• Tidak ada hasil yang ditemukan

1 2 PB

N/A
N/A
Willy Iar

Academic year: 2025

Membagikan "1 2 PB"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

JURNAL KESEHATAN

NASIONAL VOL. 4 NO. 1 HAL. 1-69 JAKARTA,

JUNI 2020 ISSN 2599-350X

N A S I O N A L

PENERAPAN KOMPRES HANGAT UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN RASA AMAN NYAMAN HIPERTERMIA PADA PASIEN ANAK DENGAN DHF DI RUANG WIJAYA KUSUMA RUMAH SAKIT TUGU IBU

Emmelia Astika Fitri Damayanti, Devi Afriana Sodik, Tety Mulyati Arofi

PELAKSANAAN PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI DI PELAYANAN KEPERAWATAN MATERNITAS

Heni Purwaningsih, Ika Parmawati, M.Kus Fitriani Fruitasari, Emmelia Astika Fitri Damayanti

DEVELOPING INTERPROFESSIONAL EDUCATION THROUGH INTERPERSONNAL TRAINING WARD: A LITERATURE REVIEW

Hafidz Ma’ruf, Totok Harjanto, Eri Yanuar Akhmad Budi Sunaryo

PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI PADA PASIEN ANAK DENGAN DEMAM TYPOID DI RUANG WIJAYA KUSUMA RUMAH SAKIT TUGU IBU Lugas Gresimurti, Tety Mulyati Arofi

FAKTOR RISIKO DAN PENATALAKSANAAN POSTPARTUM BLUES Winda Ayu F, Fatimatuzzahrah, Wika Rispudyani

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI DAN KESIAPAN DOSEN TERHADAP PEMBELAJARAN INTERPROFESSIONAL EDUCATION

Ignasia Nila S, Andra Saferi W, Yenni Kristiana, Hidayah, Pamulatsih Dwi O, Martina Eka Cahyaningtyas, Chintia Kartika

PENDAMPINGAN PEMERIKSAAN DAN KONSELING KEHAMILAN PADA IBU HAMIL DI ERA PANDEMI COVID 19

Emmelia Astika Fitri Damayanti, Tety Mulyati Arofi

(2)

Jurnal Kesehatan Nasional Akper Yaspen Jakarta Vol. 3 No.1 Juni 2019

JURNAL KESEHATAN NASIONAL

Diterbitkan oleh Akper Yaspen Jakarta

Pelindung

Yayasan Pendidikan Nasional Jakarta

Ketua Dewan Redaksi

Sulastri, S. Kp., M. Kep.

Pimpinan Redaksi

Harjati, SST., M. Kes.

Sekretaris

Dra. Yuntinawati

Bendahara

Debby Ratih, S. E.

Anggota Redaksi

Resmiati, S. Kp., M. Kes.

Zompi, S. Kep., MM.

Tety Mulyati Arofi, S. Kep., Ns., M. Kep.

Emmelia Astika Fitri Damayanti, S.Kep., Ns., M.Kep.

Promosi dan Distribusi

Febriana, S. Kep., Ns., M. Kep.

Jadual Penerbitan

Terbit dua kali dalam setahun

Penyerahan Naskah

Naskah merupakan hasil penelitian, pengabdian masyarakat dan kajian pustaka ilmu kesehatan yang belum pernah dipublikasikan/diterbitkan dalam lima tahuan terakhir. Naskah

sudah ditulis dalam bentuk format microsoft office word sesuai dengan template. Naskah dapat dikirim melalui email atau diserahkan langsung ke redaksi dalam bentuk rekaman

Compact Disk (CD) dan print-out 2 eksemplar.

Penerbitan Naskah

Naskah yang layak terbit ditentukan oleh dewan redaksi setelah mendapat rekomendasi Mitra Bestari atau reviewer. Perbaikan naskah menjadi tanggung jawab penulis dan naskah yang

tidak layak akan dikembalikan kepada penulis

Alamat Redaksi

Akper Yaspen Jakarta

Jl. Batas II No. 54 Kel. Baru Kec. Pasar Rebo Jakarta Timur Telp. (021) 87703785 Fax. (021) 8717353

Website: akperyaspen.ac.id email: [email protected]

(3)

Jurnal Kesehatan Nasional Akper Yaspen Jakarta Vol. 3 No.1 Juni 2019

ISSN 2599-350X

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penerbitan Jurnal Kesehatan Nasional volume kedua ini.

Sesuai dengan tugas pokok Tri Dharma Perguruan Tinggi, tujuan penerbitan Jurnal Kesehatan Nasional ini dalam rangka memfasilitasi dosen untuk melaksanakan publikasi ilmiah hasil penulisan artikel ilmiah dari studi literatur, penelitian maupun pengadian masyarakat serta dalam rangka menyebarkan ilmu pengetahuan kepada masyarakat luas.

Penerbitan Jurnal Kesehatan Nasional ini merupakan hasil kerjasama dari berbagai pihak yang telah membantu, baik dalam proses persiapan hingga terlaksananya penerbitan volume kedua ini. Peran dosen yang telah mengirimkan artikel ilmiah juga sangat penting untuk mendapatkan artikel-artikel yang berkualitas. Untuk itu kami mengucapkan banyak terimakasih, semoga amal baik kita diterima sebagai catatan kebaikan untuk hari akherat kita.

Akhir kata kami berharap Jurnal Kesehatan Nasional ini dapat memberikan kontribusi dan bermanfaat dalam mengembangkan ilmu pengetahuan kepada masyarakat serta sebagai salah satu media dalam mencerdaskan generasi bangsa.

Jakarta, 20 Juni 2020 Ketua Dewan Redaksi

Sulastri, SKp., M.Kep.

(4)

Jurnal Kesehatan Nasional Akper Yaspen Jakarta Vol. 3 No.1 Juni 2019

Daftar Isi

Jurnal Kesehatan Indonesia

...

i Kata Pengantar ... ii Daftar Isi ... Iii 1. Penerapan Kompres Hangat Untuk Memenuhi Kebutuhan Rasa Aman Nyaman

Hipertermia Pada Pasien Anak Dengan Dhf Di Ruang Wijaya Kusuma Rumah Sakit Tugu Ibu

1-10

Emmelia Astika Fitri Damayanti, Devi Afriana Sodik, Tety Mulyati Arofi

2. Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan Reproduksi Di Pelayanan Keperawatan Maternitas

Heni Purwaningsih, Ika Parmawati, M.Kus Fitriani Fruitasari, Emmelia Astika Fitri Damayanti

11-22

3.

Developing Interprofessional Education Through Interpersonnal Training Ward: A Literature Review

23-33 Hafidz Ma’ruf, Totok Harjanto, Eri Yanuar Akhmad Budi Sunaryo

4. Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi Pada Pasien Anak Dengan Demam Typoid Di Ruang Wijaya Kusuma Rumah Sakit Tugu Ibu

34-43 Lugas Gresimurti, Tety Mulyati Arofi

5. Faktor Risiko Dan Penatalaksanaan Postpartum Blues Winda Ayu F, Fatimatuzzahrah, Wika Rispudyani

44-53

6. Hubungan Antara Persepsi Dan Kesiapan Dosen Terhadap Pembelajaran Interprofessional Education

Ignasia Nila S, Andra Saferi W, Yenni Kristiana, Hidayah, Pamulatsih Dwi O, Martina Eka Cahyaningtyas, Chintia Kartika

54-61

7. Pendampingan Pemeriksaan Dan Konseling Kehamilan Pada Ibu Hamil Di Era Pandemi Covid 19

Emmelia Astika Fitri Damayanti, Tety Mulyati Arofi

62-68

Tata Cara penulisan Artikel Jurnal

69-72
(5)

Jurnal Kesehatan Nasional Akper Yaspen Jakarta Vol. 4 No.1 Juni 2020

PENERAPAN KOMPRES HANGAT UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN RASA AMAN NYAMAN HIPERTERMIA PADA PASIEN ANAK DENGAN DHF DI RUANG WIJAYA KUSUMA

RUMAH SAKIT TUGU IBU

Emmelia Astika Fitri Damayanti, Devi Afriana Sodik, Tety Mulyati Arofi Akademi Keperawatan Yaspen Jakarta

[email protected] [email protected]

Abstrak

Dengue Haemorrhagic Fever adalah penyakit yang disebabkan oleh virus yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti yang dapat menyebabkan terjadinya Hipertermia.

Kelompok usia terbanyak yang mengalami DHF di Indonesia yaitu usia 5-14 tahun. Jika DHF tidak segera diatasi akan menyebabkan DSS (Dengue Shock Syindrome). Studi kasus ini bertujuan memperoleh gambaran penerapan kompres hangat dalam pemenuhan kebutuhan gangguan rasa aman nyaman: hipertermi pada pasien DHF. Subjek penelitian studi kasus yaitu dua pasien anak usia sekolah dengan DHF dirawat di Rumah Sakit Tugu Ibu. Karya tulis ilmiah ini menggunakan desain studi kasus deskriptif. Penelitian dilakukan 06–10 Mei 2019. Hasil penelitian didapatkan pasien bernama An.A dan An.R dengan keluhan yang sama yaitu peningkatan suhu tubuh, pada An.A dengan suhu 37,8oC dan pada An.R suhu 27,9oC sehingga diagnosa prioritas yaitu Hipertermi bd penyakit. Rencana dan tindakan yang dilakukan adalah melakukan kompres air hangat dan memonitor vital sign. Evaluasi An.A tercapai sesuai perencanaan, evaluasi pada An.R belum tercapai.

