• Tidak ada hasil yang ditemukan

1 bab i pendahuluan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "1 bab i pendahuluan"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pada tahun 1920 banyak pemukiman di berbagai kota besar di Indonesia dilengkapi dengan brandgang. Brandgang ini merupakan jalan yang dibangun dibagian belakang deretan rumah berfungsi sebagai akses masuk peralatan pemadam kebakaran dan jalur evakuasi. Pengertian brandgang sendiri berasal dari Belanda yang bermula dari kata brandweer yang berarti mobil pemadam kebakaran.1

Beberapa kota besar di Indonesia mengalami kemajuan pesat seperti Jakarta, Surabaya, Jogjakarta dan kota besar lainnya. Selama ini, berbagai kebijakan pembangunan telah ditetapkan, terutama yang berkaitan langsung dengan pengadaan berbagai fasilitas vital untuk memenuhi hajat hidup masyarakat.2

Namun seiring berjalannya waktu pembangunan di Jakarta khususnya sudah lebih maju dibandingkan sebelumnya. Namun salah satu dampak dari pembangunan adalah banyaknya pemukiman padat dengan akses jalan yang kecil membuat fungsi brandgang menjadi hilang. Penyalahgunaan Brandgang yang awalnya adalah untuk jalan yang dapat dilalui oleh mobil pemadam kebakaran dan/atau jalan belakang sebagai jalur evakuasi dan saluran air beralih fungsi menjadi tanah yang diatasnya dibangun bangunan oleh masyarakat setempat.

Dengan jumlah penduduk yang padat, daya dukung lingkungan Jakarta jelas sudah tidak mendukung, dengan dikembalikannya fungsi dari brandgang ini dapat mengurangi kekurangan-kekurangan yang ada pada saat ini.

Demikan juga dengan sarana air bersih, mestinya setiap kota memiliki peta penjaringan air bersih untuk memudahkan pemantauan dan perbaikan.

1Aribiarto Bowo Santoso, “Konflik Kepentingan Implementasi Kebijakan Penertiban Kawasan Brandgang di Wilayah Surabaya”, (Skripsi Universitas Airlangga, Surabaya, 2010), hal. 4.

2Ibid.

(2)

Penatagunaan tanah merupakan bagian yang tak terpisahkan dari penataan ruang, atau subsistem dari penataan ruang pasal 16 ayat (2) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992 menentukan:3

ketentuan mengenai pola pengelolaan tata guna tanah, tata guna air, tata guna udara, dan tata guna sumber daya alam lainnya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) butir a, diatur dengan Peraturan Pemerintah.4

Dalam rangka melaksanakan amanat Pasal 16 ayat (2) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992 yang telah diganti dengan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang maka diterbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah.5

Pengembangan kawasan yang tidak sesuai Ruang Tanah Ruang Wilayah (RTRW) dapat mempengaruhi penatagunaan tanah kawasan tersebut. Suatu tata ruang yang baik dapat dihasilkan dari kegiatan menata ruang yang baik yang disebut penataan ruang6 kaidah mengenai penataan ruang harus dapat dikembangkan secara nasional maka pemanfaatan tanah dapat terkoordinasi antara berbagai jenis penggunaan dengan tetap memelihara kelestarian alam dan ligkungan serta mencegah penggunaan tanah yang merugikan kepentingan masyarakat dan kepentingan pembangunan7

Dalam mewujudkan penatagunaan tanah yang sesuai dengan Ruang Tanah Ruang Wilayah (RTRW) maka dikeluarkan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Pasal 3 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 menentukan bahwa negara menyelenggarakan penataan ruang untuk mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan

3Hasni, Hukum Penataan Ruang dan Pentagunaan Tanah Dalam Konteks UUPA-UUPR- UUPLH, Rajawali Pers, Jakarta, 2010, hal.36

4Ibid.

5Ibid.

6 Suriadi,Hukum Agraria, Sinar Grafika, Jakarta, 2007, hal. 286.

7 Winahyu Erwiningsih, Hak Menguasai Negara Atas Tanah, Total Media, Yogyakarta, 2009. hal. 253

(3)

berkelanjutan bagi kemakmuran rakyat. Hal ini juga di atur dalam Pasal 7 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 yang menentukan bahwa:8 (1). Negara menyelenggarakan penataan ruang untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat

(2). Dalam melaksanakan tugas sebagaimana yang dimaksud pada ayat 1, negara memberikan kewenangan penyelenggaraan penataan ruang kepada Pemerintah dan Pemerintah Daerah

