BAB III METODE PENELITIAN
E. Teknik Pengumpulan Data
Guna memperoleh data yang relevan dengan tujuan penelitian, maka digunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:
1. Pengamatan (observasi)
Pada metode pengamatan ini, peneliti melakukan pengamatan langsung ke lapangan mengenai koordinasi kepolisian dengan pengelolan sekolah dalam penanggulangan kedisiplinan berlalulintas di SMP Negeri 2 Barombong.
2. Wawancara (interview)
Peneliti melakukan wawancara langsung secara mendalam kepada informan-informan yang menjadi obyek dari penelitian ini yaitu pihak kepolisian dalam hal ini Polsek Barombong dan pihak Sekolah dalam hal ini SMP Negeri 2 Barombong.
3. Dokumen
Dokumen yang diperlukan dalam penelitian ini meliputi data-data dari Kapolsek Barombong, dan SMP Negeri 2 Barombong.
F. Teknis Analisi Data
Dalam peneltian ini, setelah mendapatkan data dibutuhkan, selanjutnya diolah menggunakan teknik analisa data kulaitatif dengan jalan mengabstraksikan secara cermat setiap informasi yang diperoleh. Analisa ini diharapkan mampu memberikan pemahaman yang utuh dan mendalam terhadap interaksi atau konsep-konsep yang akan diteliti.
Kemudian dalam melakukan analisa, terdapat tiga alur kegiatan yang dilakukan secara bersamaan dan menjadi suatu siklus serta interaksi antara alur yang satu dengan alur yang lainnya yaitu
1. Reduksi data, yaitu proses pemilihan, perumusan, atau perhatian pada penyederhanaan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan tertulis di lapangan dimana proses ini berlangsung secara terus menerus selama penelitian berlangsung.
2. Penyajian data, merupakan sekumpulan informasi yang telah tersusun secara terpadu dan mudah dipahami dan memberikan kemungkinan dilakukannya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan, penyajian data ini menuntut seorang peneliti untuk mampu mentransformasikan data kasar menjadi bentuk tulisan.
3. Verifikasi penarikan kesimpulan merupakan sebagian dari seluruh konfigurasi kegiatan penelitian yang utuh dan dapat dilakukan selama penelitian berlangsung, verifikasi ini mungkin sesingkatnya saja.
Kemudian pemikiran yang kembali melintas dalam pikiran peneliti selama ini adalah menulis dan meninjau ulang catatan-catatan lapangan, dimana memakan waktu dan tenaga yang lebih besar. Analisis data dilakukan berdasrkan pada pendekatan kualitatif yang menitikberatkan pada penelitian yang bersifat deskriptif terhadap data-data yang berasal dari hasil wawancara dan observasi (pengamatan). Dari keabsahan data yang telah didapatkan tersebut maka dilakukan pemeriksanaan dan diverifikasi sesuai dengan keperluan penelitian. Untuk memeriksa keabsahan data dilakukan triangulasi yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data
untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.
Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif.
E. Keabsahan Data
Kredibilitas data sangat mendukung hasil penelitian, oleh karena itu diperlukan teknik untuk memeriksa keabsahan data. Keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan teknik triangulasi. Triangulasi bermakna silang yakni mengadakan pengecekan akan kebenaran data yang akan dikumpulkan dari sumber data dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang lain serta pengecekan pada waktu yang berbeda yaitu:
1. Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah dipeoleh melalui beberapa sumber. Dengan mengacu William Wiersma, (1986) dalam sugiono, (2012:273) maka pelaksanaan teknis dari langkah pengujian yaitu:
2. Triangulasi Teknik
Triangulasi teknik untuk menguji kredibiltas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.
