• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

E. METODE PENELITIAN

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan sebuah metode yang digunakan dalam proses pengumpulan data penelitian yang dilakukan. Teknik pengumpulan data ditetapkan dengan tujuan untuk mendapatkan data yang akurat, valid, dan sesuai dengan fakta yang ada guna mendukung keberhasilan tujuan penelitian. Oleh sebab itu, untuk memperoleh data yang mendukung penelitian ini, maka peneliti memilih melakukan empat metode pengumpulan data seperti yang dijabarkan oleh Wijaya (2018), (dalam Hasan, Khairani, dan Hasibuan 2022: 11-14), antara lain:

a. Observasi

Observasi merupakan sebuah tahap pengamatan serta pencatatan dengan cara bebas dan terstruktur terhadap fenomena yang tampak pada objek yang diteliti.

Informasi yang dapat digali pada proses observasi yaitu tempat, pelaku, objek, tingkah laku, waktu, fenomena yang terjadi, dan lain sebagainya. Observasi dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh serta menggali informasi secara empiris berdasarkan hasil pengataman langsung peneliti yang berfungsi sebagai bahan dalam langkah menetapkan fokus penelitian serta menyusun pedoman wawancara. Observasi pada penelitian ini dilakukan sejak 05 Juli 2022.

Pada tahap observasi ini, peneliti mulai melihat, mendengar, dan mengumpulkan segala informasi awal mengenai tindak kejahatan perdagangan orang trafficking di Kulon Progo. Observasi awal dilakukan di Dinas Sosial Kabupaten Kulon Progo. Kemudian, peneliti diberi rekomendasi oleh salah satu

pegawai untuk melakukan tinjauan ke Lembaga Mitra Wacana yang secara khusus memperhatikan isu-isu trafficking. Lalu, peneliti melakukan beberapa kali observasi langsung di kantor Mitra Wacana, alhasil mendapatkan informasi serta data-data awal untuk selanjutnya digunakan dalam pemilihan fokus penelitian.

Selain itu, dalam melengkapi data-data pada penelitian ini, peneliti juga melakukan observasi pada saat wawancara dengan informan berlangsung. Langkah tersebut dilakukan untuk menambah pemahaman peneliti mengenai keadaan yang dialami informan pada saat proses wawancara sedang berlangsung. Berikut peneliti akan memaparkan tanggal dan tempat observasi, antara lain:

Tabel I.1. Pemaparan Tanggal dan Tempat Observasi

No Tanggal Tempat Observasi

1 05 Juli 2022 Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Anak Kabupaten Kulon Progo

2 15 Juli, 03 dan 21 Oktober 2022

Lembaga Swadaya Masyarakat Mitra Wacana 3 27 Oktober, 02 s/d

24 November 2022

Lokasi Binaan LSM Mitra Wacana 4 16 November 2022 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi

Kabupaten Kulon Progo

Sumber: Olah Data Peneliti, 2022

b. Wawancara

Wawancara merupakan alat pembuktian dari informasi yang didapat sebelum dilakukan penelitian. Model wawancara yang digunakan adalah wawancara mendalam (in-depth interview), yakni tahap mendapatkan informasi secara detail melalui proses bertatap langsung dengan informan. Pada dasarnya, wawancara yang dilakukan menjadi salah satu tahap penting bagi peneliti, karena pada proses

ini peneliti dapat memperoleh informasi yang akurat dari sumber datanya secara langsung. Wawancara pada penelitian ini dilakukan tepat saat proposal penelitian telah mendapatkan persetujuan dari dosen pembimbing.

Pada tahap wawancara peneliti menggunakan 2 (dua) pendekatan dan metode yang berbeda. Pertama, bagi pihak Mitra Wacana, Dinas Sosial dan Disnaker, peneliti harus mengurus perizinan terlebih dahulu. Setelah surat izin dikeluarkan oleh pihak-pihak terkait, peneliti segera melakukan pengambilan data dengan menyesuaikan jadwal yang telah ditentukan oleh lembaga terkait. Kedua, bagi para penyintas trafficking dan informan tambahan lainnya, peneliti menjadwalkan waktu wawancara dengan informan-informan yang telah ditetapkan sebelumnya.

Hal itu merupakan salah satu gaya interaksi agar peneliti mendapat kenyamanan dari informan saat proses wawancara berlangsung. Adapun penentuan informan pada penelitian yang dilakukan menggunakan metode purposive sampling, di mana teknik ini dipilih karena informan yang dipilih dianggap dapat memberikan data yang akurat dan dapat mewakili dari jumlah populasi.

