• Tidak ada hasil yang ditemukan

1.1.1 Definisi Jalan Raya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "1.1.1 Definisi Jalan Raya"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Umum

1.1.1

Definisi Jalan Raya

Menurut Abdul Wahab (2009), Jalan raya adalah sarana transportasi yang berperan penting dalam berbagai aktivitas masyarakat di suatu daerah baik perkotaan maupun pedesaan. Jalan merupakan salah satu prasarana penting dalam melayani pergerakan orang dan barang. Infrastruktur jalan berkualitas akan memperlancar distribusi angkutan barang yang selanjutnya mampu meningkatkan daya saing suatu negara.

Kondisi saluran drainase dan kendaraan yang melintas secara berulang dengan beban yang melampaui batas maksimum kendaraan itu sendiri merupakan salah satu faktor yang dapat mengakibatkan kerusakan jalan,sehingga aktivitas para pengguna jalan tidak dapat berjalan normal bahkan dapat mengakibatkan kecelakaan lalu lintas. Untuk mempermudah segala jenis aktivitas yang terjadi maka dibutuhkan kondisi dan kualitas jalan yang memadai. Berdasarkan Undang – Undang Nomor 38 Tahun 2004 dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan, Jalan umum di Indonesia dapat di klasifikasikan berdasarkan system jaringan jalan, fungsi jalan , status jalan dan kelas jalan. Klasifikasi jalan umum di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 2.1.

(2)

Tabel 2.1 Klasifikasi Jalan Umum di Indonesia

No Klasifikasi Jalan Keterangan

1. Berdasarkan Sistem Jaringan Jalan

Primer Sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk pengembangan semua wilayah ditingkat nasional,dengan menguhubungkan semua pusat kegiatan.

Sekunder System jaringan jalan dengan peranan distribusi barang dan jasa untuk masyarakat di dalam kawasan perkotaan.

2 Fungsi Jalan

Jalan Arteri

Jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama dengan ciri perjalanan jarak jauh,kecepatan rata-rata tinggi,dan jumlah jalan masuk dibatasi secara berdaya guna.

Jalan Kolektor

Jalan umum yang berfungsi melayani angkutan pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang,kecepatan rata-rata sedang,dan jumlah jalan masuk dibatasi.

Jalan Lokal

Jalan umum yang berfungsi melayani angkutan setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat,kecepatan rata-rata rendah ,dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi.

Jalan Lingkungan

Jalan umum yang berfungsi melayani angkutan lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat,kecepatan rata-rata rendah.

3. Status Jalan Jalan Nasional

Jalan arteri dan jalan kolektor dalam system jaringan jalan primer yang menghubungkan antar ibukota provinsi, dan jalan strategis nasional,serta jalan tol.

Jalan Provinsi

Jalan kolektor dalam system jaringan jalan primer yang menghubungkan ibukota provinsi dengan kabupaten/kota, antar kabupaten/kota, dan jalan strategis provinsi

Jalan Kabupaten

Jalan local dalam system jaringan jalan primer yang menghubungkan kabupaten dengan kecamatan, antar kecamatan, kabupaten

(3)

dengan pusat kegiatan local, antar pusat kegiatan local, serta jalan umum dalam sitem jaringan jalan sekunder dalam wilayah kabupaten dan jalan strategis kabupaten.

Jalan Kota Jalan umum dalam sitem jaringan jalan sekunder yang menghubungkan antarr pusat pelayanan dengan persil, antar persil, dan antar pusat permukiman di dalam kota

Jalan Desa Jalan umum yang menghubungkan kawasan dan/atau antar pemukiman didalam desa,serta jalan lingkungan.

4. Kelas Jalan (berdasarka n spesifikasi penyediaan prasaran jalan)

Jalan Bebas Hambatan

Jalan dengan pengendalian jalan masuk secara penuh, tidak ada persimpangan sebidang, dilengkapi pagar ruang milik jalan, dilengkapi median,paling sedikit memilki dua lajur tiap arah,lebar lajur paling sedikit 3,5 meter.

Jalan Raya Jalan umum untuk melayani lalu lintas menerus dengan pengendalian jalan masuk secara terbatas, dilengkapi dengan median, paling sedikit dua lajur setiap arah, lebar lajur paling sedikit 3,5 meter.

