembangan kedua bidang tersebut.

Penyaluran hasil pengelolaan wakaf produktif hanya difokuskan untuk kesejahteraan lembaga, seperti pembangunan serta perbaikan Madrasah, pengadaan fasilitas Yayasan, dan untuk administrasi Yayasan.

Bapak Ahmad Thoha mengatakan: “ Hasil dari uang sewa tanah wakaf tersebut keseluruhan digunakan untuk perbaikan fasilitas dan pembiayaan operasional Yayasan Fie Sabilil Muttaqien. Mengenai keuntungan atau hasil yang didapatkan dari pertanian menjadi milik petani seutuhnya, karena sistem yang dipakai adalah sistem sewa dan yayasan sudah mendapatkan bagian di awal setelah kesepakatan”. 14

Dalam praktiknya di Yayasan Fie Sabilil Muttaqien sudah produktif dengan menyewakan tanah sawah wakaf tersebut, dan tanah wakaf tersebut sudah bersertifikat.

Bapak Ahmad Thoha mengatakan :“Bahwa ia sudah mengurus sertifikat tanah wakaf sawah tersebut, meskipun persyaratan yang harus dipenuhi sangat banyak, lama dan rumit. Akan tetapi saya terus berusaha untuk mengurus sertifikat sawah tersebut, dan usaha

13 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf Pasal 42

14 Ahmad Thoha, Hasil wawancara, Ngawi, 15 Februari 2023

membuahkan hasil yaitu wakaf sawah sudah bersertifikat sekaligus mendaftarkan yayasan ke badan hukum”. 15

Sertifikat tanah sangat penting untuk legalitas tanah wakaf dengan tujuan untuk mengamankan harta benda Allah dari sengketa, penyalahgunaan maupun beralih status kepemilikan. Dalam kepengurusan sertifikat tanah wakaf diperlukan keaktifan dari masyarakat sendiri dalam hal kepengurusan surat wakaf. Adapun identitas yang perlu dicantumkan dalam sertifikat tanah meliputi identitas Wāqif, identitas Nazhir, identitas tanah, jangka waktu wakaf dan peruntukan dari wakaf itu sendiri. Adapun peruntukan dari wkaf merupakan keterangan yang memperjelas dari pemanfaatan hasil tanah wakaf akan diserahkan kepada siapa. Akan tetapi status dari peruntukan harta benda wakaf disini masih belum dicantumkan meskipun sudah disertifikatkan.

“Pada waktu itu memang belum ada istilah yayasan, dan untuk wakaf atas nama bapak Nawawi di wakafkan untuk lembaga pendidikan.

Wakaf atas nama bapak Nawawi sendiri diwakafkan bukan atas kehendak beliau sendiri, akan tetapi anak keturunan beliau yang mewakafkan dengan tujuan untuk ibadah dan pendidikan yang ada di yayasan ini. Namun mengenai peruntukan yang belum dicantumkan dikarenakan pada waktu itu sertifikat sudah menjadi jaminan dalam menghadapi permasalahan.”16

15 Ahmad Thoha, Hasil wawancara, Ngawi, 15 Februari 2023 16 Ahmad Thoha, Hasil wawancara, Ngawi, 15 Februari 2023,.

Gambar 3. 1

Akta Ikrar Wakaf Yayasan Fie Sabilil Muttaqien a. Nama Wakif : H. Nawawi

b. Nazhir Organisasi

Berikut susunan nama pengurus Nazhir organisasi:

Tabel 3.2

Struktur Nazhir Organisasi tanah wakaf Yayasan Fie Sabilil Muttaqien

No Nama Jabatan

1. H. Rohmat Ketua

2. Zainuddin Sekertaris

3. Ahmat Thoha Bendahara

4. Drs. Muhson Ambalwadi Anggota 5. H. Rohmat Mustacim Anggota

c. Ukuran : 1400 m2

52 BAB IV

ANALISIS UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF TERHADAP PENGELOLAAAN WAKAF PRODUKTIF DI

YAYASAN FIE SABILIL MUTTAQIEN DESA TEMPURAN KECAMATAN PARON KABUPATEN NGAWI

A. Analisis Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf Terhadap Pengelolaaan Wakaf Produktif Di Yayasan Fie Sabilil Muttaqien Desa Tempuran Kecamatan Paron Kabupaten Ngawi

Wakaf memiliki banyak manfaat dan keunggulan bagi masyarakat.

