• Tidak ada hasil yang ditemukan

36

Untuk membuktikan keaslian penelitian ini, maka selama proses pembuatannya penulis telah melakuka tinjauan pustaka. Dalam hal ini, penulis menemukan beberapa karya ilmiah yang berkaitan dengan kasus penistaan agama. Diantara karya ilmiah yang berkaitan dengan penistaan agama adalah sebagai berikut:

1. Ahmad Rifa‟i Aziz dalam skripsinya yang berjudul “Pelecehan Agama dalam Al-Qur‟an studi atas kata al-Huz‟u (Kajian Tafsir Tematik)” skripsi ini diajukan guna memenuhi sebagian syarat- syarat memperoleh gelar sarjana Strata 1 dalam Program Studi Theologi Islam di Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, pada tahun 2013.19 Dalam skripsinya, Ahmad Rifa‟i Aziz menyimpulkan, bahwa al-Huz‟u bermakna melecehkan. Kasus pelecehan dari kata al-Huz‟u pun beragam. Bisa pelecehan terhadap Allah SWT., Rasul, Sahabat, Kitab, dan lain sebagainya.

Tafsir yang diambil sebagai data primernya adalah tafsir masa kalsik (ath-Thabarîy), tafsir masa pertengahan (Ibnu Katsîr), dan tafsir pada masa kontemporer (al-Maraghî). Relevansi skripsi ini dengan penelitian penulis adalah sama-sama membahas tentang penistaan/pelecehan agama dengan term al-Huz`u, hanya saja penulis mengkaji dua term selain al-Huz`u yaitu adzâ. Disisi lain objek kajian tafsirnya pun berbeda, Ahmad Rifa‟i memakai Tafsir ath-Thabarîy, Ibnu Katsîr dan al-Maraghî, sedangkan penulis memakai Tafsir ath-Thabarîy, al-Qurthubîy, dan Wahbah az- Zuhailîy.

2. Aat Anggraeni dalam skripsinya yang berjudul “Respon Al-Qur‟an Terhadap Penistaan Kepada Nabi Muhammad SAW”. Skripsi ini

19 Ahmad Rifa‟i Aziz, “Pelecehan Agama dalam Al-Qur‟an studi atas kata al- Huz‟u (Kajian Tafsir Tematik)”, Skripsi, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2013. Tidak diterbitkan (t.d)

37

diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Strata 1 dalam Program Studi Theologi Islam di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah (UIN) Jakarta, tahun 2016. Dalam skripsinya. Aat meneliti bagaimana respon Al-Qur‟an terhadap prilaku atau perbuatan yang menistakan Nabi Muhammad SAW.

sama halnya dengan Ahmad Rifa‟i Aziz, Aat fokus kepada kalimat al-Huz‟u. namun bedanya Aat hanya membahas penistaan terhadap Nabi Muhammad Saw, sedangkan Ahmad Rifa‟i Aziz membahas penistaan keseluruhan namun tetap focus pada kalimat al-Huz‟u.

ayat-ayat yang dibahas oleh Aat antara lain QS. Al-Baqarah ayat 14-15, QS. at-Taubah ayat 64-65, QS. al-Hijr ayat 11 dan 95, QS.

Yâsin ayat 30, QS. Al-Zukhrûf ayat 7, QS. Hûd ayat 8, dan QS.

Ghafir ayat 83. Dengan mengambil pembahasan tafsir para mufassir kontemporer di antaranya Quraish Shihab, ath-Thabari, al-Qurthubi dan Sayyid Quthb.20 Relevansi skripsi ini dengan penelitian penulis adalah sama-sama membahas penistaan agama namun Aat memfokuskan penelitiannya pada kasus penitaan terhadap Nabi, sedangkan penulis memfokuskan penistaan keseluruhan.

3. Muhammad Nabiel dalam skripsinya yang berjudul “Hadis-Hadis Penistaan Agama” skripsi yang diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Theologi Islam di Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah tahun 2014. Dalam skripsinya Nabiel meneliti keshahihan hadis yang menjelaskan penistaan agama yang mana focus kepada hadis-hadis penista Nabi saw. Nabiel menjelaskan lebih dulu pengertian penistaan agama,

20 Aat Anggraeni, “Respon Al-Qur‟an Terhadap Penistaan Kepada Nabi Muhammad SAW”, Skripsi, Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah (UIN) Jakarta, 2016, tidak diterbitkan (t.d)

38

bagaimana Nabi dalam pandangan para tokoh Kristen juga di mata umatnya. Nabiel memfokuskan penelitiannya terhadap hadis dengan menyebut riwayat hadis yang ada pada Sunan Abu Dawud dan Sunan an-Nasa`I, skema sanad juga ketsiqahan perawi.

Kemudian hadis-hadis tersebut disesuaikan dengan ayat al-Qur`an juga dengan riwayat lain, kemudian membahas pendapat para fuqaha terhadap hukuman penista Nabi saw.21 setelah membaca skripsi ini, penulis beranggapan bahwa skripsi ini akan banyak memberikan kontribusi pada penelitian yang akan dilakukan oleh penulis, terutama dalam memaknai hakikat penistaan agama.

Adapun relevansi skripsi ini dengan penelitian penulis adalah sama-sama membahas penistaan agama, hanya saja Nabiel meneliti keshahihan hadits dan hanya memfokuskan pada penistaan Nabi, sedangkan penulis peneliti Tafsir dan penistaan keseluruhan.

