• Tidak ada hasil yang ditemukan

Teknik Analisis Data

BAB III METODE PENELITIAN

H. Teknik Analisis Data

Analisis data disebut juga dengan pengolahan dan penafsiran data.

Analisis data menurut Nasution adalah “proses menyusun data agar dapat

ditafsirkan, menyusun data berarti menggolongkannya dalam pola, tema atau kategori (S. Nasution, 2010:126).

1. Reduksi Data

Data yang peneliti peroleh dari lapangan ditulis dalam bentuk uraian atau laporan yang terinci. Laporan ini akan terus menerus bertambah sehingga akan menambah kesulitan bagi peneliti bila tidak segera dianalisis. Oleh sebab itu peneliti mereduksi data dengan menyusun data secara sistematis, menonjolkan pokok-pokok yang penting sehingga lebih mudah dikendalikan.

Reduksi data yang peneliti lakukan berupa merangkum, dan memilih hal-hal yang penting untuk kemudian disatukan, sebagaimana yang dikatakan Sugiyono “mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.

Dengandemikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.”

Data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih tajam tentang hasil pengamatan dan mempermudah peneliti untuk mencari kembali data yang diperoleh bila diperlukan, reduksi data juga dapat pula membantu memberikan kode kepada aspek tertentu.

Reduksi data yang peneliti lakukan adalah dengan memilih dan mengurutkan data berdasarkan banyaknya informan yang menyebutkan masalah tersebut, kemudian peneliti buat dalam sebuah narasi lalu peneliti

sederhanakan dengan memilih hal-hal yang sejenis agar mudah dalam menyajikannya.

2. Penyajian Data

Setelah data direduksi, maka alur penting berikutnya dalam analisis data adalah penyajian data. Miles dan Huberman dalam Sugiyono 2005:89 mengemukakan bahwa:“Yang dimaksud penyajian data adalah menyajikan sekumpulan informasi yang tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian yang paling sering digunakan dalam penelitian kualitatif adalah bentuk teks naratif.

Penyajian naratif perlu dilengkapi dengan berbagai jenis matrik, grafik, jaringan dan bagan. Semua itu dirancang guna menggabungkan informasi yang tersusun dalam suatu bentuk yang padu dan mudah diraih.”

Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. Sedangkan menurut Nasution “mendisplay data bisa dilakukan dengan membuat grafik atau lainnya.

Penyajian data yang peneliti buat berupa teks deskriptif. Penyajian data semacam ini peneliti pilih karena menurut peneliti lebih mudah difahami dan dilakukan. Jika ada beberapa tabel yang peneliti sajikan itu hanya pelengkap saja.

3. Mengambil Kesimpulan

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya.

Mengambil kesimpulan lebih baik dilakukan sejak awal penelitian, sebagaimana yang dikatakan Nasution “Sejak semula peneliti berusaha untuk mencari makna yang dikumpulkannya, untuk itu peneliti mencari pola, tema, hubungan, persamaan, hal-hal yang sering timbul, hipotesis dan lain-lain yang pada awalnya bersifat tentatif, kabur dan diragukan.

Logika yang dipergunakan dalam penarikan kesimpulan dalam penelitian kualitatif bersifat induktif (dari yang khusus kepada yang umum), Faisal mengatakan:Dalam penelitian kualitatif digunakan logika induktif abstraktif. Suatu logika yang bertitik tolak dari “khusus ke umum”; bukan dari “umum ke khusus” sebagaimana dalam logika deduktif verifikatif.

Karenanya, antara kegiatan pengumpulan data dan analisis data menjadi tak mungkin dipisahkan satu sama lain. Keduanya berlangsung secara simultan atau berlangsung serempak. Prosesnya berbentuk siklus, bukan linier (Sanapiah Faisal, 2003:8-9). Huberman dan Miles melukiskan siklusnya seperti terlihat pada gambar berikut ini:

Gambar 2: Siklus Pengumpulan Data dan Analisis Data.

