TINJAUAN PUSTAKA
B. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan
3) Tahap II: Ventilasi
Ventilasi adalah tahapan tindakan resusitasi untuk memasukkan sejumlah volume udara ke dalam paru-paru dengan tekanan positif untuk membuka alveoli paru bayi agar bisa bernafas spontan dan teratur.
a. Pasang sungkup
b. Pasang sungkup dengan menutupi dagu, mulut dan hidung.
c. Ventilasi 2 kali
d. Lakukan peniupan / pompa dengan tekanan 30 cm air.
Tiupan awal tabung-sungkup / pompaan awal balon-sungkup sangat penting untuk membuka alveoli paru agar bayi bisa mulai bernafas dan menguji apakah jalan nafas bayi terbuka.
e. Lihat apakah dada bayi mengembang.
Saat melakukan tiupan atau pompaan perhatikan apakah dada bayi mengembang.
f. Bila tidak mengembang :
Periksa posisi sungkup dan pastikan tidak ada udara yang bocor.
Beriksa posisi kepala, pastikan posisi sudah menghidu.
Periksa cairan atau lendir dimulut. Bila ada lendir atau cairan lakukan penghisapan.
Lakukan tiupan 2 kali dengan tekanan 30 cm air (ulangan), bila dada mengembang, lakukan tahap berikutnya.Ventilasi 20 kali dalam 30 detik
g. Lakukan tiupan dengan tabung dan sungkup atau pemompaan dengan balon dan sungkup sebanyak 20 kali dalam 30 detik dengan tekanan 20 cm air sampai bayi mulai menangis dan bernafas spontan
h. Pastikan dada mengembang saat dilakukan tiupan atau pemompaan, setelah 30 detik lakukan penilaian ualng nafas.
i. Jika bayi mulai bernafas spontan atau menangis, hentikan ventilasi bertahap :
1) Lihat dada apakah ada retraksi dinding dada bawah 2) Hitung frekuensi nafas permenit
Jika bernafas >40 per menit dan tidak ada retraksi berat
3) Letakkan bayi dengan kontak kulit ke kulit pada dada ibu dan lanjutkan asuhan bayi baru lahir.
4) Pantau setiap 15 menit untuk pernafasan dan kehangatan
5) Katakan pada ibu bahwa bayinya kemungkinan besar akan membaik.
6) Lanjutkan asuhan pasca resusitasi.
20. Pemberian vit-K
21. Pemberian Salep Mata dann Hepatitis-B 22. Lakukan Pemeriksaan Fisik Bayi Baru Lahir.
23. Mendeteksi tanda-tanda bahaya pada bayi (rukiyah dan yulianti.2010;hal:66)
II. Konsep dasar asuhan kebidanan ibu hamil dengan TFU tidak sesuai Usia Kehamilan
1. Pengertian TFU tidak sesuai Usia Kehamilan.
Pengukuran tinggi fundus uteri mulai dari batas atas symsis dan disesuaikan dengan hari pertama haid terakhir. Tinggi fundus uteri diukur pada kehamilan >12 minggu karena pada usia kehamilan ini uterus dapat diraba dari dinding perut dan untuk kehamilan > 24 minggu dianjurkan mengukur dengan pita meter. Tinggi fundus uteri dapat menentukan ukuran kehamilan. Bila tinggi fundus kurang dari perhitungan umur kehamilan mungkin terdapat gangguan pertumbuhan janin, dan sebaliknya mungkin terdapat gemeli, hidramnion atau molahidatidosa (Depkes, 2007).
Pengukuran tinggi fundus uteri adalah merupakan pemeriksaan palpasi abdomen, pada pemeriksaan palpasi ini ada cara menurut Leopold
(yang sering) I, II, III, IV dan atau cara Kenebel, Budin dan Ahfeld (Mochtar, 1998).
Biasanya bila dilakukan pemeriksaan tinggi fundus uteri dengan cara Leopold I diteruskan dengan Leopold II, III, dan IV sekaligus perabaan gerakan janin dan pemeriksaan auskultasi untuk mendengarkan denyut jantung janin.