Kata Kunci: DHF, Hipertermia, Kebutuhan Rasa Aman Nyaman, kompres hangat

Abstract

Dengue Haemorrhagic Fever is a disease caused by a virus transmitted through the bite of the Aedes aegypti mosquito that can cause hyperthermia. The largest age group that experiences DHF in Indonesia is the age of 5-14 years. If Dengue Hemorrhagic Fever is not immediately treated it will cause DSS (Dengue Shock Syindrome). This study aims to obtain an overview of application of warm compress in meeting the needs of comfortable safety disorders:

hyperthermia in DHF / DHF patients. Case study subjects were two school-age pediatric patients with DHF being treated at Tugu Ibu Hospital. This scientific paper uses a descriptive case study design. The study was conducted May 6-10 2019. The results obtained by patients named An.A and An.R with the same complaint that is an increase in body temperature, at An.A with a temperature of 37.8oC and at An.R a temperature of 27.9oC so that the diagnosis is priority that is hyperthermia of the disease. Plans and actions taken are to compress warm water and monitor vital signs. An.A evaluation is achieved according to plan, evaluation on An.R has not been achieved.

Keywords: DHF, Hyperthermia, The Need for Comfortable Safety, warm compress

(6)

Jurnal Kesehatan Nasional Akper Yaspen Jakarta Vol. 4 No.1 Juni 2020

1. PENDAHULUAN

Dengue haemorrhagic fever adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang tergolong Arthropod-Borne Virus, genus Flavivirus, dan family Flaviviridae.

Penyakit ini ditularkan melalui nyamuk Aedes Aegypti (infodatin, 2016). Wabah DHF dapat muncul sepanjang tahun tanpa mengenal kelompok umur karena lingkungan dan perilaku masyarakat yang kurang baik (Kemenkes RI, 2016).

Menurut data WHO (2014) Penyakit dengue haemorrhagic fever pertama kali dilaporkan di Asia Tenggara pada tahun 1954 yaitu di Filipina, selanjutnya menyebar ke berbagai negara. Penyakit DHF saat ini telah menjadi penyakit endemik pada lebih dari 100 negara, diantaranya adalah Afrika, Amerika, Mediterania Timur, Asia Tenggara dan Pasifik Barat memiliki angka tertinggi terjadinya kasus DHF. Perkembangan kasus DHF di tingkat global semakin meningkat, seperti dilaporkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yakni dari 980 kasus di hampir 100 negara tahun 1954-1959 menjadi 1.016.612 kasus di hampir 60 negara tahun 2000-2009 (WHO, 2014).

Laporan kasus dengue haemorrhagic fever di Indonesia bulan Januari 2019 yang masuk ke Kementerian Kesehatan terus bertambah dimana jumlah kasus DBD sebanyak 13.683 penderita. Pasien DHF tersebut telah dirawat di beberapa rumah sakit. Jumlah kasus DHF di RS Tugu Ibu sebanyak 15 pasien pada bulan Januari 2019.

Menurut Soedarto (2012) Indonesia merupakan daerah endemis DHF dan mengalami epidemik sekali dalam 4-5 tahun.

Pengaruh faktor lingkungan memiliki peran penting dalam peningkatan jumlah kasus, meliputi jumlah genangan air bersih sebagai sarang nyamuk dan mobilitas masyarakat yang tinggi. Indonesia termasuk salah satu negara endemik dengue haemorrhagic fever karena jumlah kasusnya yang tinggi dan terus bertambah serta penyebarannya yang luas (Sungkar dkk, 2010).

Perawat memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan asuhan

keperawatan komperhensif pada pasien DHF. Salah satunya adalah upaya promotif dapat dilakukan dengan memberikan pendidikan kesehatan atau informasi tentang penyakit, penyebab, gejala, perawatan, pencegahan dan pengobatan pada penderita DHF. Salah satu upaya pencegahan penyakit pada kasus DHF dapat dilakukan dengan cara 3M (menguras, menutup, mengubur), memelihara ikan pemakan jenik-jentik nyamuk, tidak membiasakan menggantung pakaian di dalam kamar untuk mencegah terjadinya penyakit tersebut.

Peran kuratif perawat adalah memberikan asuhan keperawatan secara maksimal termasuk tindakan kompres hangat kepada anak. Tindakan kompres hangat bertujuan untuk menurunkan suhu tubuh anak dengan memberikan kompres menggunakan air hangat pada bagian aksila.

Peran rehabilitatif perawat dilakukan untuk mempercepat proses penyembuhan dengan meneruskan program pengobatan di rumah, melakukan kontrol sesuai dengan jadwal yang ditetapkan dan mengkonsumsi makanan yang bergizi untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan mempercepat proses penyembuhan. Saat ini angka kejadian DHF di RS semakin meningkat terutama pada kasus anak. Oleh karena itu diharapkan perawat memiliki keterampilan dan pengetahuan yang cukup dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak dengan DHF.

Keterampilan yang sangat dibutuhkan adalah kemampuan untuk mengidentifikasi tanda- tanda syok dan kecepatan dalam menangani anak yang mengalami DSS.

Masalah keperawatan yang umum terjadi dan dialami pasien adalah demam tinggi/ hipertermia. Hipertermia adalah keadaan meningkatnya suhu tubuh di atas rentang normal tubuh, dimana salah satu penyebabnya karena proses penyakit (infeksi virus dengue) (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016). Hipertermia merupakan keadaan di mana individu mengalami atau berisiko mengalami kenaikan suhu tubuh >37,5℃

per oral atau 38,8℃ per rektal yang sifatnya menetap karena faktor eksternal (Carpenito, 2012). Jadi hipertermia merupakan salah

(7)

Jurnal Kesehatan Nasional Akper Yaspen Jakarta Vol. 4 No.1 Juni 2020

satu gejala klinis yang ditemukan pada kasus DHF.

Derajat peningkatan suhu tubuh masing- masing penderita bervariasi tergantung dari daya tahan tubuhnya. Suhu tertinggi bisa mencapai lebih dari 40℃ dan biasanya berlangsung 2-7 hari dengan diserta kulit kemerahan, takikardi, takipnea, dan kulit terasa hangat.(World Health Organization 2009). Keseimbangan suhu tubuh (termoregulasi) bagian dari kebutuhan fisiologis manusia yang paling mendasar, maka kejadian hipertermi harus segera diatasi. Hipertermi juga bisa menyebabkan dehidrasi karena banyaknya pengeluaran cairan yang terjadi akibat penguapan.

Apabila dehidrasi tidak segera ditangani bisa berdampak syok yang akhirnya dapat berakibat fatal yaitu kematian.(World Health Organization 2009).

Melihat angka kesakitan DHF yang cukup tinggi, pentingnya penanganan segera untuk mencegah terjadinya komplikasi, serta banyaknya peran perawat yang dapat dilakukan untuk memberikan asuhan keperawatan pada penderita DHF. Tujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan penerapan kompres hangat pada pasien anak dengan DHF dalam pemenuhan kebutuhan rasa aman nyaman hipertermia di rumah sakit.

2. METODE

Penelitian ini menggunakan desain studi kasus deskriptif untuk menggambarkan penerapan kompres hangat pada pasien anak dengan DHF. Kasus dalam penelitian ini menggunakan 2 orang pasien anak dengan DHF. Fokus studi pada kasus ini adalah kebutuhan rasa aman nyaman hipertermia pada pasien anak dengan demam typoid.

Studi kasus ini dilaksankan pada di Rumah Sakit Tugu Ibu pada 31 Maret samapai 3 April 2020 diruang Wijaya Kusuma.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Anak

Karakteristik identitas pasien anak dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Karakteristik Identitas Pasien Anak

Obse An. A An. R

Identitas Klien

Pasien bernama An. A dengan nomor registrasi 249587, berjenis kelamin

perempuan, berusia 12 tahun, beragama islam, suku bangsa Betawi, bahasa Indonesia, pendidikan SD.

Pasien bernama An. R dengan nomor registrasi 1- 1904-001557, berjenis kelamin perempuan, berusia 7 tahun, beragama kristen, suku bangsa batak, bahasa Indonesia, pendidikan TK-B Riwayat Masuk Rumah Sakit

Riwayat masuk rumah sakit pada kedua pasien anak dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Riwayat Masuk Rumah Sakit

An. A An. R

Pasien panas sudah 4 hari, keluar darah dari hidung kemudian dibawa kepuskesmas, lalu dirujuk ke Rs Tugu Ibu, klien mengeluh nyeri perut, muntah (-) , mual, telah dilakukan tindakan obs TTV, dipasang infus RL /20tpm

Pasien datang ke IGD atas rujukan puskesmas Ps Rebo dengan keluhan 4 hari demam sebelum masuk Rs, demamnya tinggi mendadak, puncaknya pada malam hari. Gusi berdarah (+) mual (+) BAB cair 1x smrs (+).