I. Teknik Keabsahan Data

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi keabsahan data penelitian kualitatif, yaitu: nilai subyektivitas, metode pengumpulan dan sumber data penelitiam. Banyak hasil penelitian kualitatif diragukan kebenarannya karena beberapa hal, yaitu subjektivitas peneliti merupakan hal yang dominan dalam penelitian kualitatif, alat penelitian yang diandalkan adalah wawancara dan observasi mengandung banyak kelemahan ketika dilakukan secara terbuka dan apalagi tanpa kontrol, dan sumber data kualitatif yang kurang credible akan mempengaruhi hasil akurasi penelitian.

Oleh karena itu, dibutuhkan beberapa cara untuk meningkatkan keabsahan data penelitian kualitatif, yaitu: kredibilitas, transferabilitas dan konfirmitas.

1. Kredibilitas

Beberapa kriteria dalam menilai adalah lama penelitian, observasi yang detail, triangulasi, per debriefing, analisis kasus negatif,

Pengumpulan Data

Penyajian Data

Reduksi Data

Mengambil Kesimpulan

dan Verifikasi

membandingkan dengan hasil penelitian lain, dan member check. Cara memperoleh tingkat kepercayaan hasil penelitian, yaitu: memperpanjang masa pengamatan memungkinkan peningkatan derajat kepercayaan data yang dikumpulkan, bisa mempelajari kebudayaan dan dapat menguji informasi dari responden, dan untuk membangun kepercayaan para responden terhadap peneliti dan juga kepercayaan diri peneliti sendiri.

Pengamatan yang terus menerus, untuk menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang diteliti, serta memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci.

2. Transferabilitas

yaitu apakah hasil penelitian ini dapat diterapkan pada situasi yang lain.Dependabilityyaitu apakah hasil penelitian mengacu pada tingkat konsistensi peneliti dalam mengumpulkan data, membentuk, dan menggunakan konsep-konsep ketika membuat interpretasi untuk menarik kesimpulan.

3. Konfirmabilitas

yaitu apakah hasil penelitian dapat dibuktikan kebenarannya dimana hasil penelitian sesuai dengan data yang dikumpulkan dan dicantumkan dalam laporan lapangan. Hal ini dilakukan dengan membicarakan hasil penelitian dengan orang yang tidak ikut dan tidak berkepentingan dalam penelitian dengan tujuan agar hasil dapat lebih objek

BAB IV

DESKRIPTIF UMUM DAERAH PENELITIAN DAN DESKRIPTIF KHUSUS LATAR PENELITIAN

A. Deskripsi Umum Kota Makassar Sebagai Daerah Penelitian 1. Sejarah Kota Makassar

Nama Makassar sudah disebutkan dalam pupuh 14/3 kitab Nagarakretagama karya Mpu Prapanca pada abad ke-14, sebagai salah satu daerah taklukkan Majapahit. Walaupun demikian, Raja Gowa ke-9 Tumaparisi Kallonna (1510- 1546) diperkirakan adalah tokoh pertama yang benar-benar mengembangkan kota Makassar. Ia memindahkan pusat kerajaan dari pedalaman ke tepi pantai, mendirikan benteng di muara Sungai Jeneberang, serta mengangkat seorang syahbandar untuk mengatur perdagangan.

Pada abad ke-16, Makassar menjadi pusat perdagangan yang dominan di Indonesia Timur, sekaligus menjadi salah satu kota terbesar di Asia Tenggara.

Raja-raja Makassar menerapkan kebijakan perdagangan bebas yang ketat, di mana seluruh pengunjung ke Makassar berhak melakukan perniagaan disana dan menolak upaya VOC (Belanda) untuk memperoleh hak monopoli di kota tersebut.

Masjid di Makassar (1910-1934).

Selain itu, sikap yang toleran terhadap agama berarti bahwa meskipun Islam semakin menjadi agama yang utama di wilayah tersebut, pemeluk agama Kristen dan kepercayaan lainnya masih tetap dapat berdagang di Makassar. Hal ini menyebabkan Makassar menjadi pusat yang penting bagi orang-orang Melayu

yang bekerja dalam perdagangan di kepulauan Maluku dan juga menjadi markas yang penting bagi pedagang-pedagang dari Eropa dan Arab.Semua keistimewaan ini tidak terlepas dari kebijaksanaan Raja Gowa-Tallo yang memerintah saat itu (Sultan Alauddin, Raja Gowa dan Sultan Awalul Islam, Raja Tallo).