tidak hanya berpengaruh terhadap aspek keagamaan seperti yang diketahui secara umum, namun juga data berpengaruh pada pendidikan dan kesejahteraan bagi masyarakat. Salah satu kesejahteraan masyarakat yang menjadi tujuan utama dari adanya wakaf yaitu dalam sector ekonomi. Jika wakaf dapat dikelola secara maksimal oleh seorang Nazhir maka potensi kesejahteraan masyarakat juga akan meningkat. Akan tetapi jika pengelolaannya belum dilakukan secara optimal maka potensi pemanfaatan harta wakaf untuk kesejahteraan juga akan semakin minim.1

Terkait pengelolaan wakaf produktif diatur dalam Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf:

1 Naimah, “Implemetasi Yuridis Terhadap Kedudukan Wakaf Produktif Berbasis Peningkatan Ekonomi Masyarakat Di Indonesia,” 13.

1. Dalam Pasal 5 menyebutkan bahwa: 2

“Wakaf berfungsi mewujudkan potensi dan manfaat ekonomis harta benda wakaf untuk kepentingan ibadah dan untuk memajukan kesejahteraan umum.”

Hasil wakaf tanah basah (sawah) yang ada di Yayasan Fie Sabilil Muttaqien Desa Tempuran diperuntukkan untuk pengembangandan pengelolaan sarana ibadah dan pendidikan, sehingga tujuan wakaf dalam memajukan kesejahteraan umum sudah tercapai.

2. Dalam Pasal 42 menyebutkan bahwa:3

Nazhir wajib mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf sesuai dengan tujuan, fungsi dan peruntukannya.”

Wakaf berupa yayasan dan tanah basah sudah dikelola sesuai dengan tujuan, fungsi dan peruntukannya dalam ikrar wakaf. akan tetapi, terkait pengembangan hanya ditujukan pada aspek pendidikan dan keagamaan saja. Sehingga area yayasan hanya dapat menjadi wakaf konsumtif.

3. Dalam Pasal 43 menyebutkan bahwa:

a. “Pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf oleh Nazhir sebagaimana yang dimaksud pada pasal 42 dilaksanakan sesuai dengan prinsip syariah.

b. Pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf sebagaimana pada ayat (1) dilakukan secara produktif.

c. Dalam hal pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf pada ayat (1) di perlukan penjamin, maka digunakan lembaga penjamin syariah.”4

2 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf pasal 5 3 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf pasal 42 4 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf Pasal 43

Pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf secara produktif dapat dilakukan dengan berbagai cara. Antara lain dengan investasi, produksi, penanaman modal, perdagangan, kemitraan, pertambangan, agrobisnis, pengembangan industry, pembangunan gedung, , apartemen, pengembangan teknologi, pertokoan, pasar swalayan, perkantoran, rumah susun, sarana pendidikan, kesehatan, dan usaha lain yang tidak bertentangan dengan syariah. Yang dimaksud sesuai dengan prinsip syariah adalah sesuai dengan mushaf, buku dan kitab. 5

Dalam Pasal 1 Peraturan Badan Wakaf Indonesia Nomor 4 Tahun 2010 Tentang Pedoman Pengelolaan dan Pengembangan Harta Benda Wakaf menyebutkan bahwa “ pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf adalah proses memproduktifkan harta benda wakaf baik dilakukan oleh nazhir sendiri atau bekerja sama dengan pihak lainnya untuk mencapai tujuan wakaf”.6

Wakaf berupa area yayasan dan juga sawah yang dimiliki oleh Yayasan Fie Sabilil Muttaqien merupakan jenis wakaf produktif dalam pengelolaan wakaf secara profesional yang hasilnya bila dikelola secara maksimal seperti dalam bentuk modal usaha, maka manfaatnya dapat mencapai tujuan wakaf secara luas. Akan tetapi, wakaf yang dimiliki oleh Yayasan Fie Sabilil Muttaqien belum dikelola dalam

5 Penjelasan Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf 6 Peraturan Badan Wakaf Indonesia Nomor 4 Tahun 2010 Tentang Pedoman Pengelolaan dan Pengembangan Harta Benda Wakaf

bentuk lebih produktif , dimana pemanfaatan hasil digunakan untuk kebutuhan operasional yayasan.

Berdasarkan penjelasan diatas diketahui bahwa pengelolaan harta benda wakaf dilakukan secara produktif. Dimana, hasil pengelolaan wakaf disalurkan untuk kepentingan ibadah dan pendidikan di dalam yayasan.

Namun, Tujuan wakaf secara luas tidak hanya bisa digunakan untuk kepentingan ibadah dan pendidikan akan tetapi juga dapat digunakan untuk kesejahteraan umum selama tidak melanggar syariah dan ketentuan perundang-undangan.

