Behafioral membatasi perilaku sebagai fungsi interaksi antara pembawaan dengan lingkungan. Perilaku yang dapat diamati merupakan suatu kepedulian dari para konselor sebagai kriteria pengukuran keberhasilan konseling. Menurut pandangan ini manusia bukanlah hasil dari dorongan tidak sadar seperti yang dikemukakan oleh freud.
Dalam konsep behafioral, perilaku manusia merupakan hasil belajar, sehingga dapat diubah dengan memanipulasi dan mengkreasi kondisi-kondisi belajar. Pada dasarnya, proses konseling merupakan suatu penataan proses atau pengalaman belajar untuk membantu individu mengubah perilakunya agar dapat memecahkan masalahnya.
Menurut krumboltz dan thoresen ( shertzer dan stone, 1980, 190), konseling behafioral merupakan suatu proses membantu orang untuk belajar memecahkan masalah interpersonal, emosional, dan keputusan tertentu. Penekanan istilah belajar dalam pengertian ini atas pertimbangan bahwa konselor membantu orang ( klien) belajar atau mengubah perilaku. Konselor berperan membantu dalam proses belajar dengan menciptakan kondisi yang sedemikian rupa sehingga klien dapat mengubah perilakunya serta memecahkan masalahnya.
Menurut krumboltz, dalam konseling pemahaman itu diperlukan akan tetapi tidak mutlak karna yang penting adalah klien harus belajar untuk menyelesaikan kesulitannya da pemahaman diperlukan pada saat membentuk pengalaman belajar. Selanjutnya krumboltz
mengemukakan manfaat konseptualisasi masalah klien sebagai masalah belajar. Manfaat tersebut adalah: (1) teoritas dan riset yang didasarkan pada bukti dan pemikiran sekarang tentang masalah belajar dapat menghasilkan masalah-masalah baru, (2) konseptualisasi konseling sebagai belajar, dapat mengintegrasikan konseling dengan pendidikan, (3) tujuan-tujuan dapat dibatasi dan dicapai, (4) perhatian dapat dipusatkan pada apa yang akan dilakukan untuk mengembangkan perilaku yang lebih adaptif, dan (5) klien akan merasa bertambah rasa tanggung jawabnya terhadap tindakannya karena mereka lebih menyadari akibat-akibat dari tindakannya.
b. Terapi Rasional Emotif
Unsur pokok terapi rasional emotif adalah asumsi bahwa berpikir dan emosi merupakan dua proses yang terpisah. Menurut Ellis, pikiran dan emosi merupakan dua hal yang saling bertumpang tindih, dan dalam prakteknya kedua hal itu saling terkait emosi disebabkan dan dikembalikan oleh pemikiran. Emosi adalah pemikiran yang dialihkan dan diprasangkakan sebagai suatu proses sikap dan kognitif yang intristik. Pikiran-pikiran seseorang dapat jadi emosi seseorang dan merasakan sesuatu dalam situasi tertentu dapat menjadi pemikiran
seseorang. Atau dengan kata lain, pikiran mempengaruhi emosi dan sebaliknya emosi mempengaruhi pikiran. Pikiran seseorang dapat menjadi emosinya, dan emosi dalam keadaan tertentu cepat berubah menjadi pemikiran.
Pandangan yang penting dari teori rasional emotif adalah konsep bahwa banyak perilaku emosional individu yang berpangkal pada “ selftalk” atau “ omong diri” atau internalisasi kalimat-kalimat, yaitu orang yang menyatakan kepada dirinya sendiri tentang pikiran dan emosi yang bersifat negative. Adanya orang-orang yang seperti itu, menurut ellis adalah karena: (1) terlalu bodoh utuk berpikir secara jelas, (2) Orangnya cerdas tapi tidak tau bagaimana berpikir secara cerdas dan tidak tau bagaimana berpikir secara jelas dalam hubungannya dengan keadaan emosi,(3) orangnya cerdas dan cukup berpengetahuan tetapi terlalu neurotic untuk menggunakan kecerdasan dan pengetahuaan secara memadai.
c. Psikoanalistik
Frued mengembangkan teorinya tentang struktur kepribadian dan sebab-sebab gangguan jiwa. Konsep frued yang anti rasionalisme merekankan motivasi tidak sadar, konflik, dan simbolis sebagai konsep primer. Manusiapada hakikatnya bersipat biologis, dilahirkan dengan dorongan-dorongan instingtif, dan perilaku merupakan fungsi mereaksi secara mendalam terhadap dorongan-dorongan itu. Manusia bersifat tidak rasional, tidak social,dan bersifat destruktif terhadap dirinya dan orang lain. Energy pikis yang paling dasar disebut libido
yang bersumber dari dorongan seksual yang terarah pada pencapaian kesenangan.