Kontrol penguasa Makassar semakin menurun seiring semakin kuatnya pengaruh Belanda di wilayah tersebut dan menguatnya politik monopoli perdagangan rempah-rempah yang diterapkan Belanda melalui VOC. Pada tahun 1669, Belanda, bersama dengan La Tenri Tatta Arung Palakka dan beberapa kerajaan sekutu Belanda Melakukan penyerangan terhadap kerajaan Islam Gowa- Tallo yang mereka anggap sebagai Batu Penghalang terbesar untuk menguasai rempah-rempah di Indonesia timur. Setelah berperang habis-habisan mempertahankan kerajaan melawan beberapa koalisi kerajaan yang dipimpin oleh belanda, akhirnya Gowa-Tallo (Makassar) terdesak dan dengan terpaksa menanda tangani perjanjian Bongaya.

2. Keadaan Geografis dan Iklim

Kota Makassar merupakan kota terbesar keempat di Indonesia dan terbesar di Kawasan Timur Indonesia memiliki luas areal 175,79 KM2 dengan penduduk 1.112.688, sehingga kota ini sudah menjadi kota Metropolitan. Sebagai pusat pelayanan di KTI, Kota Makassar berperan sebagai pusat pendidikan, pusat hiburan, pusat perdagangan dan jasa, pusat kegiatan industri, pusat kegiatan pemerintahan, simpul jasa angkutan nbarang dan penumpang baik darat, laut maupun udara dan pusat pelayanan kesehatan.

Secara administrasi kota ini terdiri dari 14 kecamatan dan 143 kelurahan dengan 885 RW dan 4446 RT.Penduduk Kota Makassar pada tahun 2000 adalah1.130.384 jiwa yang terdiri dari laki-laki 557.050 jiwa dan perempuan 573.334 jiwa dengan pertumbuhan rata-rata 1,65%. Masyarakat Kota Makassar terdiri dari beberapa etnis yang hidup berdampingan secara damai seperti Etnis Bugis, etnis Makassar, etnis Cina, etnisToraja, etnis Mandar dll. Kota dengan populasi 1.112.688 jiwa ini, mayoritas penduduknya beragama Islam.

Secara geografis Kota Metropolitan Makassar berada pada ketinggian bervariasi antara 0 - 25 meter dari permukaan laut, dengan suhu udara antara 20°

C sampai dengan 32° C. Kota Makassar diapit oleh dua buah sungai yaitu sungai tallo yang bermuara di sebelah utara utara dan sungai jeneberang bermuara pada sebelah selatan kota. Selain itu kota Makassar terletak di pesisir pantai barat Sulawesi selatan pada koordinat 119°18'27,97" 119°32'31,03" Bujur Timur dan 5°00'30,18" - 5°14'6,49" lintang selatan dengan lintas wilayah 175.77 Km2 dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

1. Batas Utara : Kabupaten Pangkajene Kepulauan 2. Batas Selatan : Kabupaten Gowa

3. Batas Timur : Kabupaten Maros 4. Batas Barat : Selat Makasar

Selain menjadi ibukota provinsi, Makassar juga menjadi kota pusat pendidikan dan rujukan di Sulawesi Selatan dan di Indonesia timur, sehingga membuat para siswa SMA/SMK/MA yang baru menyelesaikan studi belajarnya di daerahnya masing-masing akan menjadikan Makassar sebagai kota tujuan untuk

melanjutkan studinya ke jenjang yang lebih tinggi. Visi Kota Makassar tahun 2014‐2019 yaitu :”Mewujudkan Makassar Kota Dunia yang nyaman untuk semua”.

Iklim di sini adalah tropis. Terdapat curah hujan yang signifikan di sebagian besar bulan dalam setahun. Musim kemarau singka memiliki sedikit pengaruh pada iklim secara menyeluruh. Iklim di sini diklasifikasikan sebagai Am berdasarkan sistem Köppen-Geiger. Suhu rata-rata di Makassar adalah 26.2 °C.