Tujuan utama dari pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui pertumbuhan janin dengan menilai besarnya tinggi fundus uteri yang tidak sesuai dengan usia kehamilan, atau penilaian terhadap janin yang tumbuh terlalu besar sehingga tinggi fundus uteri yang terlalu besar seperti pada kehamilan ganda (Depkes, 2007).
2. Faktor–faktor yang mempengaruhi
III. Faktor-faktor yang mempengaruhi Keidaksesuaian TFU dengan Usia Kehamilan
antara lain :
Pada umumnya 75% adalah Pertumbuhan Janin Terhambat atau, IUGR (Intra uterine Growth Retardation), BBLR (berat badan bayi lahir rendah ) , dan Tidak berkembang nya janin dalam kandungan, dalam artian bayi baru lahir berukuran lebih kecil dengan usia kehamilannya, 15-25% terjadi karena insufisiensi uteroplasenta, 5-10% terjadi karena infeksi selama kehamilan atau kecacatan bawaan.
Dan hal ini dapat dilihat dari beberapa penyebab yaitu, 1. Penyebab ibu
a) Fisik ibu yang kecil dan kenaikan berat badan yang tidak adekuat Faktor keturunan dari ibu dapat mempengaruhi berat badan janin.
Kenaikan berat tidak adekuat selama kehamilan dapat menyebabkan PJT(pertumbuhan janin terhambat). Kenaikan berat badan ibu selama kehamilan sebaiknya 9-16 kg.
Apabila wanita dengan berat badan kurang harus ditingkatkan sampai berat badan ideal ditambah dengan 10-12 kg
b) Penyakit ibu kronik
Kondisi ibu yang memiliki hipertensi kronik, penyakit jantung sianotik, diabetes, serta penyakit vaskular kolagen dapat menyebabkan PJT. Semua penyakit ini dapat menyebabkan pre- eklampsia yang dapat membawa ke PJT
c) Kebiasaan seperti merokok, minum alkohol, dan narkotik 2. Penyebab janin
a) Infeksi selama kehamilan
Infeksi bakteri, virus, protozoa dapat menyebabkan PJT. Rubela dan cytomegalovirus (CMV) adalah infeksi yang sering menyebabkan PJT
b) Kelainan bawaan dan kelainan kromosom
Kelaianan kromosom seperti trisomi atau triploidi dan kelainan jantung bawaan yang berat sering berkaitan dengan PJT. Trisomi 18 berkaitan dengan PJT simetris serta polihidramnion (cairan ketuban berlebih). Trisomi 13 dan sindroma Turner juga berkaitan dengan PJT
c) Pajanan teratogen (zat yang berbahaya bagi pertumbuhan janin) Berbagai macam zat yang bersifat teratogen seperti obat anti kejang, rokok, narkotik, dan alkohol dapat menyebabkan PJT d) Penyebab plasenta (ari-ari)
Kelainan plasenta sehingga menyebabkan plasenta tidak dapat menyediakan nutrisi yang baik bagi janin seperti, abruptio plasenta, infark plasenta (kematian sel pada plasenta), korioangioma, dan plasenta previa.
Adapun Patofisiologinnya, yaitu
1. Kondisi kekurangan nutrisi pada awal kehamilan
Pada kondisi awal kehamilan pertumbuhan embrio dan trofoblasdipengaruhi oleh makanan. Studi pada binatang
menunjukkan bahwa kondisi kekurangan nutrisi sebelum implantasi bisa menghambat pertumbuhan dan perkembangan.
Kekurangan nutrisi pada awal kehamilan dapat mengakibatkan janin berat lahir rendah yang simetris. Hal sebaiknya terjadi kondisi percepatan pertumbuhan pada kondisi hiperglikemia pada kehamilan lanjut
2. Kondisi kekurangan nutrisi pada pertengahan kehamilan
Defisiensi makanan mempengaruhi pertumbuhan janin dan plasenta, tapi bisa juga terjadi peningkatan pertumbuhan plasenta sebagai kompensasi. Didapati ukuran plasenta yang luas.