Wakaf di Yayasan Fie Sabilil Muttaqien saat ini bergantung kepada hasil sewa tanah basah (sawah). Adapun penggunaan sistem sewa dilakukan oleh Yayasan Fie Sabilil Muttaqien digunakan agar harta benda wakaf tersebut dapat menghasilkan uang yang nantinya digunakan lembaga untuk memenuhi kebutuhan yayasan. Kebutuhan yayasan seperti perbaikan fasilitas, kebersihan dan sarana prasarana seperti listrik.

Bapak Ahmad Thoha mengatakan: “ Hasil dari uang sewa tanah wakaf tersebut digunakan untuk perbaikan fasilitas dan pembiayaan operasional Yayasan Fie Sabilil Muttaqien. Mengenai keuntungan atau hasil yang didapatkan dari pertanian menjadi milik petani seutuhnya, karena sistem yang dipakai adalah sistem sewa dan yayasan sudah mendapatkan bagian di awal setelah kesepakatan”. 7

Terkait pembagian keuntungan pasal 12 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf disebutkan bahwa: “Dalam melaksanakan tugas sebagaimana.dimaksud dalam Pasal 11, Nazhir

7 Ahmad Thoha, Hasil wawancara, Ngawi, 15 Februari 2023

dapat menerima imbalan dari hasil bersih atas pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf yang besarnya tidak melebihi 10%

(sepuluh persen).”8 Namun peraturan tersebut belum diketahui oleh Nazhir di Yayasan Fie Sabilil Muttaqien.

“kalau untuk pembagian seperti yang anda tanyakan saya baru mengetahui hal tersebut karena pemanfaatan hasil wakaf ntuk pribadi masih dianggap tabu dan masih jarang dilakukan. bahkan saya beluum menerima sosialisasi terkait hal tersebut. namun, selama ini keuntungan dari pengelolaan selalu masuk untuk kepentingan yayasan.”9

Wakaf di Yayasan Fie Sabilil Muttaqien mencapai suatu keberhasilan dalam pengelolaan wakaf, di mana wakaf tersebut sudah bisa direalisasikan sesuai dengan keinginan dari Wāqif yaitu untuk pembiayaan ibadah dan juga pendidikan. Akan tetapi, terkait pemanfaatan dan pengembangan masih kurang efektif dalam hal penyaluran manfaat untuk kepentingan umat.

Sehingga, belum tercapai tujuan wakaf dalam hal mewujudkan potensi dan pengembangan bagi kesejahteraan umum.

B. Analisis Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf Terhadap Pendistribusian Hasil Tanah Wakaf Produktif Di Yayasan Fie Sabilil Muttaqien Desa Tempuran Kecamatan Paron Kabupaten Ngawi

Pengaruh wakaf sangat besar bagi masyarakat, dampak dari adanya wakaf meliputi dari sistem pengelolaan dan juga pendistribusian hasil yang dilaksanakan. Terkait pendistribusian hasil atau peruntukan semakin diperjelas adanya dengan dicantumkannya penerima hasil wakaf di Akta

8 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf pasal 12

9 Ahmad Thoha, Hasil wawancara, Ngawi, 20 Februari 2023

Ikrar Wakaf (AIW). Adanya pencatatan ini bertujuan untuk memberikan kepastian hukum dan menghindari adanya kesimpangsiuaran maupun penyimpangan dalam pemanfaatan hasil dari wakaf produktif. 10

Mengenai pendistribusian hasil wakaf produktif diatur dalam pasal:

1. Dalam Pasal 21 menyebutkan bahwa:

a. “Ikrar wakaf dituangkan dalam Akta Ikrar Wakaf;”

b. “Akta ikrar wakaf wakaf sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) paling sedikit memuat:

1) nama dan identitas Wāqif;

2) nama dan identitas Nazhir;

3) data dan keterangan harta benda wakaf;

4) peruntukan harta benda wakaf;

5) jangka waktu wakaf.”11

Akta ikrar wakaf merupakan tanda bukti yang sah dalam pembuktian yang berbentuk sertifikat dengan tujuan terciptanya ketertiban hukum dan administrasi guna melindungi harta benda wakaf. Isi dalam Akta ikrar wakaf diatur secara lengkap pada pasal 21 ayat (2) Undang- Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf. Lembaga ini sudah memenuhi fungsi administrasi dalam sertifikat wakaf, sehingga diterbitkannya akta ikrar wakaf sebagai bukti dalam pemenuhan persyaratan. Namun salah satu dari Akta Ikrar Wakaf (AIW) lembaga ini terdapat kekurangan dalam hal perutukan.