Jalan Sedang

Jalan umum untuk melayani lalu lintas jarak sedang dengan pengendalian jalan masuk tidak dibatasi,paling sedikit dua lajur untuk dua arah, lebar jalan paling sedikit, dengan lebar jalur paling sedikit 7 meter.

Jalan kecil Jalan umum untuk melayani lalu lintas setempat, paling sedikit dua lajur untuk dua arah, dengan lebar lajur paling sedikit 5,5 meter.

Sumber: Undang-undang RI No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan

Klasifikasi jalan umum di Indonesia menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan menjelaskan hubungan kelas jalan, fungsi jalan, ukuran kendaraan dan Muatan Sumbu Terberat (MST) seperti yang ditunjukan pada Tabel 2.2.

(4)

Tabel 2.2. Hubungan antara fungsi dan kelas jalan menurut Undang-Undang No.

22 Tahun 2009

Sumber: Undang-undang RI No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

1.1.2 Jenis Kerusakan Jalan

Menurut Direktorat Jendral Bina Marga dalam Manual Pemeliharaan Jalan Nomor: 03/MN/B/1983, jenis kerusakan jalan dapat dibedakan atas:

1. Retak (Cracking) : berupa retak halus (hair cracking), retak kulit buaya (alligator crack), retak pinggir (edge crack), retak refleksi (reflecsion crack), retak susut (shrinkage crack)

2. Distorsi (Distortion) : berupa alur (ruts), keriting (corrugation), sungkur (shoving), amblas (grade depression), jembul (upheavel) 3. Cacat Permukaan (Disentegration) : berupa lubang (potholes),

pelepasan butir (reveling), pengelupasan lapisan permukaan (striping) 4. Pengausan (Polished aggregate)

5. Kegemukan ( Bleending or flushing) 6. Penurunan pada bekas penanaman utilitas

Kelas Jalan Fungsi Jalan Ukuran Kendaraan bermotor MST

I Jalan Arteri

Jalan Kolektor

Lebar ≤ 2.500 mm Panjang ≤ 18.000 mm Tinggi ≤ 4.200 mm

10 ton

II Jalan Arteri

Jalan Kolektor Jalan Lokal Jalan Lingkungan

Lebar ≤ 2.500 mm Panjang ≤ 12.000 mm Tinggi ≤ 4.200 mm

8 ton

III Jalan Arteri Jalan Kolektor Jalan Lokal Jalan Lingkungan

Lebar ≤ 2.500 mm Panjang ≤ 9.000 mm Tinggi ≤ 4.200 mm

8 ton

Kelas Khusus

Jalan Arteri Lebar ≤ 2.500 mm Panjang ≤ 18.000 mm Tinggi ≤ 4.200 mm

> 10 ton

(5)

1.1.3 Faktor Penyebab Kerusakan Jalan

Kerusakan pada suatu jalan dapat disebabkan oleh beberapa factor diantaranya sebagai berikut:

1. Lalu lintas yang berupa peningkatan beban dan repetisi beban.

2. Air hujan dan system drainase yang kurang maksimal.

3. Sifat material konstruksi perkerasan dan system pengolahan material yang tidak baik

4. Iklim. Curah hujan yang tinggi dapat meruoakan salah satu penyebab kerusakan jalan.

5. Kondisi tanah dasar yang tidak stabil. Kemungkinan disebabkan oleh system pelaksanaan yang kurang baik, atau dapat disebabkan oleh sifat tanah dasar yang memang jelek.

6. Proses pemadatan tanah dasar yang kurang baik.

1.1.4 Pemeliharaan Jalan

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 1985 Tentang Jalan, pemeliharaan jalan adalah usaha penanganan jalan yang meliputi perawatan, rehabilitasi, penunjang dan peningkatan. Terdapat 3 jenis kategori pemeliharaan jalan, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Pemeliharaan rutin

Pemeliharaan rutin adalah penanganan terhadap lapis permukaan yang sifatnya untuk meningkatkan kualitas berkendaraan (riding quality), tanpa meningkatkan kekuatan struktural dan dilakukan sepanjang

(6)

tahun. Pemeliharaan rutin dilakukan apabila nilai prioritas >7 yang menandakan jalan dalam kondisi baik.