Paien mengeluh nyeri pada otot sendi, intake makan dan minum sedikit.

Terpasang infus cairan RL 500cc/

8jam

Pengkajian Fisik

Pengkajian fisik pada anak dengan DHF berfokus pada pengkajian kebutuhan rasa aman nyaman hipertermia untuk mengetahui secara mendalam pemenuhan kebutuhan pada anak. Hasil pengkajian dapat dilihat pada tabel 3.

(8)

Jurnal Kesehatan Nasional Akper Yaspen Jakarta Vol. 4 No.1 Juni 2020

Tabel 3. Hasil Pengkajian Nutrisi

An. A An. R

Data Subjektif (DS) : Ibu klien mengatakan An. A panas terus sudah 4 hari, ibu klien mengatakan sebelum masuk rumah sakit keluar darah dari hidung, klien mengatakan lemas Data Objektif (DO) : subu 37,8oC nadi 80x/menit, RR 21x/permenit, tekanan darah 90/70mmHg kesadaran composmetis, lingkar kepala 53cm, lingkar dada 70cm, lingkar lengan atas 25cm

Data Subjektif (DS) : Ibu klien mengatakan An.R panas sejak 4 hari yg lalu, ibu klien mengatakan panasnya naik turun, ibu klien mengatakan klien rewel

Data Objektif (DO):

suhu 37,9oC, nadi 110xmnt, RR 24x/mnt, tekanan darah 115/60mmHg kesadaran composmentis, lingkar kepala 49cm, lingkar dada 65cm, lingkar lengan atas 22cm Berdasarkan hasil pengkajian data klinis atau pemeriksaan fisik yang ditemukan pada An. A subu 37,8oC nadi 80x/menit, pernapasan 21x/permenit, tekanan darah 90/70mmHg, akral teraba panas, wajah tampak kemerahan, mukosa bibir kering kesadaran compos mentis. Sedangkan pada An. R suhu 37,9oC, nadi 110xmnt, RR 24x/mnt, tekanan darah 115/60mmHg kesadaran compos mentis, akral terba panas, wajah tampak kemerahan, anak tampak rewel. Terdapat kesamaan data klinis pasien An. A dan An.R dengan teori menurut Amin dan Hardhi dalam buku Nanda (2015) yaitu kulit kemerahan, peningkatan suhu tubuh diatas kisaran normal, takikardi (pada pasien An.R, takipnea (pada pasien An.R), kulit terasa hangat, hanya saja menurut buku nanda 2015 tidak disebutkan bahwa mukosa bibir kering, tekanan darah menurun masuk kedalam kategori hipetermi.

Hasil pengkajian menunjukkan bahwa anak panas selama 4 hari sebelum masuk RS. Ibu anak A mengatakan sebelum masuk rumah sakit anak keluar darah dari hidung dan tubuhnya lemas sedangkan ibu Anak R mengatakan anak panasnya naik turun dan anak rewel. Hal tersebut menunjukkan bahwa anak merasa tidak nyaman dengan kondisi tubuhnya karena kenaikan suhu

tubuh. Suhu tubuh pada anak yang tinggi menyebabkan masalah kebutuhan rasa aman nyaman tidak terpenuhi dengan baik.

Masalah kebutuhan rasa aman nyaman menyebabkan munculnya perilaku anak yang rewel sebagai usaha kompensasi anak terhadap perasaan tidak nyaman yang dirasakan.

Faktor pendukung dari pengkajian ini ialah pasien dan orang tua sangat kooperatif, mampu menjawab pertanyaan yang diajukan penulis. Tetapi fakto penghambat dari pengkajin ini ialah pasien An. R rewel, sehingga menghambat pengkajian yang penulis lakukan.

Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang diangkat berdasarkan data pengkajian yang ditemukan pada pasien dapat dilihat pada tabel 4.

Dignosa yang ditemukan pada An. A dan An. R yaitu hipertermi berhubungan dengan penyakit (infeksi virus dengue). Data pendukung diagnosa keperawatan pada An.

A adalah 37,8oC nadi 80x/menit, pernapasan 21x/permenit, tekanan darah 90/70mmHg, akral teraba panas, wajah tampak kemerahan, mukosa bibir kering, kesadaran compos mentis. Sedangkan pada An. R adalah suhu 37,9oC, nadi 110xmnt, RR 24x/mnt, tekanan darah 115/60mmHg kesadaran compos mentis, akral terba panas, mukosa bibir kering, wajah tampak kemerahan, anak tampak rewel. Diagnosa yang penulis rumuskan sesuai dengan SDKI dan Nanda.

Tabel 4. Diagnosa Keperawatan

An. A An. R

Hipertemi

berhubungan dengan penyakit (infeksi virus dengue)

Data subyektif :

ibu klien mengatakan badan klien panas sejak 4 hari, ibu klien mengatakan panas naik turun

Hipertermi

berhubungan dengan penyakit (infeksi virus dengue)

Data subyektif : ibu klien mengatakan anaknya panas sejak 4 hari yang lalu, ibu klien mengatakan panasnya naik turun, ibu klien mengatakan anaknya

(9)

Jurnal Kesehatan Nasional Akper Yaspen Jakarta Vol. 4 No.1 Juni 2020

sekali, observasi perubahan warna kulit klien, anjurkan klien untuk minum 2,5 liter/24 jam dan jelaskan manfaat bagi klien, kompres pasien pada aksila, kolaborasi cairan intravena 500cc/8jam, kolaborasi pemberian obat antipiretik paracetamol 3x500mg pukul 05.00, 13.00, 19.00

sekali, observasi perubahan warna kulit klien, anjurkan klien untuk minum 2,5 liter/24 jam dan jelaskan manfaat bagi klien, kompres pasien pada aksila, kolaborasi cairan intravena 500cc/8jam, kolaborasi pemberian obat antipiretik sanmol syrup 3x10ml pukul 05.00, 13.00, 19.00

Perencanaan Keperawatan

Perencanaan keperawatan dibuat sesuai dengan diagnose keperawatan pasien berdasarkan NOC dan NIC. Perencanaan keperawatan yang telah dbuat pada kedua pasien dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. Perencanaan Keperawatan Perencanaan

Keperawatan Pada An.V

Perencanaan

Keperawatan Pada An.H

Tujuan :

setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24jam, diharapkan masalah hipetermi teratasi.

Kriteria hasil :

suhu tubuh dalam rentang normal, nadi dan RR dalam rentang normal, tidak ada perubahan warna kulit.

Intervensi :

monitor TTV tiap 4 jam

Tujuan :

setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24jam, diharapkan masalah hipetermi teratasi.

Kriteria hasil : suhu tubuh dalam rentang normal, nadi dan RR dalam rentang normal, tidak ada perubahan warna kulit.

Intervensi :

monitor TTV tiap 4jam

Perencanaan keperawatan merupakan kegiatan yang penting dalam proses keperawatan untuk melihat tujuan dan kriteria hasil sebagai suatu yang menentukan keberhasilan asuhan keperawatan dilakukan.

Tujuan intervensi pada diagnosa keperawatan hipertemi berhubungan dengan penyakit (infeksi virus dengue) menurut Amin dan Hardhi dalam buku NOC 2015 tidak terdapat kriteria waktu tetapi pada kasus An. A dan An. R peneliti menambahkan kriteria waktu 3x24jam sebagai acuan atau target dalam melaksanakan intervensi.

Intervensi keperawatan yang dilakukan oleh peneliti untuk diagnosa hipertermi berhubungan dengan proses infeksi pada An.

A dan An. R yaitu monitor TTV tiap 4jam sekali, observasi perubahan warna kulit klien, anjurkan klien untuk minum 2,5 liter/24 jam dan jelaskan manfaat bagi klien.

Tindakan intervensi kolaborasi yang dapat dilakukan pada pasien adalah pemberian cairan intravena 500cc/8jam, kolaborasi pemberian obat antipiretik pukul 05.00, 13.00, 19.00 WIB.

Salah satu intervensi mandiri keperawatan yang dapat dilakukan perawat untuk menurunkun suhu tubuh pasien anak adalah tindakan kompres hangat pada aksila.

