• Tidak ada hasil yang ditemukan

Unsur-unsur dalam Hubungan Kerja

Dalam dokumen Psikologi Industri & Organisasi (Halaman 140-148)

BAB X HUBUNGAN INDUSTRIAL

C. Unsur-unsur dalam Hubungan Kerja

Menurut Kertonegoro (1999), secara umum unsur-unsur yang terdapat dalam hubungan kerja, meliputi:

132

1. Para pelaku: Pekerja, Pengusaha, Pemerintah

Para pelaku dalam hubungan industrial terdiri dari pekerja, pengusaha, dan pemerintah.

Pekerja adalah tenaga kerja yang bekerja didalam hubungan kerja pada pengusaha sebagai pemberi kerja dengan menerima upah. Dalam hubungan kerja ini, pekerja sering diwakili oleh Serikat Pekerja terutama dalam perundingan kolektif. Dalam hal ini, Serikat Pekerja adalah organisasi pekerja yang bersifat mandiri, demokratis, bebas, dan bertanngung-jawab yang dibentuk dari, oleh, dan untuk pekerja guna memperjuangkan hak dan kepentingan kaum pekerja dan keluarganya.

Pengusaha adalah:

a. Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang menjalankan suatu perusahaan milik sendiri;

b. Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang secara berdiri sendiri menjalankan perusahaan bukam miliknya;

c. Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang berada di suatu negara mewakili perusahaan yang berkedudukan si luar wilayah negara tersebut.

Dalam hal ini, perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang berbadan hukum atau tidak yang mempekerjakan pekerja dengan tujuan mencari keuntungan atau tidak, milik perseorangan, persekutuan, atau badan hukum, baik milik swasta maupun milik negara

Pemerintah adalah penguasa yang memiliki wewenang melakukan regulasi dan supervisi di bidang ketenagakerjaan.

Pemerintah berkepentingan dan berperan dalam menciptakan hubungan industrial yang aman, harmonis, dan dinamis.

133

Fungsi para pelaku dalam Hubungan Industrial adalah sebagai berikut :

a. Pemerintah memiliki peran dalam menetapkan kebijakan, memberikan pelayanan, melaksanakan pengawasan, melakukan penindakan terhadap pelanggaran peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan.

b. Pekerja/buruh dan serikat pekerja/buruh dapat berperan dalam menjalankan pekerjaan sesuai dengan kewajibannya, menjaga ketertiban demi kelangsungan produksi, menyalurkan aspirasi secara demokratis, mengembangkan keterampilan dan keahliannya, memajukan perusahaan, memperjuangkan kesejahteraan anggota beserta keluarganya.

c. Fungsi pengusaha dan organisasi pengusahanya : menciptakan kemitraan, mengembangkan usaha, memperluas lapangan kerja, memberikan kesejahteraan pekerja/buruh secara terbuka, demokratis dan berkeadilan.

2. Kerjasama: Manajemen-Karyawan

Untuk menjamin hubungan industrial yang aman, harmonis, dan dinamis, para pelaku harus senantiasa mengutamakan kerjasama satu sama lain berdasarkan atas kemitraan dan saling membutuhkan. Kerjasama tersebut tersebut pertama-tama harus terjadi antara pengusaha di satu pihak dan pekerja serta seikat pekerja di pihak lain yang dikenal sebagai kerjasama bipartit.

Kerjasama yang lebih luas melibatkan pemerintah sebagai pembuat kebijakan, regulator, dan supervisor di bidang ketenagakerjaan. Kerjasama tiga pihak: pengusaha, pekerja, dan pemerintah di kenal sebagai kerjasama tripartit.

Untuk menjamin kelangsungan dan kesinambungannya, maka kerjasama-kerjasama tersebut dilembagakan baik di tingkat pusat, di tingkat daerah, dan ditingkat perusahaan.

a. Lembaga kerjasama bipartit adalah forum komunikasi, konsultasi, dan musyawarah tentang masalah-masalah hubungan industrial di perusahaan yang anggotanya terdiri dari unsur pengusaha dan unsur pekerja.

134

b. Lembaga kerjasama tripartit adalah forum komunikasi, konsultasi, dan musyawarah dalam rangka hubungan industrial yang anggotanya terdiri dari unsur pengusaha, unsur pekerja, dan unsur pemerintah.

3. Perundingan Bersama: Perjanjian Kerja, Kesepakatan Kerja Bersama, Peraturan Perusahaan

Inti dari hubungan industrial adalah perundingan bersama (collective bargaining) yaitu proses negosiasi yang terjadi antara seorang pengusaha, sekelompok pengusaha atau satu atau lebih organisasi pengusaha, di satu pihak, dengan satu atau lebih serikat pekerja dilain pihak untuk:

a. Menentukan kondisi kerja dan syarat kerja; dan/atau b. Mengatur hubungan antara pengusaha dan pekerja;

dan/atau

c. Mengatur hubungan antara pengusaha (pengusaha) atau organisasinya dengan serikat (serikat) pekerja.

