• Tidak ada hasil yang ditemukan

An’am/6:165 yang Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

ِض ْرَ ْلَا َفِٕى ٰۤ لَخ ْمُكَلَعَج ْيِذَّلا َوُهَو ٰٓاَم ْيِف ْمُك َوُلْبَيِ ل ٍت ج َرَد ٍضْعَب َق ْوَف ْمُكَضْعَب َعَف َر َو

مْي ِح َّر ٌر ْوُفَغَل ٗهَّنِا َو ِِۖباَقِعْلا ُعْي ِرَس َكَّب َر َّنِا ْۗمُكى ت ا ٌٌ

Terjemahnya:

“Dan dialah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu.

Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya dan sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Tafsir dari ayat diatas menurut Kemenag RI adalah berdasarkan ayat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa ayat ini menegaskan, bahwa Allah- lah yang menjadikan manusia penguasa di bumi untuk mengatur kehidupan rakyatnya dan Dia pulalah yang meninggikan derajat sebahagian mereka dari sebagian lainnya. Semua itu adalah sunnatullah untuk menguji mereka masing-masing bagaimana mereka menyikapi karunia Allah yang diberikan Tuhan kepadanya. Mereka akan mendapat balasan dari ujian itu, baik di dunia maupun di akhirat.

Penguasa-penguasa diuji keadilan dan kejujurannya, si kaya diuji dari pendapatannya dan bagaimana dia membelanjakan hartanya tersebut, si miskin dan si penderita diuji kesabarannya. Oleh karena itu, manusia tidak boleh iri hati dan dengki dalam pemberian Tuhan kepada seseorang.

G. Tinjauan Umum Dukungan Teman

kewajiban masing-masing dan saling menguntungkan.

Menurut KBBI sahabat adalah kawan, teman dan handai. Sedangkan menurut Shaffer (2005) menyatakan bahwa persahabatan adalah sebuah hubungan yang kuat dan bertahan lama antara dua individu atau lebih yang memiliki karakteristik setia, kekariban dan saling menyanyangi satu sama lain.

Menurut pandangan agama Islam sahabat adalah orang yang memiliki hubungan emosional yang sangat erat antara individu satu dengan yang lain yang tidak memiliki hubungan darah maupun marga.

Bentuk persahabatan dalam Islam adalah saling mengingatkan antara individu satu dengan yang lain utnuk lebih dekat kepada Allah, menegur disaat salah dan membela kita di saat kita bersamanya. Islam mengajarkan kita untuk memilih teman yang memiliki sifat amanah. Amanah adalah sifat yang dapat diartikan bertanggung jawab apabila diberi suatu kepercayaan dan berusaha untuk menjaga ataupun menyelesaikan apa yang telah dititipkan kepadanya.

2. Peran teman

Menurut Santrock (2011:277) menjelaskan bahwa peranan teman sebaya dalam proses perkembangan sosial anak antara lain sebagai sahabat, stimulasi atau pendorong, sumber dukungan fisik, sumber dukungan ego, fungsi perbandingan sosial dan fungsi kasih sayang. Teman akan memberikan kesempatan kepada seseorang untuk berinteraksi diluar

dari lingkungan keluarga. Teman juga memiliki peran sebagai fasilitator, yaitu seseorang yang senantiasa memberi informasi-informasi yang menguntungkan dan mengarahkan individu menuju kepada perilaku yang baik. Di lingkungan masyarakat seseorang biasanya dalam memilih atau menjadikan individu lain sebagai teman berdasarkan persamaan usia sehingga individu dapat lebih leluasa dalam berinteraksi. Namun terkadang teman menjadi seseorang yang justru menjerumuskan seseorang ke arah yang negatif, di era saat ini pergaulan, pola interaksi, dan dinamika kehidupan masyarakat telah mengalami perubahan yang signifikan dimana nilai-nilai moral, akhlak, norma maupun budi pekerti mulai hilang di Indonesia (Kurniawan & Sudrajat, 2018). Sulton (2016, hal. 39) dalam Kurniawan (2018) mengatakan bahwa perubahan perilaku yang dialami oleh bangsa Indonesia ditengah-tengah masyarakat pada era globalisasi akan menyebabkan lahirnya berbagai tindakan a-moral atau biasa disebut dengan demoralisasi. Fenomena demoralisasi ini menjadi hal yang sangat berbahaya dimana generasi saat ini akan mengalami krisis karakter, krisis karakter menurut Sidi (2014, hal 74) mengatakan bahwa krisis karakter adalah hilangnya nilai-nilai yang berlaku ditengah-tengah kehidupan masyarakat disebabkan oleh kemajuan zaman.