Menurut Ayu (2015) penggunaan kompres hangat di lipatan ketiak/ aksila dengan temperature air 30-32oC, akan membantu menurunkan panas dengan cara panas keluar lewat pori-pori kulit melalui proses penguapan. Pemberian kompres hangat pada Data obyektif :

TTV, tekanan darah 90/70 mmHg, suhu 37,8°C, nadi 80x/mnt, RR 21x/mnt, kesadaran compos mentis, wajah tampak kemerahan, akral teraba hangat, mukosa bibir kering, pemeriksaan laboratorium

Hemoglobin 13,5 g/dl, hematokrit 42%, eritrosit 6juta/uL, leukosit 4,230 10’3/uL, trombosit 98 ribu/uL

rewel

Data obyektif : TTV, tekanan darah 117/63mmHg, suhu 37,9°C, nadi 117xmnt, RR 24x/mnt, kesadaran compos mentis, wajah tampak kemerahan, akral teraba hangat, mukosa bibir kerin, pemeriksaan

labotarium

Hemoglobin 12,7g/dl, hematokrit 36%, Eritrosit 4,3juta/uL, leukosit 2,60 10’3/uL, trombosit 78 ribu/uL, Basofil 0%, eosinofil 3%,, Neutrofil batang 0%, neutrifil segmen 52%, limfosit 44%, monosit 1%

(10)

Jurnal Kesehatan Nasional Akper Yaspen Jakarta Vol. 4 No.1 Juni 2020

daerah aksila lebih efektif karena pada daerah tersebut lebih banyak terdapat

pembuluh darah yang besar dan banyak terdapat kelenjar keringat apokrin yang mempunyai banyak vaskuler sehingga akan memperluas daerah yang mengalami vasodilatasi yang akan memungkinkan percepatan perpindahan panas dari tubuh ke kulit hingga delapan kali lipat lebih banyak.

Implementasi Keperawatan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi keperawatan yang dilakukan pada pasien telah sesuai dengan perencanaan keperawatan yang dibuat. Implementasi keperawatan pada kedua pasien dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 6. Implementasi Keperawatan

An. A An. R

Tanggal 6/5/2019 Pukul 13.00 wib, melakukan pengkajian, mengukur TTV/4 jam dan obs perubahan warna kulit klien, hasil: ibu mengatakan An.A panas sudah 4 hari, td: 90/70mmHg, n:80x/menit, s:37,8oC rr: 21x/menit, wajah

klien tampak

kemerahan, akral panas, mukosa bibir klien kering, klien mengatakan badan terasa panas dan tidak nyaman. Pukul 14.50 wib menganjurkan klien untuk minum 2,5L/hari dam menjelaskan manfaat bagi klien, hasil: klien mengerti dan klien mengatakan akan minum air yang banyak. Pada pukul

16.30 wib

mengompres pasien pada aksila, hasil:

Tanggal 6/5/2019 Pukul 07.00 wib, melakukan pengkajian, mengukur TTV/4 jam dan obs perubahan warna kulit klien, hasil:

td 115/60mmHg, n:

110x/menit suhu 37,9oC, rr 24x/mnt, ibu klien mengatakan An.R panas sudah 4 hari, klien rewel, wajah klien tampak kemerahan, akral panas, mukosa bibir klien kering. Pukul

09.00 wib

menganjurkan klien untuk minum 2,5L/hari dan menjelaskan manfaat bagi klien, hasil: ibu klien mengatakan akan memberikan minum anaknya sesuai anjuran.

Pada pukul 09.30 wib mengompres pasien pada aksila, hasil:

setelah 30 menit kompres selesai suhu 38oC. Pada pukul 13.00

An. A An. R

setelah 30 menit kompres selesai suhu 37,7oC. Pada pukul 19.00 wib memberikan obat pct 500mg/oral, hasil: pct 500mg masuk per oral. Pukul 19.30 mengganti cairan infus Rl 500cc/8jam, hasil:

cairan infus telah diganti rl 500cc/ 8 jam.

Tanggal 7/5/2019 Pukul 08.00 wib mengukur TTV/4jam dan obs perubahan warna kulit, hasil td:

100/70 mmHg n: 76 x/menit s:37,5oC rr:

20x/menit, wajah tampak kemerahan, akral hangat, klien mengatakan badan sudah lebih baik, klien mengatakan keringat keluar banyak sejak semalam. Pada pukul

10.30 wib

mengompres aksila pasien, hasil: pasien telah dikompres setelah 30 menit suhu 37,2oC. Pada pukul 13.00 wib memberikan obat pct 500mg/oral, hasil: pct 500mg/oral telah masuk. Pukul 13.50 wib mengganti cairan infus rl 500cc/8 jam, hasil: cairan infus telah diganti 500cc/8jam

Tanggal 8/5/2019 Pukul 08.00 wib mengukur ttv/4jam dan obs perubahan warna kulit, hasil: td:

120/70mmHg, n:

82x/menit, s: 36, 6oC

memberikan obat sanmol syrup 10ml/oral, hasil: sanmol syrup 10ml/oral telah diminum. Pada pukul 13.25 mengganti cairan infus 500cc/8jam

Tanggal 7/5/2019 Pukul 07.20 wib mengukur TTV/4jam dan obs perubahan warna kulit, hasil : td:

120/70 n: 103x/menit s:

37, 6°C rr: 22x/menit, wajah klien tampak kemerahan, klien tampak rewel, bibir klien tampak kering.

Pukul 10.45 wib mengompres aksila pasien, hasil: setelah 15 menit dikompres, suhu 37, 4oC, ibu klien mengatakan panas sudah mulai turun.

Pukul 13.00 wib memberikan obat sanmol 10ml/oral, hasil:

sanmol 10m/oral sudah diminum. Pukul 14. 10 mengganti cairan infus, hasil: cairan infus telah diganti rl 500cc/8jam

Tanggal 8/5/2019 Pukul 07.30 wib mengukur TTV/4jam dan obs perubahan warna kulit, hasil : td:

110/70 n: 94x/menit s:

(11)

Jurnal Kesehatan Nasional Akper Yaspen Jakarta Vol. 4 No.1 Juni 2020

An. A An. R

rr:19x/menit, wajah klien tampak normal, tidak ada perubahan warna, mukosa bibir klien tampak lembab, akral klien normal,

tidak lagi

hangat/panas. Klien mengatakan sudah merasa membaik, 11.00 mengukur ttv klien, hasil td 120/80 mmHg, n: 78x/menit, s: 36,5oC rr:

20x/menit. 13.00 wib memberikan pct 500mg/oral, hasil pct 500mg/oral sudah masuk. Pukul 13.30 wib mengganti cairan infus, hasil: cairan infus telah diganti 500cc/8jam

37,8°C rr: 20x/menit, wajah klien tampak kemerahan, klien tampak rewel, bibir klien tampak kering, akral teraba panas.

Pukul 10.30 wib mengompres aksila pasien, hasil: setelah 30 menit dikompres, suhu 37,7oC, ibu klien mengatakan panas selalu naik turun, ibu klien mengatakan anaknya rewel. Pukul 13.10 wib memberikan obat sanmol 10ml/oral, hasil: sanmol 10m/oral sudah diminum. Pukul 13.45 wib mengganti cairan infus, hasil:

cairan infus telah diganti rl 500cc/8jam

Implementasi keperawatan yang dilaksanakan telah sesuai dengan perencanaan keperawatan yang telah disusun. Implementasi keperawatan yang dilakukan adalah monitor TTV tiap 4jam sekali, observasi perubahan warna kulit klien, anjurkan klien untuk minum 2,5 liter/24 jam dan jelaskan manfaat bagi klien, kompres pasien pada aksila, kolaborasi cairan intravena 500cc/8jam, kolaborasi pemberian obat antipiretik. Pada tahap implementasi ini peneliti menganjurkan klien untuk minum 2,5 liter/24 jam dan menjelaskan manfaat bagi klien karna menurut Alves & Almeida 2008 dalam setiawati 2009 dampak yang ditimbulkan hipertermia dapat berupa penguapan cairan tubuh yang berlebihan sehingga terjadi kekurangan cairan dan kejang.

Tindakan implementasi keperawatan mandiri yang dilakukan adalah melakukan kompres pada kedua pasien anak karena menurut Swardana, dalam Purwanti (2017) mengatakan bahwa menggunakan air dapat

memelihara suhu tubuh sesuai dengan fluktuasi suhu tubuh pasien, kompres hangat dapat menurunkan suhu tubuh melalui proses evaporasi atau penguapan panas tubuh menurut Dewi dkk 2016 . Implementasi yang dilakukan penulis sama terhadap kedua pasien yaitu pasien An, A dan An. R yaitu memberikan kompres dengan menggunakan air hangat pada bagian aksila untuk menurunkan suhu tubuh.

Tindakan ini dilakukan sampai suhu tubuh pasien turun pada hari ketiga perawatan.

Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan perbandingan sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. (Asmadi,2008). Hasil evaluasi keperawatan pada kedua pasien dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7 Evaluasi Keperawatan

An. A An. R

Tanggal 6/5/2019 S: ibu klien mengatakan anaknya panas sudah 4 hari, klien mengatakan badan terasa panas dan tidak nyaman

O: Td: 90/70mmHg, n:

80x/menit, s:37,7oC, rr: 21x/menit, wajah

klien tampak

kemerahan, mukosa bibir klien kering, akral panas

A: masalah belum teratasi

P: lanjutkan intervensi:

obs ttv/4jam dan perubahan warna kulit klien, kompres aksila klien, berikan obat pct 3x500mg/oral, dan

Tanggal 6/5/2019 S: ibu klien mengatakan An.R panas sudah 4 hari, ibu klien mengatakan klien rewel O: td 115/60 mmHg, n 110x/menit, s: 38oC, rr:

24x/menit, wajah klien tampak kemerahan, akral panas, mukosa bibir klien kering, klien tampak rewel

A: masalah belum teratasi

P: intervensi

dilanjutkan, obs ttv/4jam dan perubahan warna kulit klien, kompres aksila klien, berikan obat sanmol syrup 10ml/oral, dan cairan infus Rl

(12)

Jurnal Kesehatan Nasional Akper Yaspen Jakarta Vol. 4 No.1 Juni 2020

An. A An. R

obat sanmol syrup 10ml/oral, dan cairan infus Rl 500cc/8jam.

Menurut Amin dan Hardhi dalam buku NOC 2015 kriteria hasil dari diagnosa yang telah ditetapkan penulis ialah setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan : suhu tunuh dalam rentang normal (36,3oC – 37,5oC), nadi dalam batas normal (60-100x/menit), RR dalam batas normal (16-21x/menit), tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing.

Berdasarkan kriteria hasil yang telah disusun tersebut, peneliti melakukan evaluasi terhadap tindakan keperawatan yang telah dilakukan selama 3 hari perawatan kedua pasien.

Hasil evaluasi kedua pasien antara An.A dan An.R berbeda, pada An.A setelah dilakukan intervensi di hari ketiga kriteria hasil yang telah ditetapkan telah tercapai.

Hal tersebut ditandandai dengan suhu tubuh 36,5oC TD 120/80mmHg, N: 78x/menit, RR: 20x/menit, wajah klien tampak normal, tidak ada perubahan warna, bibir klien tampak lembab, akral klien normal tidak lagi hangat/panas. Hasil evaluasi An.R di hari ketiga, disimpulkan intervensi harus terus dilanjutkan karena nadi dan respirasi masih diatas batas normal yaitu nadinya 103x/menit dan RR 22x/menit.

Tabel 7 menunjukkan hasil evaluasi dari asuhan keperawatan yang telah diberikan pada pasien selama 3 hari perawatan. Hasil evaluasi menunjukkan adanya penurunan suhu tubuh yang signifikan pada kedua pasien dari hari pertama sampai dengan hari ketiga yang ditunjukkan dari data evaluasi obyektif. Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa asuhan keperawatan yang telah diberikan pada kedua pasien efektif dalam menurunkan suhu tubuh anak terutama tindakan keperawatan mandiri kompres hangat.

Hasil evaluasi penelitian ini sesuai dengan penelitian Fadli dan Hasan tahun 2018 yang menunjukkan bahwa adanya

An. A An. R

cairan infus Rl 500cc/8jam

Tanggal 7/5/2019 S: klien mengatakan sudah lebih baik, klien mengatakan semalam keluar banyak keringat O: td: 100/70 mmHg, n:76x/menit s:37,2oC rr: 20x/menit

A: masalah belum teratasi

P: intervensi dilanjutkan, obs ttv/4 jam dan perubahan warna kulit, berikan pct 3x500mg/oral, berikan cairan rl 500cc/8jam

Tanggal 8/5/2019 S: klien mengatakan sudah membaik, O: td 120/80mmHg, n:

78x/menit, s: 36,5oC rr: 20x/menit, wajah klien tampaj normal, tidak ada perubahan warna, bibir klien tampak lembab, akral klien normal tidak lagi hangat/panas

A: masalah teratasi P: intervensi dihentikan

500cc/8jam Tanggal 7/5/2019 S: ibu klien mengatakan panas sudah mulai turun O: td: 120/70 n:

103x/menit s: 37, 4°C rr: 22x/menit, wajah tampak kemerahan, klien tampak rewel, bibir klien tampak kering

A: masalah belum teratasi

P: intervensi

dilanjutkan, obs ttv/4jam dan perubahan warna kulit klien, kompres aksila klien, berikan obat sanmol syrup 10ml/oral, dan cairan infus Rl 500cc/8jam

Tanggal 8/5/2019 S: ibu klien mengatakan panas naik turun, ibu klien mengatakan anaknya rewel

O: td: 110/70 n:

94x/menit s: 37,7°C rr:

20x/menit, wajah klien tampak kemerahan, klien tampak rewel, bibir klien tampak kering, akral teraba panas

A: masalah belum teratasi

P: intervensi

dilanjutkan, obs ttv/4jam dan perubahan warna kulit klien, kompres aksila klien, anjurkan menggunakan pakaian tipis, anjurkan banyak minum berikan

(13)

Jurnal Kesehatan Nasional Akper Yaspen Jakarta Vol. 4 No.1 Juni 2020

pengaruh kompres hangat terhadap perubahan suhu tubuh pasien febris di ruangan instalasi gawat darurat Puskesmas Tanru Tedong Kabupaten Sidrap.

Hasil evaluasi penelitian ini sesuai dengan penelitian Sorena, Slamet, dan Sihombing (2019) yang menunjukkan kecenderungan penurunan suhu tubuh setelah dilakukan kompres hangat pada anak dengan peningkatan suhu tubuh di Ruang Edelweis RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu dengan rata-rata penurunan 0,7526 derajat C. Hasil evaluasi penelitian ini menunjukkan penurunan suhu tubuh Anak A hari pertama 37,7℃ turun menjadi 36,5℃ pada hari ketiga, sedangkan pada anak R hari pertama 38℃ turun menjadi 37,7℃ pada hari ketiga.

Menurut Ayu (2015) penggunaan kompres hangat di lipatan ketiak/ aksila dengan temperature air 30-32oC, akan membantu menurunkan panas dengan cara panas keluar lewat pori-pori kulit melalui proses penguapan. Pemberian kompres hangat pada daerah aksila lebih efektif karena pada daerah tersebut lebih banyak terdapat pembuluh darah yang besar dan banyak terdapat kelenjar keringat apokrin yang mempunyai banyak vaskuler sehingga akan memperluas daerah yang mengalami vasodilatasi yang akan memungkinkan percepatan perpindahan panas dari tubuh ke kulit hingga delapan kali lipat lebih banyak.

4. KESIMPULAN

Pengkajian keperawatan telah dilakukan secara lengkap dengan berfokus pada pengkajian fisik kebutuhan rasa aman nyaman hipertermia pada kedua pasien anak.

Diagnosa keperawatan yang diangkat pada kedua kasus sama yaitu hipertermi berhubungan dengan penyakit (infeksi virus dengue). Perencanaan keperawatan disusun sesuai dengan diagnose keperawatan dengan intervensi manajemen hipertermia yang meliputi tindakan keperawatan mandiri, observasi, edukasi, dan kolaborasi pada pasien anak. Implementasi keperawatan dilaksanakan sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat. Hasil evaluasi keperawatan selama 3 hari perawatan

menunjukkan bahwa adanya penurunan suhu tubuh yang signifikan pada kedua pasien untuk mencapai suhu tubuh normal.

Penerapan tindakan kompres hangat terbukti efektif dalam membantu menurunkan suhu tubuh.

5. SARAN

Perawat ruangan diharapkan melakukan tindakan keperawatan mandiri kompres hangat pada pasien anak dengan peningkatan suhu tubuh. Perawatan diharapkan dapat mengaplikasi tindakan kompres hangat atau teknik lainnya seperti water tepid sponge atau surface cooling sebagai salah satu tindakan mandiri keperawatan dalam membantu memenuhi kebutuhan rasa aman nyaman hipertemia pada pasien anak.

Perawat ruangan diharapkan dapat memberikan edukasi, support dan motivasi pada pasien dan keluarga untuk perawatan anak dengan demam di rumah.

6. Referensi

Amir dan Hardhi, 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Media dan Nanda Nic Noc.

Jogjakarta, Mediaction Jogja

Carpenito, L.J.(2012).Diagnosis keperawatan : Bukusaku / Lynda juall Carpenitomoyet; alihbahasa, Fruriolina Ariani, EstuTiar; editor edisibahasa Indonesia, Ekaanisa Mardela … [et al] – Edisi 13 – Jakarta : EGC

Fadli, Hasan, A. Pengaruh Kompres Hangat Terhadap Perubahan Suhu Tubuh Pada Pasien Febris. Jurnal Ilmiah Kesehatan Pencerah, Desember 2018; 7(2). Diakses: https://stikesmu- sidrap.e-journal.id.

Herdman, T . H., & Kamitsuru, S. (2015).

Diagnosis KeperawatanDefinisi &

Klasifikasi2015-2017 Edisi 10.

Jakarta: EGC.