Selanjutnya frued menyebutkan dua macam libido yaitu eros sbgai dorongan untuk hidup dan thanatos dorongan untuk mati.
Menurut frued, kepribadian terdiri atas tiga system , yaitu: id, ego, dan super ego.
Ketiga system ini mempunyai fungsi sifat, prinsip kerja dan dinamika sendiri-sendiri.
Walaupun demikian ketiganya mempunyai hubungan yang sangat erat dan sangat sulit utuk memisahkannya.
d. Clien Centered (Terpusat Pada Pribadi)
Pendekatan konseling “ client-centered” atau yang berpusat pada klien menekankan pada kecakapan klien untuk menentukan isu yang penting bagi dirinya dan pemecahan masalah dirinya. Yang paling penting dalam kualitas hubungan konseling adalah pembentukan suasana hangat, permisif, dan penerimaan yang dapat membuat klien untuk menjelajahi struktur dirinya dalam hubungan dengan pengalamannya yang unik.
Dalam hubungannya dengan konsep aktualisasi diri, rogers mendepinisikan kecendrungan mewujud sebagai satu kecendrungan yang melekat dalam organisme untuk mengembangkan kapasitasnya dalam cara-cara yang dapat menjamin untuk memelihara atau meningkatkan organisme. Dengan aktualisasi diri berarti bahwa manusia terdorong oleh dorongan pokok yaitu mengembangkan diri dan mewujudkan potensinya.
Konseling yang berpusat pada klien memusatkan pada pengalaman individual.
Dalam proses disorganisasi dan reorganisasi diri, konseling berupaya untuk meminimalkan rasa diri terancam dan memaksimalkan serta menopang eksplorasi diri . perubahan dalam perilaku datang melalui pemanfaatan potensi individu untuk menilai pengalamannya, membuatnya untuk memperjelas dan mendapat tilikan perasaan yang mengarah pada
pertumbuhan. Melalui penerimaan terhadap klien, konselor membantunya untuk menyatakan, mengkaji, dan memadukan, pengalaman-pengalaman sebelumnya kedalam konsep diri. Dengan redefinisi, pengalaman, individu mencapai penerimaan dari dan menerima orang lain dan menjadi orang yang lebih berkembang penuh ( fully functioning).
Tujuan konseling adalah menciptakan suasana yang kondusif bagi klien untuk eksplorasi diri sehingga dpat mengenal hambatan pertumbuhannya dan dapat mengalami aspek dari sebelumnya terganggu. Di samping itu konseling bertujuan membantu klien agar dapat bergerak kearah keterbukaan, kepercayaan yang lebih besar kepada dirinya, keinginan untuk menjadi pribadi,dan meningkatkn spontanitas hidup. Klien dapat dikatakan sudah sembuh apabila: (1) kepribadiannya terintegrasi, dan mampu menyelesaikan masalah yang dihadapinya atas tanggung jawab diri, memiliki gambaran diri yang serasi dengan pengalaman sendiri, (2) mempunyai tilikan diri, dalam arti memandang fakta yang lama dengan pandangan baru, (3) mengenal dan menerima diri sendiri sebagai mana adanya dengan segala kekurangan dan kelebihan, (9) dapat memilih dan menentukan tujuan hidup atas tanggung jawab sendiri.
e. Terapi Gestalt
Perls mengatakan bahwa konsep kepribadian yang disusun oleh frued tidak sempurna, sebab frued tidak merumuskan lawan super ego atau kata hati dengan jelas dan nyata. Perls menyebut super ego itu “ top dog” sebagai lawan dari “ under dog”. Perls mengatakan bahwa setiap indipidu berada dalam dua tingkatan. Tingkat pertama, yaitu
tingkatan umum ( berbuat) , yang dapat diamati atau dideteksi. Tingkat kedua dersifat pribadi mencakup berpikir, pada saat individu mempersiapkan diri untuk melaksanakan perasaannya dimasa mendatang.
Karena perkembangannya , individu diharapkan pada dua pilihan, yaitu belajar mengatasi frustasi atau dirusakkan oleh orang tuanya. Bila terdapat pertentangan yang sangat kuat antar keberadaan sosial dan biologis yang tidak dapat diatasi maka individu mengalami frustasi. Perls menganggap frustasi sebagai elemen fositif, sebab mendorong individu mengembangkan perlindungannya, menemukan potensinya dan menguasai lingkungannya.
Perls mengatakan bahwa anak yang tidak cukup mengalami frustasi akan mempergunakan potensinya untuk mengontrol orang dewasa dan menciptakan kebebasan.
Tujuan utama konseling gestalt adalah untuk meningkatkan dari keadaan proses pertumbuhan klien dan membantu klien mengembangkan potensi manusiawinya. Fokus utama dalam konseling gestalt ialah membantu individu melalui transisinya dari keadaan yang selalu dibantu oleh lingkungan keadaan mandiri ( self-supporf). Melalui proyeksi dirinya kepada konselor, klien diharapkan menjadi sadar bahwa baik dirinya maupun konselor ternyata tidak memiliki pribadi yang sempurna. Artinya bahwa ada bagian kepribadiannya yang hilang, seperti yang dialami oleh setiap orang.
f. Konseling Psikologi Individual
Psikologi individual adalah bahwa perilaku manusia dipandang sebagai suatu kompesasi terhadap perasaan inferioritas ( harga diri kurang). Perasaan lemah dan tidak berdaya timbul dan berkembang karena pengalaman hidup anak bersam a orang dewasa atau pandangan kekurangan dalam organ tubuh.
Kompleks rasa rendah diri ( inferiority complex) menurut addler berasal dari tiga sumber yaitu: ( 1) kekurangan dalam organ fisik, (2) anak yang dimanja, (3) anak yang mendapat penolakan. Kadang-kadang rasa rendah diri ini dapat menimbulkan kompensasi yang berlebih-lebihan sehingga menimbulkan berbagai hambatan bagi individu itu sendiri.
Tujuan konseling menurut adler adalah mengurangi intensitas perasaan rasa rendah diri ( inferior ), memperbaiki kebiasaan-kebiasan yang salah dalam persepsi, menetapkan tujuan hidup, mengembangkan kasih sayang terhadap orang lain, dan meningkatkan kegiatan.
g. Analisis Transaksional
Teori analisis transaksional berdasarkan pada pemunculan manifestasi dan pola-pola dalam transaksi dengan terapis dengan klien. Menurut berne satuan hubungan social disebut satuan transaksi. Jika dua atau lebih hubungan bertemu satu dengan yang lain, cepat atau lambat salah satu dari mereka akan berbicara atau memberi beberapa indikasi pengakuan kehadiran yang lain. Hal ini disebut sebagai ”transactional stimulus”. Orang yang lain kemudian akan menyatakan atau melakukan sesuatu dalam kaitan dengan stimulus tadi; dan hal ini disebut sebagai “transactional response”. Analisis transaksional
mengkaji transaksi ini, menentukan peran-peran dan karakteristik ego setiap orang, dan mensistematiskan informasi dari transaksi itu.
Tujuan konseling ini adalah untuk membantu klien dalam memprogram pribadinya agar dapat membuat ego state berfungsi pada saat tepat tetapi analisis transaksional membuat orang dapat menganalisis transaksi dirinya sendiri. Klien dibantu untuk bebasdalam berbuat, bermain, dan menjadi orang yang mandiri dalam memilih apa yang mereka inginkan. Disamping itu, klien dibantu pula dalam mengkaji keputusan yang telah dibuat dan membuat keputusan baru atas dasar kesadaran.
h. Trait dan Factor
Menurut teori ini, kepribadian merupakan suatu sistem sifat atau faktor yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya seperti kecakapan, minat, sikap, dan temperamen.
Perkembangan kemajuan individu mulai dari masa bayi hingga dewasa diperkuat oleh interaksi sipat dan faktor.telah banyak diusahakan untuk membuat katagori orang-orang atas dasar dimensi macam-macam sifat. Studi ilmiah yang telah dilakukan adalah: (1) mengukur dan menilai cirri-ciri seseorang dengan tes psikologis, (2) mendefinisikan atau menggambarkan diri seseorang, (3) membantu orang untuk memahami diri dan lingkungannya, dan (4) memprediksi keberhasilan yang mungkin dicapai dimasa mendatang. Hal yang mendasar bagi konseling sifat dan faktor adalah asumsi bahwa individu berusaha untuk menggunakan pemahaman diri dan pengetahuan kecakapan dirinya sebagai dasar bagi pengembangan potensinya.
Peranan konselor menurut sifat dan faktor adalah memberitahukan konseli tentang berbagai kemampuannya yang diperoleh konselor melalui hasil testing. Berdasarkan hasil testing pula ia mengetahui kelemahan dan kekuatan kepribadian konseli. Konselor membantu konseli menentukan tujuan yang akan dicapainya sesuai dengan bakat hasil tes.
Juga dengan memberitahukan sifat serta bakat konseli, maka konseli bisa mengelola hidupnya sendiri sehingga dapat hidup lebih berbahagia. Pendekatan teori ini sering disebut kogniitif rasional karena peranan konselor dalam konseling ialah memberitahukan, memberi informasi dan mengarahkan konseli.