Kiuru (2008, hal. 9) dalam Kurniawan (2018) menyatakan bahwa seorang anak niscaya akan mengalami pertumbuhan dan beralih kepada remaja, saat anak telah menginjak masa remaja maka interaksi antara anak dengan orang tua akan menurun. Remaja akan mulai mencari teman yang

sebaya dengannya kemudian jika remaja telah memperoleh teman yang setara dengannya maka remaja tersebut akan lebih memprioritaskan teman dibandingkan dengan orang tuanya (Kurniawan & Sudrajat, 2018).

Berdasarkan hasil penelitian oleh Ristiani (2008) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna yang signifikan antara dukungan teman sebaya dengan identitas diri pada remaja dan pada penelitian dari Mahendra (2010) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pergaulan kelompok remaja dengan sikap siswa.

Hal terkait dengan pemilihan teman telah dijelaskan dalam Al- Qur’an surah Al Furqan/25: 27-28. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

ى لَع ُمِلاَّظلا ُّضَعَي َم ْوَي َو ا ىِنَتْيَل ي ُل ْوُقَي ِهْيَدَي

ًلْيِبَس ِل ْوُس َّرلا َعَم ُتْذَخَّت

Terjemahnya:

“ Dan (ingatlah) pada hari (ketika) orang-orang zalim menggigit dua jarinya (menyesali perbuatannya) seraya berkata: Wahai sekiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama Rasul.”

Dan pada ayat berikutnya memiliki keterkaitan, yaitu pada surah Al- Qur’an surah Al-Furqan/25: 28 yang berbunyi:

ِلَخ اًن َلُف ْذ ِخَّتَا ْمَل ْيِنَتْيَل ى تَلْي َو ي ًلْي

Terjemahnya:

“ Celakalah aku! Sekiranya (dulu) aku tidak menjadikan si fulan itu teman akrab (ku).”

Disebutkan dalam tafsir Al-Azhar jilid 7, 5026, turunnya ayat ini dilatarbelakangi oleh seorang pemuka Quraisy bernama Uqbah bin Abu Mu’aith. Sebelum memeluk agama Islam, Uqbah memiliki hubungan baik dengan Rasulullah SAW. Uqbah sering bertukar pendapat dan bergaul

dengan Nabi, sampai pada ujungnya Uqba mengikrarkan dua kalimat syahadat. Setelah itu dia bertemu dengan teman lamanya yang sangat membenci Rasulullah SAW. Temannya tersebut bernama Ubayya bin Khalaf. Temannya tersebut berusaha menghasul Uqba dan mencela Uqbah disebabkan karena Uqbah memilih masuk agama Islam dibanding kepercayaan dari nenek moyangnya dan pada akhirnya Uqbah termakan hasutan dari temannya dan meludahi Rasulullah SAW. Hasil perbuatannya tersebut, teman Uqbah tentunya memuji apa yang telah dilakukan oleh Uqbah namun dalam hati Uqbah terdapat rasa penyesalan dan terbersit dalam hati Uqbah “mengapa saya tidak menuruti ajaran Rasul?” “mengapa saya menjadikan si Ubayya teman?” akan tetapi akibat dari kelemahannya tersebut menyebabkan jiwa dari Uqbah hancur hingga pada akhirnya Uqbah tidak lagi menempuh jalan bersama Rasulullah SAW sampai akhir hayatnya.

