Tesis ini terdiri dari lima bab. Bab pertama pendahuluan yang berisi latar belakang, perumusan masalah dan pertanyaan penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, kajian pustaka, metodelogi penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab kedua tentang Konsep Penyelenggaraan Program Pensiun dalam Hukum Ekonomi Syariah yang terdiri dari pengertian program pensiun syariah dan dana pensiun syariah, dasar hukum program pensiun syariah, akad-akad yang digunakan dalam program pensiun syariah dan ketentuan-ketentuan terkait program pensiun syariah.
Bab ketiga tentang profil Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) Syariah Muamalat yang terdiri dari profil perusahaan Bank Muamalat Indonesia, profil DPLK Syariah Muamalat.
Bab keempat membahas tentang analisis fatwa DSN-MUI No.
88/DSN-MUI/XI/2013 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Program Pensiun Berdasarkan Prinsip Syariah dan Implementasinya pada DPLK Syariah Muamalat yang terdiri dari analisis penggunaan akad hibah, wakâlah bi al-ujrah, mudharabah dan ijarah pada program pensiun syariah, metode istinbath hukum yang digunakan DSN-MUI dalam menetapkan fatwa nomor 88 Tahun 2013 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Program Pensiun Berdasarkan Prinsip Syariah dan analisis penerapan fatwa DSN-MUI nomor 88 Tahun 2013 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Program Pensiun Berdasarkan Prinsip Syariah pada DPLK Syariah Bank Muamalat.
Bab kelima adalah penutupan yang terdiri dari kesimpulan yang memberikan jawaban atas masalah yang diteliti dan saran-saran yang sifatnya memberikan solusi atas permasalahan yang diteliti.
154 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan
Program pensiun merupakan sebuah program yang dirancang untuk mempersiapkan masa pensiun yang sejahtera. Program ini sudah menjadi kebutuhan masyarakat seiring dengan meningkatnya kesadaran akan pentingnya mempersiapkan pensiun sejak dini. Melihat banyaknya minat masyarakat yang ingin mengikuti program pensiun, maka DSN- MUI merasa perlu untuk mengeluarkan fatwa yang mengatur penyelenggaraan program pensiun berdasarkan prinsip syariah. Pada tahun 2013, DSN-MUI mengeluarkan fatwa No. 88 Tahun 2013 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Program Pensiun Berdasarkan Prinsip Syariah. Fatwa tersebut mengatur akad-akad antar pihak, ketentuan iuran dana pensiun, ketentuan investasi dan ketentuan penyerahan manfaat pensiun.
Dalam tesis ini, penulis menganalisis fatwa DSN-MUI No. 88 Tahun 2013 dan penerapannya pada DPLK Syariah Muamalat. Hasil dari penelitian tersebut adalah sebagai berikut:
1. DSN-MUI menggunakan multi akad untuk transaksi program pensiun syariah. Akad-akad tersebut adalah akad hibah, akad wakâlah atau wakâlah bi al-ujrah, akad mudhârabah dan akad ijârah. Penggunaan multi akad yang dilakukan DSN-MUI tidak melanggar batasan-batasan yang ditentukan, yaitu dilarang oleh agama atau menjadi hîlah ribawiyah yang dapat membuat ketidak jelasan dan ketidak pastian, menjerumuskan kepada riba, menimbulkan akibat hukum yang bertentangan pada objek yang sama, yang membuat multi akad menjadi haram. Sehingga multi akad yang digunakan oleh DSN-MUI untuk program pensiun syariah telah sesuai dengan kaidah syariah.
2. Program pensiun syariah mengandung akad hibah, akad wakâlah atau wakâlah bi al-ujrah, akad mudhârabah dan akad ijârah. Akad hibah digunakan untuk transaksi antara pemberi kerja dengan karyawan. Penggunaan akad ini karena pada hakikatnya uang pensiun atau pengason merupakan pemberian pemberi kerja kepada karyawan sebagai bentuk apresiasi atas loyalitas dan kerja keras mereka untuk perusahan.