2. Pemeliharaan Berkala

Pemeliharaan berkala adalah pemeliharaan yang dilakukan terhadap jalan pada waktu tertentu (tidak menerus sepanjang tahun) dan sifatnya meningkatkan kemampuan structural jalan. Pemeliharaan ini dilakukan apabila urutan prioritas di angka 4 – 6 yang menandakan bahwa jalan mengalami kerusakan ringan.

3. Peningkatan Jalan

Peningkatan jalan adalah penanganan jalan guna memperbaiki pelayanan jalan yang berupa peningkatan structural dan atau geometriknya agar mencapai tingkat pelayanan yang direncanakan.

Peningkatan jalan biasanya dalam bentuk lapis ulang permukaan (overlay) dengan urutan prioritas 0 – 3 yang menandakan jalan dalam kondisi rusak berat.

1.1.5 Kriteria Penilaian Kerusakan Permukaan Jalan

Penilaian tingkat dan tipe kerusakan jalan diamati secara visual dan dilaksanakan secara sistematis di sepanjang ruas jalan Desa Bandar Jaya.

Berdasarkan Modul Jalan Kabupaten, system penilaian terdiri dari 4 tingkat kerusakan, yakni baik, rusak ringan dan rusak berat. Dalam pelaksanaan survei dipakai jarak 10 m di setiap segmen sepanjang ruas jalan. Berikut ini adalah tabel sistem penilaian kerusakan permukaan perkerasan jalan.

(7)

Tabel 2.3. Kerusakan Permukaan Perkerasan Beraspal Kerusakan Permukaan Perkeraan : % Luas Tipe

Kerusakan

1 2 3 4

Baik Sedang Rusak Rusak Berat

Lubang-lubang Legoka

Retak-retak Alur bekas roda

0 – 1 0 – 5 0 – 3 0 – 3

1 – 5 5 – 10 3 – 12 3 – 5

5 – 15 10 – 50 12 – 25 5 – 15

> 15

>50

>25

>25

Sumber: Modul Jalan Kabupaten,Bantuan Teknis Pembinaan Untuk Penyelenggaraan Jalan Daerah, dalam skripsi Hermawan Adi H, 2016

1.1.6 Penilaian Urutan Prioritas

Urutan Prioritas dihitung berdasarkan nilai kelas Lintas Harian Rata- Rata (LHR) dan nilai kondisi jalan yang didapat dari penilaian kondisi permukaan jalan,yang dimasukkan kedalam rumus berikut:

Urutan Prioritas = 17 – ( Kelas LHR + Nilai Kondisi Jalan) …. (1) Dimana :

Kelas LHR = Kelas Lintas Harian Rata-rata untk pekerjaan

Perbaikan

Nilai Kondisi Jalan = Nilai yang diberikan terhadap kondisi jalan,didapat berdasarkan hasil survai dan perhitungan.

Tabel 2.4 Kelas lalu lintas untuk pekerjaan pemeliharaan Kelas Lalu-Lintas LHR (SMP/jam)

0 1 2 3 4 5 6 7 8

>20 20 – 50 50 – 200 200 – 500 500 – 2000 2000 – 5000 5000 – 20000 20000 – 50000

>50000

Sumber: Direktorat Jendral Bina Marga,1990. Tata Cara Penyusunan Pemeliharaan Jalan Kota

(8)

Tabel 2.5 Penetapan nilai kondisi jalan berdasarkan Angka Kerusakan Total Angka Kerusakan Angka

26 – 29 9

22 – 25 8

19 – 21 7

16 – 18 6

13 – 15 5

10 – 12 4

7 – 9 3

4 – 6 2

0 – 3 1

Sumber: Direktorat Jendral Bina Marga, 1990. Tata Cara Penyusunan Pemeliharaan Jalan Kota

Keterangan:

Total Angka Kerusakan : jumlah atau banyaknya kerusakan yang terjadidiruas jalan yang diteliti.

Angka 1 – 9 : nilai terhadap jumlah kerusakan yang telah diteliti. Semakin banyaknya kerusakan maka semakin besar pula angka yang ditetapkan.