Kementerian Kesehatan RI. (2016). Profil Kesehatan Indonesia 2016. Profil Kesehatan Indonesia, 100. Retrieved from

(14)

Jurnal Kesehatan Nasional Akper Yaspen Jakarta Vol. 4 No.1 Juni 2020

http://www.depkes.go.id/resources/d ownload/pusdatin/lain-lain/Data dan Informasi Kesehatan Profil Kesehatan Indonesia 2016 - smaller size - web.pdf. Diakses pada 22 April 2020

Kemenkes RI (2016). Situasi DBD di Indonesia.

http://www.depkes.go.id/resources/d ownload/pusdatin/infodatin/infodatin dbd 2016.pdf – Diakses 12 April 2020

NANDA

Nursing Outcome Classification, Mosby Nursing Intervention Classification, Mosby Potter, Perry. (2010). Fundamental Of

Nursing: Consep, Proses and Practice. Edisi 7. Vol. 3. Jakarta : EGC

Sekretariat DPRD Provinsi DKI Jakarta. 16 April 2020. Selain corona dinkes juga didorong waspada pada sebaran DBD http://dprddkijakartaprov.go.id/selain -corona-dinkes-didorong-waspada- pada- sebaran-dbd/ diakses pada 20 April 2020.

Soedarto. 2012. Demam Berdarah Dengue Dengue Haemoohagic fever. Jakarta:

Sugeng Seto.

Sorena, E, Slamet, S, Sihombing, B.

Efektivitas Kompres Hangat Terhadap Suhu Tubuh Pada Anak Di RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu.

Jurnal Vokasi Keperawatan, 2019;2(1). Diakses:

https://ejournal.unib.ac.id/index.php/

JurnalVokasiKeperawatan/article/vie w/10469

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.

Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.

Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Wong D. L., Huckenberry

M.J.(2008).Wong’s Nursing care of infants and children. Mosby Company, St Louis Missou

(15)

Jurnal Kesehatan Nasional Akper Yaspen Jakarta Vol. 4 No.1 Juni 2020

PELAKSANAAN PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI DI PELAYANAN KEPERAWATAN MATERNITAS

Heni Purwaningsih, Ika Parmawati, M.Kus Fitriani Fruitasari, Emmelia Astika Fitri Damayanti Program Studi Magister Keperawatan Fakultas Kedokteran UGM

[email protected]

Abstrak

Salah satu aspek pelayanan keperawatan yang mempengaruhi kualitas pelayanan adalah pemberian informasi yang jelas, komunikasi efektif dan pendidikan kesehatan yang diperlukan oleh pasien. Perawat memiliki peran kunci untuk melaksanakan pendidikan kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran pelaksanaan pendidikan kesehatan reproduksi di pelayanan maternitas di RSUD Wonosobo. Subjek penelitian ini adalah pasien sebanyak 65 orang;

perawat dan bidan sebanyak 31 orang di poliklinik kebidanan, ruang VK, dan ruang postpartum RSUD Wonosobo. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Hasil penelitian didapatkan materi pendidikan kesehatan yang paling banyak diterima periode prenatal adalah penambahan berat badan, periode intranatal adalah inisiasi menyusui dini, dan periode postnatal adalah perawatan payudara. Materi pendidikan kesehatan yang paling sedikit diterima periode prenatal adalah seksualitas, periode intranatal adalah manajemen nyeri, dan periode postnatal adalah perawatan tali pusat. Sebagian besar perawat dan bidan telah melakukan pendidikan kesehatan pada periode prenatal, intranatal, dan postnatal menggunakan metode ceramah. Seluruh bidan dan perawat tidak menggunakan media dalam memberikan pendidikan kesehatan. Pihak RS diharapkan dapat memberikan pelatihan atau seminar mengenai pendidikan kesehatan bagi perawat dan bidan untuk meningkatkan mutu pelayanan.

Kata Kunci: pelayanan keperawatan maternitas, pendidikan kesehatan

Abstrak

One aspect of nursing services that affect the quality of service is the provision of clear information, effective communication and health education required by patients. Nurses have a key role to carry out health education. This study aims to provide an overview of reproductive health education in maternity services at RSUD Wonosobo. The subjects of this study were 65 patients;

and 31 nurses and midwives in the obstetrics polyclinic, delivery room, and postpartum room at the RSUD Wonosobo. This research is a descriptive research. The results showed that the most widely accepted health education material in the prenatal period was weight gain, the intranatal period was early initiation of breastfeeding, and the postnatal period was breast care. The least received health education material in the prenatal period is sexuality, the intranatal period is pain management, and the postnatal period is umbilical cord care. Most nurses and midwives have conducted health education in the prenatal, intranatal, and postnatal periods using the lecture method. All midwives and nurses do not use the media in providing health education. Hospitals are expected to provide training or seminars on health education for nurses and midwives to improve service quality.

Keywords: maternity nursing services, health education

(16)

Jurnal Kesehatan Nasional Akper Yaspen Jakarta Vol. 4 No.1 Juni 2020

1. PENDAHULUAN

Pelayanan kesehatan professional seperti rumah sakit saat ini harus mampu memenuhi tuntutan masyarakat terutama terhadap perawatan kesehatan. Paradigma baru pelayanan kesehatan mensyaratkan rumah sakit memberikan pelayanan yang berkualitas sesuai kebutuhan dan keinginan pasien dengan tetap mengacu kode etik profesi dan medis. Rumah sakit sebagai bagian sistem kesehatan nasional dituntut meningkatkan kualitas, penyediaan fasilitas, pelayanan dan kemandirian. Dengan demikian rumah sakit merupakan pelaku pelayanan kesehatan yang kompetitif yang harus dikelola oleh pelaku yang mempunyai jiwa wirausaha yang mampu menciptakan efisiensi, keunggulan dalam kualitas dan pelayanan, keunggulan dalam inovasi serta unggul dalam merespon kebutuhan pasien (Chapman & Durham, 2010).

Pelanggan pelayanan kesehatan atau pasien juga tidak sekedar menuntut pelayanan kesehatan saja, tetapi mereka menuntut pelayanan kesehatan yang berkualitas yang memfasilitasi peningkatan pengetahuan pasien dan keluarga. Pada dasarnya konsep pelayanan berkualitas sebagai penilaian baik buruknya rumah sakit dapat dilihat dari empat komponen yang mempengaruhinya yaitu: aspek klinis yang meliputi pelayanan dokter, perawat dan teknis medis, efisiensi dan efektivitas, yaitu pelayanan yang murah dan tepat guna, keselamatan pasien, yaitu upaya perlindungan pasien dari hal yang membahayakan keselamatan pasien, serta kepuasan pasien, yaitu tentang kenyamanan, keramahan, dan kecepatan pelayanan (Chapman & Durham, 2010).

Dalam pengalaman sehari-hari, sering ditemukan pasien dan keluarga tidak memahami perawatan kesehatan dan kurangnya pengetahuan. Hal ini disebabkan oleh tenaga kesehatan khususnya perawat kurang komunikatif dan informatif mengenai proses perawatan pasien selama di rumah sakit dan kelanjutannya di rumah. Salah satu aspek dari 7 (tujuh) dimensi pelayanan

keperawatan yang dapat mempengaruhi kualitas pelayanan keperawatan adalah pemberian informasi yang jelas, komunikasi efektif dan pendidikan kesehatan yang diperlukan oleh pasien.WHO menjelaskan bahwa perawat memiliki peran kunci untuk melaksanakan pendidikan kesehatan.Perawat perlu melakukan peran ini pada semua tatanan pelayanan, baik pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.Perawat juga perlu melaksanakan peran ini pada semua tingkat pencegahan, mulai dari tingkat pencegahan primer sampai dengan tersier.Sehingga pasien yang berada di rumah sakit harus mendapatkan pendidikan kesehatan sebagai wujud peran perawat pada tingkat pencegahan sekunder maupun tersier (Bobak, Lowdermilk, Jensen & Perry, 2012).

Pendidikan kesehatan harus dilaksanakan secara terprogram dan sesuai dengan kebutuhan pengetahuan yang mereka perlukan saat dirawat maupun ketika pulang.

Pendidikan kesehatan bertujuan memberikan pengetahuan dan ketrampilan yang penting kepada pasien dan keluarganya untuk memenuhi kebutuhan perawatan berkelanjutan yang akan dilakukan di rumah.

Jika pasien pulang dipersiapkan dengan baik, maka tidak mengalami hambatan dalam melanjutkan program pengobatan dan rehabilitasi. Pasien juga akan mencapai tingkat kesehatan yang lebih baik dan mampu mempertahankan kondisi kesehatan seperti sebelum sakit (Amoah, C. & Sakyi, K. A. 2013).

Saat ini pasien dan keluarga pada pelayanan keperawatan maternitas di RSUD Wonosobo yang meliputi antenatal care, intra natal dan postnatal masih belum secara maksimal menerima pendidikan kesehatan dari petugas kesehatan terkait. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti bulan Desember 2014, pada 2 perawat, 2 bidan, 3 pasien antenatal, 2 pasien intranatal, dan 4 pasien postnatal, diketahui bahwa kepuasan pasien pada pelayanan maternitas oleh tenaga kesehatan baik 3 orang (37,5%), cukup 3 orang (37,5%), dan tidak menjawab 2 orang (25%). Pengetahuan pasien tentang

(17)

Jurnal Kesehatan Nasional Akper Yaspen Jakarta Vol. 4 No.1 Juni 2020

perawatan tali pusat saja 1 orang (12,5%), perawatan payudara saja 1 orang (12,5%), pengetahuan pasien tentang perawatan tali pusat dan payudara 1 orang (12,5%). Yang mengetahui perawatan tali pusat, payudara dan menyusui 2 orang (25%). Sedangkan yang tidak mengetahui seluruh perawatan 2 orang (25%), dan yang tidak menjawab 1 orang (12,5%).

