III. Mineral Non
2.1.1.3 Wilayah Rawan Bencana
Sebagian besar wilayah Provinsi Sulawesi Tengah termasuk kategori Kawasan/Zona Rawan Bencana, antara lain kawasan rawan letusan gunung berapi yaitu Gunung Colo yang terletak di Pulau Una- una Kabupaten Tojo Unauna, kawasan rawan gempa yang berskala tinggi di Kota Palu, Kabupaten Banggai, Bangkep, Parigi Moutong, berskala menengah di Kabupaten Sigi, Tolitoli, Morowali, Poso, sementara berskala rendah di Kabupaten Buol dan Morowali.
Sumber: Badan Informasi Geospasial (BIG) RI
Gambar 2.5
Peta Rawan Bencana Gempa Bumi Provinsi Sulawesi Tengah
2.1.1.3.1 Tatanan Tektonik dan Sejarah Kegempaan Palu Sulawesi Tengah
Menurut Daryono (2011) Daerah Palu merupakan salah satu kawasan seismik aktif di Indonesia. Tingginya tingkat aktivitas kegempaan di kawasan ini tidak lepas dari lokasinya yang berada pada zona benturan tiga lempeng tektonik utama dunia, yaitu Indo-Australia, Eurasia dan Pasifik. Pertemuan ketiga lempeng ini bersifat konvergen dan ketiganya bertumbukan secara relatif mengakibatkan Daerah Sulawesi Tengah dan sekitarnya menjadi salah satu daerah yang memiliki tingkat kegempaan yang cukup tinggi di Indonesia berkaitan dengan aktivitas sesar aktif. Menurut Hamilton (1979), ada beberapa segmentasi sesar yang sangat berpotensi membangkitkan gempa bumi kuat di Sulawesi Tengah dan Sulawesi Selatan. Sesar-sesar tersebut adalah: (a) Sesar Palu-Koro yang memanjang dari Palu ke arah Selatan dan Tenggara melalui Sulawesi Selatan bagian Utara menuju ke selatan Bone sampai di laut Banda, dengan panjang patahan sekitar 500 Kilometer (b) Sesar Saddang yang memanjang dari pesisir Pantai Mamuju memotong diagonal melintasi daerah Sulawesi Selatan bagian tengah, Sulawesi Selatan bagian selatan, Bulukumba menuju ke Pulau Selayar bagian Timur, dan (c) Sesar Parit-Parit di Laut Makassar Selatan dan Laut Bone, dan beberapa anak patahan baik yang berada di darat maupun di laut.
Untuk mengetahui tingkat aktivitas kegempaan di Palu, perlu dilakukan kajian sejarah gempabumi dan seismisitas. Berdasarkan distribusi seismisitas, tampak klaster aktivitas gempabumi yang cukup tinggi di sepanjang sesar aktif Palu-Koro hingga memotong Kota Palu.
Ditinjau dari kedalaman gempabuminya, aktivitas gempabumi di zona ini tampak didominasi oleh gempabumi kedalaman dangkal antara 0 hingga 60 kilometer, yang merupakan cerminan pelepasan tegangan kerak bumi yang dipicu oleh aktivitas sesar aktif.
Klaster seismisitas gempabumi dangkal ini terkonsentrasi hampir merata baik di lepas pantai maupun di daratan. Klaster seismisitas ini merupakan gambaran dari sangat aktifnya kondisi tektonik di kawasan ini. Kondisi seismisitas ini menunjukkan bahwa daerah Palu dan sekitarnya merupakan daerah yang rawan terhadap gempabumi dan tsunami. Apalagi kondisi seismisitas dan tektonik yang ada mendukung
untuk terjadinya gempabumi kuat dengan kedalaman dangkal yang dapat membangkitkan tsunami.
Kota Palu, ibu kota Provinsi Sulawesi Tengah misalnya, tercatat sebagai daerah rawan gempa karena salah satu wilayah yang memiliki aktivitas tektonik tertinggi di Indonesia. Penyebab utamanya tidak lain adalah karena di kota Palu terdapat patahan kerak bumi (sesar) berdimensi cukup besar, dikenal dengan sesar Palu-Koro. Sesar itu memanjang mulai dari Selat Makassar sampai pantai utara Teluk Bone dengan panjang patahan sekitar 500 km. Di Kota Palu, patahan itu melintas dari Teluk Palu masuk ke wilayah daratan, memotong jantung kota, terus sampai ke Sungai Lariang di Lembah Pipikoro, Donggala (arah selatan Palu). Sesar yang merupakan pertemuan lempeng-lempeng tektonik di bawah perut bumi itu jenis sesar aktif. Sesar itu terus bergerak satu sama lain dan memiliki sifat pergeseran sinistral (pergeseran ke arah kanan) dengan kecepatan geser sekitar 14-17 mm/tahun. Pergeseran pada lempeng-lempeng tektonik yang cukup aktif di sesar Palu Koro membuat tingkat kegempaan di wilayah ini juga dikategorikan cukup tinggi. Catatan seismograf pada Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Palu menyebutkan, hampir setiap menit Palu dan Donggala diguncang gempa. Hanya saja getarannya kecil-kecil, dan hanya bisa dicatat seismograf. Mengutip ungkapan Kepala BMKG Palu, Mudjianto, dalam sebuah situs internet sekitar September 2010, bahwa kota Palu diguncang gempa 600 kali dalam sebulan dengan kekuatan 3 sampai 6 SR memperlihatkan betapa tingginya aktifitas tektonik di kawasan ini.