Untuk mencari kelas LHR dibutuhkan factor Satuan Mobil Penumpang (SMP) untuk mendapatkan volume lalu lintas dalam satuan SMP/Jam. SMP dapat dicari dengan mengalikan volume kendaraan dengan factor Ekivalensi Mobil Pemumpang (EMP). Berikut ini adalah table EMP untuk Jalan Perkotaan Tak Terbagi.

(9)

Tabel 2.6 EMP untuk Jalan Perkotaan Tak terbagi Tipe jalan:

Jalan tak terbagi

Arus lalu lintas total 2 arah (Kend/Jam)

EMP HV

MC

Lebar Jalur Lalu Lintas WC (m)

≤ 6 > 6 Dua lajur tak

terbagi (2/2 UD)

0

≥1800

1,3 1,2

0,5 0,35

0,4 0,25 Empat Lajur

tak terbagi (4/2 UD)

0

≥3700

1,3 1,2

0,4 0,25

Sumber: Manual Kapasitas Jalan Indonesia, 1997. EMP untuk Jalan Perkotaan Tak Terbagi

1.1.7 Drainase Jalan Raya

Menurut Dr. Ir. Suripin, M.Eng (2004) drainase mempunyai arti mengalirkan, menguras, membuang atau mengalirkan air. Secara umum, drainase dapat didefinisikan sebagai suatu cara pembuangan kelebihan air yang tidak diinginkan pada suatu daerah untuk memperlancar aktivitas sosial dijalan raya agar berjalan semestinya. Prinsip utama drainase jalan raya adalah menyediakan fasilitas berupa saluran dan bangunan pelengkapnya,yang ditempatkan pada kedua sisi tepi jalan,yang berfungsi bagi pengaliran air bawah tanah atau air hujan yang turun disekitar permukaan badan jalan agar tidak terjadi genangan air sehingga kerusakan jalan berupa lubang, jalan amblas yang dapat membahayakan lalu lintas dapat dihindari dan jalan dapat berfungsi dengan baik.

1.1.8 Jenis dan Bentuk Drainase Jalan Raya

Secara umum, saluran penampang samping jalan atau drainase mempunyai 2 jenis drainase yaitu selokan samping dan gorong-gorong.

(10)

Keduanya berfungsi sebagai jalan keluarnya air dari permukaan jalan untuk mengerhindari permukaan jalan dari kerusakan-kerusakan akibat genangan air (Modul Bina Marga,Dasar-dasar Perencanaan Drainase).

Adapun bentuk-bentuk dari saluran drainase adalah sebagai berikut:

1. Drainase Selokan samping a. Trapesium

Saluran trapesium berfungsi untuk menampung dan menyalurkan limpasan air hujandengan debit yang besar. Bentuk saluran ini dapat digunakan pada Kawasan yang masih cukup tersedia lahan.

Gambar 2.1 Saluran Drainase Trapesium b. Persegi

Saluran ini terbuat dari pasangan batu dan beton. Berfungsi untuk menampung dan menyalurkan limpasan air hujan dengan debit yang besar. Saat ini saluran berbentuk persegi lebih sering digunakan untuk pembuatan saluran air system drainase.

Gambar 2.2 Saluran Drainase Persegi

(11)

c. Segitiga

Saluran ini memiliki bentuk yang cukup aneh yaitu 2 sisi menghadap ke tanah, saluran ini sangat jarang digunakan dan hanya digunakan pada kondisi tertentu. Saluran ini hanya berfungsi untuk menampung dan menyalurkan limpasan air hujan dengan debit kecil.

Gambar 2.3 Saluran Drainase Segitiga d. Setengah Lingkaran

Bentuk saluran ini hanya berfungsi untuk menyalurkan limbah air hujan yang memilik debit air yang kecil. Bentuk drainase ini sangat cocok digunakan pada system drainase local dimana hanua digunakan untuk saluran air penduduk atau pada sisi jalan perumahan yang padat penduduk.

