• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

3.3 Unit Analisis dan Informan

3.3.1 Unit analisis

Unit analisis adalah satuan tertentu yang diperhitungkan sebagai subjek penelitian. Yang menjadi unit analisis dalam penelitian ini adalah seluruh anak jalanan di sekitar perempatan jalan Pasar Aksara, serta beberapa informan tambahan untuk memperkuat data penelitian seperti orang-orang yang memberikan perhatian terhadap masalah anak jalanan.

3.3.2 Informan

Informan penelitian adalah subjek yang memahami informasi objek penelitian sebagai pelaku maupun orang lain yang mengetahui objek penelitian (Bungin, 2007: 76). Adapun yang menjadi informan sebagai sumber informasi bagi peneliti adalah:

1. Laki-laki atau perempuan yang berusia 18 tahun ke bawah yang bekerja dan menghabiskan waktu di jalanan sekitar perempatan jalan pasar Aksara yang pernah mengalami tindak kekerasan.

2. Dinas sosial Kota Medan ( Kabid. Pelayanan Sosial)

3. Lembaga Pusat Kajian dan Perlindungan Anak (Kordinator anak jalanan PKPA)

1.4 Teknik Pengumpulan Data

Dalam proses pengumpulan data, peneliti menggunakan beberapa teknik penelitian yang merupakan upaya untuk mendapatkan dan memperoleh informasi yang diperlukan. Pada tahap ini peneliti akan melakukan observasi, wawancara, serta dokumen-dokumen yang mendukung proses penelitian. Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut:

a. Data primer

Teknik pengumpulan data primer adalah teknik pengumpulan data yang diperoleh melalui kegiatan penelitian langsung ke lokasi penelitian untuk mencari data-data yang lengkap dan berkaitan dengan masalah yang diteliti, teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara:

1. Observasi partisipan

Observasi partisipan adalah kegiatan keseharian manusia dengan menggunakan panca indra sebagai alat bantu utamanya. Observasi partispasi yang dimaksud adalah pengumpulan data melalui observasi

terhadap objek pengamatan dengan langsung hidup bersama, merasakan serta berada dalam aktivitas kehidupan objek pengamatan. Maka dengan cara demikian peneliti benar-benar menyelami kehidupan objek pengamatan (Burhan, 2007: 116). Dengan teknik pengumpulan data observasi partisipan, peneliti berinteraksi secara langsung dan mengikuti aktivitas anak jalanan untuk mendapatkan data yang lebih akurat.

2. Wawancara mendalam

Wawancara mendalam adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan ataupun orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara (Bungin, 2007: 108).

b. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek penelitian. Pengumpulan data sekunder dalam penelitian ini dilakukan dengan cara penelitian kepustakaan dan pencatatan dokumen, yaitu dengan mengumpulkan data dan mengambil informasi dari buku-buku referensi, dokumen, majalah, jurnal dan dari internet yang relevan dengan dengan masalah yang diteliti, dalam hal ini yang terkait dengan kehidupan anak jalanan.

1.5 Interpretasi Data

Interpretasi data merupakan suatu tahap pengolahan data, setelah data terkumpul dari lapangan yang berupa catatan, gambar, dokumen resmi, foto dan lain

sebagainya. Berkaitan dengan data-data yang diperoleh tersebut maka dilakukanlah pengolahan, analisis, dan penafsiran. Data yang diperoleh dari lapangan tersebut yang berupa hasil wawancara dan observasi kemudian di edit untuk menyederhanakan sehingga lebih mudah dipahami. Data-data yang telah terkumpul kemudian disusun, setelah itu diinterpretasikan secara kualitatif.

Hal tersebut dilakukan supaya peneliti dapat memperoleh makna yang lebih jelas, mendalam, dan kritis sesuai dengan teori yang relevan yang kemudian disusun sebagai laporan akhir dari penelitian ini. Akhir dari semua proses ini adalah pengggambaran atau penuturan dalam bentuk kalimat-kalimat tentang apa yang telah diteliti sebagai dasar dalam pengambilan kesimpulan (Faisal, 2007: 275). Proses ini dilakukan sejak pembuatan proposal penelitian sampai penelitian selesai, sehingga menjadi sebuah laporan yang memiliki ciri analisis kualitatif.