Potensi gempa juga bertambah dengan fakta bahwa pulau Sulawesi dilewati oleh apa yang dikenal dengan formasi Pasific ring of fire yang membentang dari Jepang, Filipina, Maluku dan Sulawesi. Formasi ini berupa sederetan gunung api yang menjadi tempat kurang lebih 450 gunung api aktif maupun tidak aktif atau sekitar 75% dari jumlah gunung api di seluruh dunia. Sekitar 90% gempa dan 80% gempa terbesar terjadi di sepanjang formasi ini.
2.1.1.3.2 Kawasan Tanah Longsor dan Likufaksi
Kawasan tanah longsor berpotensi terjadi di Kabupaten Parigi Moutong, Sigi, Donggala, Poso dan Morowali, sedangkan kawasan rawan banjir di Kabupaten Sigi, Morowali, Banggai dan Kota Palu.
Sumber: Badan Informasi Geospasial (BIG) RI.
Gambar 2.6
Peta Rawan Bencana Longsor Provinsi Sulawesi Tengah 2.1.1.4 Demografi
Penduduk merupakan faktor penting dalam proses pembangunan karena bukan hanya berperan sebagai pelaksana pembangunan, namun juga menjadi sasaran pembangunan. Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan penduduk, pembangunan harus diarahkan pada pengendalian jumlah penduduk, peningkatan kualitas, serta pengerahan mobilitas sehingga mempunyai ciri dan karakteristik yang bersinergi dengan tujuan pembangunan.
Berdasarkan data BPS, jumlah penduduk Provinsi Sulawesi Tengah sejak periode 2021-2022 cenderung meningkat, yakni dari 30.218,79 jiwa pada Tahun 2021 menjadi 3.066.143 jiwa, Sementara tingkat laju pertumbuhan penduduk pada Tahun 2022 sebesar 1,53 persen dengan tingkat kepadatan penduduk pada Tahun 2022 sebesar 50 jiwa/km2, sedangkan rasio jenis kelamin penduduk sebesar 105,22 persen.
Tabel 2.16
Perkembangan Jumlah Penduduk, Laju Pertumbuhan Penduduk, Tingkat Kepadatan dan Rasio Jenis Kelamin Penduduk Provinsi
Sulawesi Tengah Tahun 2022
NO. INDIKATOR 2022
1. Jumlah Penduduk (Jiwa) 3.066.143
- Laki-Laki 1.572.085
- Perempuan 1.494.058
2. Laju Pertumbuhan Penduduk (%) 1,53 3. Tingkat Kepadatan Penduduk (jiwa/km2) 50 4. Rasio Jenis Kelamin Penduduk (%) 105,22
Sumber: BPS, Sulteng Dalam Angka 2023
Dilihat dari struktur kelompok umur, penduduk Sulawesi Tengah di dominasi oleh kelompok usia produktif (15-64 Thn) sebesar 68,01 persen, sedangkan usia non produktif (0-14 Thn dan 65-75 Thn keatas) sebesar 31,99 persen, Selanjutnya, perkembangan jumlah penduduk menurut kelompok umur di Provinsi Sulawesi Tengah secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 2.17
Perkembangan Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2022 (Jiwa)
Kelompok Umur
Jenis Kelamin
Jumlah Laki-Laki Perempuan
1 2 3 4
0 – 4 142 118 136 351 278 469
5 – 9 138 400 133 455 271 855
10 – 14 136 350 129 156 265 506
15 – 19 134 171 125 343 259 514
20 – 24 135 989 127 185 263 174
25 – 29 134 921 126 197 261 118
30 – 34 127 512 120 822 248 334
35 – 39 118 881 112 898 231 779
40 – 44 110 883 105 674 216 557
45 – 49 100 261 95 572 195 833
50 – 54 85 553 81 421 166 974
55 – 59 70 340 66 865 137 205
Kelompok Umur
Jenis Kelamin
Jumlah Laki-Laki Perempuan
1 2 3 4
60 – 64 53 710 51 079 104 789
65 – 69 38 261 36 638 74 899
70 – 74 23 894 23 536 47 430
75 + 20 841 21 866 42 707
Jumlah 1.572.085 1.494.058 3.066.143 Sumber: BPS, Sulteng Dalam Angka 2023.