Sumber informasi kesehatan dari buku KIA 1 orang (12,5%), dari tenaga kesehatan 7 (87,5%). Informasi kesehatan yang pernah didapatkan pasien meliputi nutrisi ibu hamil, perubahan yang terjadi pada ibu hamil, pemeriksaan kehamilan, senam hamil, tanda- tanda resiko tinggi dalam kehamilan, tanda- tanda persalinan, manajemen nyeri persalinan, proses persalinan, persiapan menjelang persalinan, tehnik mengejan, inisiasi menyusui dini (IMD), ASI eksklusif, pendampingan dalam proses persalinan, perawatan bayi baru lahir, perawatan perineum, perawatan payudara pada masa nifas, senam nifas, nutrisi masa nifas, keluarga berencana/ kontrasepsi, sebagian besar ibu (5 dari 8 ibu) belum mendapatkan informasi tersebut.

RSUD Wonosobo dibangun dengan sarana dan prasarana yang cukup memadai namun belum mampu memberikan pelayanan yang sesuai harapan, keinginan dan tuntutan dari masyarakat sebagai konsumen. Supaya dapat memberikan pelayanan yang baik kepada pasien dan menjadi unit pelayanan percontohan di kota Wonosobo perlu dievaluasi secara bertahap untuk meningkatkan pengetahuan pasien dan keluarga tentang perawatan kesehatan dengan pemberian pendidikan kesehatan terhadap pasien dan keluarga terutama pada pelayanan keperawatan maternitas. Tujuan penelitian ini untuk memberikan gambaran pelaksanaan pendidikan kesehatan reproduksi di pelayanan maternitas di RSUD Wonosobo.

2. METODE

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif untuk menggambarkan pelaksanaan pendidikan kesehatan

reproduksi di RSUD Wonosobo. Penelitian ini dilaksanakan di ruang Edelweis RSUD Wonosobo pada bulan Desember 2014 sampai Januari 2015.

Populasi pasien dalam penelitian ini adalah:

1. Pasien

Populasi pasien adalah seluruh pasien postpartum yang dirawat di ruang Edelweis RSUD KRT. Setjonegoro Wonosobo.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik purposive sampling dengan kriteria inklusi dan kriteria eksklusi. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah pasien postpartum yang bersedia menjadi responden penelitian dan mengisi lembar inform consent. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini yaitu: pasien postpartum dengan IUFD dan pasien mengalami komplikasi infeksi pada masa nifas. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 65 orang.

2. Perawat dan bidan

Populasi perawat dan bidan dalam penelitian ini adalah seluruh perawat dan bidan yang bekerja di poliklinik kebidanan dan kandungan, ruang bersalin, dan ruang edelweis RSUD KRT. Setjonegoro Wonosobo sebanyak 31 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik total sampling. Jadi jumlah sampel perawat dan bidan dalam penelitian ini sebanyak 31 orang.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner tentang pelaksanaan pendidikan kesehatan reproduksi.Kuesioner terdiri dari 2 jenis kuesioner yaitu kuesioner untuk pasien dan kuesioner untuk perawat dan bidan.

Instrumen telah dilakukan uji validitas dan reliabilitas terpakai. Kuesioner antenatal, intranatal, dan postnatal terdiri dari 24 pernyataan dimana seluruh pernyataan valid dan reliabel.

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis univariat. Variabel penelitian ini yang dideskripsikan melalui analisis univariat adalah pelaksanaan pendidikan kesehatan reproduksi. Data yang diperoleh kemudian dihitung jumlah dan

(18)

Jurnal Kesehatan Nasional Akper Yaspen Jakarta Vol. 4 No.1 Juni 2020

prosentase masing-masing kelompok dan disajikan dengan menggunakan tabel serta diinterpretasikan (Dahlan, 2013).

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pendidikan kesehatan kesehatan berdasarkan perspektif ibu postpartum

Karakteristik ibu postpartum

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 65 responden penelitian, sebagian besar usia ibu adalah 17-25 tahun yaitu sebanyak 28 orang (43,1 %), sebagian besar pendidikan responden adalah SMP yaitu 30 orang (46,2 %), sebagian besar pekerjaan responden adalah ibu rumah tangga yaitu 31 orang (47,7 %). Empat puluh delapan orang responden (73,8 %) merupakan ibu postpartum dengan persalinan spontan, dan 33 orang (50,8 %) diantaranya menyebutkan bahwa persalinan ini merupakan persalinan yang pertama.

Tabel 1. Karakteristik ibu postpartum Karakteristik

responden

Jumlah (n=65)

% Usia ibu

17 - 25 tahun 26 - 35 tahun 36 - 45 tahun

28 24 13

43.1 % 36.9 % 20.0 % Pendidikan ibu

SD SMP SMA Perguruan

tinggi

15 30 14 6

23.1 % 46.2 % 21.5 % 9.2 % Pekerjaan ibu

IRT Petani Wiraswasta Pegawai

swasta

31 16 10 8

47.7 % 24.6 % 15.4 % 12.3 % Jenis

persalinan Pervaginam Sectio caesarea

48 17

73.8 % 26.2 % Status obstetri

Partus ke-1 Partus ke-2 Partus ke-3

atau lebih

33 24 8

50.8 % 36.9 % 12.3 %

Gambaran Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan Dari Perpektif Pasien

Fase Antenatal

Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 51 ibu (78.5%) sudah pernah mendapatkan pendidikan kesehatan periode antenatal tentang penambahan berat badan kehamilan dari bidan di luar RS sebanyak 42 ibu (82.4%) dan bidan di RS sebanyak 9 ibu (17.6%). Sebagian kecil ibu sebanyak 20 ibu (30.8%) sudah pernah mendapatkan pendidikan kesehatan periode antenatal tentang seksualitas dari bidan di luar RS sebanyak 20 ibu (100%).

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan Periode Antenatal

Jenis pendidikan

kesehatan

Sudah pernah

Belum pernah

Sumber informasi N

(%)

N (%)

Bidan di luar RS

Bidan di RS N

%

N

% Perubahan

kehamilan

45 (69.2)

20 (30.8)

38 (n=45) 84.4

7 (n=45) 15.6 Penambahan

berat badan kehamilan

51 (78.5)

14 (21.5)

42 (n=51) 82.4

9 (n=51) 17.6 Istirahat dan

aktivitas

50 (76.9)

15 (23.1)

45 (n=50) 90

5 (n=50) 10 Perawatan

payudara

27 (41.5)

38 (58.5)

20 (n=27) 74

7 (n=27) 26 Seksualitas 20

(30.8) 45 (69.2)

20 (n=20) 100

0 (n=20) 0 Imunisasi 43

(66.2) 22 (33.8)

40 (n=43) 93

3 (n=43) 7 Tanda bahaya

kehamilan

47 (72.3)

18 (27.7)

39 (n=47) 82.9

8 (n=47) 17.1 Nutrisi 44

(67.7) 21 (32.3)

36 (n=44) 81.8

8 (n=44) 18.2 Persiapan

persalinan

40 (61.5)

25 (38.5)

40 (n=40) 100

100 0 (n=40) 0

Kehamilan adalah periode penting bagi perempuan sehingga mereka harus

(19)

Jurnal Kesehatan Nasional Akper Yaspen Jakarta Vol. 4 No.1 Juni 2020

termotivasi untuk melakukan perilaku sehat agar mempertahankan kesehatan janin serta kesehatan ibu (khususnya manfaat aktifitas terhadap berat badan ibu). Kehamilan mendorong ibu melakukan aktifitas fisik yang cukup dan makan makanan bergizi (Huberty, et al., 2012). Dalam penelitian ini, pendidikan kesehatan pada periode antenatal yang di identifikasi oleh peneliti adalah tentang perubahan fisiologis selama kehamilan, penambahan berat badan selama kehamilan, istirahat dan aktiftas, perawatan payudara, seksualitas, imunisasi, nutrisi selama kehamilan, serta persiapan persalinan.

Dari hasil penelitian diketahui semua materi pendidikan kesehatan periode antenatal pernah didapatkan ibu hamil. Dari 9 materi pendidikan kesehatan yang diidentifikasi oleh peneliti, materi pendidikan kesehatan yang paling banyak didapatkan ibu hamil adalah tentang penambahan berat badan selama kehamilan, yaitu sebanyak 51 orang (78.5%). Materi pendidikan kesehatan yang juga banyak didapatkan responden adalah tentang istirahat dan aktivitas selama kehamilan, yaitu 50 orang (76.9%). Sedangkan yang paling sedikit diterima oleh responden adalah materi tentang seksualitas, yaitu sebanyak 20 orang (30.8%).