3. Triangulasi Waktu
Untuk itu dalam rangka pengujian kredibilitas data dapat dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda. Bila hasil uji menghasilkan data
yang berbeda, dilakukan secara berulang-ulang sehingga sampai ditemukan kepastian ditanya.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Karakteristik Objek Penelitian 1. Kondisi Geografis
Kecamatan Barombong adalah daerah wisata laut dan kini menjadi lokasi pengembang properti yang besar, ini terlihat dari banyaknya perumahan dan ruko yang telah dan sedang dibangun disepanjang jalan poros Barombong menuju daerah Tanjung Bunga. Secara administratif terletak di Kabupaten Gowa, Posisi geografis kantor Kecamatan terletak di S 05 o12’33,3” dan E 119 o23’15,1”, dengan batas-batas wilayah:
Sebelah Utara : Kelurahan Tanjung Merdeka Kec. Tamalate Sebelah Selatan : Desa Aeng Kec. Galesong Utara
Sebelah Barat : Selat Makasar
Sebelah Timur : Kelurahan Tangngalla Kec. Barombong
Orbitasi jarak dari Kelurahan Barombong ke ibu kota kecamatan sejauh 1 km, dengan lama jarak tempuh ke ibu kota kecamatan dengan kendaraan bermotor selama 10 menit, dan lama jarak tempuh ke Ibu Kota Makasar selama 15 menit dengan kendaraan bermotor atau selama 2 jam dengan kendaraan non bermotor atau berjalan kaki. Alat transportasi umum berupa kendaraan roda empat ke daerah sekitar sebanyak 10 unit.
Jumlah penduduk sebanyak 11.573 jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak 5.714 jiwa dan perempuan sebanyak 5.859 jiwa. Kepadatan penduduk di Kelurahan Barombong adalah 16.589 jiwa/ha
Peta Kecamatan Barombong
2. Perekonomian Penduduk
Luas wisata pantai seluas 20 ha. Luas areal produksi budidaya air tawar di Kelurahan Barombong berupa tambak seluas 15 ha dengan produksi 5 ton/tahun, dengan jenis Ikan Mujair. Produksi budidaya laut berupa rumput laut sebanyak 150 ton/tahun. Produksi perikanan tangkap menggunakan pancing sebanyak 250 ton/tahun, menggunakan pukat sebanyak 25 ton/tahun dan menggunakan jala sebanyak 10 ton/tahun. Jenis ikan yang tertangkap yaitu Tongkol/Cakalang 1 ton/tahun, Kakap 1 ton/tahun, Tenggiri 5 ton/tahun, Pari 0,5 ton/tahun, Cumi-cumi 10 ton/tahun, Ekor Kuning 1 ton/tahun, Kerapu 10 ton/tahun, Tembang 15 ton/tahun, Bandeng 30 ton/tahun, Kerang 5 ton/tahun, Kepiting 35ton/tahun.
B. Koordinasi Kepolisian Dengan Pengelola Sekolah Dalam Penanggulangan Kedisiplinan Berlalulintas.
1. Data Tingkat Pelanggaran Lalu Lintas Di Kecamatan Barombong
Pihak kepolisian merupakan instansi pertama tempat melaporkan terjadinya suatu tindak pidana dalam masyarakat. Untuk mengetahui tingkat suatu kejahatan mengalami peningkatan atau penurunan dapat dilihat dari angka-angka statistik yang dibuat oleh pihak kepolisian.
Berikut ini Penulis akan mengemukakan data jumlah pelanggaran kedisiplinan dalam berlalu lintas yang menimbulkan kecelakaan yang menimbulkan korban dari tahun 2012-2015 yang tercatat di Polsek Barombong .
Tabel I
Data Jumlah Kecelakaan Lalu Lintas di Sektor Polsek Barombong Tahun 2012-2015
Tahun Jumlah Kasus
Korban Meninggal
Dunia
Luka Berat
Luka Ringan
Kerugian Materi
2012 3 - - 5 Rp. 3.800.000
2013 5 - 2 7 Rp. 5.500.000
2014 7 - 1 7 Rp. 6.200.000
2015 8 - 3 9 Rp. 8.000.000
Jumlah 23 0 6 25 Rp. 23.500.000
Sumber : Unit Laka Lantas Polsek Barombong (22 juni2015)
Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah kecelakaan lalu lintas yang terjadi di sektor Polsek Barombong dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2015 sebanyak 23 kasus yang mengakibatkan 9 korban luka berat dan 25 korban luka ringan serta mengakibatkan kerugian materil sebanyak Rp 23.500.000.