Presipitasi di sini rata-rata 2875 mm.

Gambar 3: Suhu kota Makassar

3. Topografi, Geologi dan Hidrologi

Kota Makassar adalah kota yang letaknya berada dekat dengan pantai, membentang sepanjang koridor Barat dan Utara, lazim dikenal sebagai kota

dengan ciri “Waterfront City”, di dalamnya mengalir beberapa sungai yamg kesemuanya bermuara ke dalam kota (Sungai Tallo, Sungai Jeneberang, dan Sungai Pampang).

Sungai Jeneberang misalnya, yang mengalir melintasi wilayah Kabupaten Gowa dan bermuara ke bagian selatan Kota Makassar merupakan sungai dengan kapasitas sedang (debit air 1-2 m/detik). Sedangkan Sungai Tallo dan Sungai Pampang yang bermuara di bagian utara Makassar adalah sungai dengan kapasitas rendah berdebit kira-kira hanya mencapai 0-5 m/detik di musim kemarau.

Sebagai kota yang sebagian besar wilayahnya merupakan daerah dataran rendah, yang membentang dari tepi pantai sebelah barat dan melebar hingga ke arah Timur sejauh kurang lebih 20 km dan memanjang dari arah selatan ke utara merupakan koridor utama kota yang termasuk dalam jalur-jalur pengembangan, pertokoan, perkantoran, pendidikan, dan pusat kegiatan industri di Makassar. Dari dua sungai besar yang mengalir di dalam kota secara umum kondisinya belum banyak dimanfaatkan, seperti menjadikannya sebagai jalur alternatif baru bagi transportasi kota.

Berdasarkan keadaan cuaca serta curah hujan, Kota Makassar termasuk daerah yang beriklim sedang hingga tropis. Dua tahun terakhir suhu udara rata- rata Kota Makassar berkisar antara 26,7 oC sampai dengan 29,5 oC. Pada tahun 2015 curah hujan terbesar terjadi pada bulan Januari, Desember, Februari, dan Maret, dengan rata-rata curah hujan 220,6 mm dan jumlah hari hujan rata-rata berkisar 11 hari.

Jenis-jenis tanah yang ada di wilayah Kota Makassar terdiri dari Tanah Inceptisol dan Tanah Ultisol. Jenis tanah incepsitol terdapat hampir di seluruh wilayah Kota Makassar, merupakan tanah yang tergolong sebagai tanah muda dengan tingkat perkembangan lemah yang dicirikan oleh horizon penciri kambik.

Tanah ini terbentuk dari berbagai macam bahan induk, yaitu aluvium (fluviatil dan marin), batu pasir, batu liat, dan batu gamping.

Penyebaran tanah ini terutama di daerah dataran struktural berelief datar, landform structural/tektonik, dan dataran/perbukitan volkan. Kadang- kadang berada pada kondisi tergenang untuk selang waktu yang cukup lama pada kedalaman 40 - 50 cm. Tanah Inceptisol memiliki horizon cambic pada horizon B yang dicirikan dengan adanya kandungan liat yang belum terbentuk dengan baik akibat proses basah kering dan proses penghanyutan pada lapisan tanah.

Sedangkan Tanah Ultisol merupakan tanah berwarna kemerahan yang banyak mengandung lapisan tanah liat dan bersifat asam. Warna tersebut terjadi akibat kandungan logam, terutama besi dan aluminium yang teroksidasi (weathered soil). Umum terdapat di wilayah tropis pada hutan hujan, secara alamiah cocok untuk kultivasi atau penanaman hutan. Selain itu juga merupakan material yang stabil digunakan dalam konstruksi bangunan.

Tanah ultisol berkembang dari batuan sedimen masam (batu pasir dan batu liat) dan sedikit dari batuan volkan tua. Penyebaran utama terdapat pada landform tektonik/struktural dengan relief datar hingga berbukit dan bergunung. Tanah yang mempunyai horizon argilik atau kandik dan memiliki kejenuhan basa

sebesar kurang dari 35 persen pada kedalaman 125 cm atau lebih di bawah batas atas horizon argilik atau kandik.

Tanah ini telah mengalami pelapukan lanjut dan terjadi translokasi liat pada bahan induk yang umumnya terdiri dari bahan kaya aluminiumsilika dengan iklim basah, sifat-sifat utamanya mencerminkan kondisi telah mengalami pencucian intensif, diantaranya: miskin unsur hara N, P, dan K, sangat masam sampai masam, miskin bahan-bahan organik, lapisan bawah kaya aluminium (AI), dan peka terhadap erosi. Parameter yang menentukan persebaran jenis tanah di wilayah Kota Makassar adalah jenis tanah batuan, iklim, dan geomorfologi lokal, sehingga perkembangannya ditentukan oleh tingkat pelapukan batuan pada kawasan tersebut. Kualitas tanah mempunyai pengaruh yang besar terhadap intensitas penggunaan lahannya. Tanah-tanah yang sudah berkembang horisonnya akan semakin intensif dipergunakan, terutama untuk kegiatan budidaya.

Sedangkan kawasan-kawasan yang mempunyai perkembangan lapisan tanahnya masih tipis biasa dimanfaatkan untuk kegiatan budi daya. Penentuan kualitas tanah dan penyebarannya ini akan sangat berarti dalam pengembangan wilayah di Makassar, karena wilayah Makassar terdiri dari laut, dataran rendah, dan dataran tinggi, sehingga perlu dibuatkan prioritas-prioritas penggunaan lahan yang sesuai dengan tingkat perkembangan dan intensitas pemanfaatannya

4. Kondisi Demografi

Penduduk merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam kaitannya dengan pelaksanaan pembangunan. Bahkan dapat dikatakan bahwa penduduk ini

menempati posisi yang paling utama karena pembangunan itu sendiri merupakan upaya manusia dan untuk kepentingan manusia yang bersangkutan.

Sudah menjadi asumsi umum bahwa setiap wilayah administrative sudah pasti memiliki penduduk yang berdiam dan bermukim untuk hidup dalam wilayah tersebut. Tahun 2015 jumlah penduduk Kota Makassar berada diangka 1.653.386. Angka tersebut mengalami penambahan sebesar 5.117 ditahun 2016 menjadi 1.658.503 jiwa. Sedang tahun 2017 angka ini kembali mengalami meningkatan yang cukup signifikan sebesar 111.417. Sehingga, jumlah penduduk di Kota Daeng hingga Maret 2017 mencapai 1.769.920, pada Maret 2018 ini mengalami inflasi 0,02 persen, atau terjadi perubahan indeks harga dari 133,25 persen pada Bulan Februari 2018 naik menjadi 133,28 persen pada Bulan Maret 2018. Laju inflasi tahun kalender (Maret 2018) sebesar 0,89 persen dan laju inflasi tahun ke tahun (Maret 2018 terhadap Maret 2017) sebesar 3,57 persen.

B. Deskripsi Khusus Jalan Monumen Emmy Saelan sebagai Latar Penelitian 1. Sejarah Singkat Jalan Monumen Emmy Saelan

Emmy Saelan (lahir di Malangke, Luwu, Sulawesi Selatan, 15 Oktober 1924 – meninggal di Makassar, 23 Januari 1947 pada umur 22 tahun) adalah salah seorang pejuang wanita dan Pahlawan Nasional Indonesia. Berita lain menyebutka n bahwa Emmy Zaelan dilahirkan di Makassar. Emmy Zaelan merupakan bagian dari keluarga kerajaan Luwu, ia hijrah ke kota Makassar bersama keluarganya pada usia 5 tahun. Ayahnya, Amin Saelan, adalah tokoh pergerakan taman siswa di Makassar dan sekaligus penaseh atorganisasi pemuda. Salah seorang

adiknya yang laki-laki, Maulwi Saelan, adalah tokoh pejuang dan pernah menjadi pengawal setiaBung Karno.