3. Kondisi kekurangan nutrisi pada akhir kehamilan
Terjadi pertumbuhan janin yang lambat yang mempengaruhi interaksi antara janin dengan plasenta. Efek kekurangan makan tergantung pada lamanya kekurangan. Pada kondisi akut terjadi perlambatan pertumbuhan dan kembali meningkat jika nutrisi yang diberikan membaik. Pada kondisi kronis mungkin telah terjadi proses perlambatan pertumbuhan yang irreversibel.
Asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan TFU tidak sesuai Usia Kehamilan
a) Memberikan penyuluhan dan melaksanakan nasehat atau anjuran.
b) Kita mengenali terlebih dahulu faktor apa yang mengakibatkan Pertumbuhan Janin Terhambat
c) Jika Karena Rendahnya Asupan Nutrisi, Anjurkan Ibu untuk Tirah baring dengan posisi miring ke kiri, Perbaiki nutrisi dengan menambah 300 kal perhari dan meminum Susu dan atau Suplemen.
d) Jika karena Ibu pemakai Rokok dan Minuman Alkohol, Maka Ibu dianjurkan untuk berhenti merokok dan mengkonsumsi alkohol
(e) Anjurkan Ibu untuk jangan sampai stress dan Mengikuti Senam Hamil agar lebih rileks.
Apabila terjadi atau timbul masalah medis maka hal yang perlu dilakukan Menurut Saifuddin (2003) adalah :
Rujuk untuk konsultasi, perencanaan sesuai kondisi ibu hamil, minum tablet zat besi atau tambah darah, ibu hamil setiap hari harus minum satu tablet tambah darah (60mg) selama 90 hari mulai minggu ke 20, periksa kehamilan secara teratur
2.3 . Tabel menu gizi seimbang
Konsep dasar asuhan kebidanan ibu bersalin dengan Tinggi Fundus Uteri tidak sesuai Usia Kehamilan.
a. Persalinan lama
Partus lama adalah fase laten lebih dari 8 jam. Persalinan telah berlangsung 12 jam atau lebih, bayi belum lahir. Dilatasi serviks di kanan garis waspada persalinan aktif (Syaifuddin AB., 2002 : hal.
184).
Partus lama adalah persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam pada primigradiva, dan lebih dari 18 jam pada multigradiva.
Menurut Saifudin AB, (2007, hlm. 185) Pada prinsipnya persalinan lama dapat disebabkan oleh :
a. His tidak efisien (in adekuat)
b. Faktor janin (malpresenstasi, malposisi, janin besar).
Malpresentasi adalah semua presentasi janin selain vertex (presentasi bokong, dahi, wajah, atau letak lintang).Malposisi adalah posisi kepala janin relative terhadap pelvis dengan oksiput sebagai titik referansi.Janin yang dalam keadaan malpresentasi dan malposisi kemungkinan menyebabkan partus lama atau partus macet.
c. Faktor jalan lahir (panggul sempit, kelainan serviks, vagina, tumor). Panggul sempit atau disporporsi sefalopelvik terjadi karena bayi terlalu besar dan pelvic kecil sehingga menyebabkan partus macet.Cara penilaian serviks yang baik adalah dengan melakukan partus percobaan (trial of labor).
Kegunaan pelvimetre klinis terbatas. (Saifudin AB, 2007, hlm.
187)
Menurut Manuaba (2010), gejala utama yang perlu diperhatikan pada partus lama antara lain : dehidrasi, tanda infeksi : temperatur tinggi, nadi dan pernapasan, abdomen meteorismus, pemeriksaan abdomen : meteorismus, lingkaran bandle tinggi, nyeri segmen bawah Rahim, pemeriksaan lokal vulva vagina : edema vulva, cairan ketuban berbau, cairan ketuban bercampur meconium, pemeriksaan dalam : edema servikalis, bagian terendah sulit di dorong ke atas, terdapat kaput
pada bagian terendah, keadaan janin dalam rahim : asfiksia sampai terjadi kematian, akhir dari persalinan lama : ruptura uteri imminens sampai ruptura uteri, kematian karena perdarahan atau infeksi.