4. Kementrian Agama RI dalam bukunya “Penistaan Agama dalam Perspektif Pemuka Agama Islam”, tahun 2014. Buku ini memuat hasil penelitian yang dilakukan di delapan Provinsi yaitu:

Kalimantan Barat, Jawa Barat, Nusa Tenggara Barat, Sumatera Barat, Sulawesi Selatan, Jawa Timur, Sumatera Selatan, dan DKI Jakarta, meliputi pengetahuan pemuka agama terhadap isi Undang- Undang No 1/PNPS/ tahun 1965, konsep penistaan/penodaan agama, bentuk hukuman yang diberikan kepada mereka yang melakukan penistaan/penodaan agama dan tanggapan para pemuka agama terhadap pelaksanaan undang-undang tersebut.22 Setelah membaca buku ini, penulis beranggapan bahwa skripsi ini akan

21 Muhammad Nabiel, “Hadis-Hadis Penistaan Agama”, Skripsi, Universitas Islam Negri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014, tidak diterbitkan (t.d).

22 Kementrian Agama RI, Penistaan Agama Dalam Perspektif Pemuka Agama Islam, (Puslitbang Kehidupan Keagamaan: Jakarta, 2014)

39

banyak memberikan kontribusi pada penelitian yang akan dilakukan oleh penulis, terutama dalam memaknai konsep dari penistaan agama. Relevansinya buku ini dan penelitian penulis sama-sama meneliti makna penistaan agama, bedanya penulis menambah pendapat para mufassir dengan menganalisa pendapat mereka pada ayat penistaan agama.

5. Rohmatul Izad dalam jurnalnya yang berjudul “Fenomena Penistaan Agama dalam Perspektif Islam dan Filsafat Pancasila (Studi Kasus terhadap Demo Jilid II pada 04 November 2016).

Dalam jurnalnya, Rohmat menelusuri dan menggali persoalan terkait dengan peristiwa demo 04 November 2016 dan faktor- faktor apa saja yang menimbulkan polemik itu dan dikhususkan untuk meninjau lebih jauh persoalan demo 04 November 2016 dari sudut pandang Agama Islam dan Politik serta implikasi apa saja yang berdampak pada masalah bangsa dan Negara dimana didalamya membahas penafsiran QS. al-Maîdah ayat 51 dengan menggunakan tafsir ath-Thabarîy dan tafsir al-Mishbah karya M.

Quraish Shihab. Dalam penelitiannya Rohmat mengatakan bahwa dalam menyikapi fenomena dugaan penistaan agama, baik yang dilakukan oleh oknum, organisasi atau agama lain, umat jangan mudah terpancing dengan isu-isu yang akan memecah belah umat, bangsa, dan NKRI. Kontribusi dengan penelitian penulis adalah memberi informasi dalam memahami keadaan juga warna masyarakat dalam menanggapi kasus penistaan agama, sehingga membantu penulis untuk melakukan penelitian. Ada pun persamaannya dengan penelitian penulis adalah sama-sama menggunakan tafsir klasik ath-Thabarîy, akan tetapi penulis

40

mengkompher dengan tafsir masa pertengahan dan kontemporer juga ayat yang diteliti antara penulis dan Rohmat berbeda.23

6. Nasiruddin dalam jurnalnya yang berjudul “Telaah Penafsiran Wahbah al-Zuhaylî dalam al-Tafsir al-Munîr Tentang Penistaan Agama dalam Al-Qur`an”. Nasiruddin menjelaskan makna penistaan agama, objek-objek penistaan agama, faktor-faktor penistaan agama, dan cara menyikapi penistaan agama, juga menyebutkan ayat-ayat Al-Qur`an tentang penistaan agama.

Nasiruddin mengatakan bahwa tidak banyak pakar yang merumuskan definisi penistaan secara terminologis di dalam kajian mereka. Adapun objek penistaan itu sendiri adalah Salat, Al- Qur`an, Nabi dan lain sebagainya. Kemudian faktor-faktor yang menimbulkan penistaan agama diantaranya kesombongan, apriori terhadap kebenaran, fanatic buta kepada pendahulu, dan lain sebagainya. Adapun cara menyikapinya yaitu dengan bersabar, menjaga jarak atau berpaling, bersikap keras dan tegas, tidak menjadikannya wali, dan lain sebagainya. Kontribusi dengan penelitin penulis adalah membantu penulis dalam melakukan penelitian melewati informasi atau data yang belum penulis temukan. Adapun persamaan penelitian penulis dengan jurnal Nasiruddin adalah sama-sama menggunakan tafsir al-Munîr karya Wahbah az-Zuhailîy, akan tetapi penulis membandingkan dengan tafsir lain yaitu ath-Thabarîy dan al-Qurthubîy.24

23 Rohmatul Izad, “Fenomena Penistaan Agama dalam Perspektif Islam dan Filsafat Pancasila (Studi Kasus terhadap Demo Jilid II pada 04 November 2016)”, dalam Jurnal Penelitian Agama dan Masyarakat, 2017

24 Naisurddin, “Telaah Penafsiran Wahbah az-Zuhailîy dalam Tafsir al-Munîr Tentang Penistaan Agama Dalam Al-Qur`an”, dalam Jurnal KeIslaman dan Humaniora, 2017

41

H. Metodologi Penelitian

Dokumen terkait