Teknik yang digunakan peneliti untuk melakukan wawancara dengan penyintas trafficking, yakni menggunakan teknik home visit. Teknik ini dilakukan dengan cara mengunjungi rumah para informan. Selain itu mengawali penelitian, peneliti memperkenalkan diri terlebih dahulu, lalu menjelaskan maksud dan tujuan kedatangan peneliti serta meminta izin kepada informan atas apa yang akan dilakukan. Setelah informan memahami maksud peneliti dan memberikan izin,

kemudian peneliti segera memulai tahap wawancara yang dilakukan antara 60 sampai 120 menit. Pertanyaan pertama yang diberikan adalah informan diminta untuk menggambarkan motivasi dan proses perjalanannya menjadi pekerja migran. Pertanyaan ini disusun oleh peneliti untuk membangun suasana nyaman antara peneliti dengan informan. Proses wawancara dilakukan pada penelitian ini dilaksanakan selama 27 Oktober sampai 24 November 2022. Adapun daftar wawancara yang dilakukan peneliti, antara lain sebagai berikut:

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan salah satu metode pengumpulan data melalui tahap mengumpulan dokumentasi yang berhubungan dengan objek yang diteliti. Adapun bahan yang mendukung proses pengumpulan data yaitu buku, surat kabar, catatan yang terpublikasikan, catatan harian, dan artikel. Dokumentasi pada penelitian ini dilakukan menggunakan cara mengumpulkan dokumentasi yang berhubungan erat dengan penelitian yang dilakukan, seperti peneliti mengumpulkan dokumen- dokumen dari Lembaga Mitra Wacana dan lembaga-lembaga yang bersangkutan, misalnya buku profil, data-data penyintas trafficking, Peraturan Perundang- Undangan, jurnal yang dipublikasikan, artikel yang diterbitkan, dan buku-buku yang cetak oleh Mitra Wacana. Semua data yang diperoleh dari dokumentasi tersebut sudah mendapatkan izin dari pihak terkait. Hal ini dilakukan peneliti agar dapat menjadi bukti objektif pada penelitian yang telah dilakukan dan sebagai pelengkap data pada Bab II, yaitu deskripsi Lembaga Mitra Wacana.

d. Triangulasi

Triangulasi merupakan teknik pengumpulan data yang layak digunakan untuk menguji keabsahan data penelitian. Triangulasi adalah cara untuk mengecek kebenaran dan membandingkan atas sebuah informasi yang disampaikan dari sudut pandang yang berbeda terhadap apa yang telah ditemui oleh peneliti dengan cara mengurangi ketidakjelasan terhadap makna-makna ganda yang ditemui pada saat pengumpulan data (Alfansyur dan Mariyani 2020: 147). Pada penelitian yang dilakukan peneliti menggunakan 2 (dua) metode triangulasi data, antara lain:

1) Triangulasi Metode

Triangulasi ini dilakukan peneliti dengan cara membandingkan temuan atau informasi beberapa informan. Metode ini dilakukan pada saat observasi dan wawancara, tujuannya agar peneliti mendapatkan data dan informasi yang bersifat akurat dari sudut pandang informan yang berbeda. Sehingga, data yang dihasilkan pada penelitian ini tidak lagi diragukan kebenarannya.

2) Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber dilakukan untuk dapat memastikan kebenaran informasi yang didapat tidak hanya melalui wawancara dan observasi, namun juga dilakukan dengan cara membandingkan informasi yang ditemui menggunakan dokumen yang ada, seperti buku, arsip, catatan, dan lainnya.

Tentu teknik ini akan menghasilkan informasi yang berbeda-beda. Tetapi, dengan cara ini peneliti dapat menemukan informasi yang akurat.

5. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan proses menyusun data yang diperoleh melalui wawancara, observasi, catatan lapangan, dan dokumentasi secara rinci dan sistematis dengan cara menyederhanakan dalam kategori-kategori, memilih data yang mendukung penelitian, dan membuat kesimpulan sehingga data yang diperoleh mudah dipahami oleh peneliti maupun pembaca (Rustanto, 2015: 71). Adapun teknik analisis data dapat dilakukan melalui berbagai cara antara lain:

a. Reduksi Data, reduksi data adalah tahap merangkum, memilih data-data yang pokok, memfokuskan pada hal yang penting dan mendukung proses penelitian, membentuk pola-pola sesuai dengan kemiripannya. Kemudian, data yang telah direduksi selanjutnya diberi gambaran yang jelas guna mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data dan mencari data kembali apabila diperlukan.