Emmy Saelan, demikian ia dikenal, seorang pejuang perempuan dari Sulawesi yang gugur di medan perjuangan di kasi-kasi dekat kota Makasar pada tahun 1947. Sejak muda, Emmy Saelan tak sudi bekerja sama dengan Belanda. Ia pun turut berkiprah dalam pemogokan “Stella Marris” sebagai protes terhadap penangkapan Dr. Sam Ratulangi. Emmy sendiri dilahirkan di Makasar, pada 15 Oktober 1924 sebagai putri sulung dari 7 bersaudara. Ayahnya, Amin Saelan adalah tokoh pergerakan Taman Siswa di Makasar dan penasihat organisasi pemuda.

Suatu kali, pernah ia berkesempatan menggunakan posisinya sebagai perawat untuk melepaskan para pejuang yang ditawan Belanda. Sebuah tindakan yang berbahaya namun ketakutan pun diterobosnya agar para pejuang tersebut bebas. Pada bulan Juli 1946, ia menggabungkan diri dengan pasukan Laskar Pemberontak Rakyat Indonesia Sulawesiatau LAPRIS di bawah pimpinan Ranggo ng Daeng Romo yang meneruskan perjuangan gerilya di hutan-hutan. Mana kala satuan-satuan Belanda menyerang kasi-kasi, Emmy Saelan turut melemparkan granat ke arah Belanda yang hendak menangkapnya. Alhasil delapan Belanda tewas dan 1 pejuang tewas. 1 pejuang itu adalah Emmy Saelan sendiri.

Emmy adalah salah satu pejuang muda lulusan sekolah SMP Nasional di Kota Makasar. Didirikan tahun 1945 oleh tokoh-tokoh pejuang di Makassar yang

tidak bersepakat dengan rencana dibukanya sekolah NICA. Guru-guru yang mengajar di kala itu adalah para tokoh republik. Sekolah ini hingga sekarang masih berdiri di Jl. Dr. Sam Ratulangi Makasar. Sekolah ini sendiri telah banyak melahirkan tokoh pejuang republik yang terletak di sekitar belakang stadion Mattoanging.

Perjuangan Emmy Saelan pun dikenang sebagai salah satu pahlawan nasional. Jasanya diabadikan dalam bentuk monumen dan nama jalan. Setelah tembang manis satu ini, kita akan melangkah menyusuri berbagai peninggalan jejak perjuangan Emmy Saelan. Masih bersama saya Memey, kita dengarkan dulu yuk tembang satu ini. (Lagu dan iklan)

2. Tingkat Pendidikan

Pendidikan adalah gerbang menuju kehidupan yang lebih baik dengan memperjuangkan hal-hal terkecil hingga hal-hal terbesar yang normalnya akan dilewati oleh setiap manusia. Pendidikan adalah bekal untuk mengejar semua yang ditargetkan oleh seseorang dalam kehidupannya sehingga tanpa pendidikan, maka logikanya semua yang diimpikannya akan menjadi sangat sulit untuk dapat diwujudkan.

Faktanya, memang tidak semua orang yang berpendidikan sukses dalam perjalanan hidupnya, tetapi jika dilakukan perbandingan maka orang yang berpendidikan tetap jauh lebih banyak yang bisa mengecap kesuksesan daripada orang yang tidak pernah mengecap pendidikan, baik pendidikan formal maupun non formal. Pendidikan adalah alat untuk mengembangkan diri, mental, pola pikir dan juga kualitas diri seseorang.

Jika orang yang sudah dibekali ilmu saja terbukti masih ada atau bahkan banyak yang mengalami kegagalan, lalu bagaimana dengan mereka yang tidak dibekali ilmu sama sekali? Logikanya sudah pasti mereka akan lebih kesulitan dalam mengembangkan hal-hal yang diminatinya dengan tujuan untuk mendapatkan level kehidupan yang lebih baik. Proses hidup membutuhkan teori, dan dengan pendidikan lah teori tersebut bisa didapatkan. Pendidikan adalah prioritas untuk menjuju kearah yang lebih baik, dan masa depan yang lebih layak.