Gambar 2.4 Saluran Drainase Setengah Lingkaran

(12)

2. Drainase Gorong-gorong

Drainase gorong-gorong berfungsi untuk memberi jalan air dari parit atau sungai kecil yang melintasi jalan dan yangtelah terkumoul didalam bak-bak penampung selokan samping untuk dibuang ke tempat pembuangan. Matrial yang digunakan untuk drainase gorong-gorong adalah beton bertulang dan baja (Modul Bina Marga,Dasar-dasar Perencanaan Drainase). Berikut ini adalah bentuk penampang lintang drainase gorong-gorong:

a. Lingkaran (circular)

Bentuk ini paling sering dipakai,ditinjau dari segi struktur bentuk lingkaran relatif efesien untuk kebanyakan kondisi muatan, dibuat dari beton bertulang (ø 60cm, 80 cm, 100cm, 120 cm, dan 140 cm) atau baja (corrugated steel pipe ø <2.00m)

Gambar 2.5 Potongan Melintang Lingkaran b. Ellips

Dipakai sebagai pengganti bentuk circular jika terdapat kerterbatasan tinggi timbunan. Harga relative lebih mahal dibandingan dengan bentuk circular.

Gambar 2.6 Potongan Melintang Ellips

(13)

c. Box (Rectangular)

Direncanakan untuk menambung debit air yang relatif besar,bentuk ini cocok digunakan jika posisi muka air yang diijinkan (allowable headwater depth) rendah.

Gambar 2.7 Potongan Melintang Box d. Lengkung (arch)

Dipakai pada kondisi tanah yang cukup baik,memerlukan pertimbangan desain yang lebih letiti untuk menghindari scouring.

Gambar 2.8 Potongan Melintang Lengkung

e. Multiple Barrels

Terdiri dari dua atau lebih barrels berupa circular atau box.

Bentuk ini dipakai pada kondisi kanal yang agak lebar melintasi jalan.

Gambar 2.9 Potongan Melintang Multiple Barrels

(14)

1.1.9 Permasalahan Pada Drainase

Permasalahan-permasalahan yang kerap terjadi pada drainase adalah sebagai berikut:

1. Tanah ambles, tanah ambles disebabkan karena pengambilan air tanah yang secara berlebihan.

2. Kurangnya koordinasi dan sinkronisasi dengan infrastruktur yang lain seperti banyak ditemukannya tiang listrik berada ditengah saluran drainase, dan keberadaan pipa air PDAM yang memotong saluran penampang basah atau penggalian saluran drainase yang kemudian merusak prasarana yang telah ada sebelumnya.

3. Meningkatnya jumlah penduduk yang mengakibatkan semakin banyak limbah yang dihasilkan baik berupa sampah maupun limbah cair.

4. Pengelolaan sampah yang tidak diperhatikan. Sampah berperan besar terhadap pendangkalan dan penyempitan saluran drainase yang mengakibatkan terjadinya genangan air bahkan banjir.

5. Tingkat kesadaran masyarakat yang rendah dikarenakan masih banyak masyarakat yang membuang sampah tidak pada tempatnya.

1.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian ini mengambil beberapa referensi dari penelitian-penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya antara lain sebagai berikut.

1. Hermawan Adi Handoyo (2016)

Oleh Hermawan Adi Handoyo (2016) dari Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Purworejo dengan judul

(15)

Analisis Kerusakan Jalan Perkotaan Menggunakan Metode Bina Marga (Studi kasus Jalan Perkotaan Kabupaten Wonosobo). Dimana dalam penelitian yang dilakukan oleh penulis mengangkat masalah-masalah kerusakan jalan yang terjadi di Kabupaten Wonosobo dengan tujuan untuk mengetahui nilai kondisi kerusakan yang terjadi di ruas jalan dan untuk mengetahui urutan prioritas penanganan dan perbaikan jalan. Penelitian ini dilakukan dengan mengambil 13 sampel ruas jalan sepanjang 100m disetiap segmen. Pengumpulan data diperoleh dari survai penjajagan kondisi jalan menggunakan Metode Bina Marga dan Survai Lintas Harian Rata-Rata.