1.6 Jadwal Kegiatan

Dalam melakukan penelitian terhadap anak jalanan di lapangan ada beberapa kesulitan yang dihadapi oleh peneliti, kesulitan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Ketika peneliti melakukan pengamatan dan wawancara terhadap anak jalanan, banyak anak-anak jalanan dewasa di lokasi sedang berkumpul dan meminum minuman keras dan dalam kondisi hampir mabuk. Anak-anak tersebut memanggil peneliti dalam keadaan tidak sadar sehingga ada ketakutan untuk melakukan penelitian pada saat itu dan melanjutkannya di hari berikutnya.

2. Dalam melakukan penelitian ke Dinas sosial, peneliti terkendala dalam hal penyelesaian surat izin penelitian dari dinas sosial tersebut. Kemudian dalam melakukan wawancara kepada kepala bidang pelayanan sosial, informan sering tidak ditempat karena sedang bertugas keluar kota, sehingga informan berulang-ulang ke kantor dinas sosial.

3. Peneliti lama mendapatkan data tentang deskripsi lokasi penelitian dari kantor lurah karena masalah administrasi terkait dengan penyelesaian surat izin dari kantor camat setempat.

BAB IV

TEMUAN DATA DAN INTERPRETASI DATA

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian 4.1.1 Keadaan Geografis

Aksara merupakan jalan yang terletak di keluran Bantan timur kecamatan Medan Tembung. Luas wilayah kelurahan Bantan Timur adalah 88,8 ha/m² dengan luas wilayah pemukiman 80 ha/m² dan luas wilayah perkantoran 8,8 ha/ m².

Kelurahan Bantan Timur mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut :

1. Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Pahlawan 2. Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Bantan 3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Tegal Sari Mandala I 4. Sebelah Utara berbatasan dengan desa Medan Estate

Jalan Aksara merupakan jalan yang terhubung dengan jalan Letda Sujono, jalan Prof. HM. Yamin dan jalan Pancing. Daerah persimpangan ini merupakan wilayah yang sangat ramai dilalui oleh berbagai jenis kendaraan. Berdekatan dengan persimpangan jalan yang dibatasi oleh jalan Prof. HM. Yamin terdapat tempat perbelanjaan seperti pasar tradisional dan mall yang dikunjungi oleh banyak orang.

Kondisi lingkungan di perempatan jalan ini menjadi peluang dan menjadi tempat yang sangat strateis bagi anak-anak jalanan untuk mencari uang, seperti mengamen maupun menjadi pedagang asongan

4.1.2 Keadaan penduduk

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistika kota Medan, jumlah penduduk kelurahan Bantan Timur pada tahun 2010 mencapai 26815 jiwa, dengan jumlah laki-laki 12408 jiwa dan perempuan 14407 jiwa dengan total jumlah keluarga mencapai 5363 Kepala Keluarga. Mayoritas penduduk Bantan Timur adalah etnis suku Batak Mandailing dan agama mayoritas di daerah ini adalah agama islam. Sumber penghasilan sebagian besar penduduk adalah wiraswasta. Berikut ini komposisi penduduk berdasarkan etnis penduduk pada tahun 2010 di kelurahan Bantan Timur:

Tabel 4.1 Komposisi penduduk berdasarkan Etnis di Kelurahan Bantan Timur tahun 2010

No Etnis Jumlah Persentase

1. Batak toba 3321 12,39

2. Melayu 2974 11,09

3. Minang 2364 8,81

4. Jawa 3291 12,27

5 China WNI 6703 25,00

6 Mandailing 8104 30,23

7 Dll 58 0,21

Total 26815 100

Sumber: daftar isian profil kelurahan Bantan Timur tahun 2010

Dibawah ini adalah komposisi penduduk berdasarkan mata pencaharian di kelurahan Bantan Timur pada tahun 2010 adalah sebagai berikut:

Tabel 4.2 Komposisi penduduk berdasarkan mata pencaharian di kelurahan Bantan Timur tahun 2010.

No Mata pencaharian pokok Jumlah persentase

1. Pegawai negeri sipil 201 1,04

Sumber: daftar isian profil kelurahan Bantan Timur tahun 2010

Adapun komposisi penduduk berdasarkan agama di kelurahan Bantan Timur adalah sebagai berikut:

Tabel 4.3 Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama Di Kelurahan Bantan Timur Pada Tahun 2010

Sumber: daftar isian profil kelurahan Bantan Timur tahun 2010

Sedangkan tingkat pendidikan penduduk di kelurahan Bantan Timur pada tahun 2010 adalah sebagai berikut:

Tabel 4.4 Tingkat pendidikan penduduk di kelurahan Bantan Timur pada tahun 2010 adalah sebagi berikut:

No. Tingkat Pendidikan Jumlah

1. Usia 3-6 tahun yang belum masuk TK 1644

Sumber: daftar isian profil kelurahan Bantan Timur tahun 2010

4.1.2 Sarana dan Prasarana

Di Kelurahan Bantan Timur juga tersedia berbagai sarana dan prasarana.