Konsep dasar asuhan kebidanan ibu nifas dengan TFU tidak sesuai Usia Kehamilan
1. Perdarahan Post Partum
Perdarahan pervagina/Perdarahan post partum di definisikan sebagai kehilangan darah sebanyak 500 ml atau lebih dari traktus genetalia setelah melahirkan.(Fitramaya,2009)
(Menurut Elisabeth siwi,2015) Perdarahan setelah melahirkan atau Hemorrhagic Post Partum (HPP) adalah konsekuensi perdarahan berlebihan dari tempat implantasinya plasenta, trauma di traktus genetalia dan struktu sekitarnnya, atau keduannya.
Efek perdarahan banyak bergantung pada volume darah pada sebelum hamil dan derajat anemia saat kelahiran Gambaran perdarahan post partum yang dapat mengecohkan adalah nadi dan tekanan darah yang masih dalam batas normal sampai terjadi kehilangan darah yang sangat banyak.
a) Epidemiologi Perdarahan Post Partum
Perdarahan post partum dini jarang disebabkan oleh retensi potongan plasenta yang kecil, tetapi plasenta yang tersisa sering menyebabkan perdarahan pada akhir masa
nifas.
Kadang-kadang plasenta tidak segera terlepas bidang obstetri membuat batas-batas durasi kala tiga secara agak ketat sebagai upaya untuk mendefenisikan retensio plasenta sehingga
perdarahan akibat terlalu lambatnya pemisahan plasenta dapat dikurangi
b) Klasifikasi Perdarahan Post Partum
(1) Perdarahan post partum primer / dini (early postpartum hemorargi), yaitu mencakup semua perdarahan yang terjadi dalam 24 jam setelah kelahiran.
Penyebab utamanya :
a) Uterus atonik (terjadi karena misalnya : placenta atau selaput ketuban tertahan)
b) Trauma genital (meliputi penyebab spontan dan trauma akibat penatalaksanaan atau gangguan, misalnya kelahiran yang menggunakan peralatan termasuk sectio caesaria, episiotomi).
c) Koagulasi intravaskular diseminata.
d) Inversi uterus.
Etiologi perdarahan Post Partum dini Atonia uteri, Faktor predisposisi nya adalah
Lemahnya tonus/ kontraksi rahim yang mengakibatkan uterus tidak mampu menutup perdaarahan.
Umur yang terlalu muda / tua
Prioritas sering di jumpai pada multipara dan grande mutipara
Partus lama dan partus terlantar
Uterus terlalu regang dan besar misal pada gemelli, hidromnion / janin besar
Kelainan pada uterus seperti mioma uteri, uterus couveloair pada solusio plasenta
Faktor sosial ekonomi yaitu malnutrisi
Penatalaksanaan Hemoragi Post Partum Primer
1. Pijatlah Uterus agar berkontraksi dan keluarkan bekuan darah 2. Kaji kondisi pasien (denyut jantung, tekanan darah, warna
kulit, kesadaran, kontraksi uterus) dan perkirakan banyaknya darah yang sudah keluar jika pasien dalam kondisi syok pastikan jalan nafas dalam kondisi terbuka, palingkan wajah.
3. Berikan Oksitosin 10 iu/IV dan ergometrin 0,5/IV . 4. Siapkan donor darah
5. Kandung kemih selalu dalam kondisi kosong
6. Awasi agar uterus tetap berkontaksi dengan baik. Usahakan bayi tetap menyusui.
7. Jika perdarahan tetap persisten dan uterus tetap rileks, lakukan kompresi bimanual.
8. Jika perdarahan persisten dan uterud berkontraksi dengan baik, maka lakukan pemeriksaan pada vagina dan serviks untuk menemukan laserasi yang menyebabkan perdarahan tersebut.