Materi pendidikan kesehatan tentang penambahan berat badan, istirahat, dan tidur selama kehamilan tepat dan penting untuk diberikan pada periode antenatal. Hal ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang menyebutkan bahwa perilaku kesehatan selama kehamilan akan mempengaruhi kesehatan janin, antara lain kesadaran tentang kebiasaan merokok, nutrisi, aktifitas fisik, kesadaran target berat badan selama kehamilan akan mempengaruhi munculnya persalinan SC, bayi berat rendah, persalinan prematur, berat badan kehamilan yang tidak sesuai, serta timbulnya penyakit seperti diabetes melitus kehamilan, preeklamsi, gejala fisik kehamilan (mual, sakit punggung), dan kesehatan mental ibu hamil.

Kehamilan adalah periode yang tepat untuk perubahan perilaku sehat karena sebagaian

besr ibu hamil berkunjung ke petugas kesehatan untuk melakukan perawatan kehamilan (Wilkinson & McIntyre, 2012).

Pendidikan kesehatan pada periode antenatal hendaknya diberikan sejak awal masa kehamilan, yaitu trimester pertama.

Kelas antenatal pada trimester pertama kehamilan akan membantu ibu hamil berpikir dan merefleksikan kehamilan, persalinan, dan bayinya. Pengetahuan tentang proses menyusui dan perawatan bayi dapat meningkatkan emosi ibu hamil (Michael, 2013). Kelas antenatal berperan penting dalam kehamilan dan persalinan.

Selain itu orang tua lebih efektif jika diberikan informasi kesehatan sebelum proses persalinan dimulai dan kelas antenatal merupakan metode yang paling efektif digunakan. Kelas antenatal juga harus menyampaikan informasi tentang akibat pada janin saat terjadi masalah pada kehamilan (Gregory, 2012).

Beberapa materi pendidikan kesehatan diperiode antenatal belum diterima oleh responden dengan optimal, hal ini dimungkinkan karena beban kerja petugas kesehatan, khususnya petugas kesehatan di ruangan Poliklinik Kebidanan RSUD KRT.

Setjonegoro Wonosobo.

Fase Intranatal

Hasil penelitian menunjukkan bahwa materi pendidikan kesehatan periode intranatal yang paling banyak didapatkan oleh responden adalah tentang inisiasi menyusu dini (45 orang, 69.2%) dan dukungan suami selama persalinan (40 orang, atau 61.5%). Hal ini mungkin karena program ASI eskklusif sudah sangat baik disosialisasikan oleh petugas kesehatan.

Selain itu telah banyak petugas kesehatan dan pelayanan kesehatan yang memperbolehkan keluarga (terutama suami) untuk mendampingi ibu dalam persalinan.

Sebanyak 35 orang (53.8%) telah mendapat pendidikan kesehatan tentang teknik mengejan dan sebagian besar (32 orang, 91.4%) mendapatkan pendidikan kesehatan dari bidan saat persalinan dirumah sakit. Selain itu adalah pendidikan kesehatan

(20)

Jurnal Kesehatan Nasional Akper Yaspen Jakarta Vol. 4 No.1 Juni 2020

tentang posisi persalinan, yaitu 35 orang (92.1%) mendapatkan pendidikan kesehatan di rumah sakit. Jenis pendidikan kesehatan periode intranatal yang responden dapatkan dari bidan diluar rumah sakit pada saat kunjungan pemeriksaan kehamilan dalam persentase yang cukup bermakna, yaitu manajemen nyeri persalinan (11 orang atau 47.8% dari bidan diluar rumah sakit), inisiasi menyusu dini (12 orang atau 26.7%), proses persalinan (11 orang atau 34.4%), dan dukungan suami pada saat persalinan (17 orang atau 42.5%).

Tabel 3. Distribusi frekuensi pelaksanaan pendidikan kesehatan periode intranatal

Periode intranatal merupakan periode yang memberikan stresor yang tinggi pada ibu hamil maupun pada petugas kesehatan karena harus tepat dan cepat, terkait keselamatan ibu dan bayi, banyak prosedur invasif, ibu dalam persalinan mengalami pembukaan dan kontraksi uterus yang

menimbulkan ketidaknyamanan serta kecemasan sehingga terkadang menjadi tidak kooperatif dengan petugas kesehatan (Reeder, Martin, dan Griffin, 2011). Hal tersebut merupakan penyebab kurang optimalnya pelaksanaan pendidikan kesehatan pada periode intranatal dirumah sakit, sehingga hanya materi pendidikan tertentu yang langsung dapat membantu kelancaran proses persalinanlah yang diberikan yaitu teknik mengejan dan posisi persalinan. Kedua materi tersebut banyak dilakukan bersamaan dengan intervensi, yaitu proses mempersiapkan dan memimpin persalinan.

Fase Postnatal

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan Periode Postnatal

Jenis pendidikan kesehatan

Sudah pernah

Belum pernah

Sumber informasi N

(n=65)

%

N (n=65)

%

Bidan di luar RS

Bidan di RS N

%

N

% Aktivitas

postnatal 46 70.8

19 29.2

0 (n=46) 0

46 (n=46) 100 Nutrisi

postnatal 43 66.2

22 33.8

0 (n=43) 0

43 (n=43) 100 Perawatan

payudara 53 81.5

12 18.5

0 (n=53) 0

53 (n=53) 100 ASI

eksklusif 42 64.6

23 35.4

0 (n=42) 0

42 (n=42) 100 Memandika

n bayi

20 30.8

45 69.2

0 (n=20) 0

20 (n=20) 100 Perawatan

tali pusat 17 26.2

48 73.8

0 (n=17) 0

17 (n=17) 100 Teknik

menyusui 51 78.5

14 21.5

0 (n=51) 0

51 (n=51) 100 Perawatan

perinium 45 69.2

20 30.8

0 (n=45) 0

45 (n=45) 100

KB 42

64.6 23 35.4

0 (n=42) 0

42 (n=42) 100 Jenis

pendidi kan kesehat

an

Sudah pernah (n=65)

Belum pernah (n=65)

Sumber pendidikan kesehatan periode

intranatal Bidan di

luar RS

Bidan di RS n

%

n

%

n

%

n

% Teknik

mengej an

35 53.8

30 46.2

3 (n=35)

8.6

32 (n=35)

91.4 Manaje

men nyeri persalin an

23 35.4

42 6 4.6

11 (n=23)

47.8

12 (n=23)

52.2

Posisi persalin an

38 58.5

27 41.5

3 (n=38)

7.9

35 (n=38)

92.1 Inisiasi

menyus u dini

45 69.2

20 30.8

12 (n=45)

26.7

33 (n=45)

73.3 Proses

persalin an

32 49.2

33 50.8

11 (n=32)

34.4

21 (n=32)

65.6 Dukung

an suami selama persalin an

40 61.5

25 38.5

17 (n=40)

42.5

23 (n=40)

57.5

(21)

Jurnal Kesehatan Nasional Akper Yaspen Jakarta Vol. 4 No.1 Juni 2020

Pendidikan kesehatan yang diidentifikasi dari penelitian ini adalah pendidikan tentang aktifitas postnatal, nutrisi post natal, perawatan paydara postnatal, ASI eksklusif, memandikan bayi, perawatan tali pusat, tekhnik menyusui, perawatan perineum, dan KB. Menurut penelitian Gagnon & Bryanton (2009), perkembangan anak yang sehat tergantung pada orang tua, dan peran orang tua dipengaruhii oleh pendidikan kesehatan

Referensi

Dokumen terkait

Kompres hangat adalah memberikan rasa hangat pada daerah tertentu dengan menggunakan cairan atau alat yang menimbulkan hangat pada bagian tubuh yang

Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh kompres tepid sponge hangat terhadap penurunan suhu tubuh pada anak umur 1-10 tahun dengan hipertermia.. Dilihat dari hasil analisis

41 Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa pemberian aromaterapi bunga mawar dengan perlakuan standar kompres hangat lebih efektif dalam

Setelah dilakukan pemberian kompres jahe hangat, untuk melihat pengaruh dari pemberian kompres jahe hangat terhadap intensitas nyeri

E ISSN 2599-0527 Online ISSN 2337-3776 Cetak Majority | Volume 7| Nomor 2| Maret 2018| ii MITRA BESTARI Muhartono Bagian Patologi Anatomi, Fakultas Kedokteran, Universitas

E ISSN 2599-0527 Online ISSN 2337-3776 Cetak Majority I Volume 8 I Nomor 1 I Maret 2019 I ii MITRA BESTARI Muhartono Bagian Patologi Anatomi, Fakultas Kedokteran, Universitas

E ISSN 2599-0527 Online ISSN 2337-3776 Cetak Majority I Volume 9 I Nomor 1 I Agustus 2020 I ii M Yusran Bagian Ilmu Penyakit Mata, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung Helmi

KESIMPULAN DAN SARAN Setelah dilakukan pengelolaan asuhan keperawatan pada pasien dengue hemorrhagic fever DHF dalam pemenuhan rasa aman nyaman dengan pemberian terapi meniup