Pada tabel di atas terlihat pula bahwa kasus kecelakaan lalu lintas yang terjadi di Polsek Barombong setiap tahun mengalami peningkatan yakni pada tahun 2012 terdapat 3 kasus, tahun 2013 terdapat 5 kasus, tahun 2014 terdapat 7 kasus dan pada tahun 2015 terdapat 8 kasus kecelakaan lalu lintas. Selanjutnya terlihat pula pada tabel bahwa jumlah korban kecelakaan lalu lintas yang meninggal dunia tiap tahun mengalami peningkatan, yakni pada tahun 2012 terdapat 5 korban, tahun 2013 terdapat 9 korban, tahun 2014 terdapat 8 korban dan pada tahun 2015 terdapat 12 korban.
Selanjutnya Penulis mengemukakan data usia pelaku kecelakaan lalu lintas berakibat kematian yang terjadi di Kecamatan Barombong .
Tabel II
Data Usia Pelaku Pelanggaran Lalu Lintas yang Terjadi di Sektor Polsek Barombong Tahun 2012-2015
Usia 2012 2013 2014 2015 Jumlah %
12 1 3 2 2 8 23.52
13 1 2 3 3 9 26.48
14 2 3 1 4 10 29.41
15 1 1 2 3 7 20.59
Jumlah 5 9 8 12 34 100
Sumber : Unit Laka Lantas Polsek Barombong (22 juni2015)
Tabel di atas menunjukkan usia pelaku pelanggaran lalu lintas yang menimbulkan kecelakaan berakibat fatal. Pelaku pelanggaran lalu lintas yang menimbulkan kecelakaan berakibat buruk paling banyak dilakukan pada umur 14 tahun yakni 10 orang pelaku. hal ini disebabkan pengemudi belum siap mental, terutama pada pengendara sepeda motor. Pengendara tersebut saling mendahului tanpa memperdulikan keselamatan dirinya sendiri dan orang lain. Beberapa kecelakaan lalu lintas yang terjadi sebenarnya dapat dihindari bila pengguna jalan bisa berperilaku disiplin, sopan dan saling menghormati.
Selanjutnya Penulis mengemukakan data jenis kelamin pelaku pelanggaran lalu lintas yang menimbulkan kecelakaan berakibat kematian yang terjadi di kecamatan Barombong.
Tabel III
Data Jenis Kelamin Pelaku Pelanggaran Lalu Lintas di Sektor Polsek BarombongTahun 2012-2015
Jenis Kelamin
2012 2013 2014 2015 Jumlah %
Laki-Laki 8 9 10 5 32 94.11
perempuan - - - 2 2 5.99
Jumlah 8 9 10 7 34 100
Sumber : Unit Laka Lantas Polsek Barombong (22 juni2015)
Dari tabel diatas menunjukkan jenis kelamin pelaku pelanggaran lalu lintas yang menimbulkan kecelakaan berakibat kematian di sektor Polsek Barombong dari tahun 2012-2015 berdasarkan table diatas 94.11% dilakukan oleh laki-laki yaitu sebanyak 34 kasus.
2. Pentingnya Penyuluhan untuk Mencegah Pelanggaran Lalu Lintas di Kecamatan Barombong
Berdasarkan table diatas berikut penulis sajikan betapa pentingnya aspek penyuluhan untuk mencegah beberapa penyebab kecelakaan yang sering diabaikan pengemudi sehingga berakibat fatal yaitu:
a. Berkendara Dalam Keadaan Mengantuk
Mengantuk merupakan penyebab dominan yang mengakibatkan kecelakaan lalu lintas, penyebab mengantuk adalah faktor kelelahan pengemudi saat menempuh jarak yang jauh. Sehingga saat mengemudi jarak jauh sebaiknya menggunakan sebagian waktunya untuk istirahat.
b. Menggunakan Telepon Selular Saat Mengemudi
Mengobrol melalui Handphone sambil mengemudi mobil apalagi sepeda motor bukanlah hal yang baik. Penyebabnya bukan karena mengemudi dengan satu tangan, tapi pecahnya konsentrasi pengemudi.
c. Mengendarai Dengan Kecepatan Tinggi
Faktor penyebab kecelakaan terbesar diakibatkan kendaraan berjalan dengan kecepatan yang tinggi di mana jalan dan lingkungan sekitarnya seharusnya tidak memperkenankannya. Kecepatan kendaraan harus disesuaikan dengan keadaan jalan dan kondisi lingkungan pengguna jalan lain. Sebaiknya saat mengemudi memperhatikan rambu lalu lintas yang mengatur kecepatan yang disarankan.
d. Melanggar Marka Jalan
Melanggar marka jalan sering dilakukan oleh pengemudi kendaraan, hal ini biasa dilakukan ketika ingin menyalip padahal kondisi jalan padat.