“Pada waktu itu memang belum ada istilah yayasan, dan untuk wakaf atas nama bapak Nawawi di wakafkan untuk lembaga pendidikan.

Wakaf atas nama bapak Nawawi sendiri diwakafkan bukan atas kehendak beliau sendiri, akan tetapi anak keturunan beliau yang mewakafkan dengan

10 Yulkarnain Harahab, “Adaptabilitas Penormaan Fikih Wakaf Ke Dalam Legislasi Nasional,” 13.

11 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf pasal 21

tujuan untuk ibadah dan pendidikan yang ada di yayasan ini. Namun mengenai peruntukan yang belum dicantumkan dikarenakan pada waktu itu sertifikat sudah menjadi jaminan dalam menghadapi permasalahan”. 12

Permasalahan mengenai peruntukan yang tidak dicantumkan tersebut memiliki alasan dalam administrasi harta benda wakaf yaitu karena pendafataran tanah masih menjadi hal yang baru pada tahun tersebut . Meskipun sertifikat meskipun tidak lengkap setidaknya sudah didaftarkan untuk menghindari persengketaan di kemudian hari.

2. Dalam pasal 22 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf, Berbunyi:

“Dalam rangka mencapai tujuan dan fungsi wakaf 1 harta benda wakaf hanya dapat diperuntukkan bagi:

a. Sarana dan kegiatan ibadah;

b. Sarana dan kegiatan pendidikan serta kesehatan;

c. Bantuan kepada fakir miskin, anak terlantar, yatim piatu, beasiswa;

d. Kemajuan dan peningkatan ekonomi umat;

e. Kemajuan kesejahteraan umum lainnya yang tidak bertentangan dengan syariah dan peraturan perundang-undangan lainnya.”13

Wakaf tanah basah yang dimiliki olehYayasan Fie Sabilil Muttaqien Desa Tempuran diperuntukkan untuk sarana ibadah dan pendidikan.

Sehingga sudah sesuai dengan Pasal 22 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf yaitu masing-masing wakaf memiliki peruntukan wakaf.

12 Ahmad Thoha, Hasil wawancara, Ngawi, 15 Februari 2023 13 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf pasal 22

3. Dalam pasal 23 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf, Berbunyi:

a. “Penetapan peruntukan harta benda wakaf sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 22 dilakukan oleh Wāqif pada pelaksanaan ikrar wakaf”.

b. “Dalam hal Wāqif tidak menetapkan peruntukan harta benda wakaf Nazhir dapat menetapkan peruntukan harta benda wakaf yang dilakukan sesuai dengan tujuan dan fungsi wakaf. “14

Wakaf tanah basah (sawah) yang ada di Yayasan Fie Sabilil Muttaqien Desa Tempuran telah ditetapkan peruntukkannya yaitu untuk sarana ibadah dan pendidikan. Akan tetapi, terdapat salah satu tanah wakaf milik Bapak Nawawi belum mencantumkan peruntukan harta benda wakaf.

Akan tetapi sudah dilaksanakan sesuai dengan keinginan Wāqif, yaitu untuk pendidikan.

“Pada waktu itu memang belum ada istilah yayasan, dan untuk wakaf atas nama bapak Nawawi di wakafkan untuk lembaga pendidikan.

Wakaf atas nama bapak Nawawi sendiri diwakafkan bukan atas kehendak beliau sendiri, akan tetapi anak keturunan beliau yang mewakafkan dengan tujuan untuk perkembangan pendidikan yang ada di wilayah ini.”15

“pada waktu itu anak dari Bapak Nawawi yaitu Bapak Sonhaji mewakafkan tanah atas nama Bapak Nawawi setelah beliau wafat, hal ini dikarenakan saat pembagian waris masih tersisa tanah sawah yang kemudian dijadikan tanah wakaf. Hal ini juga mendapatkan persetujuan dari saudara kandung dari Bapak Sonhaji sehingga diwakafkan tanah tersebut.”16

Dalam hal ini Wāqif sudah mengatakan keinginannya dalam hal peruntukan wakaf dan dilaksanakan sesuai keinginannya yaitu untuk

14 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf pasal 23

15 Ahmad Thoha, Hasil wawancara, Ngawi, 15 Februari 2023

16 Rohmat, Hasil wawancara, Ngawi, 20 Februari 2023

Dokumen terkait