Sarana jalan aspal di kelurahan Bantan Timur adalah sepanjang 3 Km. Dibawah ini adalah prasarana peribadatan di kelurahan Bantan Timur pada tahun 2010:

Tabel 4.5 Prasarana Peribadatan Di Kelurahan Bantan Timur Pada Tahun

Sumber: daftar isian profil kelurahan Bantan Timur tahun 2010

Adapun prasarana kesehatan yang tersedia di kelurahan Bantan Timur pada tahun 2010 adalah sebagai berikut:

Tabel 4.6 Prasarana kesehatan di kelurahan Bantan Timur pada tahun 2010

No Prasarana kesehatan Jumlah

1. Rumah sakit umum 1

2. Puskesmas 1

3. Poliklinik/ balai pengobatan 1

4. Apotik 8

5. Posyandu 11

6. Toko obat 5

7. Balai pengobatan masyarakat/ swata 1

8. Rumah/ kantor praktek dokter 13

Total 41

Sumber: daftar isian profil kelurahan Bantan Timur tahun 2010

Berikut ini adalah jumlah sarana kesehatan yang tersedia di di kelurahan Bantan Timur:

Tabel 4.7 Sarana kesehatan yang tersedia di kelurahan Bantan Timur pada

8. Dukun pengobatan alternatif 4

9. Dokter praktek 13

Total 54

Sumber: daftar isian profil kelurahan Bantan Timur tahun 2010

4.2 Profil Informan

1. Nama : Reni Sinaga Jenis kelamin : Perempuan Umur : 16 tahun Perkerjaan : Mengamen Pendidikan terakhir : Kelas 3 SMP Suku : Batak Toba Agama : Kristen Protestan Status anak di jalanan : Children of the street

Reni adalah salah satu wanita yang tinggal dijalanan. Dia adalah anak yang paling besar dari 5 orang bersaudara. Sudah satu tahun dia menjalani kehidupan seperti anak-anak yang lain yang tinggal dijalanan. Ayahnya bekerja sebagai tukang

botot, dan ibunya bekerja sebagai seorang pemulung. Tentunya dengan pekerjaan yang demikian tidaklah mencukupi kebutuhan sehari-hari keluarganya, sehingga pada tahun 2012 ibunya memutuskan untuk menjadi TKW ke Malasya. Ayahnya adalah orang yang selalu bersikap kasar kepada mereka, menjadi pendorong bagi ibunya juga untuk meninggalkan mereka dan lebih memilih bekerja sebagai TKW disamping kehidupan ekonomi yang tidak mencukupi.

Setelah ibu Reni bekerja menjadi TKW, kehidupan keluarga Reni pun semakin tidak teratur. Merasa tidak nyaman tinggal dirumah, akhirnya Reni memilih untuk melarikan diri dari rumah dan tinggal di jalanan. Saat ini tanpa sepengetahuan ibunya, Reni menjalani kehidupan di jalanan bersama dengan teman-temannya, karena dia merasa lebih nyaman tinggal di jalanan. Saat ini Reni selalu menghabiskan waktu selama 24 jam di jalanan. Dia merasa lebih baik tinggal dijalanan daripada hidup bersama dengan keluarganya. Menurut Reni ayahnya selalu bersikap tidak adil dan lebih baik kepada orang lain daripada kepada keluarganya sendiri. Dari suatu pernyataan Reni terlihat jelas bahwa dia juga tidak mendapat perhatian dan kasih sayang dari keluarganya. Dan teman-temannya di jalanan lebih baik kepada dia daripada orangtuanya sendiri. Dia mengakui kalau teman-temannya selalu memberikan Dia makanan, dan mereka selalu makan bersama-sama.

Hidup di jalanan bukanlah hal yang mudah bagi Reni dan juga teman-temannya, meskipun bebas. Mencari makan sendiri dan diperlakukan orang seenaknya adalah tantangan berat bagi dia. Reni dan teman-temannya juga sering

diganggu oleh anak-anak punk. Anak-anak punk sering meminta uangnya dan jika tidak diberikan maka mereka akan dibentak dan bahkan dikejar-kejarnya.