9. Jika asa indikasi bahwa mungkin terjadi infeksi yang diikuti dengan demam, ,menggigil, lokhea berbau busuk, segera berikan antibiotik berspektrum luas.
10. Lakukan pencatatan yang akurat dan pantau kondisi dan TTV pasien selama 24-48 jam.
(2) Perdarahan Post Partum Sekunder / lambat
(late postpartum hemorrhage), yaitu–perdarahan yang
terjadi setelah 24 jam pertama.
Penyebab Utamanya
a) Flagmen placenta atau selaput ketuban teratahan
b) Pelepasan jaringan mati setelah persalinan macet (dapat terjadi di serviks, vagina, kandung kemih, rektum)
c) Terbukanya luka pada uterus (setelah sectio caesaria, ruptur uterus).
Penatalaksanaan Hemoragi Post Partum Sekunder
1. Percepat kontraksi dengan cara melakukan masase uterus, jika uterus masih teraba
2. Kaji kondisi pasien (denyut jantung, tekanan darah, warna kulit, kesadaran, kontraksi uterus) dan perkirakan banyaknya
darah yang sudah keluar jika pasien dalam kondisi syok pastikan jalan nafas dalam kondisi terbuka, palingkan wajah.
3. Berikan Oksitosin 10 iu/IV dan ergometrin 0,5/IV . 4. Siapkan Donor darah untuk transfusi
5. Awasi agar uterus tetap berontraksi dengan baik 6. Berikan antibiotik berspektrum luas
7. Jika mungkin siapkan pasien untuk pemeriksaan segera dibawah pengaruh anastesi.
Konsep dasar asuhan kebidanan bayi baru lahir dengan TFU tidak sesuai Usia Kehamilan
1. Asuhan Bayi Berat Badan Lahir Rendah
Menurut Pantiawati (2010) mengatakan dalam bukunya bayi berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram.
Munurut Elizabeth siwi (2015) menyatakan definisinya menurt Saifuddin (2001) Bayi berat Badan Lahir Rendah ialah Bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari 2500 gram (sampai dengan 2499 gram)
b. Klasifikasi
Dari penegertian tersebut bayi BBLR dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu
a. Prematuritas Murni
Masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi itu atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai masa kehamilan (NKB- SMK)
b. Dismaturitas
Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa gestasi itu. Berarti bayi mengalami retradasi pertumbuhan intrauterine dan merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya.
c. Perawatan Bayi Berat Badan Lahir Rendah dengan Metode Kanguru (Kangaroo Mother Care)
Perawatan metode kanguru adalah cara merawat bayi dalam keadaan telanjang (hanya memakai popok dan topi) diletakkan secara tegak atau vertikal di dada antara kedua payudara ibunya (ibu telanjang dada) kemudian diselimuti. Dengan demikian, terjadi kontak kulit bayi dengan kulit ibu secara kontinyu dan bayi memperoleh panas (sesuai suhu ibunya) melalui proses konduksi.
Dalam perawatan metode kanguru ibu dapat digantikan oleh pengganti ibu misalnya suami, nenek, kakek bayi atau sanak keluarga yang lain (WHO, 2003).
Metode kanguru (Kangaroo Mother Care) adalah kontak langsung antara kulit ibu dan kulit bayi (skin to skin contac) yang dilakukan sejak dini dan berkelanjutan baik selama masih dirumah
sakit maupun di rumah, disertai pemberian ASI Eksklusif dan pemantauan terhadap tumbuh kembang bayi (Wafi, 2010).
Manfaat metode kanguru bagi bayi yaitu, menstabilkan detak jantung bayi dan pernapasannya lebih teratur, sehingga penyebaran oksigen keseluruh tubuhnya pun lebih baik. Bayi tidur dengan nyenyak dan lama, lebih tenang, lebih jarang menangis, dan kenaikan berat badannya lebih cepat.Pertumbuhan dan perkembangan motorik pun menjadi lebih baik.Cara ini juga mempermudah pemberian ASI, mempererat ikatan batin antara ibu dan anak, serta mempersingkat masa perawatan secara keseluruhan.Bagi orang tua, hal ini turut menumbuhkan rasa percaya diri dan kepuasan bekerja.