Isu-isu yang dinegosiasikan, termasuk: upah, jam kerja, program kesejahteraan, kesehatan dan keselamatan kerja, cuti, pelatihan, dan pendidikan.

Perundingan bersama diharapkan dapat menghasilkan kesepakatan kerja bersama/KKB (collective labour agreement/ CLA) yang sekurang-kurangnya memuat ketentuan mengenai:

a. Hak dan kewajiban pengusaha;

b. Hak dan kewajiban serikat pekerja serta pekerja;

c. Tata tertib perusahaan;

d. Jangka waktu berlakunya KKB;

e. Tanggal mulai berlakuknya KKB f. Tanda-tangan pihak pembuat KKB.

Perusahaan yang belum dapat melakukan perundingan bersama sehingga tidak mempunyai KKB wajib memiliki peraturan perusahaan yang dibuat oleh pengusaha, dan disahkan oleh Pemerintah. Peraturan perusahaan (PP) memuat ketentuan-ketentuan yang serupa dengan KKB.Meskipun tidak semua pengusaha dapat melakukan

135

perundingan bersama, tetapi pengusaha dapat melakukan perjanjian kerja. Dalam hal ini, perjanjian kerja adalah suatu perjanjian antara pengusaha dan pekerja secara lisan dan/atau tertulis, baik untuk waktu tertentu maumpun untuk waktu tidak tertentu yang memuat syarat-syarat kerja, hak, dan kewajiban para pihak.

Perjanjian kerja menimbulkan hubungan kerja baik sektor formal maupun sektor informal.

a. Hubungan kerja sektor formal adalah hubungan kerja yang terjalin antara pengusaha dan pekerja berdasarkan perjanjian kerja, baik untuk waktu tertentu maupun untuk waktu tidak tertentu yang mengandung adanya unsur pekerjaan, upah, dan perintah.

b. Hubungan kerja sektor informal adalah hubungan kerja yang terjalin antara pekerja dengan orang perseorangan atau beberapa orang yang melakukan usaha bersama yang tidak berbadan hukum atas dasar saling percaya dan sepakat dengan menerima upah dan/imbalan atau bagi-hasil

Kesepakatan bersama mengenai upah cenderung berlaku untuk suatu jangka-waktu tertentu. Sedangkan kesepakatan lain seperti kondisi kerja, tunjangan-tunjangan, serta hal-hal lain dibuat berlaku untuk jangka-waktu yang tidak ditentukan. Umumnya, meskipun ketiadaan jangka-waktu tertentu, suatu kesepakatan tetap mengikat sampai suatu waktu dimana diajukan permintaan untuk negosiasi baru.

Dalam hal dimana kesepakatan mempunyai suatu jangka-waktu tertentu, maka biasanya berlaku satu atau dua tahun.

Segala sesuatu tergantung pada stabilitas situasi ekonomi.

Misalnya, dalam masa inflansi yang cepat, setiap kesepakatan upah perlu direvisi setidak-tidaknya sekali setahun, jika tidak lebih sering lagi.

136

4. Kesejahteraan: Upah, Jaminan Sosial, Pensiun, Keselamatan, Dan Kesehatan Kerja, Koperasi, Pelatihan Kerja

Kesejahteraan pekerja adalah suatu pemenuhan kebutuhan dan/atau keperluan yang bersifat jasmaniah dan rohaniah, baik selama maupun di luar hubungan kerja, yang secara langsung dan tidak langsung dapat mempertinggi produktivitas kerja. Dalam pengertian kesejahteraan ini termasuk upah, jaminan sosial, pensiun, keselamatan dan kesejahteraan kerja, koperasi.

Upah adalah hak pekerja yang diterima, dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha kepada pekerja atas suatu pekerjaan atau jasa yang telah atau akan dilakukan, ditetapkan, dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang-undangan, termasuk tunjangan bagi pekerja dan keluarganya.

Jaminan sosial tenaga kerja adalah suatu perlindungan bagi tenaga kerja dalam bentuk santunan berupa uang, sebagai pengganti sebagian dari penghasilan yang hilang atau berkurang, dan pelayanan sebagai akibat peristiwa atau keadaan yang dialami oleh tenaga kerja berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, hari tua, dan meninggal dunia.

Pensiun adalah pembayaran berkala yang dibayarkan kepada pekerja sejak memutuskan hubungan kerja dengan hak pensiun karena mencapai umur pensiun, cacat tetap-total, meninggal dunia. dan/atau persyaratan lain yang ditetapkan dalam peraturan pensiun.

Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah perlindungan, pencegahan, dan penanggulangan terhadap resiko-resiko kecelakaan dan sakit dalam hubungan kerja, termasuk pendidikan K3, fasilitas K3, dan tenaga medis K3.