Penataan ruang terdiri dari tiga kegiatan utama yaitu perencanaantata ruang, perwujudan tata ruang, dan penendalian tata ruang kewenangan terhadap penyelenggaraan kegiatan utama penataan ruang diberikan kepada Pemerintah dan pemerinah daerah. Meskipun negara memberikan kewenangan penyelenggaraan penataan ruang kepada Pemerintah, penyelenggaraan penataan ruang tersebut dilakukan dengan tetap menghormati hak yang dimiliki orang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Hal ini dimaksudkan agar orang yang memiliki kepentingan ataupun yang memiliki hak tidak merasa dirugikan dengan adanya kegiatan penyelenggaraan penataan ruang yang dilakukan oleh Pemerintah.9

Dalam hal brandgang ini peraturannya sudah diatur didalam Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 38 Tahun 2013, sesuai dengan peraturan yang ada bahwa tanah brandgang yang telah dikuasai dan dibangun oleh pemilik persil akan mendapat hak prioritas dari tanah yang sudah dikuasainya.

Namun di Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung . Di dalam penjelasan pasal 19 ayat (1) disebutkan bahwa tanah brandgang harus diperuntukan untuk mendukung efektivitas sistem proteksi pasif dipertimbangkan adanya jalan lingkungan yang dapat dilalui oleh mobil pemadam kebakaran yang dapat dipakai untuk evakuasi dan atau pemadaman api.

8 Daud Silalahi, Hukum Lingkungan, Dalam Sistem Penegakan Hukum Lingkungan Indonesia,Alumni, Bandung, 1996, hal. 98.

9Ibid.

(4)

Berdasarkan gambaran diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “PERALIHAN HAK TATA GUNA TANAH: STUDI PEMANFAATAN TANAH BRANDGANG DI WILAYAH KEBAYORAN BARU JAKARTA SELATAN".

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana kedudukan tanah brandgang di wilayah Kebayoran Baru Jakarta Selatan?

2. Bagaimana pemanfaatan tanah brandgang di wilayah Kebayoran Baru Jakarta Selatan?

3. Bagaimana pandangan Islam tentang Pemanfaatan tanah brandgang di wilayah Kebayoran Baru Jakarta Selatan?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

a) Untuk menganalisis kedudukan tanah brandgang di wilayah Kebayoran Baru Jakarta Selatan

b) Untuk menganalisis pemanfaatan tanah brandgang di wilayah Kebayoran Baru Jakarta Selatan

c) Untuk mengetahui pandangan Islam terhadap tanah brandgang di wilayah Kebayoran Baru Jakarta Selatan

2. Manfaat Penelitian

Menurut Saefullah Wiradipradja Suatu Penelitian harus memiliki manfaat, baik secara teoritis maupun praktis.10

A) Manfaat Teoritis:

Secara teoritis penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi perkembangan ilmu hukum pada umumnya dan perkembangan bidang hukum tertentu pada khususnya mengenai pemanfaatan tanah brandgang di wilayah Jakarta Selatan

B) Manfaat Praktis:

Secara praktis memberikan masukan bagi pemerintah untuk melihat pemanfaatan Tanah brandgang di wilayah Jakarta Selatan

10 Saefullah Wiradipradja, Penuntun Praktis Metode Penelitian dan Penulisan Karya Ilmiah Hukum, (Bandung:Keni Media,2016), hal.41.

(5)

D. Kerangka Konseptual

Dalam penelitian ini ada beberapa istilah yang berkaitan, diantaranya : 1. Tanah

Tanah adalah Atas dasar hak menguasai dari Negara sebagai yang dimaksud dalam pasal 2 ditentukan adanya macam-macam hak atas permukaan bumi, yang disebut tanah, yang dapat diberikan kepada dan dipunyai oleh orang-orang, baik sendiri maupun bersama-sama dengan orang lain serta badan-badan hukum.11

2. Tanah Brandgang

Tanah Brandgang adalah tanah yang di pergunakan sebagai prasarana umum

3. Penataan Ruang

Penataan Ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.12

4. Peta Bidang Tanah

Peta Bidang Tanah adalah gambar hasil pemetaan satu bidang tanah atau lebih pada lembaran kertas dengan suatu skala tertentu yang batas- batasnya telah ditetapkan oleh pejabat yang berwenang dan digunakan untuk pengumuman data fisik.13

5. Tata Ruang

Tata Ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang14. E. Metode Penelitian

Pengertian Penelitian menurut Soerjono Soekanto adalah kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan analisis dan konstruksi yang dilakukan secara metodologis, sistematis, dan konsisten yang bertujuan untuk mengungkapkan kebenaran, dalam penulisan ini diperlukan metode penelitian agar penelitian ini mempunyai arah

11 Indonesia (a),Undang-Undang No 5 tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria Pasal 4 ayat (1)

12 Indonesia (b), Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang Pasal 1 ayat (5)

13 Indonesia (c)Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang Nomor 6 Tahun 2018 Tentang Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap, Pasal 1 angka 2.