Perawatan bayi lekat atau metode kanguru ini sederhana, praktis, efektif, dan ekonomis, sehingga bisa dilakukan oleh setiap ibu atau pengganti ibu di rumah ataupun di rumah sakit, terutama dalam mencegah kematian BBLR (Wafi, 2010).
d. Cara Melakukan Perawatan Metode Kanguru
(1) Letakkan bayi di antara dada payudara ibu dengan posisi tegak, dada bayi menempel ke dada ibu. Jika suhu ruangan antara 22- 24°C, bayi hanya memakai topi, popok dan kaos kaki yang hangat. Namun jika suhu turun dibawah 22°C bayi tersebut harus memakai baju tanpa lengan yang terbuat dari katun yang terbuka bagian depannya, sehingga memungkinkan terjadi kontak langsung ke kulit dada dan perut ibu.
(2) Posisi bayi diamankan, kepala bayi dipalingkan ke sisi kanan atau kiri dan dengan posisi sedikit tengadah (ekstensi).
(3)Ujung pengikat berada tepat di bawah telinga bayi. Posisi bayi seperti ini bertujuan untuk menjaga saluran nafas tetap terbuka dan memberi peluang agar terjadi kontak mata antara ibu dan bayi. Hindari posisi kepala menunduk ke depan dan sangat tengadah.
(4)Pangkal paha bayi harus dalam posisi fleksi dan melebar seperti dalam posisi kodok, tanganpun harus dalam posisi fleksi.
(5)Ikatkan kain dengan kuat agar saat ibu bangun dari duduk, bayi tidak tergelincir. Pastikan juga bahwa ikatan yang kuat dari kain tersebut menutupi dada bayi.Perut bayi jangan sampai tertekan dan sebaiknya berada disekitar epigastrium ibu. Dengan cara ini bayi dapat melakukan pernafasan perut. Nafas ibu akan merangsang bayi. Kemudian ibu mengenakan bajunya yang biasa untuk menghangatkan dirinya dan si bayi (WHO, 2003).
IV. Konsep dasar asuhan kebidanan ibu hamil dengan Anemia
1. Pengertian
Menurut (Saifuddin,2002) Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan jumlah protein sel darah merah dan zat pewarna merah pada sel darah dibawah 11% gram pada usia kehamilan 4-7 bulan.
Menurut (Maimunah 2005) Anemia adalah kekurangan kadar hemoglobin atau sel darah merah < 11 gr % atau suatu keadaan dengan jumlah eritrosit yang beredar atau konsentrasi hemoglobin menurun.
Menurut dr. Taufan Nugroho (2012) Anemia pada Ibu hamil didefisiensikan bila kadar Hb dibawah 11 gr/dL.
2. Penyebab Anemia
1. Kekurangan gizi (malnutrisi) 2. Kurang zat besi dalam diet 3. Mal absorpsi
4. Kehilangan darah banyak, persalinan yang lalu, dan Iain-lain.
5. Penyakit-penyakit kronik : TBC, Paru, cacing usus, malaria, dan Iain-lain.
6. Dua penyebab yang paling sering ditemukan adalah anemia akibat defisiensi besi dan perdarahan.
3. Tanda dan Gejala
Menurut (Depkes RI, 2007) Gejala awal anemia zat besi berupa badan lemah, lelah, kurang energi, kurang nafsu makan, daya konsentrasi menurun, sakit kepala, mudah terinfeksi penyakit, stamina tubuh menurun, dan pandangan berkunang-kunang terutama bila bangkit dari duduk. Selain itu, wajah, selaput lendir kelopak mata, bibir dan kuku penderita tampak pucat.Apabila anemia sangat berat, dapat berakibat penderita sesak napas, bahkan lemah jantung
Menurut Varney, (2007) Tanda dan gejala anemia adalah:
Letih, sering mengantuk, malas
Pusing, lemah.
Nyeri kepala.