Koperasi merupakan badan hukum yang dibentuk oleh, dari, dan untuk pekerja guna menyediakan berbagai barang dan jasa kebutuhan pekerja dengan harga yang dapat terjangkau.

Pelatihan kerja adalah keseluruhan kegiatan untuk memberi, memperoleh, meningkatkan, serta

137

mengembangkan keterampilan atau keahlian, produktivitas, disiplin, sikap, dan etos kerja pada tingkat keterampilan dan keahlian tertentu sesuai dengan jenjang dan kualifikasi jabatan atau pekerja, baik di sektor formal maupun di sektor informal.

5. Perselisihan Industrial: Abritasi, Mediasi, Mogok Kerja, Penutupan Perusahaan, Pemutusan Hubungan Kerja

Perselisihan industrial adalah perselisihan yang timbul antara pengusaha dengan pekerja atau serikat perkerja atau federasi serikat pekerja karena adanya perselisihan mengenai kepentingan, hak, pemutusan hubungan kerja, dan perselisihan antar serikat pekerja.

a. Perselisihan kepentingan adalah perselisihan yang timbul karena tidak adanya persesuaian paham mengenai perbaikan syarat-syarat kerja, kondisi kerja, hubungan kerja, dan/atau keadaan ketenagakerjaan pada umumnya b. Perselisihan hak adalah perselisihan yang timbul karena tidak dilaksanakannya hak berdasarkan peraturan perundang-undangan, kesepakatan kerja bersama, peraturan perusahaan, dan/atau perjanjian kerja

c. Perselisihan pemutusan hubungan kerja adalah perselisihan akibat pengakhiran hubungan kerja antara pengusaha dengan pekerja.

d. Perselisihan antar serikat kerja adalah perselisihan antara serikat pekerja lain, karena tidak adanya persesuaian paham mengenai pelaksanaan hak dan kewajiban keserikatan-pekerjaan, serta mengenai perwakilan pekerja dalam perundingan dengan pengusaha.

Perselisihan industrial bisa diselesaikan melalui musyawarah untuk mencapai mufakat antara pihak-pihak yang berselisih, atau melalui arbitrasi, mediasi, pegawai pengawas ketenagakerjaan, atau Panitia/Badan Penyelesaian Perselisihan Industrial.

a. Arbitrasi adalah penyelesaian perselisihan industrial yang dilaksanakan oleh arbiter yaitu orang yang ditunjuk oleh kedua belah pihak yang berselisih, dan mempunyai

138

wewenang menyelesaikan perselisihan industri secara arbitrasi.

b. Mediasi adalah penyelesaian perselisihan industrial yang dilaksanakan oleh mediator yaitu pegawai teknis berkeahlian khusus dari instansi pemerintah yang bertanggung-jawab dibidang ketenagakerjaan, yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja untuk melakukan mediasi.

c. Pegawai pengawas ketenagakerjaan adalah pegawai teknis berkeahlian khusus dari instansi pemerintah yang bertanggung-jawab dibidang ketenagakerjaan yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja untuk mengawasi dan menegakkan pelaksaan peraturan dibidang ketenagakerjaan

d. Panitia/Badan Penyelesaian Perselisihan Industrial adalah panitia/badan yang memeriksa dan memutus perselisihan industrial.

Panitia/Badan Daerah adalah panitia/badan yang memeriksa dan memutuskan dalam tingkat pertama untuk perselisihan kepentingan dan perselisihan pemutusan hubungan kerja, serta tingkat pertama dan tingkat terakhir untuk perselisihan hak dan perselisihan antar serikat pekerja Panitia/Badan Pusat adalah panitia/badan yang memeriksa dan memutuskan perselisihan kepentingan dan perselisihan pemutusan hubungan kerja tingkat banding.

Perselisihan industrial bisa menyebabkan mogok kerja, penutupan perusahaan, dan/atau pemutusan hubungan kerja. Mogok kerja oleh serikat pekerja, dan penutupan perusahaan oleh pengusaha merupakan instrumen, senjata, atau cara terakhir untuk menekankan tuntutan masing-masing pihak.

a. Mogok kerja adalah tindakan pekerja secara bersama-sama menghentikan atau memperlambat pekerjaan sebagai akibat gagalnya perundingan penyelesaian perselisihan industrial yang dilakukan, agar pengusaha memenuhi tuntutan pekerja.

139

b. Penutupan perusahaan (lock-out) adalah tindakan pengusaha menghentikan sebagian atau seluruh kegiatan perusahaan sebagai akibat penyelesaian perselisihan industrial yang tidak mencapai kesepakatan, supaya pekerja tidak mengajukan tuntutan yang melampaui kemampuan perusahaan.

c. Pemutusan hubungan kerja adalah pengakhiran hubungan kerja karena suatu hal tertentu yang mengakibatkan berakhirnya hak dan kewajiban pekerja dan pengusaha

Dalam dokumen Psikologi Industri & Organisasi (Halaman 140-148)