14Indonesia (d), Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007

(6)

yang jelas. Metode penelitian adalah cara atau strategi menyeluruh untuk menemukan atau memperoleh data yang diperlukan untuk memahami objek penelitian sehingga penelitian ini dapat dipertanggung jawabkan.15Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode-metode sebagai berikut:

1) Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian hukum empiris. Penelitian hukum empiris adalah suatu metode penelitian hukum yang berfungsi untuk melihat hukum dalam artian nyata dan meneliti bagaimana bekerjanya hukum di lingkungan masyarakat. Dikarenakan dalam penelitian ini meneliti orang dalam hubungan hidup di masyarakat maka metode penelitian hukum empiris dapat dikatakan sebagai penelitian hukum sosiologis. Dapat dikatakan bahwa penelitian hukum ada di dalam suatu masyarakat, badan hukum, atau badan pemerintah.16

2) Jenis Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan sumber data primer yaitu bersumber dari studi lapangan melalui pengamatan dan wawancara dengan narasumber sebagai berikut:

a) Dinas Cipta Karya, Tata Ruang dan Pertanahan DKI Jakarta b) Badan Pertanahan Nasional Jakarta Pusat

c) Badan Pengelola Aset Daerah Provinsi DKI Jakarta 3) Bahan Hukum Primer

Bahan Hukum Primer yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat, dan terdiri dari norma atau kaidah dasar, Peraturan Perundang-undangan, Bahan hukum yang tidak dikodifikasikan, Yurisprudensi, dan Traktat.17 Maka bahan hukum primer yang penulis gunakan adalah:

1) Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang 2) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung

15 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Cet.3 (Jakarta: UI Pres,2008).

16Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum. Cet. 3. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press), 1986

17Ibid., hal.13

(7)

3) Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 38 Tahun 2013 Tentang Ketentuan Pemanfaatan Bekas Tanah Brandgang yang Tidak Berfungsi Lagi Sebagai Tanah Brandgang

4) Bahan Hukum Sekunder

Bahan Hukum Sekunder yaitu bahan yang erat hubungannya dengan bahan hukum primer dan dapat membantu menganalisa dan memahami bahan hukum primer, termasuk wawancara dengan narasumber. Penulis menggunakan bahan hukum sekunder berupa:

1) Buku Literatur 2) Jurnal

3) Artikel

5) Bahan Hukum Tersier

Bahan Hukum Tersier yakni bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder.18

1) Kamus Besar Bahasa Indonesia 2) Kamus Hukum

F. Teknik Pengumpulan Data

Berkaitan dengan penelitian yang akan di teliti, maka penulis menggunakan teknik pengumupulan datanya melalui studi lapangan wawancara atau pengamatan.

G. Analisa Data

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat kualitatif. Penelitian kualitatif adalah suatu tata cara penelitian yang menghasilkan data deskriptif- analitis, yaitu apa yang dinyatakan oleh responden secara tertulis atau lisan, dan juga perilakunya yang nyata, yang diteliti dan dipelajari sebagai sesuatu yang utuh.19

18Ibid., hal.13

19Santoso, Urip. Pendaftaran Dan Peralihan Hak Atas Tanah. Cet. 1. Jakarta: Kencana, 2013.

(8)

H. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan penyelesaian dari penelitian ini, maka penulis menyusun sistematika penulisan sebagai berikut:

1. Bab Pendahuluan

Bab pendahuluan berisikan diantaranya: Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Kerangka Konseptual, Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan.

2. Bab Tinjauan Pustaka

Bab tinjauan pustaka memuat landasan-landasan doktrinal mengenai Pemanfaatan tanah brandgang di wilayah Jakarta Selatan.

3. Bab Pembahasan Ilmu

Pada bab pembahasan ilmu, dituangkan mengenai Pemanfaatan Tanah Brandgang di Wilayah Jakarta Selatan.

4. Bab Pembahasan Agama

Dalam bab ini, saya akan menjabarkan padangan dari sudut pandang agama Islam terhadap Pemanfaatan Tanah Brandgang di Wilayah Jakarta Selatan.

5. Bab Penutup

Bab penutup ini terdiri atas subbab kesimpulan dari penelitian dan subbab saran.

Referensi