Akad wakâlah atau wakâlah bi al-ujrah digunakan untuk transaksi antara pemberi kerja atau peserta dengan pengelola Dana Pensiun Syariah atau transaksi antara Dana Pensiun Syariah dengan
Manajer Investasi. Akad ini digunakan karena sesuai dengan skema program pensiun, di mana peserta memberikan iuran kepada Dana Pensiun Syariah yang kemudian nantinya dana tersebut akan dikelola oleh Dana Pensiun Syariah. Dana iuran tersebut bisa berkurang ataupun bertambah sesuai dengan hasil investasi yang didapat dan juga bisa diambil sebelum masa pensiun sehiingga akad yang digunakan adalah akad pemberian kuasa atau wakâlah.
Akad mudhârabah digunakan untuk transaksi antara pengelola Dana Pensiun Syariah dengan Manajer Investasi. Akad ini digunakan karena Manajer Investasi adalah pihak yang mengelola aset investor. Manajer dapat sebagai mitra Dana Pensiun Syariah atau wakil dari Dana Pensiun Syariah. Oleh karenanya, akad yang digunakan adalah akad mudhârabah (bagi hasil) atau akad wakâlah bi al-ujrah (pemberian kuasa disertai imbalan).
Akad ijârah digunakan untuk transaksi antara Dana Pensiun Syariah dengan Bank Kustodian, Akuntan Publik dan Penasehat Investasi. Akad ini digunakan karena baik Bank Kustodian, Akuntan Publik ataupun Penasehat Investasi ketiganya menawarkan jasa kepada Dana Pensiun Syariah. Bank Kustodian menyediakan jasa penyimpanan aset investor, Penasehat Investasi menyediakan jasa konsultasi bagi investor, Akuntan Publik menyediakan jasa audit keuangan sehingga akad yang digunakan adalah akad ijârah.
3. Dalam menetapkan fatwa no. 88 Tahun 2013, DSN-MUI menggunakan metode bayânî dan istishlâhî. Penggunaan metode bayânî dapat diketahui dari penggunaan ayat Al-Qur’an dan hadits yang bermakna umum. Sedangkan metode istishlâhî dapat dilihat dari penggunaan maqashid syariah (tujuan pokok syariah) yang tampak pada kaidah fikih yang digunakan DSN-MUI. DSN-MUI tidak menggunakan metode taʻlilî karena program pensiun merupakan transaksi keuangan modern yang belum ada kejelasan hukumnya pada Al-Qur’an atau hadits sehingga penggunaan metode taʻlîlî menjadi tidak tepat.
4. Fatwa DSN-MUI No. 88 Tahun 2013 telah diterapkan dengan baik oleh DPLK Syariah Muamalat. DPLK Syariah Muamalat telah menerapkan akad-akad yang ada dalam fatwa DSN-MUI No. 88 Tahun 2013. Hal ini diketahui dari formulir pendaftaran DPLK Syariah Muamalat dan wawancara dengan Rizky Yusuf, selaku Business Development Officer DPLK Syariah Muamalat. DPLK Syariah Muamalat telah menerapkan ketentuan iuran yang ada dalam fatwa DSN-MUI No. 88 Tahun 2013. Hal dapat diketahui
dari formulir pendaftaran DPLK Syariah Muamalat dan wawancara dengan Rizky Yusuf, selaku Business Development Officer DPLK Syariah Muamalat.
DPLK Syariah Muamalat telah menerapkan ketentuan investasi yang ada dalam fatwa DSN-MUI No. 88 Tahun 2013. Hal ini diketahui dari formulir pendaftaran DPLK Syariah Muamalat dan wawancara dengan Rizky Yusuf, selaku Business Development Officer DPLK Syariah Muamalat. DPLK Syariah Muamalat telah menerapkan ketentuan penyerahan manfaat yang ada dalam fatwa DSN-MUI No. 88 Tahun 2013. Hal ini diketahui dari formulir pendaftaran DPLK Syariah Muamalat dan wawancara dengan Rizky Yusuf, selaku Business Development Officer DPLK Syariah Muamalat. Meski demikian, masih terdapat kekurangan, di mana Customer Service kurang detail dalam menjelaskan dan terlihat ragu dalam menjawab pertanyaan.