Berikut ini tabel tingkat pendidikan di kelurahan Tidung jalan Monumen Emmy Saelan :

No Tingkat Pendidikan L P

1 Usia 7 – 18 Tahun yg Tidak Pernah Sekolah 180 200

2

Usia 18 – 56 Tahun Keatas yg Tidak Pernah Sekolah

150 173

3 Usia 18 – 56 Tahun yg Tidak tamat SD 60 78

4 Tamat SD / Sederajat 100 120

5 SMP SLTP / Sederajat 110 130

6 Tamat SLTA / Sederajat 105 121

7 Tamat D-1 / Sederajat 77 60

8 Tamat D-2 / Sederajat 65 53

9 Tamat D-3 / Sederajat 170 213

10 Tamat S-1 508 349

11 Tamat S2 177 196

Jumlah 1537 1693

Sumber : Dukcapil kota Makassar 3. Mata Pencaharian

Kondisi lingkungan dan keadaan alam yang dihuni manusia berbeda-beda.

Manusia menempati daerahnya masing-masing, antara lain di daerah pegunungan, pedesaan, perkotaan, di sekitar hutan, di daerah pantai, di daerah padang pasir, di daerah kutub, dan lain-lain. Setiap manusia berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kegiatan manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya disebut kegiatan ekonomi. Kegiatan ekonomi ada tiga, yaitu produksi, konsumsi, dan distribusi. Kegiatan ekonomi manusia dipengaruhi oleh kondisi alam tempat tinggalnya.Kegiatan ekonomi manusia berlainan antara daerah yang satu dengan daerah yang lain. Hal tersebut dipengaruhi oleh perbedaaan kondisi fisik permukaan bumi yang dihuni oleh setiap manusia. Di kelurahan Tidung jalan Monumen Emmy Saelan mata pencaharian masyarakat adalah pedagang, guru, dosen, sopir, pekerja kantor, buruh, pemulung dan lain sebagainya.

4. Kondisi Sosial Ekonomi

Sosial ekonomi adalah kedudukan atau posisi seseorang dalam kelompok masyarakat yang ditentukan oleh jenis aktivitas ekonomi, pendidikan serta

pendapatan. Dalam pembahasannya sosial dan ekonomi sering menjadi objek pembahasan yang berbeda. Dalam konsep sosiologi manusia sering disebut dengan makhluk sosial yang artinya manusia tidak dapat hidup wajar tanpa adanya bantuan dari orang lain, sehingga arti sosial sering diartikan sebagai hal yang berkanaan dengan masyarakat. Ekonomi barasal dari bahasa Yunani yaitu oikos yang berarti keluarga atau rumah tangga dan nomos yang berarti peraturan kondisi sosial ekonomi di kelurahan Tidung jalan Monumen Emmy Saelan menunjukkan bahwa bervariasi dengan mendasarkan pada beberapa faktor baik itu pendidikan, jenis pekerjaan, tingkat pendapatan, jabatan, kepemilikan kekayaan dan lain sebagainya. Seperti pada penjelasan sebelumnya bahwa terdapat profesi, guru, dosen, pedagang, pemulung dan lain sebagainya.

5. Kehidupan Keberagamaan

Keberagamaan dari kata dasar agama yang berarti segenap kepercayaan kepada Tuhan. Beragama berarti memeluk atau menjalankan agama. Sedangkan keberagamaan adalah adanya kesadaran diri individu dalam menjalankan suatu ajaran dari suatu agama yang dianut. Keberagamaan juga berasal dari bahasa Inggris yaitu religiosity dari akar kata religy yang berarti agama. Religiosity merupakan bentuk kata dari kata religious yang berarti beragama, beriman.

Jalaluddin Rahmat mendefinisikan keberagamaan sebagai perilaku yang bersumber langsung atau tidak langsung kepada Nash. Keberagamaan juga diartikan sebagai kondisi pemeluk agama dalam mencapai dan mengamalkan ajaran agamanya dalam kehidupan atau segenap kerukunan, kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan ajaran dan kewajiban melakukan sesuatu ibadah

Dokumen terkait