• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN TEORETIS ................................................................ 10-31

C. Tinjauan Tentang Pondok Pesantren

Menurut Manfred Ziemek, kata pondok berasal dari kata funduq (Arab) yang berarti ruang tidur atau wisma sederhana, karena pondok memang merupakan tempat penampunagn sederhana bagi para pelajar yang jauh dari tempat asalnya. Adapun kata pesantren berasal dari kata santri yang diimbuhi awalan pe dan akhiran an yang berarti menunjukkan tempat, maka artinya adalah tempat para santri.28

Pondok pesantren secara etimologi adalah wadah/tempat membina manusia menjadi orang yang baik, disamping menguasai pengetahuan agama dan mengamalkannya kepada masyarakat. Sedangkan pengertian pesantren secara istilah

27Audah Mannan, Pengantar Studi Aqidah dan Akhlak, h. 275.

28Kompri, Manajemen & Kepemimpinan Pondok Pesantren (Jakarta: Prenadamedia Group, Maret 2018), h. 2.

adalah Lembaga pendidikan tradisional Islam untuk mempelajari, memahami, mendalami, menghayati, dan mengamalkan ajaran Islam dengan menekankan pentingnya moral keagamaan sebagai pedoman perilaku sehari-hari.29

Dengan demikian pondok pesantren adalah suatu wadah atau tempat membina insan-insan yang bermoral dan berfungsi sebagai Lembaga Pendidikan tradisional Islam untuk mempelajari, memahami, dan mengamal ajaran Islam.

2. Tujuan Pendidikan di Pondok Pesantren

Menurut H.M. Arifin, dikutip Mahmud, terbentuknya pesantren dapat dilihat pada dua tujuan, yaitu:

a. Tujuan umum

Membimbing anak didik untuk menjadi manusia yang berkepribadian Islam.

Anak didik dengan ilmu agamanya, sanggup menjadi mubaliq dalam masyarakat sekitar melalui ilmu dan agamanya.

b. Tujuan khusus

Mempersia pkan para santri untuk menjadi orang alim dalam ilmu agama yang dianjurkan oleh kiai yang bersangkutan serta mengamalkan dalam masyarakat.

Menurut Mastuhu, tujuan Pendidikan pesantren yaitu:

1) Memiliki kebijaksanaan menurut ajaran Islam. Anak didik dibantu agar mampu memahami makna hidup, keberadaan, peranan, serta tanggung jawabnya dalam kehidupan di masyarakat.

2) Memiliki kebebasan yang terpimpin.

3) Berkemampuan mengatur diri sendiri.

4) Memilki rasa kebersamaan yang tinggi.

29Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren (Jakarta: INIS, 2004), h. 55.

28

5) Menghormati orang tua dan guru; cinta pada ilmu.

6) Mandiri.

7) Menyukai kesederhanaan.30

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan Pendidikan Pesantrean yaitu lebih mengarahkan pada kepriadian individu dengan membimbing menjadi pribadi yang lebih baik, mandiri serta mengerti arti dari kesederhanaan hidup.

3. Eleman-Elemen Pesantren

Dalam pondok pesantren terdapat beberapa elemen-elemen yang saling berkaitan satu sama lain yang tidak dapat dipisahkan. Adapun elemen-elemennya sebagai berikut:

a. Kyai

Kyai atau pengasuh pondok pesantren merupakan elemen yang sangat esensial bagi suatu pesantren. Rata-rata pesantren yang berkembang di Jawa dan Madura, sosok kyai begitu sangat berpengaruh kharismatik dan berwibawa, sehingga amat disegani oleh masyarakat di lingkungan pesantren. Biasanya juga sekaligus sebagai penggagas dan pendiri dari pesantren yang bersangkutan. Oleh karena itu, sangat wajar jika dalam pertumbuhannya, pesantren sangat bergantung pada seorang kyai. Peran kyai sangat penting hingga kini, kyai dianggap memiliki pengaruh secara sosial dan politik, karena memiliki ribuan santri yang taat dan patuh serta mempunyai ikatan primordial (patron) dengan lingkungan masyarakat sekitarnya.

Dengan kelebihan inilah banyak kyai dan pesantren sering dilibatkan dalam momen- momen politik, baik dalam setiap pemilu maupun dalam kehidupan berbangsa dan

30Kompri, Manajemen & Kepemimpinan Pondok Pesantren h. 2.

bernegara. Maka sejak tahun berdirinya negeri ini banyak dikenal kyai yang duduk sebagai pejabat eksekutif, maupun anggota legislatif.31

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Kyai merupakan sosok yang sangat berpengaruh dalam ruang lingkup Pondok Pesantren karena bukan hanya sebagai penggagas dan pendiri namun juga sebagai suri teladan pertama dan sebagai seorang yang sangat disegani. Maka dari itu, tidak heran setiap Pondok Pesantren pasti di identikkan dengan adanya Kyai karena keberadaanya yang sangat memiliki peranan penting.

b. Pondok

Istilah pondok berasal dari bahasa Arab funduq yang berarti hotel, tempat bermalam. Istilah pondok diartikan juga dengan asrama. Dengan demikian, pondok mengandung makna sebagai tempat tinggal. Sebuah pesantren mesti memiliki asrama tempat tinggal santri dan kiai. Di tempat tersebut selalu terjadi komunikasi antara santri dan kyai.

Di pondok seorang santri patuh dan taat terhadap peraturan-peraturan yang diadakan, ada kegiatan pada waktu tertentu yang mesti dilaksanakan oleh santri. Ada waktu belajar, shalat, makan, tidur, istirahat, dan sebagainya, bahkan ada juga waktu untuk ronda dan jaga malam.

Ada tiga alasan utama kenapa pesantren harus menyediakan asrama bagi para santri yaitu:

1) Kemasyuran seorang kyai dan kedalaman pengetahuan tentang Islam, merupakan daya Tarik para santri dari jaauh. Untuk dapat menggali ilmu dari

31Ahmad Haedar, Masa Depan Pesantren Dalam Tantangan Modernitas dan Tantangan Komplesitas Global, (Jakarta: IRD Press 2005), h. 25

30

kyai tersebut secara terus menerus dalam waktu yang lama. Sehingga untuk keperluan itulah seorang santri harus menetap.

2) Hampir semua pesantren berada di desa-desa terpencil jauh dari keramaian dan tidak tersedianya perumahan yang cukup untuk dapat menampung para santri dengan demikian diperlukan pondok khusus para santri.

3) Adanya sikap timbal balik antara kyai dan santri, dimana para santri menganggap kyai seolah-olah sebagai bapaknya sendiri, sedangkan kyai menganggap para santri sebagai titpan Tuhan yang senantiasa dilindungi.

Sikap timbal balik ini juga menimbulkan perasaan tanggung jawab dan keakraban di pihak kyai untuk menyediakan tempat tinggal bagi para santri.32 Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pondok merupakan suatu tempat tinggal para santri yang di mana kita harus mematuhi segala peraturan yang ada di dalamnya dan meruapakan suatu tempat untuk berdiskusi mengnai ilmu agama.

c. Masjid

Masjid diartikan secara harfiah adalah tempat sujud karena tempat ini setidak-tidaknya seorang muslim lima kali sehari semalam melaksanakan sahalat.

Fungsi masjid tidak saja untuk shalat, tetapi juga mempunyai fungsi lain seperti Pendidikan dan lain sebagainya. Di zaman Rasulullah masjid berfungsi sebagai tempat ibadah dan urusan-urusan sosial kemasyarakatan serta Pendidikan.

Suatu pesantren mutlak mesti memiliki masjid, sebab disitulah akan dilangsungkan proses Pendidikan dalam bentuk komunikasi belajar mengajar antara kiai dan santri. Masjid sebagai pusat Pendidikan Islam telah berlangsung sejak masa

32Amin Haedari, dan Kawan-Kawan, Masa Depan Pesantren Dalam Tantangan Modernisasi dan Tantangan Komplesitas Global, (Cet. 1, Jakarta: IRD Press 2005), h. 31.

Rasulullah, dilanjutkan Khulafa al-Rasyidin, Dinasti Bani Umaiyah, Abbasiyah, Fathimiyah, dan dinasti-dinasti lain. Tradisi itu tetap dipegang oleh para kiai pemimpin pesantren untuk menjadikan masjid sebagai pusat Pendidikan. Kendatipun pada saat sekarang pesantren telah memiliki lokal belajar yang banyak untuk tempat berlangsungnya proses belajar mengajar, namun masjid tetap difungsikan sebagai tempat belajar. 33

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa Masjid tidak hanya sebagai tempat ibadah, namun juga bisa dijadikan sebagai tempat belajar dan pelaksanaan kegiatan keagamaan.

d. Santri

Santri adalah siswa yang belajar di pesantren, santri ini dapat digolongkan kepada dua kelompok:

1) Santri mukim, yaitu santri yang berdatangan dari tempat-tempat yang jauh yang tidak memungkinkan dia untuk pulang kerumahnya, maka dia mondok (tinggal) di pesantren. Sebagai santri mukim mereka memiliki kewajiban- kewajiban tertentu.

2) Santri kalong, yaitu santri yang berasal dari daerah sekitar yang memungkinkan mereka pulang ke tempat kediaman masing-masing. Santri kalong ini mengikuti pelajaran dengan cara pulang pergi antara rumahnya dengan pesantren.34

33Haidar Putra Daulay, Sejarah Pertumbuhan dan Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesia, h. 63.

34Haidar Putra Daulay, Sejarah Pertumbuhan dan Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesia, h. 64.

32

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa, ada 2 jenis santri, yaitu pertama, santri mukmin yang datang dari tempat yang jauh dan mondok di pesantren.

Kedua, santri kalong yang dapat pulang balik dari rumah ke Pesantren untuk melakukan proses pembelajaran.

e. Pengajaran kitab kuning

Berdasarkan catatan sejarah, pesantren telah mengajarkan kitab-kitab klasik, khususnya karangan-karangan madhzab Syafi‘ih.pengajaran kitab-kitab kuning berbahasa Arab dan tanpa harakat atau sering disebut kitab Gundul merupakan satu- satunya metode yang secara formal diajarkan dalam komunitas pesantren di Indonesia.35

Selain pondok atau tempat tinggal, kitab kuning juga merupakan ciri khas yang dimiliki pesantren. Pondok pesantren Yayasan Ahmad Bone memiliki ciri khas yaitu tahfidz, tilawah, ceramah, kitab Al-Imrithi dan Safinatun Najah.36

35Amin Haedari, dkk, Masa Depan Pesantren Dalam Tantangan Modernisasi dan Tantangan Komplesitas Global, h. 37-38.

36Muh. Asri (34), Pimpinan Pondok Pesantren Yayasan Ahmad Bone, ―Wawancara” di Pesantren Yayasan Ahmad Bone, 22 Juli 2020, pukul 10.00-12.00.

33

Dokumen terkait