b. Penyajian Data, tahap selanjutnya setelah data direduksi maka data harus di- display-kan. Penyajian data dapat dilakukan dengan bentuk tabel, grafik, transkip, teks, dan lain sebagainya. Dengan melakukan penyajian data, maka mempermudah peneliti untuk memahami apa yang terjadi serta dapat merencanakan tahapan selanjunya sesuai dengan apa yang telah dipahami.

c. Penarikan Kesimpulan, penarikan kesimpulan merupakan temuan baru yang pada penelitian sebelumnya belum pernah ditemukan. Kesimpulan ini dapat berupa deskripsi mengenai gambaran subjek yang masih multi tafsir sehingga setelah diteliti fenomena tersebut menjadi lebih jelas.

BAB II

PROFIL LEMBAGA SWADAYA MASYARAKAT MITRA WACANA A. Sejarah Berdiri Mitra Wacana

Mitra Wacana merupakan salah satu lembaga non-profit dalam lingkup Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang berada di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta.

Lembaga ini didirikan terhitung sejak 2 April 1996 yang diinisiasi oleh 14 (empat belas) organisasi-organisasi di D.I Yogyakarta. Pada mulanya, organisasi tersebut berbentuk sebuah forum yang dinamakan sebagai Pusat Layanan Informasi Perempulan (PLIP) Mitra Wacana yang ditujukan sebagai lembaga penyedia layanan informasi untuk keadilan dan kesetaraan gender di Indonesia bagi perempuan. Pemilihan kata “PLIP”

didasari karena Mitra Wacana memiliki perhatian khusus pada isu terkait akses dan layanan informasi yang berhubungan dengan permasalahan gender di tanah air.

Beberapa organisasi yang memberikan sumbangsihnya terhadap pendirian PLIP Mitra Wacana, diantaranya Lembaga Studi Tata Mandiri (Lestari), Yayasan Annisa Swasti (Yasanti), Yayasan Indriyanati (YIN), Rifka Annisa, Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI), Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Yogyakarta, Serikat Bersama Perempuan Yogyakarta (SBPY), Lembaga Studi Pengembangan Perempuan dan Anak (LSPPA), dan lain sebagainya. Seiring berjalannya waktu, pada tahun 2005 PLIP Mitra Wacana mengalami perubahan pada orientasi kerja yakni sebagai perkumpulan para anggota dengan fokus keadilan dan kesetaraan gender, terutama bagi perempuan dan anak. Kemudian, pada tahun 2009 sampai 2010 penggunaan kata “PLIP”

diganti menjadi Mitra Wacana Women Resource Center (WRC) yang ditujukan sebagai pusat pemberdayaan perempuan, namun pada perjalanannya kata “WRC” ini ditiadakan.

Pada dasarnya, Mitra Wacana WRC memilih metode intervensi secara langsung kepada individu penerima manfaat dengan strategi pengorganisasian serta advokasi.

Oleh sebab itu, Mitra Wacana WRC secara berkala melakukan sosialisasi dan intervensi untuk setiap anggotanya. Hal ini ditujukan guna mengajak perempuan agar mampu mengupayakan dan memperjuangkan hak-hak perempuan dan/atau anak, sehingga dapat terhindar dari berbagai bentuk tindak kekerasan terlebih berbasis gender. Dalam pelaksanaan tugasnya Mitra Wacana melakukan jejaring kemitraan dengan berkolaborasi kepada stakeholder yang berhubungan dalam penanganan dan pencegahan berbagai permasalahan yang dihadapi oleh para perempuan dan anak.

Kerja sama yang dilakukan oleh Mitra Wacana dengan para pemangku kebijakan ini ditujukan untuk merespon isu-isu yang berkembang dalam bentuk kebijakan dan/atau program kerja yang berperspektif pada keadilan gender. Langkah tersebut penting dilakukan mengingat persoalan pada isu perempuan dan anak kerap kali terjadi, sehingga dalam penanganan permasalahan itu menjadi kewajiban bagi seluruh pihak, terutama bagi pemerintah. Dengan demikian, arah kerja Mitra Wacana WRC ini ditujukan untuk peningkatan kapasitas dari segi kemampuan, pengetahuan, dan pendidikan masyarakat secara luas dan menjalin hubungan kerja sama dengan aparat pemerintah untuk saling berkontribusi dan bekerja sama dalam upaya melindungi dan mencegah segala acaman serta tindak kekerasan serta diskriminasi kepada kelompok perempuan dan/atau anak.