Menurut tafsir dari Quraish Shihab dalam Al-Misbah, jilid 9, 458 menyebutkan bahwa saking menyesalnya, dari saat ke saat orang zalim tersebut terus berangan-angan dengan berkata: ‘Aduhai seandainya dulu, ketika aku hidup di dunia aku mengekang hawa nafsuku dan memaksanya mengambil walau hanya satu jalan kecil saja dari sekian banyak jalan kebaikan sehingga aku menempuhnya bersama-sama Rasul’ akan tetapi penyesalan pada hari itu tidak ada artinya lagi.

Selain itu terkait tentang dampak teman juga telah dijelaskan dalam hadits nabi, Rasulullah SAW bersabda:

ِكْسِمْلا ِلِماَحَك ِء ْوَّسلا َو ِحِلاَّصلا ِسيِلَجْلا ُلَثَم ْنَأ اَّمِإ ِكْسِمْلا ُلِماَحَف ، ِريِكْلا ِخِفاَن َو

ُي ْنَأ اَّمِإ ِريِكْلا ُخِفاَن َو ، ًةَب ِيَط اًحي ِر ُهْنِم َد ِجَت ْنَأ اَّمِإ َو ، ُهْنِم َعاَتْبَت ْنَأ اَّمِإ َو ، َكَيِذْحُي َق ِرْح

ةَثيِبَخ اًحي ِر َد ِجَت ْنَأ اَّمِإ َو ، َكَباَيِث

Artinya:

“Permisalan teman yang baik dan teman buruk ibarat seorang penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi, atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya, dan kalupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan apinya) mengenai pakaianmu, dan kalaupun tidak engkau tetap mendapatkan bau asapnya yang tak sedap.” (HR. Bukhari 5534 dan Muslim 2628).

Imam Nawawi menjelaskan bahwa dalam hadits ini menunjukkan keutamaan berteman dengan orang-orang yang shalih yang memiliki akhlak yang mulia, mereka yang memiliki ilmu yang luas dan adab yang baik, serta selalu bersikap wara’ dan juga terdapat larangan bergaul dengan orang-orang yang ahli bid’ah, memiliki sikap tercela dan bersifat buruk dan lainnya (Syarh Shahih Muslim 4/227).

Ibnu Hajar Al Asqalani rahimahullah mengatakan: “hadits ini menunjukkan larangan berteman dengan orang-orang yang berpotensi merusak agama maupun dunia kita. Hadits ini juga mendorong seseorang agar bergaul dengan orang-orang yang bisa mendatangkan manfaat dalam agama dan dunia.” (Fathul Bari 4/324).

H. Kerangka Teori

Faktor Predisposisi 1. Pengetahuan 2. Jenis Kelamin 3. Umur

4. Pendidikan 5. Sikap 6. Tindakan 7. IMT

8. Riwayat Penyakit 9. Merokok

10. Kepercayaan 11. Keyakinan

Faktor Pemungkin (Enabling)

a. Sarana dan Prasarana b. Aktivitas fisik

c. Ekomomi

d. Informasi Kesehatan

Perilaku Konsumsi Minuman Berenergi Faktor Pekerjaan

a. Lama kerja b. Masa kerja c. Beban kerja d. Aktivitas berulang e. Shift Kerja

Kelelahan

Gambar 2.1 Modifikasi Kerangka Teori Modifikasi Lawrance Green &

Notoadmodjo & Tarwaka (2004)

I. Kerangka Konsep

Keterangan:

= Variabel Independen

= Hubungan antar Variabel

= Variabel Dependen

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Faktor Predisposisi

1. Pengetahuan 2. Umur 3. Pendidikan

Faktor Pendukung (Reinforcing)

Dukungan teman Faktor Pemungkin

(Enabling) Pendapatan

Pola mengonsumsi

Minuman Berenergi

94

Dokumen terkait