Luka pada lidah
Kulit pucat.
Membran mekosa pucat (misalnya konjungtiva)
Bantalan kuku pucat.
Tidak ada nafsu makan, mual dan muntah.
4. Klasifikasi Anemia dalam kehamilan
Menurut (Manuaba I.B.G,2010.HAL 38) Berdasarkan klasifikasi dari WHO kadar hemoglobin pada ibu hamil dapat di bagi menjadi 4 kategori yaitu :
Hb > 11 gr%Tidak anemia (normal) Hb 9-10 gr% Anemia ringan
Hb 7-8 gr% Anemia sedang Hb <7 gr% Anemia berat
5. Macam-macam anemia menurut (sarwono 2010)
a. Anemia Defisiensi Besi
Anemia yang paling sering di jumpai yang di sebabkan karena
kekurangan unsur zat besi dalam makanan, karena gangguan absorpsi, kehilangan zat besi yang keluar dari badan yang menyebabkan
perdarahan.
b. Anemia megaloblastik
Anemia karena defisiensi asam folik, jarang sekali karena defisiensi vitamin B12 Hal ini erat hubungannya dengan defisiensi makanan c. Anemia Hipoplastik
Disebabkan oleh karena sum-sum tulang kurang mampu membuat sel- sel darah baru. Etiologi anemia hipoplastik karena kehamilan hingga kini diketahui dengan pasti, kecuali yang disebabkan oleh sepsis, sinar roentgen, racun dan obat-obatan.
d. Anemia hemolotik
Disebabkan karena penghancuran sel darah merah berlangsung lebih cepat dari pembuatannya. Wanita dengan anemia hemolitik sukar menjadi hamil, apabila ia hamil maka anemianya biasa menjadi lebih berat. Sebaliknya mungkin pula pada kehamilan menyebabkan krisis hemolitik pada wanita yang sebelumnya tidak menderita
anemia.menyebabkan krisis hemolitik pada wanita yang sebelumnya tidak menderita anemia.
6. Faktor Predisposisi Anemia
a. Umur kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun
Wanita yang berumur kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, mempunyai risiko yang tinggi untuk hamil. Karena akan
membahayakan kesehatan dan keselamatan ibu hamil maupun
janinnya, berisiko mengalami pendarahan dan dapat menyebabkan ibu mengalami anemia
b. Paritas
Semakin banyak jumlah kelahiran (paritas), maka akan semakin tinggi
angka kejadian anemia Artinya ibu hamil dengan paritas tinggi mempunyai risiko lebih besar untuk mengalami anemia dibanding yang paritas rendah
c. Jarak Kehamilan Yang terlalu Dekat
Salah satu penyebab yang dapat mempercepat terjadinya anemia pada wanita adalah jarak kelahiran pendek hal ini disebabkan kekurangan nutrisi yang merupakan mekanisme biologis dan pemulihan factor hormonal dan adanya kecendrungan bahwa semakin dekat jarak kehamilan, maka akan semakin tinggi angka kejadian anemia
d. Pemeriksaan Antenatal Care
Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh tenaga professional yaitu Dr Ginekolog dan Bidan serta memenuhi syarat 5 T (TB, BB, Tekanan darah, Tinggi Fundus, TT, Tablet Fe).
Jika pemeriksaan Antenatal Care kurang atau tidak ada sama sekali maka akan semakin tinggi angka kejadian anemia.
e. Pola makan dan Kepatuhan mengkonsumsi tablet Fe
Gizi seimbang adalah pola konsumsi makan sehari-hari yang sesuai dengan kebutuhan gizi setiap individu untuk hidup sehat dan produktif. Kepatuhan menkonsumsi tablet Fe diukur dari ketepatan jumlah tablet yang dikonsumsi, ketepatan cara menkonsumsi tablet Fe, frekuensi konsumsi perhari. Suplementasi besi atau pemberian tablet Fe merupakan salah satu upaya penting dalam mencegah dan menanggulangi anemia
7. Pencegahan anemia pada ibu hamil yang harus dilakukan adalah: