• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji Kelayakan Sistem Perancangan

Dalam dokumen Laporan Kerja Praktek/Magang (Halaman 43-52)

DATA DAN ANALISIS

3.3 Uji Kelayakan Sistem Perancangan

BAB V

Maka nilai daya yang diterima oleh ONT pelanggan : Ptx = 5 dBm

αtot = 19.9419 dB Safety Margin = 6 dB Prx = Ptx - αtot - SM

= 5 - 19.9419 - 6 = -20.9419 dBm

Gambar 4.8 PLB Hasil Simulasi Downstream

Referensi yang menjadi dasar perhitungan link power budget adalah standar ITU-T G-984, menurut peraturan dari PT. Telkom Indonesia jarak maksimal yang telah ditentukan tidak boleh lebih dari 20 km sedangkan untuk total redaman tidak boleh lebih dari 23 dB, sedangkan untuk daya sin yal yang diterima tidak boleh kurang dari -23 dBm untuk arah downstream.

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari perhitungan dan pengukuran oleh O ptical Power Meter terhadap rangkaian pada Optisystem masing-masing didapat hasil yang menunjukkan bahwa rancangan yang dibuat adalah layak. berikut tabel perbandingan PLB downstream secara perhitungan dan simulasi :

Tabel 4. 1. Perbandingan Nilai PLB Downstream

Berdasarkan data pada Tabel 4.1. nilai PLB berdasarkan perhitungan dan simulasi menunjukkan nilai yang lebih besar dari -23 dBm, dan redaman total yang dihasilkan dari perhitungan lebih kecil dari 23 dB sehingga rancangan dapat dikatakan layak dari sisi downstream, sehingga rancangan dapat dikatakan layak dari sisi downstream.

b. Power Link Budget Upstream

Data-data yang digunakan pada perhitungan antara lain :

 Daya keluaran sumber optik (OLT) : 5 dBm

 Daya minimum terima (ONT) : -28 dBm

 Redaman Serat optik G.652 (1310/1490) : (0.35) dB/Km

 Redaman Serat optik G.657 (1310/1490) : (0.35) dB/Km

 Redaman Splice : 0.1 dB/splice

 Konektor       : 0.2 dB

 Jenis PS 1:4 - ODC : 7.25 dB

 Jenis PS 1:8 – ODP : 10.28 dB

 Jumlah Sambungan : 6 buah

 Jumlah Konektor : 6 buah

αtot=L ∙ αserat+NC∙ αC+NS∙ αS+SP

¿ (2.18541x 0.35) + (6 x 0.2) + (6 x 0.1) + 7.25 + 10.28

= 20.09489 dB

Maka nilai daya yang diterima oleh ONT pelanggan : Ptx = 5 dBm

αtot = 20.09489 dB Safety Margin = 6 dB

PLB Downstream Batas

Nilai Hasil

Perhitungan Simulasi

-20.9419 dBm -19.027 dBm -23 dBm Layak

Prx = Ptx - αtot - SM = 5 – 20.09489 dB – 6 = -21.0949dBm

Gambar 4.9 PLB Hasil Simulasi Upstream

Referensi yang menjadi dasar perhitungan link power budget adalah standar ITU-T G-984, menurut peraturan dari PT. Telkom Indonesia jarak maksimal yang telah ditentukan tidak boleh lebih dari 20 km sedangkan untuk total redaman tidak boleh lebih dari 28 dB, sedangkan daya sinyal yang diterima tidak boleh kurang dari -28 dBm untuk arah upstream.

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari perhitungan dan pegukuran oleh Op tical Power Meter terhadap rangkaian pada Optisystem masing-masing didapat hasil yang menunjukkan bahwa rancangan yang dibuat adalah layak. berikut tabel perbandingan PLB upstream secara perhitungan dan simulasi :

Tabel 4. 2. Perbandingan Nilai PLB Upstream

Berdasarkan data pada Tabel 4.2. nilai PLB berdasarkan perhitungan dan simulasi menunjukkan nilai yang lebih besar dari -28 dBm, dan redaman total yang dihasilkan dari perhitungan lebih kecil dari 28 dB sehingga rancangan dapat dikatakan layak dari sisi upstream.

3.3.5 Rise time Budget (RTB)

RTB merupakan metode analisa kualitas lebar pulsa yang terjadi pada proses pengiriman sinyal. Metode rise time budget yang digunakan adalah NRZ (Non-Return to Zero). Batas nilai dari NRZ tidak kurang dari 70%.

Tabel 4. 3. Parameter Perhitungan RTB

Jenis Data Satuan Nilai

Panjang gelombang uplink nm 1310

Panjang gelombang downlink nm 1490

Pengkodean NRZ

Lebar spektral nm 1

Bitrate downlink Gbps 2.488

Bitrate uplink Gbps 1.24

Rise time TX ns 0.15

Rise time RX ns 0.2

Rise Time modus Single mode ns 0 Koefisien dispersi downlink ps/ns.km 13.64 Koefisien dispersi uplink ps/ns.km 3.5 a.

Rise

Time Budget Downstream Diketahui :

PLB Upstream

standar Hasil

Perhitungan Simulasi

-21.0949 dBm -19.707 dBm -28 Layak

Pengkodean (NRZ) = 70%

Bit rate downlink (Br) = 2.488 GHz = 2.488 x 109 Hz 𝑇𝑟 = 70% Br

𝑇𝑟 = 0.07 2.488 x 109 𝑇𝑟 = 0.281 ns

Perhitungan nilai rise time budget downstream : D = 13.64 ps/nm.km

σλ = 1 nm L = 2.18541 km Tmaterial=D x σλ x L

= 13.64 ps/nm.km x 1 nm x 2.18541 km = 0.0298 ns

Ttotal=

Ttx2+Tmaterial2+Tintermodal2+Trx2

=

0.15ns2+(0.0298ns)2+02+0.2ns2

= 0.252 ns

b. Rise Time Budget Upstream

Perbedaan dari rise time budget upstream dan downstream adalah dari bit rate yang digunakan.