Hasil yang didapat dari penelitian ini adalah total volume kerusakan yang didapat dari 13 ruas jalan perkotaan Kabupaten Wonosobo sebesar 1.339,688 m2. Volume kerusakan terbesar berada di ruas Jalan Serayu sebesar 476.010 retakan dan 0.590 lubang dengan nilai kondisi sebesar 6 dan urutan prioritas terkecil yaitu 7. Sedangkan ruas jalan dengan nilai kondisi terkecil adalah Jalan RSU sebesar 2,75 dan urutan prioritas sebesar 10,25. Untuk jalan dengan urutan prioritas terbesar berada pada jalan Betengsari yaitu 11 dengan nilai kondisi jalan sebesar 3.

2. Fadillah Eka Putra Fadil (2019)

Oleh Fadillah Eka Putra Fadil (2019) dari Jurusan Teknik Sipil, Politeknik Negeri Balikpapan dengan judul Analisa Kerusakan Jalan dengan Metode LHR Bina Marga ( Studi Kasus Ruas Jalan AMD Projakal Kariangau,Kota Balikpapan). Dimana dalam penelitian yang dilakukan oleh penulis bertujuan untuk mengetahui kondisi lalu lintas harian dan

(16)

menganalisis perbaikan atau perawatan jalan dengan melalukan survei secara visual dan mengelompokkan jenis kerusakan yang terjadi pada ruas jalan AMD Prokajal sepanjang 1km dengan membagi 5 segmen ,masing- masing segmen sepanjang 200 m.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondidi lalu-lintas cukup ramai dengan hasil survei LHR adalah 2,131 smp/hari, kerusakan yang paling dominan adalah jenis lubang dengan luas sebesar 4,74 m2 dan retak dengan luas sebesar 2,85 m2 . Nilai kondisi jalan yang diperoleh menunjukan nilai 7 yang berarti kondisi jalan rusak sedang dengan jenis pemeliharaan rutin.

3. Krisman Pebrian Manullang (2018)

Oleh Krisman Pebrian Manullang (2018) dari jurusan Teknik Bangunan, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Jakarta dengan judul Evaluasi Sistem Jaringan Drainase Jalan Raya (Studi Kasus: Lingkungan Jalan Nusantara Raya Perumnas 3 Kota Bekasi). Dimana tujuan dalam penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah untuk mengindentifikasi kondisi saluran drainase jalan raya serta mengevaluasi system jaringan drainase jalan raya yang sudah ada (eksisting) dalam menampung debit limpasan,dimensi saluran dan arah aliran pada saluran yang terjadi genangan dengan metode deskriptif kuantitatif menggunakan data curah hujan bulanan di Lingkungan Jalan Nusantara Raya Perumnas 3 Kota Bekasi dengan upaya dapat membantu memecahkan permasalahan banjir didaerah tersebut.

(17)

1.3 Hipotesis

Kesimpulan sementara ruas jalan yang akan diteliti merupakan ruas jalan dengan nilai prioritas tertinggi, dikarenakan jalan tersebut merupakan jalan sekunder alternatif yang menghubungkan beberapa kecamatan dan desa serta menghubungkan beberapa pusat kegiatan lokal seperti pusat perbelanjaan dan perkantoran di Kecamatan Terbanggi Besar khususnya Desa Bandar Jaya, Desa Yukum Jaya, Desa Indra Putra Subing dan Desa Karang Endah. Sehingga dapat diperkirakan volume lalu lintas pada ruas jalan ini cukup tinggi, karena banyak kendaraan yang melintas dengan beban kendaraan yang bervariasi bahkan melebihi batas maksimum kendaraan itu sendiri, maka tingkat kerusakan yang terjadi pun dapat lebih besar dibandingkan dengan beberapa ruas jalan lainnya. Selain itu, kondisi drainase di sekitar ruas jalan juga mempengaruhi terjadinya kerusakan jalan,terlebih lagi pada saat musim penghujan yang banyak menyebabkan adanya genangan air di ruas jalan yang mengalami kerusakan. Sehingga perlu dilakukannya evaluasi baik terhadap kerusakan yang terjadi ataupun kondisi drainase disekitar ruas jalan.

Referensi

Dokumen terkait

i HALAMAN PENGESAHAN Menyatakan bahwa Laporan Tugas Akhir yang berjudul : EVALUASI SISTEM DRAINASE JALAN BANJARSARI, JALAN GONDANG RAYA DAN JALAN KRAMAS- PENGGARON DENGAN PENERAPAN