Kemudian hal yang menjadi tantangan bagi Reni adalah teman-temannya kadang-kadang bersikap usil kepada Reni. Sebagai seorang perempuan Reni sering sekali dilecehkan sama teman-teman lelakinya dengan mencium wajahnya, meskipun dia menganggap bahwa itu sudah menjadi hal yang biasa dilakukan oleh laki-laki kepada perempuan di jalanan.

2. Nama : Mail

Jenis kelamin : Laki-laki

Umur : 9 (Sembilan) Tahun Pekerjaan : Mengamen

Pendidikan Terakhir : kelas 2 SD (Sekolah Dasar)

Suku : Jawa

Agama : Islam

Status anak di jalanan : Children on the street

Mail adalah seorang anak jalanan yang masih mempunyai hubungan dengan orang tua, mempunyai satu orang saudara laki-laki dan satu orang saudara perempuan. Dia mulai bekerja di jalanan sejak ibunya meninggal dunia akibat menderita penyakit kanker. Setelah kepergian ibunya, dia kurang mendapat perhatian dari ayahnya dan dia disuruh oleh ayahnya untuk bekerja di jalanan. Mempunyai teman sekolah yang bekerja di jalanan mendorong dia untuk menuruti perintah

ayahnya untuk bekerja di jalanan. Mail bekerja dijalanan hanya dengan modal suara yang pas-pasan, dan terkadang dengan nada-nada lagu yang kurang tepat. Walaupun demikian, dalam satu hari Mail mampu mendapatkan uang sekitar Rp.10.000-Rp.25.000 per harinya. Menurut pengakuannya, penghasilannya dia gunakan untuk uang jajan dan juga untuk keperluan sehari-hari seperti membeli nasi. Kadang-kadang uang yang dia hasilkan dia berikan kepada ayahnya.

Mail tinggal dijalanan masih sekitar satu tahun. Ayahnya bekerja sebagai penjual jam tangan di sekitar pasar aksara dengan kondisi keuangan yang sangat terbatas. Kondisi keuangan yang sangat terbatas tersebut mendorong ayahnya untuk menyuruh Mail bekerja dijalanan. Selama bekerja di jalanan, Mail mengakui dia sering mendapat perlakuan kasar dari kernek angkot ketika dia mengamen, dia dibentak apalagi ketika mengamen tanpa permisi sama sopir angkot.

3. Nama : Reza Nasution Jenis kelamin : Laki-laki

Umur : 18 Tahun

Pekerjaan : Mengamen Pendidikan Terakhir : Kelas 1 SMP

Suku : Mandailing

Agama : Islam

Status anak di jalanan : Children of the street

Reza Nasution salah satu anak jalanan yang tinggal di jalan Aksara. Dia telah tinggal dijalanan selama 8 tahun bersama anak kandungnya. Reza adalah anak ke delapan dari delapan bersaudara, mempunyai dua orang saudara laki-laki dan lima orang saudara laki-laki. Meskipun Reza merupakan anak bungsu hidupnya tidak lebih baik dari saudara-saudaranya karena dia adalah korban broken home. Ayahnya bekerja sebagai pedagang aksesoris, dan ibunya bekerja dikantoran. Pada tahun 2008 kedua orang tuanya bercerai karena ibunya tidak tahan lagi dengan sikap buruk ayahnya yang selalu bermain judi dan mabuk-mabukan. Setelah kedua orangtuanya bercerai, ayahnya menikah lagi dan ibunya juga menikah. Saat ini Reza telah mempunyai 3 orang adik tiri dari ayah tirinya.

Reza mengakui ibunya mempunyai banyak uang. Pendapatan ayahnya juga sebelum mereka bercerai sangat lumayan. tetapi karena ayahnya suka mabuk-mabukan dan main judi, akhirnya uangnya habis untuk dirinya sendiri. Sikap dan tindakan kasar kedua orang tuanya sebelum bercerai membuat dia sakit hati dan akhirnya dia bersama dengan abangnya memutuskan untuk tinggal di jalanan. Reza mengatakan hampir setiap hari mengalami kekerasan dari ayahnya, setiap hari dipukuli dan setiap hari juga mengeluarkan kata-kata kasar kepada dia dan abangnya.