Diketahui :

Pengkodean (NRZ) = 70%

Bit rate downlink (Br) = 1.244 GHz = 1.244 x 109 Hz 𝑇𝑟 = 70% Br

𝑇𝑟 = 0.07 1.244 𝑥 109 𝑇𝑟 = 0.562 ns

Perhitungan nilai rise time budget upstream : D = 3.5 ps/nm.km

σλ = 1 nm L = 2,42361 km Tmaterial= D x σλ x L

= 3.5 ps/nm.km x 1 nm x 2.18541 km

= 7.649 x 10-3 ns Ttotal=

Ttx2+Tmaterial2+Tintermodal2+Trx2

=

0.15ns2+(7.649x10−3ns)2+02+0.2ns2

= 0.250 ns

Pada dua perhitungan diatas, yaitu RTB upstream dan RTB downstream didapatkan hasil dispersi total yaitu 0.250 ns dan 0.252 ns. Nilai tersebut masih dibawah maksimum rise time NRZ yaitu 70% Br (0.281 ns untuk downstream dan 0.562 ns untuk upstream). Dari hasil analisa perhitungan rise time budget di atas dapat dipastikan kemungkinan terjadinya degradasi (penurunan) sinyal digital sepanjang jaringan transmisi yang disebabkan oleh komponen yang digunakan tidak ada, dikarenakan jumlah rise time budget yang di peroleh di bawah standar yang telah ditentukan yaitu 70% Br (standar bit rate NRZ). Sehingga jaringan GPON untuk Gedung 20 Itenas memiliki standar sistem yang baik pada rise time budget dan informasi dalam jaringan serat optik tetap terjamin.

3.3.6 Bit Error Rate (BER) dan Q-Function

Pengukuran keandalan kinerja suatu sistem komunikasi digital termasuk salah satunya komunikasi serat optik, yaitu pengukuran atau perhitungan parameter Bit Error Rate (BER) dan Q-Function. BER adalah perbandingan banyaknya bit yang error terhadap total bit yang ditransmisikan dalam selang waktu satu detik dengan rentang 0 hingga 1. BER untuk system komunikasi optik menurut ITU-T G.984 sebesar tidak boleh lebih besar dari 10-9. Faktor-faktor yang mempengaruhi BER antara lain noise, interferensi, distorsi, sinkronisasi bit, redaman, dan multipath fading. Sedangkan Q-Factor mengukur kualitas sinyal transmisi dalam hal rasio signal-to-noisenya dan menentukan bagus atau tidaknya kualitas suatu jaringan. Dalam sistem komunikasi serat optik khususnya DWDM, minimal ukuran Q-Factor yang ditentukan oleh ITU-T G.984 adalah 6.

b. Downstream BER dan Q-factor

Dari hasil simulasi perancangan didapatkan Bit Error Rate (BER) 1.5672x10-20 . Artinya terdapat 1.5672 bit error dari setiap paket data 1020 bit yang dikirimkan atau yang diterima. Nilai tersebut lebih kecil dari nilai BER ideal

yaitu 10-9 . Nilai Q-factor sebesar 9.21416 nilai tersebut lebih besar dari nilai Q- factor ideal yaitu 6.

Dengan menggunakan Q-factor dari hasil simulasi, dapat dihitung nilai BER sebagai berikut:

BER = 1 Q

2πe

Q2 2

BER = 1

9.21416

2πe

−9.214262

2 = 1.5867 x 10-20

Gambar 4.10 Downstream BER dan Q-factor

c. Upstream BER dan Q-factor

Pada arah upstream juga didapatkan Bit Error Rate (BER) 1.1316 x 10-15. Nilai tersebut lebih kecil dari nilai BER ideal yaitu 10-9 . Nilai Q-factor sebesar 7.9165, nilai tersebut lebih besar dari nilai Q-factor ideal yaitu 6.

Dengan menggunakan Q-factor dari hasil simulasi, dapat dihitung nilai BER sebagai berikut:

BER = 1 Q

2πe

Q2 2

BER = 1 7.9165

2πe

−7.91652

2 =1.2404 x 10-15

Gambar 4.11 Upstream BER dan Q-factor

Q-factor mewakili kualitas SNR dalam diagram mata dari sinyal digital, diagram mata menjadi pola yang berbentuk mata pada osiloskop yang menunjukkan kinerja sistem transmisi. Diagram mata (eye diagram) adalah metodologi untuk mewakili dan menganalisis sinyal digital berkecepatan tinggi. Q-Factor bisa dievaluasi dengan melihat diagram mata. Semakin besar bukaan dari “mata”, semakin tinggi Q-Factor dan semakin baik kinerja BER.

Berdasrkan nilai Q-Factor yang didapat maka rancangan dapat dikategorikan layak, terlihat juga dari eye pattern pada Gambar 4.3 dan Gambar 4.4. bukaan mata cukup lebar sehingga kinerjanya dapat dikatakan baik.

BAB VI

Dalam dokumen Laporan Kerja Praktek/Magang (Halaman 43-52)

Dokumen terkait