Pelanggaran ini biasanya pada jalur dua arah, tanpa disadari hal ini membahayakan diri sendiri dan pengemudi lain dari lawan arah yang akan berakibat fatal.
e. Tidak Memperhatikan Kelaikan Kendaraan
Kelaikan kendaraan merupakan hal yang penting dalam berkendara, karena kelaikan kendaraan sering menjadi masalah dalam berkendara misalnya konisi rem, ban dan kontrol setir. Sebelum berkendara usahan memeriksa kelaikan kendaraan agar perjalanan aman dan nyaman.
Selanjutnya penulis juga melakukan wawancara kepada seluruh informan (narasumber) dengan memberikan pertanyaan yang berbeda dengan topic yang
sama yaitu pertanyaan mengenai kedisiplinan berlalu lintas di kecamatan Barombong demi terwujudnya keamanan dan kenyamanan masyarakat dalam menggunakan jalan raya.
Berikut hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis dengan Kapolsek Barombong mengenai koordinasi yang dilakukan dengan SMP Negeri 2
“…Beberapa koordinasi yang dilakukan adalah dengan mengadakan pertemuan dengan para orang tua siswa melalui pihak sekolah sebagai fasilitator, melaksanakan sosialisasi tentang peraturan lalu lintas yang baik dan memberikan penyuluhan tentang resiko yang akan para peserta didik dapatkan jika mendapat kecelakaan tanpa dilengkapi dengan Surat izin Mengemudi (SIM) yang hanya bisa didapatkan oleh seseorang yang berusia 17 tahun keatas.(wawancara HA. 15 Juni 2015)
Kemudian ditambahkan Satlantas Polsek Barombong
“..Kami selaku polisi lalu lintas sering melakukan patroli rutin, terutama pada saat jam-jam sibuk dijalan raya, seperti jam pulang sekolah dan jam pulang kantor. Hal ini kami lakukan untuk meminimalisir kecelakaan lalu lintas. (wawancara SY. 16 Juni 2015)
Menurut Kepala sekolah SMP Negeri 2 Barombong mengatakan:
“..Pihak sekolah dan kepolisian telah bekerja sama dalam menanggulangi atau mengurangi angka kecelakaan berlalu lintas yang disebabkan oleh ketidak disiplinan pelajar, seperti melakukan penyuluhan awal bagi siswa baru baik yang menggunakan sepeda motor atau tidak. Hal dimaksudkan untuk memberikan kesadaran kepada siswa sejak dini tentang prosedur berlalu lintas yang benar. Pihak sekolah juga sering berkoordinasi dengan pihak kepolisian dalam rangka mengantisipasi tindakan buruk pelajar yang biasa merubah tampilan kendaraan bermotor meraka diluar aturan yang seharusnya mereka taati. Biasanya kelakukan nakal pelajar yang sering mengganti kenalpot dengan suara yang bising, tidak memasang kaca spion, dan tidak memperhatikan kelayakan lampu motor mereka, masih menyala atu tidak, ini semua bisa menimbulkan kecalakaan di jalan raya dan harus segerah di atasi, maka dari itu koordinasi pihak sekolah dan kepolisian sangat diperlukan dan koordinasi ini akan terus kami lanjutkan. (wawancara HA 16 Juni 2015)
Jadi dapat ditarik kesimpulan dari hasil wawancara dari beberapa narasumber bawha pihak kepolisan sekrtor barombong telah melakukan berbagai
upaya koordinas untuk menanggulangi dampak pelanngaran kedisiplinan berlalu lintas para pelajar di SMP Negeri 2 Barombong yang berakibat fatal bagi keselamatan pengguna kendaraan dan pengguna jalan lain. Berbagai cara juga telah dimaksimalkan untuk mencegah tindak ketidakdisiplinan berlalu lintas.
3. Pendidikan Masyarakat tentang Lalu-lintas ( Police Traffic Education ) Pendidikan dan Pembinaan kepada masyarakat dalam rangka menumbuhkan dan meningkatkan kesadaran hukum berlalu lintas guna menciptakan keamanan, ketertiban dan kelancaran lalu-lintas. Kegiatan-kegiatan ini diarahkan terhadap masyarakat yang terorganisir, yaitu siswa sekolah melalui kegiatan PKS ( Patroli Keamanan Sekolah ) dan Pramuka Saka Bhayangkara, pembinaan Banpol(Bantuan Polisi), juga kepada masyarakat yang tidak terorganisir seperti masyarakat pemakai jalan(pengemudi kendaraan dan pejalan kaki). Semua kegiatan Dikmas tersebut bertujuan untuk menciptakan Traffic Mindness kepada masyarakat tersebut.
Dalam upaya menekan terjadinya kecelakaan lalu-lintas, bukanlah hal yang mudah bagi POLRI dan bagi Satuan Lalu Lintas pada khususnya. Kendala yang dialami oleh Satlantas pada umumnya dalam menekan angka kecelakaan lalu-lintas adalah pada unsur masyarakat sebagai objek sekaligus subjek utama dari pengguna jalan. Demikian juga yang terjadi di Kecamatan Barombong, yang masyarakatnya cenderung bertemperamen keras (masyarakat pesisir), serta karena banyak pendatang (pegawai BUMN: Pertamina, PLTU, dan proyek Semen Holcim). Masyarakat cenderung berupaya untuk yang penting mereka cepat sampai tujuan. Dengan kultur budaya masyarakat kita sekarang ini, dapat dikatakan sebaik apapun seorang petugas Polisi Lalu-lintas dalam melakukan pengaturan dan penjagaan lalu lintas di jalan raya, atau selengkap dan se-modern apapun rambu-rambu yang di pasang dan sarana prasarana yang di miliki, bahkan
sehebat apapun peraturan berlalu-lintas yang dibuat, apabila tidak ada kesadaran hukum dari masyarakat itu sendiri sebagai pengguna jalan dan subjek dalam berlalu lintas, maka semuanya hanya akan menjadi sesuatu yang sia-sia atau tidak ada gunanya. Namun sebaliknya, seperti yang dapat kita lihat di masyarakat yang sudah memiliki kesadaran hukum yang tinggi, meskipun tanpa kehadiran Polisi Lalu-lintas, ataupun dengan minimnya rambu-rambu dan aturan perundang- undangan yang mengatur tentang lalu lintas, apabila dari diri masyarakat sendiri sebagai pelaku lalu-lintas telah memiliki kesadaran yang tinggi dalam mematuhi aturan yang ada, maka keamanan dan ketertiban serta kelancaran lalu-lintas sudah tentu akan dapat terwujuddengan sendirinya
Berikut ini hasil wawancara dengan Kasi Humas Polsek barombong terkait Pendidikan Masyarakat tentang Lalu-lintas
“...mengingat pengetahuan para pelajarmasih sangat minim maka Polsek Barombong berinisiatif untuk mengadakan Pendidikan Masyarakat tentang Lalu- lintas kepada pelajar, dengan harapan mereka bisa lebih paham tetentang peraturan berlalu lintas, sudah terlalu banyak pelanggaran yang dilakukan oleh pelajar akibat ketidak tahuan mengenai aturan-aturan yang harus dipatuhi sebelum menggunakan kendaraan roda dua. (Hasil wawancara SY Tanggal 17 Juni 2015)
Sesuai hasil wawancara diatas penulis menganalisis dan menyimpulkan bahwa dengan adanya Pendidikan Masyarakat tentang Lalu-lintas, maka pihak kepolisian berharap tingkat kesadaran pelajar bisa meningkat sehingga mereka lebih bijaksana dalam menggunakan kendaraan roda dua. Dan Pendidikan Masyarakat tentang Lalu-lintas ini diharapkan mampu mengurangi jumlah kecelakaan lalu lintas dikalangan pelajar.
Berikut ini hasil wawancara dengan guru bagian kesiswaan (BK) terkait Pendidikan Masyarakat tentang Lalu-lintas
“.. mengingat jumlah siswa yang menggunakan kendaraan bermotor kesekolah sangat banyak, mungkin sekitar 40% menggunakan kendaraan bemotor. Tidak mudah bagi seorang guru BK dalam mengidentifikasi siapa saja yang sering melakukan pelanggaran lalu lintas apalagi dijam belajar. Lanjut guru BK mengatakan tentunya jika terjadi kecalakaan yang melibatkan peserta didik dari sekolah ini maka, kami dari pihak sekolah akan merasa tercoreng, karna tentunya masyarakat luar terutama orang tua siswa akan beranggapan kurangya pengawan sari sekolah jika irtu terjadi dijam sekolah, oleh sebab itu dibutuhkan Pendidikan Masyarakat tentang Lalu-lintas (wawancara RM 17 Juni 2015)
Sesuai hasil wawancara diatas penulis menganalisis dan menyimpulkan bahwa peran guru BK cukup memegang peranan yang penting di sekolah dalam menanggulangi pelangaran-pelanggaran yang dilakukan pelajar. Terkait dengan pelanggaran lalu lintas Guru BK mendukung sepenuhnya dengan adanya dibutuhkan Pendidikan Masyarakat tentang Lalu-lintas agar tugas dari guru BK bisa terbantu.
Berikut ini hasil wawancara dengan tokoh masyarakat di Lingkungan Kecamatan Barombong terkait Pendidikan Masyarakat tentang Lalu-lintas.
“…program Pendidikan Masyarakat tentang Lalu-lintas tentunya akan disambut baik bagi masyarakat awam, karna yang diketahui hanya sekedar menggunakan helm dan melengkapi surat-surat kenderaan bermotor, setidaknya program ini bisa membuat masyarakat lebih paham dan sadar hukum. (Hasil wawancara SP Tanggal 19 Juni 2015)
Jadi dapat ditarik kesimpulan dari wawancara diatas bahwa masyarakat menyambut baik adanya program Pendidikan Masyarakat tentang Lalu-lintas, hal ini dapat membantu masyarakat lebih tahu dan lebih paham tentang aturan berlalu lintas dalam masyarakat. Diharapkan pula dapat mengurangi angka kecelakaan dijalan raya yang semakin hari semakin bertambah.
4. Sosialisasi Keselamatan Berkendara
Usaha dalam rangka mewujudkan keselamatan jalan raya merupakan tanggung jawab bersama antara masyarakat dan pemerintah. Pemerintah bertanggung jawab terhadap penanganan jalan raya baik, pengadaan dan pemeliharaan infrastruktur, sarana dan prasarana jalan, maupun pengaturan dan penegakan hukumnya (sesuai Undang-undang No 22 tahun 2009). Hal ini bertujuan agar situasi Kamtibcarsel Lantas di jalan raya dapat tetap terjaga dan terpelihara dengan baik dan mencapai sasaran yang diharapkan. Namun partisipasi aktif dari masyarakat sebagai pemakai jalan juga dibutuhkan dengan menampilkan etika, sopan santun dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku. Polres Gowa dengan satuan lalu lintasnya juga turut adil dalam mengemban tanggung jawab pemerintah dalam menciptakan keamanan, ketertiban, kelancaran dan keselamatan masyarakat dalam berlalu lintas, khususnya di wilayah Gowa. Mewujudkan keamanan, ketertiban, kelancaran dan keselamatan berlalu lintas juga dipengaruhi oleh faktor individu setiap pemakai jalan. Kecerdasan Intelektual individu atau kemampuan memotivasi diri guna menumbuhkan kesadaran dalam dirinya untuk beretika dalam berlalu lintas dengan benar sangat dibutuhkan untuk mewujudkan hal tersebut. Menumbuhkan motivasi dalam diri bisa dipengaruhi oleh factor Internal (kesadaran diri seseorang) maupun eksternal (lingkungan sekitarnya). Selain itu juga, desakan semangat untuk menciptakan situasi lalu lintas yang aman dan nyaman harus dimiliki oleh semua stake holder yang berada pada struktur pemerintahan maupun non pemerintah yang berkompeten dalam bidang lalu lintas. Sehingga secara bersama-sama memiliki motivasi dan harapan yang sama dengan
mengaplikasikannya didalam aksi nyata pada kehidupan berlalu lintas di jalan raya.
Koordinasi selalu dilakukan oleh POLRI dengan Pemerintah daerah setempat untuk ikut berperan aktif dalam upaya menumbuhkan kesadaran masyarakat. Hal ini terutama berhubungan dengan program pendidikan kelalu lintasan bagi masyarakat. Selain itu, program inovasi dari Pemda dan Kepolisian, seperti kegiatan car free day, pendataan dan penyuluhan kepada penjual helm dan aksesoris kendaraan, dan sebagainya, juga diharapkan dapat menumbuh kesadaran masyarakat dalam berlalu lintas yang baik
Berikut ini hasil wawancara dengan Polisi Lalu Lintas di Lingkungan Kecamatan Barombong terkait sosialisasi keselamat berkendara.
“ ..Polisi Lalu Lintas sebagai polopor keselamat berkendara dijalan raya, ini sudah menjadi tugas wajib dan berat bagi kami, tapi disetiap tahunnya angka kecelakaan semakin meningkat, padahal kami sudah memperbaiki marka jalan, memasang baliho atu panplet pengumuman, menambah personil disetiap ruas jalan, tetap saja setiap harinya pasti ada yang kecelakaan. Masyarakat juga sering kucing-kucingan dengan polisi lalu lintas, mereka memakai helm hanya jika dianggap polisi sedang patrol, tapi jika tidak mereka dengan leluasa tidak menggunakan pelindung kepala. (Hasil wawancara SY Tanggal 17 Juni 2015)
Dari hasil wawancara diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Polantas telah melakukan berbagai upaya sebagai pelopor keselamatan berkendara dijalan raya, mulai dari memperbaiki marka jalan, memasang panplet pengumuman hingga manambah personil polisi lalu lintas di ruas-ruas jalan namun masih banyak masyarakat yang cuek atau tidak mempedulikan aturan yang telah diberikan, bahkan sebagian masyarakat menggunakan helem jika mereka menganggap bahwa polisi sedang berpatroli.
5. Melakukan Upaya Pre-Emtif, Preventif dan Represif.
Adapun beberapa upaya yang telah dilakukan pihak kepolisian dalam menanggulangi dampak ketidakdisiplinan para pelajar dalm berlalu lintas sebagai berikut:
a. Upaya Pre-Emtif.
Upaya Pre-Emtif adalah upaya-upaya awal yang dilakukan oleh pihak kepolisian untuk mencegah terjadinya tindak pidana. Usaha-usaha yang dilakukan dalam penanggulangan kejahatan secara pre-emtif adalah menanamkan nilai-nilai / norma-norma yang baik sehingga norma-norma tersebut terinternalisasi dalam diri seseorang. Meskipun ada kesempatan untuk melakukan pelanggaran / kejahatan tetapi tidak ada niatnya untuk melakukan hal tersebut, maka tidak akan terjadi kejahatan. Jadi dalam upaya ini faktor niat menjadi hilang meskipun ada kesempatan. .
Upaya-upaya pre-emtif yang dilakukan oleh pihak kepolisian antara lain, yaitu memberikan penyuluhan dan bimbingan di masyarakat dan sekolah-sekolah mulai dari tingkat dasar sampai tingkat lanjutan mengenai pencegahan terjadinya kecelakaan lalu lintas, melakukan kerja sama yang baik antara masyarakat termasuk orang tua, guru dan polisi dalam rangka mencegah terjadinya kecelakaan lalu lintas, dan melakukan kerjasama dengan lembaga-lembaga swadaya masyarakat untuk melaksanakan penyuluhan-penyuluhan dan pemahaman hukum kepada pelajar dan warga masyarakat tentang dampak dari ketidakpatuhan terhadap peraturan lalu lintas dan sanksi berat bagi pelaku pelanggaran yang menimbulkan kecelakaan berakibat kematian.