Tidak hanya ayahnya, bahkan ibunya mengusir dia dari rumah, sehingga dia benar-benar pergi dari rumah dan tinggal di jalanan. Sampai saat ini Reza mengatakan sangat dendam dengan keluarganya karena telah membiarkannya dan salah satu abangnya terasing dan berbeda dengan yang lain. Tetapi walaupun demikian reza

sekali-sekali masih pulang ke rumah ibu kandungnya dan ayah tirinya. Berbeda dengan abang kandungnya yang sama sekali tidak pernah mau pulang.

Tidak hanya di rumah, di jalanan juga dia mengakui tidak merasa begitu nyaman, karena disana dia hidup bersama dengan abang kandungnya. Mereka sering berkelahi dan saling pukul-pukulan sehingga sering tidak saling cakapan. Reza mengakui kehidupan di jalanan sangat keras, bahkan teman-temannya yang lebih besar dari dia sering meminta uang hasil kerjanya, dan ujung-ujungnya pasti akan berkelahi dan maki-makian. Preman dan anak punk juga sering mengancam dan memintai uangnya. Reza mengatakan bahwa anak-anak kecil yang juga anak jalanan sering menjadi korban, uang anak-anak tersebut sering dimintai oleh teman-temannya juga.

Reza mengakui kehidupan anak-anak jalanan disana terbiasa dengan tipuan.

Saat ini sangat dendam dengan salah seorang temannya yang telah dia curigai mengambil uangnya sebanyak Rp.250.000 ketika dia sedang tidur, tidak hanya itu, dia mengakui bahwa teman-temannya juga baru saja mencuri, karena mereka memang pintar untuk mengelabui orang lain.

4. Nama : Rahmat Hidayat Jenis kelamin : Laki-laki

Umur : 13 tahun Perkerjaan : Mengamen Pendidikan terakhir : Kelas 5 SD

Suku : Melayu

Agama : Islam

Status anak di jalanan : Children on the street

Rahmat hidayat adalah seorang anak yang bekerja di jalan selama kurang lebih 1 tahun. Hidayat lahir di Jakarta, tetapi pada waktu dia belum mengerti apa-apa neneknya yang saat ini telah berusia delapan puluhan tahun membawa dia ke Medan.

Saat ini dia tinggal bersama seorang nenek sejak ayah dan ibunya tidak tinggal bersama lagi karena permasalahan ekonomi. Ibunya bekerja menjadi TKW di Malasya, namun setelah kontrak kerja selesai ibunya tidak kembali juga. Keluarganya menduga ibunya telah menikah dan mempunyai keluarga baru di Malasya. Hidayat ditinggalkan oleh ibunya sejak berumur empat tahun. Sebenarnya hidayat masih mempunyai seorang ayah yang seharusnya bisa bertanggung jawab atas dirinya khususnya masalah memenuhi kebutuhan hidupnya, tetapi sampai saat ini dia tidak pernah bertemu lagi dengan ayahnya dan tidak tau apa pekerjaannya.

Hidayat bukan saja tidak merasakan kasih sayang orangtuanya, tetapi selama dua tahun terakhir dialah yang menjadi sosok pelindung bagi neneknya yang sudah tidak bisa bekerja lagi. Dari hasil mengamen setiap harinya dia bisa membeli makanan untuk dirinya sendiri dan juga untuk neneknya. Penghasilan yang tidak cukup mengharuskan mereka kadang-kadang tidak makan dan hanya membeli jajanan saja.

Setiap harinya Hidayat bekerja di jalanan biasanya akan mengamen sampai malam beserta dengan teman-temannya dengan Penghasilan per harinya Rp. 10.000-25.000. Biasanya, dia dengan sekelompok temannya mengamen bersama-sama di lampu merah perempatan jalan Aksara. Setelah lampu hijau mereka akan mengumpulkan penghasilan masing-masing dan dipegang oleh Hidayat sebagai orang yang telah mereka percaya. Setelah selesai mengamen dalam satu hari mereka akan membagi-bagikan penghasilan mereka bersama-sama secara merata.

Hidayat mengakui di tempat mereka mengamen masih banyak orang lain yang mencari uang, anak jalanan yang tidak termasuk dalam kelompok mereka dan anak punk lainnya yang lebih dewasa dari mereka. Ketika mengamen anak punk sering meminta uang hasil kerjanya. Jika tidak diberikan maka mereka akan dipukul, di maki dan diancam oleh anak punk, sehingga kadang-kadang menjadi ketakutan untuk mengamen. Sebisa mungkin mereka akan menghindar jika disana ada anak punk.

Tidak ada yang begitu peduli dengan keadaan ini, sehingga berulang-ulang terjadi kekerasan pada mereka.

Ketika mereka mendapat ancaman kekerasan dari anak punk, hidayat mengatakan mereka pasrah saja, kadang-kadang penghasilannya disembunyikannya kalau masih bisa. Hidayat termasuk orang yang lebih besar dari sekelompok temannya sehingga sebisa mungkin kadang-kadang dia mau membela teman-temannya, walaupun dia juga kadang-kadang menjadi korban.

5. Nama : Sultan Siregar Jenis kelamin : Laki-laki

Umur : 9 (Sembilan) Tahun Pekerjaan : Mengamen

Pendidikan Terakhir : Kelas 2 SD (Sekolah Dasar) Suku : Mandailing

Agama : Islam

Status anak di jalanan : Children on the street

Sultan telah bekerja di jalan sudah satu tahun lebih. Di medan dia tinggal bersama seorang seorang ibu. Ibu dan ayahnya sudah lama tidak bersama lagi, dan bahkan dia tidak tau persis mengapa ayah dan ibunya tidak bersama-sama lagi.

Sebelumnya mereka tinggal di Aceh tetapi karena ada masalah dalam keluarganya mereka pindah ke Medan bersama ibunya. Sultan bahkan tidak mengenali ayahnya, karena dia belum tau apa-apa ketika mereka pindah ke Medan. Sultan dan ibunya tinggal di sekitar pasar Aksara. Saat ini ibunya tidak mempunyai pekerjaan yang jelas, sehingga dia terpaksa mengamen di jalan untuk mendapatkan uang membeli makan mereka. Sultan bergantung dengan penghasilannya yang tidak menentu antara Rp 10.000-25.000 per hari untuk keperluannya setiap hari.

Di jalanan dia sering merasa ketakutan ketika mengamen karena anak punk sering merampas uang hasil pekerjaanya. Sultan Mengatakan dia sering diperlakukan secara kasar oleh anak punk dan mengucapkan kata-kata kotor kepada dia dan teman-temannya. Kondisi seperti itu membuat edu dan teman-temannya selalu

bersama-sama ketika mengamen, supaya ketika dimarahi atau dikompas paling tidak sebersama-sama mereka saling membela.

6. Nama : Edu Harahap Jenis kelamin : Laki-laki

Umur : 8 (delapan) Tahun Pekerjaan : Mengamen

Pendidikan Terakhir : Kelas 2 SD (Sekolah Dasar)

Suku : Mandailing

Agama : Islam

Status anak di jalanan : Children on the street

Edu Harahap adalah salah satu anak jalanan yang setiap harinya mengamen di jalanan, dia menghabiskan waktu di jalan antara 8-10 jam setiap harinya. Edu masih mempunyai orangtua dan mempunyai seorang saudara perempuan, ayahnya bekerja sebagai penarik becak dan ibunya bekerja sebagai tukang cuci pakain.

Dalam satu hari biasanya Edu mempunyai penghasilan dari dari Rp 15.000-30.000 tanpa mempunyai alat musik apapun hanya dengan bernyanyi saja. Dari hasil dia mengamen biasanya digunakan untuk membeli makanan dan jajanan dan sebagian diberikannya kepada orangtuanya. Edu bekerja di jalanan sudah satu tahun lebih.

Kondisi keuangan yang tidak mencukupi membuat dia menuruti ajakan salah satu temannya untuk mengamen di jalanan.

Edu mengakui bahwa dijalanan ketika mengamen mengamen dia sering mendapat perlakuan kasar dari anak jalanan yang lebih besar dari dia, khususnya anak punk. Dia sering dibentak ketika mengamen dan uangnya diminta bahkan dipukul dan diancam. Tetapi meskipun sering mendapatkan ancaman untuk mengamen, dia tetap bertahan dengan segala resiko demi untuk mendapatkan makanan setiap harinya.

7. Nama : Immanuel Gultom Jenis kelamin : Laki-laki

Umur : 17 Tahun

Pekerjaan : Mengamen Pendidikan Terakhir : -

Suku : Batak toba

Agama : Kristen Protestan Status anak di jalanan : Children of the street

Immanuel adalah salah satu dari anak jalanan yang tinggal di jalan Aksara.

Immanuel adalah salah satu dari anak jalanan yang tinggal di jalan Aksara.